Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCAPANEN

Disusun oleh :
Nama : Miese Emelia Ayu
Kelas : XII IPA 1

SMA NEGERI 1 LINGGANG BIGUNG


TAHUN AJARAN 2020/2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas hortikultura terutama sayuran sangat mudah mengalami kerusakan

ketika dipanen dari pohonnya (perisable), karena proses respirasi dan transpirasi pada

buah tersebut masih terjadi. Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik

dimana dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi pada produk hortikultura.

Salah satu cara yang efektif yaitu dengan menurunkan suhu produk, salah satunya yaitu

dengan pendinginan. Adapun cara tambahan lainnya yaitu dengan teknologi pengemasan

permanen dengan pengemas plastik.

Teknologi pengemasan dengan menggunakan kemasan plastik untuk produk

segar akan menyebabkan adanya perubahan konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk

didalam kemasan sebagai akibat dari proses respirasi produk, serta interaksinya dengan

permeabilitas plastik terhadap CO2 dan O2. Pemilihan ketebalan kemasan plastik adalah

hal yang kritis dilakukan karena berhubungan dengan permeabilitas plastik terhadap

keadaan lingkungan. Penanganan produk pasca panen ini bertujuan memberikan

penampilan yang baik dan segar, membutuhkan masyarakat (konsumen) untuk

dikonsumsi, memberikan perlindungan produk tersebut dari kerusakan, dan

memperanjang masa simpan produk tersebut.

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding

bahan pengemas lain karena sifatnya ringan, transparan, kuat, termiplatis dan selektif

dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, dan CO2. Sifat permeabilitas plastik

terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang

kemas selama penyimpanan, plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik

selera konsumen.
B. Tujuan

1) Membedakan komoditas yang dikemas maupun yang tanpa kemas dari

segi masa kesegaran, estetik, dan ekonomis, dan

2) Dapat mendemonstrasikan proses pengemasan suatu komoditas.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Produk segar hortikultura mempunyai kandungan air yang tinggi, sangat peka

terhadap kelayuan, pegeriputan dan kerusakan mekanis, serta rentan terhadap

serangan penyakit. Dalam keadaan segar produk tersebut menjadi kendala dalam

penyediaannya, baik untuk pengkonsumsian keadaan segar maupun penyimpanan

untuk pengolahan. Hal ini dikarenakan pada umumnya produk hortikultura masih

memilki struktur yang masih mengalami proses perubahan kimia dan biokimiawi

yang diakibatkan oleh aktifitas metabolisme (Amiarsi, D, 2012).

Perlu adanya penanganan terhadap produk hortikultura untuk mengurangi

penyusutan produk, salah satunya yaitu dengan teknologi pengemasan. Pengemasan

komoditas hortikultura berfungsi untuk melindungi komoditas hortikultura dari

kerusakan mekanis dsn gangguan kondisi lingkungan selama penanganan dan

distribusi. Pengemasan dapat membuat produk tampak menjadi lebih menarik dan

pengemasan merupakan hal penting yang harus diperhatikan karena hal tersebut dapat

mempengaruhi daya beli konsumen (Usman,2012).

Pengemasan yang sering digunaka dalam produk hortikultura adalah teknologi

penyimpanan dengan Modification Atmosfer Packing (MAP) yang bertujuan dalam

menekan laju respirasi pada produk sehingga lebih segar dalam proses

pengirimannya. Metode MAP biasanya digunakan plastik polietilen dalam setiap

kemasan produk hortikultura karena dapat menekan CO2 dan 02 didalam kemasan.

Adapun polietilen 2 jenis diantaranya. HDPE (High Density Polyethylene) dan LDPE

(Low Density Polyethylene) (Rosalina, 2011).

Menurut Widodo, (2010) bahwa pengemasan memiliki peranan penting dalam

mempertahankan mutu suatu bahan dan proses pengemasan telah dianggap sebagai

bagian dari proses produksi. Kemasan yang memenuhi syarat untuk pengemasan

produk pangan adalah yang mempunyai sifat :


1. Kuat untuk melindungi bahan selama penyimpanan, transportasi, dan

peumpukan,

2. Tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas,

3. Bentuk kemasan sesuai dengan cara penanganan dan pemasarannya, dan

4. Sifat permeabilitas film kemasan sesuai dengan laju kegiatan respirasi dan

biaya kemasan seuai dengan bahan yang dikemas.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum dilakukan hari Minggu, 25 Februari 2021 yang bertempat

di Rumah saya pada pukul 09.00 WITA.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu sayur sawi sendok. Sedangakan alat yang digunakan

adalah penampan, dan plastik.

