Laporan Kerja Praktek Revisi
Laporan Kerja Praktek Revisi
DISUSUN OLEH:
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik
Disusun oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt atas berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat terwujud
Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Uji Perbandingan Metode Geolistrik
Tahanan Jenis Menggunakan Eletroda Biasa Dan Menggunakan Porous Spot
Beserta Metode Geolistrik Polarisasi Terinduksi Menggunakan Eletroda Biasa
Dan Menggunakan Porous Spot” sebagai prasyarat kelulusan mata kuliah Kerja
Praktik tingkat sarjana di Departemen Geofisika, FMIPA Universitas
Hasanuddin. Penulis mengucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah
memberikan bantuan dan dorongan berupa fasilitas, kesempatan, pengetahuan,
dan moril. Untuk itu, penulis berterimakasih kepada Bapak Syamsuddin, S.Si.,
MT selaku pembimbing utama dalam pelaksanaan kerja praktek ini, dan juga
kepada Bapak Nurhidayat Nurdin serta yang turut membantu serta membimbing
dalam pelaksanaan kerja praktik di PT. Hade Geo Sains
Penulis
iii
ABSTRAK
Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk
memetakan keadaan bawah permukaan berdasarkan persebaran nilai resistivitas.
Menurut Somputan (2010), wilayah Makassar seperti terlihat pada gambar terdiri
dari endapan alluvial, yang merupakan batuan sedimen. Hal ini disebabkan ketika
pada masa Tersier awal terjadi pemekaran yang membawa Kalimantan pada
bagian timur ke wilayah Pulau Sulawesi sekarang dimana rifting (pemekaran di
benua) dan pemekaran lantai samudera pada masa Paleogen yang terjadi di Selat
Makassar, membuat tempat untuk material klastik yang dapat mengendap yang
asalnya dari Kalimantan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengukuran dan
pengolahan data resistivitas dan chargeabilitas metode geolistrik bulan Agustus
2020. Pengolahan data gempa menggunakan aplikasi Res2dinv dimana nantinya
akan dilakukan perbandingan dari data pengukuran geolistrik resistivitas dan
permeabilitas menggunakan elektroda biasa dan data pengukuran geolistrik
resistivitas dan permeabilitas menggunakan elektroda biasa dengan Porous spot
sebagai elektroda potensial. Aplikasi digunakan untuk melihat penampang
persebaran resistivitas kedua pengukuran tersebut. Hasil nilai resistivitas yang
didapatkan bervariasi pada rentang dari 17.0 – 172.0 Ωm dan nilai nilai
chargebility yang rendah sekitar 0.130 – 4.70 msec yang berkedalaman 0 m –
2.87 m
Sampul............................................................................................................. i
Halaman Pengesahan...................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Abstrak .......................................................................................................... iv
Daftar Isi......................................................................................................... v
Daftar Gambar ............................................................................................... vi
Daftar Tabel ..................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik ............................................................ 2
I.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ........................................................................................... 27
V.2 Saran ...................................................................................................... 27
Daftar Pustaka... ............................................................................................ 28
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Geologi Sulawesi .............................................................. 3
Gambar 2.2 Sumber arus di permukaan medium homogen isotropis........... 7
Gambar 2.3 Harga resistivitas dari berbagai batuan ..................................... 9
Gambar 2.4 Pergerakan ion pada pori batuan.............................................10
Gambar 2.5 Gerakan ion-ion pada pori-pori batuan ................................... 10
Gambar 2.6 Proses terjadinya polarisasi membran pada pori-pori batuan . 11
Gambar 2.7 Harga Chargebilitas dari berbagai batuan ............................... 13
Gambar 2.8 Skema konfigurasi Wenner-Schlumberger ............................. 14
Gambar 3.1 Laboratorium Geofisika Eksplorasi, Departemen Geofisika,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan ............................... 15
Gambar 3.2Gambar tampilan data dari pengukuran geolistrik metode
tahanan jenis dan IP dalam format notepad, (a) pengukuran
menggunakan elektroda biasa dan (b) pengukuran
menggunakan elektroda Porous Spot...................................16
Gambar 3.3 File notepad yang tersimpan dalam format .dat ...................... 17
Gambar 3.4 Gambar ketika klik file kemudian read data file .................... 18
Gambar 3.5 Hasil gambar ketika klik least square inversion ..................... 18
Gambar 3.6 Hasil inversi dari data resistivitas ........................................... 18
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek kerja lapangan adalah salah satu syarat akademik dan mata kuliah wajib
yang terdapat pada kurikulum mahasiswa yang bertujuan untuk dapat memahami
materi-materi yang sudah didapatklan selama perkuliahan sehingga dapat
diaplikasikan langsung di dunia kerja yang sesungguhnya, terkhusus pada bidang
kompetensi keahlian yang terdapat pada departemen geofisika serta penerapannya.
Hal ini tentu saja berupaya untuk meningkatkan mutu mahasiswa geofisika untuk
mempersiapkan diri menuju ke lapangan kerja.
Penulis memilih pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan di PT. HADE GEO
SAINS yang merupakan perusahaan yang berfokus di bidang geofisika. HADE
GEO SAINS berlokasi di Dyndra Residence A3, Wesabbe, Jl. Perintis
kemerdekaan No. 10, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Tugas dari
HADE GEO SAINS yaitu melaksanakan survei dan pengukuran di lapangan,
penelitian, dan pelayanan di bidang geofisika khususnya metode geolistrik.
Praktek kerja lapangan dilakukan di HADE GEO SAINS karena HADE GEO
SAINS menganalisis dan mengkaji tentang metode-metode geofisika, salah
satunya adalah metode geolistrik. Dengan melakukan survei dan pengukuran di
lapangan menggunakan metode geolistrik dapat diketahui prosedur survei dan
pengukuran, pengolahan data dengan interpretasi, serta manfaat daripada metode
geolistrik tersebut.
Seperti yang diketahui, salah satu metoda geofisika yang cukup baik untuk
memetakan kondisi bawah permukaan untuk mengetahui struktur perlapisan adalah
metoda geolistrik. Geolistrik adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang
menitikberatkan kepada medan potensial listrik di bawah permukaan. Medan listrik
di bawah permukaan terdapat dalam bentuk alami sehingga secara teoritik kita
dapat mengukurnya. Geolistrik memiliki spesifikasi yang khusus berdasarkan
responnya, seperti tahanan jenis, self potential (SP), induced polarization (IP),
elektromagnetik, dan lain-lain.
1
Metode IP selalu dilakukan bersama dengan metode resistivitas. Hal ini
dikarenakan pada konfigurasi, pengiriman arus, dan pengukuran beda tegangan
keduanya mempunyai kesamaan, sedangkan yang membedakan antara keduanya
adalah sumber yang digunakan. Prinsip dasarnya yaitu menginjeksikan arus ke
dalam bumi melalui elektroda arus kemudian diamati beda potensial dengan
elektroda potensial. Jadi perlu adanya perbandingan antara penampang hasil kedua
metode tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dengan menambah perbedaan
pada elektroda potensialnya yaitu menggunakan porous spot dan elektroda biasa
(tanpa porous spot) dengan dilakukannya 2 kali pengukuran di daerah yang sama.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sompotan (2010), wilayah Makassar seperti terlihat pada gambar terdiri
dari Endapan Alluvial, yang merupakan batuan sedimen. Ketika pada masa
Tersier awal terjadi pemekaran yang membawa Kalimantan pada bagian timur ke
wilayah Pulau Sulawesi sekarang, dimana rifting (pemekaran di benua) dan
pemekaran lantai samudera pada masa Paleogen yang terjadi di Selat Makassar,
membuat tempat untuk material klastik yang dapat mengendap yang asalnya dari
Kalimantan.
Secara umum di Sulawesi Selatan ada 5 satuan batuan yang tersingkap, yaitu
Satuan Batuan Gunungapi Formasi Carnba, Formasi Walanae, Satuan Intrusi
Basal, Satuan Batuan Gunung api Lompobatang dan Endapan aluvial, Rawa, dan.
Pantai. Daerah penelitian termasuk dalam satuan endapan aluvial, Rawa, dan
pantai berumur Holosen, terdiri dari kerikil, pasir, lempung, lumpur, dan
batugamping koral yang berada di daerah geologi bagian barat dari Sulawesi
Selatan yang dipisahkan dengan daerah bagian timur dengan sesar Walanae
sebagai pembatas keduanya (Somputan, 2010: 11; 33).
Metode geolistrik merupakan salah satu metode eofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan bumi.
Hal ini meliputi pengukuran potensial dan pengukuran arus yang terjadi baik
secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi. Tujuan survei geolistrik
adalah untuk menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan dengan cara
membuat pengukuran di permukaan tanah (Wahyudin, 2013). Berdasarkan harga
resistivitas batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm
2. Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm
3. Isolator : ρ > 107 Ωm
Salah satu sifat batuan adalah konduktifitas (σ) yang menunjukkan kemampuan
bahan tersebut dalam menghantarkan arus listrik. Semakin tinggi nilai
konduktifitas suatu bahan maka semakin baik bahan tersebut menghantarkan arus
listrik, begitu pula sebaliknya, kebalikan dari sifat konduktifitas batuan adalah
resistivitas (Wahyudin, 2013).
Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam
yaitu :
1. Konduksi elektronik Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik
dalam batuan/mineral. Hal ini terjadi, jika batuan/mineral tersebut mempunyai
banyak elektron bebas. Akibatnya arus listrik mudah mengalir pada batuan
tersebut. Sebagai contoh, batuan yang banyak mengandung logam.
3. Konduksi dielektrik Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik
artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit bahkan tidak ada sama
sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka
elektronelektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah
dengan intinya, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat bergantung pada
konstanta dielektrik batuan yang bersangkutan (Rusmin, 2013).
Dalam survei metode geolistrik akan diperoleh nilai beda potensial, kuat arus
dan nilai resistivitas batuan. Konsep dasar metode resistivitas adalah Hukum
Ohm. Pada tahun 1826 George Simon Ohm melakukan eksperimen menentukan
hubungan antara tegangan pada penghantar dan arus yang melalui penghantar
dalam batas-batas karakteristik parameter penghantar. Parameter itu disebut
resistansi R, yang didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan dan arus, sehingga
dituliskan dalam persamaan berikut (Dewi, 2019):
(1)
Dengan R adalah resistansi bahan (ohm), I adalah besar kuat arus (Ampere), dan
V adalah besar tegangan (Volt). Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau
tegangan antara ujung-ujung penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi
dan kuat arus. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitas. Resistivitas atau biasa disebut juga tahanan jenis (ρ) merupakan
parameter yang menunjukan daya hambat suatu medium dalam mengalirkan arus
listrik. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi
(hambatan), dimana resistansi bergantung pada luas penampang bahan,
sedangkan resistivitas bergantug pada jenis bahan atau material. Jika ditinjau
sebuah penampang konduktor yang berbentuk silinder dengan panjang (L), luas
penampang (A) adalah (ρ) dan resistansi ( R), maka hubungan antara resistansi
dan resistivitas diberikan oleh persamaan (Wahyudin, 2017):
(2)
( )( )
5
Dimana J adalah Rapat arus (ampere/m2 ), dan E adalah Medan Listrik
(Volt/m). Apabila pada medium homogen dialiri arus listrik (I) dengan medan
listrik (E), yang melalui suatu elemen luas (dA) dengan rapat arus (J) akan
berlaku hubungan :
Dengan demikian rapat arus (J) disetiap elemen luasan akibat medan listrik (E),
akan memenuhi hubungan sebagai berikut :
Dengan (E) dalam volts meter dan σ adalah konduktivitas medium dalam
siemens per meter (S/m). Medan listrik adalah gradien dari potensial skalar,
Pada model bumi yang berbentuk setengah bola homogen isotropis memiliki
konduktivitas udara sama dengan nol. Dengan demikian arus I yang dialirkan
melalui sebuah elektroda pada titik P di permukaan, akan tersebar ke semua arah
dengan besar yang sama. Potensial pada suatu jarak r dari titik P, hanya
merupakan fungsi r saja. Persamaan Laplace yang berhubungan dengan kondisi
ini dalam system koordinat bola adalah :
( ) ( )
Mengingat arus yang mengalir simetri terhadap arah dan pada arus tunggal,
maka persamaan di atas menjadi :
Dengan demikian potensial di setiap titik yang berhubungan dengan sumber arus
pada permukaan bumi yang homogen isotropis adalah (Wahyudin, 2017) :
( ) ( )
( ) ( )
9
macam yaitu polarisasi elektroda dan polarisasi membran (Wahyudin, 2017).
1. Polarisasi Elektroda Larutan elektrolit yang mengisi pori-pori batuan
merupakan media yang baik untuk menghantarkan arus listrik. Keberadaan
partikel-partikel mineral yang bersifat logam pada jalur pori-pori batuan
mengakibatkan tertahannya aliran arus listrik ketika melalui pori-pori batuan
tersebut Pada Gambar dibawah memperlihatkan pergerakan ion-ion pada pori-pori
batuan dimana terdapat satu bagian yang tidak terisi oleh butiran mineral logam
atau sulfida lainnya, sedangkan pada bagian lainnya pori-pori tersebut terisi oleh
butiran. Pada bagian pori-pori yang tidak terisi oleh butiran ion-ion positif dan
negatif bergerak menyebar sesuai dengan medan potensial yang
mempengaruhinya. Namun pada bagian pori-pori yang terisi butiran, ion-ion
positif dan negatif ketika diberi arus listrik maka ion-ion tersebut akan bergerak
ke sisi yang berlawanan sesuai dengan medan potensial yang mempengaruhinya.
dimana Vs adalah tegangan sekunder pada saat (t) setelah arus diputus dan Vp
adalah tegangan primer.
b. Chargeability (M) Merupakan pengukuran yang sering dipakai dalam
pengukuran induksi polarisasi dengan metode time domain, chargeability (M)
didapatkan dalam satuan milisekon dan dinyatakan sebagai :
12
∫
dimana Vs adalah tegangan sekunder pada saat (t) setelah arus diputus dan Vp
adalah tegangan primer (Dewi, 2019).
14
BAB III
METODOLOGI
15
III.2 Alat dan Bahan
III. 3 Data
Data yang digunakan merupakan data hasil pengukuran metode geolistrik tahanan
jenis dan IP dari alat Geomative-GD10 pada laboratorium Geofisika Eksplorasi
dengan masing-masing output yang dihasilkan :
(a) (b)
Tabel 3.2 Gambar tampilan data dari pengukuran geolistrik metode tahanan jenis dan IP
dalam format notepad, (a) pengukuran menggunakan elektroda biasa dan (b) pengukuran
menggunakan elektroda Porous Spot.
16
III.4 Prosedur Pengolahan Data
Gambar 3.4 Gambar ketika klik file kemudian read data file.
Studi literatur
Pengukuran data
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Res2dinv, Microsoft
Excel, dan Oasis Montaj Analisis
Persebaran dan
Gambaran
pola nilai
penampang 2D
Resistivitas dan
dan interpretasi
Chargebility
Hasil
Kesimpulan
dan Saran
Selesai
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
(a)
(b)
Gambar 4.1 (a) Penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan elektroda biasa
sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran persebaran resistivitas metode
geolistrik tahanan jenis dengan elektroda biasa.
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat ini pada gambar 4.1 memiliki
rentang variasi nilai resistivitas ialah (17 Ωm – 172 Ωm), Sehingga mengacu dari variasi
respon nilai resistivitas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu resistivitas lapisan pertama
(17,0 – 32,9 Ωm) yang berada pada kedalaman 0,637 – 2,87 meter menandakan
keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang lebih tinggi, kemudian
resistivitas lapisan kedua (32,9 – 106,4 Ωm) yang berada pada kedalaman 0,637 – 2,40
20
meter sebagai Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang rendah, dan resistivitas
lapisan ketiga (106,4 – 172,0 Ωm) yang berada pada kedalaman 0 – 0,637 meter sebagai
Alluvium (tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir. Resistivitas rendah pada
gambar terlihat berwarna biru gelap hingga biru terang, kemudian resistivitas medium
berwarna biru terang hingga jingga gelap, dan resistivitas tinggi berwarna jingga gelap
menuju merah gelap.
b. Penampang metode geolistrik tahanan jenis dengan elektroda Porous Spot
(a)
(b)
Gambar 4.2 (a) Penampang Geolistrik polarisasi terinduksi menggunakan elektroda
biasa sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran persebaran chargebilitas
metode geolistrik polarisasi terinduksi dengan elektroda biasa.
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat ini pada gambar 4.2 memiliki
rentang variasi nilai resistivitas ialah (15,7 Ωm – 172 Ωm), Sehingga mengacu dari
variasi respon nilai resistivitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu resistivitas lapisan
pertama (15,7 – 105 Ωm) yang berada pada kedalaman 0,637 – 2,87 meter menandakan
21
keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi tinggi, dan resistivitas lapisan
kedua (105 – 172 Ωm) yang berada pada kedalaman 0 - 0,637 meter sebagai Alluvium
(tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir. Resistivitas rendah pada gambar
terlihat berwarna biru gelap hingga biru terang, dan resistivitas tinggi berwarna hijau
muda menuju merah gelap.
c. Penampang metode geolistrik Polarisasi Terinduksi dengan elektroda biasa
(a)
(b)
Gambar 4.3 (a) Penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan elektroda porous
spot sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran persebaran resistivitas metode
geolistrik tahanan jenis dengan elektroda porous spot
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat pada gambar 4.3 memiliki
rentang variasi nilai chargeabilitas ialah (0,143 msec – 4,70 msec), Sehingga mengacu
dari variasi respon nilai chargeabilitas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
chargeabilitas lapisan pertama (0,143 – 2,85 msec) yang berada pada kedalaman 0,125 –
22
0,637 meter sebagai Alluvium (tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir,
kemudian chargeabilitas lapisan kedua (0,367 – 2,85 msec) yang berada pada kedalaman
0,637 – 2,40 meter sebagai Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang rendah, dan
chargeabilitas lapisan ketiga (2,85 – 4,70 msec) yang berada pada kedalaman 2,40– 2,87
meter menandakan keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang lebih
tinggi. Chargeabilitas rendah pada gambar terlihat berwarna biru gelap hingga biru
terang, kemudian chargeabilitas medium berwarna biru terang hingga kuning, dan
chargeabilitas tinggi berwarna jingga gelap menuju merah gelap.
(a)
(b)
Gambar 4.4 (a) Penampang geolistrik polarisasi terinduksi menggunakan
elektroda porous spot sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran
persebaran chargebilitas metode geolistrik polarisasi terinduksi dengan
elektroda porous spot
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat pada gambar 4.4 memiliki
23
rentang variasi nilai chargeabilitas ialah (0,130 msec – 4,70 msec), Sehingga mengacu
dari variasi respon nilai chargeabilitas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
chargeabilitas lapisan pertama (0,130 – 4,70 msec) yang berada pada kedalaman 0,125 –
0,637 meter sebagai Alluvium (tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir,
kemudian chargeabilitas lapisan kedua (0,130 – 2,74 msec) yang berada pada kedalaman
0,637 – 2,40 meter sebagai Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang rendah, dan
chargeabilitas lapisan ketiga (2,74 – 4,70 msec) yang berada pada kedalaman 2,40– 2,87
meter menandakan keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang lebih
tinggi. Chargeabilitas rendah pada gambar terlihat berwarna biru gelap hingga biru
terang, kemudian chargeabilitas medium berwarna biru terang hingga kuning, dan
chargeabilitas tinggi berwarna jingga gelap menuju merah gelap.
IV.2 Pembahasan
Menurut gambar hasil dari penampang resistivitas dan IP didapatkan bahwa daerah yang
dangkal memiliki nilai resistivitas yang tinggi dan daerah yang dalam memiliki
resistivitas yang rendah. Keadaan tanah yang dangkal bersifat kering dikarenakan cuaca
yang panas pada saat pengukuran dilakukan. Resistivitas yang rendah dari 15.7 – 63.8
Ωm diinterpretasikan sebagai tanah alluvium nilai chargebility yang relatif rendah
sekitar 0.130 – 2.850. Kemudian resistivitas 63.8 – 172 Ωm diinterpretasikan sebagai
tanah aluvium berupa lempung dan pasir. nilai chargebility yang relatif rendah
menandakan sebagian besar bahwa keadaan bawah permukaannya tersusun dari endapan
alluvium. Jika ditinjau kembali, penampang dari setiap metode menampilkan pola nilai
yang memiliki kesamaan. Terlihat bahwa nilai resistivitas tinggi relatif berada pada
kedalaman yang dangkal, yaitu 0 -0.623 meter dan resistivitas rendah pada kedalaman
yang dalam, yaitu 0.623–2.87 meter. Terlihat jelas pula penggambaran ini pada hasil
dari gridding. Hal ini berkebalikan dengan persebaran dan pola nilai chargeability yang
memiliki nilai rendah pada kedalaman dangkal sekitar dan tinggi pada kedalaman yang
dalam. Setelah dibandingkan didapat kesamaan dari gambaran penampang baik
resistivitas maupun chargeability pada kedua metode.
Berikut kesamaan pada metode tahanan jenis :
I. Pada jarak lintasan 1,0-3,0 meter dari permukaan sampai kedalaman 1,59 meter
memiliki persebaran variasi nilai resistivitas yang relatif sama besarnya (Gambar
4.5, poin I).
II. Pada jarak lintasan 5,50-7,50 meter pada kedalaman 2,40-2,87 meter memiliki
24
persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 15,7-38,1 Ωm
(Gambar 4.5, poin II).
III. Pada jarak lintasan 4,00-7,00 mulai dari permukaan sampai kedalaman 0,637
meter memiliki persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 124-
172 Ωm (Gambar 4.5, poin III).
IV. Pada jarak 11,00-12,00 meter di kedalaman 0,637-1,24 meter memiliki
persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 15,7-38,1 Ωm
(Gambar 4.5, poin IV).
V. Pada jarak 9,00-1,00 meter dari permukaan sampai kedalaman 0,637 meter
memiliki persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 150-172 Ωm
(Gambar 4.5, poin V).
25
Gambar 4.6 Perbandingan penampang geolistrik polarisasi terinduksi
menggunakan elektroda biasa dan elektroda porous spot sebagai elektroda
potensial
26
27
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data geolistrik tahanan jenis dan polarisasi terinduksi dari
pengukuran di lapangan pada bulan Agustus 2020, dapat disimpulkan :
V.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya penelitian tentang geolistrik ini
bisa dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan dari data yang telah
didapatkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Syahruddin, & dkk. 2015. Resistivitas Batuan Kampus Unhas Tamalanrea. prosiding
SFN UNHAS, Makassar: 2015. Hal. 1-10.
28
29