C. Prosedur Kerja

1. Bahan dan alat praktikum disiapkan terlebih dahulu berupa sayur sawi

sendok.

2. Masukan dua ikat sawi sendok ke dalam penampan yang sudah disiapkan

tadi. Lalu satu ikat dibungkus dengan plastik (pengemasan) dan satu sawi

sendok tanpa plastic.

3. Kemudian taruh dalam kondisi ruangan terbuka dan ruangan kulkas

4. Selama 7 hari diamati dari bentuk warna, kesegaran, dan kontaminan yang

ada

5. Lalu difoto pada setiap pengamatan sebagai dokumentasi produk tersebut

mengalami perubahan setiap harinya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Produk Pasca Panen

Komoditas
No. Produk Indikator
Sawi Sendok

Tanggal : 25 Febuari 2021


Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan :

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

1
Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan :

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

2 Tanggal : 26 Februari 2021


Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar

Kontaminan Tidak ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan :

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

3 Tanggal : 27 Februari 2021

Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Berubah Menguning


Kesegaran Tidak Segar (Daun
Layu)

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar (Daun

Layu)

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

4 Tanggal : 28 Februari 2021


Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Daunnya Berubah

(Menguning)

Kesegaran Tidak Segar (Daun


Layu)

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tatap & Ada yg

menguning.

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar (Daun

Layu)

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

5 Tanggal : 1 Maret 2021


Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Berubah

(Menguning)

Kesegaran Tidak Segar (Daun

Layu)

Kontaminan Tidak ada


-Kemasan:

Warna Berubah

Kesegaran Tidak Segar

Kontaminan Tidak Ada

Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar (Daun

Layu)

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

6 Tanggal : 2 Maret 2021


Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Berubah

(Menguning)

Kesegaran Tidak Segar (Daun

Layu)

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:
Warna Berubah

Kesegaran Tidak Segar

Kontaminan Tidak Ada

Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

7 Tanggal : 3 Maret 2021


Tanpa Kemas Ruang Terbuka & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Terbuka Warna Berubah (Daun

Menguning).

Kesegaran Tidak Segar (Daun

Layu).

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Berubah

Kesegaran Tidak Segar


Kontaminan Tidak ada
Tanpa Kemasan Ruang Kulkas & Kemasan -Tanpa Kemasan:

Ruang Kulkas Warna Tetap

Kesegaran Tidak Segar

Kontaminan Tidak Ada

-Kemasan:

Warna Tetap

Kesegaran Segar

Kontaminan Tidak Ada

Kesimpulan : Produk hortikultura yang dikemas dan dimasukkan ke dalam kulkas lebih

tahan lama dan mutunya terjaga dibanding tanpa pengemasan & Disimpan dalam kulkas

terutama pada produk Sawi Sendok.

B. Pembahasan

Pengemasan yakni suatu metode penanganan pasca panen yang dilakukan pada

produk pangan terutama produk hortikultura untuk menjaga mutu, kualitas, kesegaran

produk, dan usaha agar produk terhidar dari adanya kontaminan pada suatu

produkdengan menggunakan bahan pengemas. Tujuan kegiatan pasca panen

pengemasan yaitu untuk mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai

ke tangan konsumen, produk terhindar dari adanya kontaminan, menekan losses atau

kehilangan hasil karna penyusutan atau kerusakan produk, memperpanjang daya

ekonomis hasil pertanian, mempertahankan daya simpan, dan konsumen tertarik pada

produk yang telah mengalami pengemasan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pengamatan diperoleh bahwa produk hortikultura yang dikemas lebih

baik dari segi warna, bentuk, dan kesegaran juga pada produk yang dikemas

adanya kontaminasi oleh mikroba dan serangga menjadi lebih sedikit,

terutama pada produk buah-buahan.

2. Produk hortikultura yang tidak dikemas mengalami perubahan mutu dan

kualitas yang diperoleh jika disimpan dalam jangka waktu yang lama dari

segi warna, bentuk, dan kesegaran terutama pada produk sayuran.

B. Saran

Praktikum berjalan dengan baik dan lancar. Akan tetapi pada saat

pengamatan tidak hanya satu orang saja yang mengamati produk tersebut karena

dapat menimbulkan perbedaan dari segi hasil pengamatan dan juga sebaiknya

asisten memberikan contoh dalam pengemasan yang baik karena banyak produk

yang mengalami pembusukan karena kemasan tidak tertutup dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai