Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KERJA PRAKTIK

UJI PERBANDINGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS


MENGGUNAKAN ELETRODA BIASA DAN MENGGUNAKAN
POROUS SPOT BESERTA METODE GEOLISTRIK POLARISASI
TERINDUKSI MENGGUNAKAN ELETRODA BIASA DAN
MENGGUNAKAN POROUS SPOT

PT. HADE GEO SAINS

DISUSUN OLEH:

ANDIKA (H061 17 10511)


MUHAMMAD ALBAAR QAYYUM (H061 17 1516)
JEFRI NAINGGOLAN (H061 17 1011)

DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik

UJI PERBANDINGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS


MENGGUNAKAN ELETRODA BIASA DAN MENGGUNAKAN POROUS
SPOT BESERTA METODE GEOLISTRIK POLARISASI TERINDUKSI
MENGGUNAKAN ELETRODA BIASA DAN MENGGUNAKAN POROUS
SPOT

PT. HADE GEO SAINS

Disusun oleh:

ANDIKA (H061 17 10511)


MUHAMMAD ALBAAR QAYYUM (H061 17 1516)
JEFRI NAINGGOLAN (H061 17 1011)

Makassar, 12 November 2020


Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing, Pembimbing Kerja Praktik,

Syamsuddin, S.Si., MT Nurhidayat Nurdin, S.Si.


NIP. 19911109 201903 1 010 CEO PT. HADEGEO SAINS

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt atas berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat terwujud
Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Uji Perbandingan Metode Geolistrik
Tahanan Jenis Menggunakan Eletroda Biasa Dan Menggunakan Porous Spot
Beserta Metode Geolistrik Polarisasi Terinduksi Menggunakan Eletroda Biasa
Dan Menggunakan Porous Spot” sebagai prasyarat kelulusan mata kuliah Kerja
Praktik tingkat sarjana di Departemen Geofisika, FMIPA Universitas
Hasanuddin. Penulis mengucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah
memberikan bantuan dan dorongan berupa fasilitas, kesempatan, pengetahuan,
dan moril. Untuk itu, penulis berterimakasih kepada Bapak Syamsuddin, S.Si.,
MT selaku pembimbing utama dalam pelaksanaan kerja praktek ini, dan juga
kepada Bapak Nurhidayat Nurdin serta yang turut membantu serta membimbing
dalam pelaksanaan kerja praktik di PT. Hade Geo Sains

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari adanya kekurangan dalam Laporan


Kerja Praktik ini. Karena itu, penulis membuka pintu untuk kritik dan saran yang
membangun sebagai bahan pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik
lagi. Karena itu, semoga hasil Laporan Kerja Praktik ini dapat menjadi ilmu yang
baik bagi pembaca dari kalangan akademis, maupun non-akademis.

Makassar, 17 November 2020

Penulis

iii
ABSTRAK

UJI PERBANDINGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS


MENGGUNAKAN ELETRODA BIASA DAN MENGGUNAKAN POROUS SPOT
BESERTA METODE GEOLISTRIK POLARISASI TERINDUKSI MENGGUNAKAN
ELETRODA BIASA DAN MENGGUNAKAN POROUS
Nama Mahasiswa : Andika, Muhammad Albaar Qayyum, Jefri
Nainggolan
A. NIM : H061 17 1511, H061 17 1516, H061 17 1011
Departemen : Geofisika
Dosen Pembimbing : Syamsuddin, S.Si, M.T.
Pembimbing Lapangan : Nurhidayat Nurdin, S.Si.

Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk
memetakan keadaan bawah permukaan berdasarkan persebaran nilai resistivitas.
Menurut Somputan (2010), wilayah Makassar seperti terlihat pada gambar terdiri
dari endapan alluvial, yang merupakan batuan sedimen. Hal ini disebabkan ketika
pada masa Tersier awal terjadi pemekaran yang membawa Kalimantan pada
bagian timur ke wilayah Pulau Sulawesi sekarang dimana rifting (pemekaran di
benua) dan pemekaran lantai samudera pada masa Paleogen yang terjadi di Selat
Makassar, membuat tempat untuk material klastik yang dapat mengendap yang
asalnya dari Kalimantan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengukuran dan
pengolahan data resistivitas dan chargeabilitas metode geolistrik bulan Agustus
2020. Pengolahan data gempa menggunakan aplikasi Res2dinv dimana nantinya
akan dilakukan perbandingan dari data pengukuran geolistrik resistivitas dan
permeabilitas menggunakan elektroda biasa dan data pengukuran geolistrik
resistivitas dan permeabilitas menggunakan elektroda biasa dengan Porous spot
sebagai elektroda potensial. Aplikasi digunakan untuk melihat penampang
persebaran resistivitas kedua pengukuran tersebut. Hasil nilai resistivitas yang
didapatkan bervariasi pada rentang dari 17.0 – 172.0 Ωm dan nilai nilai
chargebility yang rendah sekitar 0.130 – 4.70 msec yang berkedalaman 0 m –
2.87 m

Kata kunci : Geolistrik, Resistivitas, Chargeabilitas.


iv
DAFTAR ISI

Sampul............................................................................................................. i
Halaman Pengesahan...................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Abstrak .......................................................................................................... iv
Daftar Isi......................................................................................................... v
Daftar Gambar ............................................................................................... vi
Daftar Tabel ..................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik ............................................................ 2
I.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Geologi Regional ..................................................................................... 3
II.2 Teori Dasar .............................................................................................. 4
II.3 Metode Geolistrik Resistvitas / Tahanan Jenis ........................................ 7
II.4 Metode Geolistrik Induced Polarization.................................................. 9

BAB III METODE PENELITIAN


III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................... 15
III.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 16
III.3 Data ...................................................................................................... 16
III.4 Diagram Alir ........................................................................................ 17
III.5 Prosedur Pengolahan Data ................................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ....................................................................................................... 20
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 24

BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ........................................................................................... 27
V.2 Saran ...................................................................................................... 27
Daftar Pustaka... ............................................................................................ 28
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Geologi Sulawesi .............................................................. 3
Gambar 2.2 Sumber arus di permukaan medium homogen isotropis........... 7
Gambar 2.3 Harga resistivitas dari berbagai batuan ..................................... 9
Gambar 2.4 Pergerakan ion pada pori batuan.............................................10
Gambar 2.5 Gerakan ion-ion pada pori-pori batuan ................................... 10
Gambar 2.6 Proses terjadinya polarisasi membran pada pori-pori batuan . 11
Gambar 2.7 Harga Chargebilitas dari berbagai batuan ............................... 13
Gambar 2.8 Skema konfigurasi Wenner-Schlumberger ............................. 14
Gambar 3.1 Laboratorium Geofisika Eksplorasi, Departemen Geofisika,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan ............................... 15
Gambar 3.2Gambar tampilan data dari pengukuran geolistrik metode
tahanan jenis dan IP dalam format notepad, (a) pengukuran
menggunakan elektroda biasa dan (b) pengukuran
menggunakan elektroda Porous Spot...................................16

Gambar 3.3 File notepad yang tersimpan dalam format .dat ...................... 17
Gambar 3.4 Gambar ketika klik file kemudian read data file .................... 18
Gambar 3.5 Hasil gambar ketika klik least square inversion ..................... 18
Gambar 3.6 Hasil inversi dari data resistivitas ........................................... 18

Gambar 4.1 (a) Penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan


elektroda biasasebagai elektroda potensial dan (b)
Penggambaran persebaran resistivitas metode geolistrik
tahanan jenis dengan elektroda biasa.........................................20

Gambar 4.2 Penampang Geolistrik polarisasi terinduksi menggunakan


elektroda biasa sebagai elektroda potensial dan (b)
Penggambaran persebaran chargebilitas metode geolistrik
polarisasi terinduksi dengan elektroda biasa.……………....21

Gambar 4.3 (a) Penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan


elektroda porous spot sebagai elektroda potensial dan (b)
Penggambaran persebaran resistivitas metode geolistrik
tahanan jenis dengan elektroda porous spot
……………………………………………………………...22
vi
Gambar 4.4 (a) Penampang geolistrik polarisasi terinduksi menggunakan
elektroda porous spot sebagai elektroda potensial dan (b)
Penggambaran persebaran chargebilitas metode geolistrik
polarisasi terinduksi dengan elektroda porous spot ………...23
Gambar 4.5 Perbandingan penampang geolistrik tahanan jenis
menggunakan elektroda biasa dan elektroda porous spot
sebagai elektroda potensial.………………………………....25

Gambar 4.6 Perbandingan penampang geolistrik polarisasi terinduksi


menggunakan elektroda biasa dan elektroda porous spot
sebagai elektroda potensial ……...………………….….......26

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek .............................................. 15

viii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Praktek kerja lapangan adalah salah satu syarat akademik dan mata kuliah wajib
yang terdapat pada kurikulum mahasiswa yang bertujuan untuk dapat memahami
materi-materi yang sudah didapatklan selama perkuliahan sehingga dapat
diaplikasikan langsung di dunia kerja yang sesungguhnya, terkhusus pada bidang
kompetensi keahlian yang terdapat pada departemen geofisika serta penerapannya.
Hal ini tentu saja berupaya untuk meningkatkan mutu mahasiswa geofisika untuk
mempersiapkan diri menuju ke lapangan kerja.

Penulis memilih pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan di PT. HADE GEO
SAINS yang merupakan perusahaan yang berfokus di bidang geofisika. HADE
GEO SAINS berlokasi di Dyndra Residence A3, Wesabbe, Jl. Perintis
kemerdekaan No. 10, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Tugas dari
HADE GEO SAINS yaitu melaksanakan survei dan pengukuran di lapangan,
penelitian, dan pelayanan di bidang geofisika khususnya metode geolistrik.
Praktek kerja lapangan dilakukan di HADE GEO SAINS karena HADE GEO
SAINS menganalisis dan mengkaji tentang metode-metode geofisika, salah
satunya adalah metode geolistrik. Dengan melakukan survei dan pengukuran di
lapangan menggunakan metode geolistrik dapat diketahui prosedur survei dan
pengukuran, pengolahan data dengan interpretasi, serta manfaat daripada metode
geolistrik tersebut.
Seperti yang diketahui, salah satu metoda geofisika yang cukup baik untuk
memetakan kondisi bawah permukaan untuk mengetahui struktur perlapisan adalah
metoda geolistrik. Geolistrik adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang
menitikberatkan kepada medan potensial listrik di bawah permukaan. Medan listrik
di bawah permukaan terdapat dalam bentuk alami sehingga secara teoritik kita
dapat mengukurnya. Geolistrik memiliki spesifikasi yang khusus berdasarkan
responnya, seperti tahanan jenis, self potential (SP), induced polarization (IP),
elektromagnetik, dan lain-lain.

1
Metode IP selalu dilakukan bersama dengan metode resistivitas. Hal ini
dikarenakan pada konfigurasi, pengiriman arus, dan pengukuran beda tegangan
keduanya mempunyai kesamaan, sedangkan yang membedakan antara keduanya
adalah sumber yang digunakan. Prinsip dasarnya yaitu menginjeksikan arus ke
dalam bumi melalui elektroda arus kemudian diamati beda potensial dengan
elektroda potensial. Jadi perlu adanya perbandingan antara penampang hasil kedua
metode tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dengan menambah perbedaan
pada elektroda potensialnya yaitu menggunakan porous spot dan elektroda biasa
(tanpa porous spot) dengan dilakukannya 2 kali pengukuran di daerah yang sama.

1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik

Tujuan dari kerja praktik ini adalah sebagai berikut:


1. Membandingkan persebaran dan pola nilai resistivitas dan chargebility dari
gambaran penampang bawah permukaan kedua metode pengukuran.
2. Mengetahui material penyusun bawah permukaan berdasarkan nilai
resistivitas dan chargebility nya.

Adapun manfaat dari kerja praktik ini adalah sebagai berikut :


1. Dapat melakukan pengolahan data metode geolistrik dan melakukan
identifikasi lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas dan
chargebility.
2. Dapat menjadi penelitian lanjutan untuk menentukan kondisi tanah seperti
untuk kepentingan geoteknik.

1.3 Batasan Masalah


1. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data geolistrik tahanan jenis dan
polarisasi terinduksi pada Agustus 2020.
2. Penentuan perbandingan penampang berdasarkan perbedaan dari elektroda
potensial yang digunakan, yaitu elektroda biasa dan elektroda porous spot.
3. Software yang digunakan dalam pengolahan data gempa ini adalah
RES2DINV, Google Earth Pro, Oasis Montaj 6, Microsoft Office Excel, dan
Notepad.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional

Menurut Sompotan (2010), wilayah Makassar seperti terlihat pada gambar terdiri
dari Endapan Alluvial, yang merupakan batuan sedimen. Ketika pada masa
Tersier awal terjadi pemekaran yang membawa Kalimantan pada bagian timur ke
wilayah Pulau Sulawesi sekarang, dimana rifting (pemekaran di benua) dan
pemekaran lantai samudera pada masa Paleogen yang terjadi di Selat Makassar,
membuat tempat untuk material klastik yang dapat mengendap yang asalnya dari
Kalimantan.
Secara umum di Sulawesi Selatan ada 5 satuan batuan yang tersingkap, yaitu
Satuan Batuan Gunungapi Formasi Carnba, Formasi Walanae, Satuan Intrusi
Basal, Satuan Batuan Gunung api Lompobatang dan Endapan aluvial, Rawa, dan.
Pantai. Daerah penelitian termasuk dalam satuan endapan aluvial, Rawa, dan
pantai berumur Holosen, terdiri dari kerikil, pasir, lempung, lumpur, dan
batugamping koral yang berada di daerah geologi bagian barat dari Sulawesi
Selatan yang dipisahkan dengan daerah bagian timur dengan sesar Walanae
sebagai pembatas keduanya (Somputan, 2010: 11; 33).

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Sulawesi Selatan (Sompotan, 2010).


3
Ketinggian topografi kampus Unhas Tamalanrea berada diantara 10 – 32 m
diatas permukaan elipsoid bumi atau berada kira-kira 5 – 25 meter diatas MSL
(Syahruddin, 2015). Menurut Aslam (2018) hasil pemetaan Geologi Lembar
Ujung Pandang, Bantaeng dan Sinjai yang disusun oleh Sukamto dan Supriatna
pada tahun 1982 terdiri dari Endapan Alluviam, Formasi Camba, Formasi
Tonasa, dan Batuan Gunungapi Baturape.

II.2 Teori Dasar


II.2.1 Metode Geolistrik Dan Sifat Fisis Batuan

Metode geolistrik merupakan salah satu metode eofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan bumi.
Hal ini meliputi pengukuran potensial dan pengukuran arus yang terjadi baik
secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi. Tujuan survei geolistrik
adalah untuk menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan dengan cara
membuat pengukuran di permukaan tanah (Wahyudin, 2013). Berdasarkan harga
resistivitas batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm
2. Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm
3. Isolator : ρ > 107 Ωm

Salah satu sifat batuan adalah konduktifitas (σ) yang menunjukkan kemampuan
bahan tersebut dalam menghantarkan arus listrik. Semakin tinggi nilai
konduktifitas suatu bahan maka semakin baik bahan tersebut menghantarkan arus
listrik, begitu pula sebaliknya, kebalikan dari sifat konduktifitas batuan adalah
resistivitas (Wahyudin, 2013).
Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam
yaitu :

1. Konduksi elektronik Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik
dalam batuan/mineral. Hal ini terjadi, jika batuan/mineral tersebut mempunyai
banyak elektron bebas. Akibatnya arus listrik mudah mengalir pada batuan
tersebut. Sebagai contoh, batuan yang banyak mengandung logam.

2. Konduksi elektrolitik Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan/mineral


yang bersifat porus dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam
hal ini arus listrik mengalir akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit.
4
Konduksi seperti ini lebih lambat daripada konduksi elektronik.

3. Konduksi dielektrik Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik
artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit bahkan tidak ada sama
sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka
elektronelektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah
dengan intinya, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat bergantung pada
konstanta dielektrik batuan yang bersangkutan (Rusmin, 2013).

II.2.2 Prinsip Dasar Metode Geolistrik Resistivitas

Dalam survei metode geolistrik akan diperoleh nilai beda potensial, kuat arus
dan nilai resistivitas batuan. Konsep dasar metode resistivitas adalah Hukum
Ohm. Pada tahun 1826 George Simon Ohm melakukan eksperimen menentukan
hubungan antara tegangan pada penghantar dan arus yang melalui penghantar
dalam batas-batas karakteristik parameter penghantar. Parameter itu disebut
resistansi R, yang didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan dan arus, sehingga
dituliskan dalam persamaan berikut (Dewi, 2019):

(1)

Dengan R adalah resistansi bahan (ohm), I adalah besar kuat arus (Ampere), dan
V adalah besar tegangan (Volt). Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau
tegangan antara ujung-ujung penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi
dan kuat arus. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitas. Resistivitas atau biasa disebut juga tahanan jenis (ρ) merupakan
parameter yang menunjukan daya hambat suatu medium dalam mengalirkan arus
listrik. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi
(hambatan), dimana resistansi bergantung pada luas penampang bahan,
sedangkan resistivitas bergantug pada jenis bahan atau material. Jika ditinjau
sebuah penampang konduktor yang berbentuk silinder dengan panjang (L), luas
penampang (A) adalah (ρ) dan resistansi ( R), maka hubungan antara resistansi
dan resistivitas diberikan oleh persamaan (Wahyudin, 2017):
(2)

Kebalikan dari resistivitas adalah konduktivitas σ, yang dinyatakan dalam


mhos/m atau mhos/cm. Dimana :

( )( )
5
Dimana J adalah Rapat arus (ampere/m2 ), dan E adalah Medan Listrik
(Volt/m). Apabila pada medium homogen dialiri arus listrik (I) dengan medan
listrik (E), yang melalui suatu elemen luas (dA) dengan rapat arus (J) akan
berlaku hubungan :

Dengan demikian rapat arus (J) disetiap elemen luasan akibat medan listrik (E),
akan memenuhi hubungan sebagai berikut :

Dengan (E) dalam volts meter dan σ adalah konduktivitas medium dalam
siemens per meter (S/m). Medan listrik adalah gradien dari potensial skalar,

Hingga kita mendapatkan

Apabila arus stasioner dengan koefisien konduktivitas konstan, maka akan


diperoleh persamaan laplace dengan potensial harmonis (Wahyudin, 2017).
II.2.3 Potensial Pada Bumi Homogen Isotropis

Lapisan bumi bersifat homogen isotropis dimana merupakan pendekatan yang


sederhana dalam penentuan tahanan jenis lapisan-lapisan batuan bumi, sehingga
tahanan jenis dianggap tidak bergantung pada sumbu koordinat dan
merupakan fungsi scalar jarak titik pengamatan. Arus tunggal menyebabkan
timbulnya distribusi potensial. Dalam hal ini hukum-hukum fisika dasar yang
dapat digunakan adalah terutama Hukum Kekekalan Muatan dan Hukum Ohm.
Aliran arus yang mengalir dalam bumi homogen isotropis didasarkan pada
Hukum Kekekalan Muatan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Bila arus stasioner maka persamaan menjadi :

Persamaan (2.7) disubtitusikan kedalam persamaan (2.9), sehingga diperoleh


persamaan sebagai berikut :

Untuk medium homogen isotropis konstan, maka 𝜎 juga konstan atau 𝜎 = 0,


sehingga diperoleh persamaan Laplace sebagai berikut :

Persamaan diatas termasuk persamaan dasar dalam teori penyelidikan geolistrik


tahanan jenis. Dengan demikian distribusi potensial listrik untuk arus listrik
6
searah dalam medium homogen isotropis memenuhi persamaan Laplace
(Wahyudin, 2017).
II.2.4 Potensial Elektroda Arus Tunggal pada Permukaan Medium Isotropis

Pada model bumi yang berbentuk setengah bola homogen isotropis memiliki
konduktivitas udara sama dengan nol. Dengan demikian arus I yang dialirkan
melalui sebuah elektroda pada titik P di permukaan, akan tersebar ke semua arah
dengan besar yang sama. Potensial pada suatu jarak r dari titik P, hanya
merupakan fungsi r saja. Persamaan Laplace yang berhubungan dengan kondisi
ini dalam system koordinat bola adalah :
( ) ( )

Mengingat arus yang mengalir simetri terhadap arah dan pada arus tunggal,
maka persamaan di atas menjadi :

Dengan demikian potensial di setiap titik yang berhubungan dengan sumber arus
pada permukaan bumi yang homogen isotropis adalah (Wahyudin, 2017) :

Gambar 2.2 Sumber arus tunggal di permukaan medium homogen isotropis

II.3 Metode Geolistrik Resistivitas / Tahanan Jenis

Metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode yang mempelajari sifat


tahanan jenis (resistivity) dari lapisan batuan di dalam bumi. Metode ini
merupakan metode yang bersifat aktif dengan mengalirkan arus listrik ke dalam
lapisan bumi melalui dua elektroda arus, sedangkan potensialnya diukur melalui
dua buah elektroda potensial, pada metode geolistrik tahanan jenis disebut sebagai
konfigurasi elektroda. (Rusmin, 2013).
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
7
1. Metode Resistivitas Mapping Merupakan metode resistivitas yang bertujuan
untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan bumi secara
horizontal. Oleh Bidang Equipotensial Aliran Arus Listrik Permukaan Titik 15
karena itu, pada metode ini mempergunakan konfigurasi elektroda yang sama
untuk semua titik pengamatan di permukaan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur
isoresistivitasnya.
2. Metode Resistivitas Sounding/Drilling Metode resistivitas sounding juga biasa
dikenal sebagai resistivitas drilling, resistivitas probing dan lain-lain. Hal ini terjadi
karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di
bawah permukaan bumi secara vertikal.
Resistivitas yang diperoleh sangat bergantung pada cara pemasangan elektroda
arus dan potensial. Dalam metode geolistrik tahanan jenis ada beberapa cara
pemasangan atau konfigurasi elektroda. Konfigurasi ini bergantung pada letak
elektroda arus dan potensial. Hubungan antara beda potensial dan tahanan jenis
dapat ditulis sebagai berikut:

( ) ( )

( ) ( )

Besaran ρ adalah nilai resistivitas (Ohmmeter), k adalah faktor geometri


tergantung konfigurasi yang digunakan, besar r1 menunjukkan jarak C1P1 (jarak
elektroda arus C1 ke elektroda potensial P1) dalam satuan meter, r2 adalah jarak
C2P1(jarak elektroda arus C2 ke elektroda potensial P1) dalam satuan meter, r3
adalah jarak C1P2(jarak elektroda arus C1 ke elektroda potensial P2) dalam
satuan meter, dan r4 adalah jarak C2P2(jarak elektroda arus C2 ke elektroda
potensial P2) dalam satuan meter.
Menrut Dewi (2019) batuan tersusun dari berbagai mineral dan mempunyai sifat
kelistrikan. Beberapa batuan tersusun dari satu jenis mineral, dan sebagian kecil
dibentuk oleh gabungan mineral serta bahan organik dan vulkanik. Sifat kelistrikan
batuan adalah karakteristik dari batuan dalam menghantarkan arus listrik.
Resistivitas batuan adalah hambatan yang diberikan batuan terhadap arus listrik.
Berikut ini adalah nilai resistivitas beberapa jenis batuan.
8
Gambar 2.3 Harga resistivitas dari berbagai batuan
pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah
jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda-elektroda ini tidak dilakukan secara
sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda kecil membesar secara gradual. Jarak
elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin
besar jarak elektroda tersebut maka makin dalam lapisan batuan yang dapat
diselidiki (Wahyudin, 2017).
II. 4 Metode Geolistrik Induced Polarization

Metode Induced Polarization merupakan metode yang dapat dimanfaatkan untuk


menginvestigasi struktur permukaan bumi yang mengandung deposit mineral.
Dengan prinsip mengalirkan arus listrik kedalam bumi kemudian mengamati beda
potensial yang terjadi setelah arus listrik dihentikan. Ketika arus diputus, idealnya
beda potensial tersebut langsung menjadi nol/hilang, tetapi pada medium-medium
tertentu akan menyimpan energi listrik (sebagai kapasitor) dan akan dilepaskan
kembali. Jadi, walaupun arus sudah diputus, tetapi beda tegangan masih ada akan
meluruh terhadap waktu dan berangsur-angsur hilang/nol. Efek ini dinamakan
Efek Induced Polarization. Polarisasi dapat terjadi karena adanya medium yang
mengandung mineral logam. Metode IP mampu mengidentifikasi mineral yang
disseminated (tersebar) namun sulit untuk mineral yang massive. Hal ini
disebabkan mineral yang tersebar lebih mudah terpolarisasi akibat arus yang
melewatinya (Dewi, 2019).
II.4.1 Sumber Polarisasi
Penyebab utama polarisasi dihasilkan dari pengaruh beberapa proses fisika dan
kimia. Telford dkk. (1990) menyatakan bahwa sumber polarisasi terdiri atas dua

9
macam yaitu polarisasi elektroda dan polarisasi membran (Wahyudin, 2017).
1. Polarisasi Elektroda Larutan elektrolit yang mengisi pori-pori batuan
merupakan media yang baik untuk menghantarkan arus listrik. Keberadaan
partikel-partikel mineral yang bersifat logam pada jalur pori-pori batuan
mengakibatkan tertahannya aliran arus listrik ketika melalui pori-pori batuan
tersebut Pada Gambar dibawah memperlihatkan pergerakan ion-ion pada pori-pori
batuan dimana terdapat satu bagian yang tidak terisi oleh butiran mineral logam
atau sulfida lainnya, sedangkan pada bagian lainnya pori-pori tersebut terisi oleh
butiran. Pada bagian pori-pori yang tidak terisi oleh butiran ion-ion positif dan
negatif bergerak menyebar sesuai dengan medan potensial yang
mempengaruhinya. Namun pada bagian pori-pori yang terisi butiran, ion-ion
positif dan negatif ketika diberi arus listrik maka ion-ion tersebut akan bergerak
ke sisi yang berlawanan sesuai dengan medan potensial yang mempengaruhinya.

Gambar 2.4 Pergerakan ion pada pori batuan

Gambar 2.5 Gerakan ion-ion pada pori-pori batuan


Ketika arus listrik dimatikan maka ion-ion yang berada pada rongga batuan yang
terisi oleh butiran akan kembali ke keadaan setimbangnya. Namun proses
kembalinya ion-ion ini ke keadaan setimbangnya membutuhkan waktu, inilah
yang menyebakan mengapa ketika diukur beda potensial pada lapisan batuan di
10
bawah permukaan tidak langsung nol namun perlahan-lahan turun hingga
mencapai nilai nol (Wahyudin, 2017).
2. Polarisasi Membran
Fenomena polarisasi membran terjadi sebagai akibat keberadaan partikel lempung
di sisi pori-pori batuan. Partikel lempung yang memiliki sifat bermuatan negatif
yang besar menyebabkan ion-ion positif yang berasal dari fluida elektrolit tertarik
ke arah patikel lempung yang bermuatan negatif. Proses ini menyebabkan
munculnya ion positif di sisi pori-pori batuan, sedangkan ion-ion negatif yang
berasal dari fluida elektrolit akan menjauh dari posisi partikel lempung.
Pembentukan ion positif ini tidak akan terlalu berpengaruh bila tidak diberikan
beda potensial pada batuan tersebut, namun ketika beda potensial diberikan maka
muatan elektron yang berasal dari arus listrik yang diijeksikan ke dalam struktur
batuan akan terhambat oleh ion positif ini seperti terlihat pada Gambar 2.10 di
bawah. Hal ini disebabkan terhambatnya pergerakan ion-ion yang terdapat di
dalam pori-pori batuan. Proses penghambatan inilah yang menjadi konsep dasar
dari polarisasi membran dalam pori-pori batuan (Wahyudin, 2017).

Gambar 2.6 Proses terjadinya polarisasi membran pada pori-pori batuan


Akibat terbentuknya ion positif atau yang disebut dengan membran menyebabkan
mobilitas dari ion-ion berkurang. Pengurangan mobilisasi ion-ion ini akan sangat
besar bila perubahan medan listrik lambat dengan frekuensi yang lebih kecil dari
0.01 Hz, dengan kata lain batuan memiliki impedansi yang lebih besar pada
frekuensi rendah. Tetapi berbeda halnya jika frekuensi dari medan listrik yang
diberikan besar maka batuan akan memiliki impedansi yang kecil sehingga
dianggap tidak terjadi penghambatan mobilitas ion yang berarti (Wahyudin, 2017).
II.4.2 Pengukuran Respon IP
1. Pengukuran domain Frekuensi
11
Untuk mempolarisasikan suatu bahan dengan arus listrik imbas kesuatu tingkat
tertentu dibutuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya. Karena frekuensi
berbanding terbalik dengan waktu. Maka perbedaan respon tegangan dengan
pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan sifat
polarisasi suatu bahan tertentu. Ini merupakan dasar dalam pengukuran frekuensi.
Pengukuran yang biasa digunakan adalah (Percent Frequency Effect (PFE) dan
Metal Factor (MF). PFE adalah rasio antara perbedaan voltasi pada frekuensi
rendah dan voltasi pada frekuensi tinggi yang diukur dengan voltasi elektroda.
Nilai FE atau PFE adalah reaksi dari adanya mineral yang terkandung dalam
poripori batuan. Semakin tinggi konsentrasi mineral dalam batuan tersebut, maka
semakin besar pula nilai PFE. Sedangkan MF (Metal Factor) adalah jumlah
mineral sulfida yang terkadung dalam batuan, dimana jumlahnya bergantung pada
nilai FE (Massinai, dkk, 2016). Penelitian ini menggunakan respon pengukuran
berdasarkan waktu (Chargebilitas) seperti yang dijelaskan di bawah (Wahyudin,
2017).
2. Pemgukuran Domain Waktu
Prinsip Time Domain adalah dengan mengukur perbedaan respon batuan yang
mengandung mineral konduktif atau tidak dengan melihat overvoltage
(pertambahan beda potensial) pada batuan sebagai fungsi sebagai fungsi waktu
akibat efek polarisasi. Pada saat arus dimatikan, maka diukur overvoltage delay per
waktu, sehingga akan diperoleh nilai apparent chargeability (Ma). Parameter yang
dihitung sebagai petunjuk adanya polarisasi dalam domain waktu adalah:
a. Efek induksi polarisasi Merupakan pengukuran yang paling sederhana,
mengukur tegangan residual pada waktu tertentu setelah arus diputuskan.
Tegangan residual pada waktu setelah arus diputuska. Akibat efek induksi
polarisasi sering dinyatakan dalam milivolt/volt dengan perbandingan (Dewi,
2019):

dimana Vs adalah tegangan sekunder pada saat (t) setelah arus diputus dan Vp
adalah tegangan primer.
b. Chargeability (M) Merupakan pengukuran yang sering dipakai dalam
pengukuran induksi polarisasi dengan metode time domain, chargeability (M)
didapatkan dalam satuan milisekon dan dinyatakan sebagai :
12

dimana Vs adalah tegangan sekunder pada saat (t) setelah arus diputus dan Vp
adalah tegangan primer (Dewi, 2019).

Gambar 2.7 Harga Chargebilitas dari berbagai batuan.


Besaran chargebilitas akan menunjukkan lama atau tidaknya efek polarisasi untuk
menghilang setelah arus dihentikan. Apabila nilai chargebilitas besar, maka waktu
peluruhan akan lebih lama, dan hal tersebut semakin mengindikasikan keberadaan
mineral konduktif di dalam batuan (Wahyudin, 2017).
II. 5 Konfigurasi Elektroda
Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus listrik dialirkan ke dalam bumi melalui
dua elektroda arus. Kemudian, besarnya potensial yang disebabkannya diukur
dipermukaan bumi melalui dua buah elektroda potensial. Besarnya beda potensial
diantara kedua elektroda potensial tersebut selain tergantung pada besarnya arus
yang dialirkan kedalam bumi, juga tergantung pada letak kedua elektroda
potensial tersebut terhadap letak kedua elektroda arus. Dalam hal ini tercakup
juga pengaruh keadaan batuan yang dilewati arus listrik tersebut. Terdapat
berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan keempat elektroda di
permukan bumi. Aturan- aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam
istilah geofisika sering dinamai sebagai konfigurasi elektroda. (Rusmin, 2013).
II.5.1 Konfigurasi Elektroda Wenner – Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan
Schlumberger. Pada pengukuran dengan factor spasi (n) = 1, konfigurasi Wenner-
Sclummberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi Wenner ( jarak antar
elektroda = a), 26 namun pada pengukuran n= 2 dan seterusnya konfigurasi
Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi Schlumberger ( jarak anatara
elektroda arus dan elektroda potensial lebih besar daripada jarak antar elektroda
13
potensial) (Pertiwi, 2017).

Gambar 2. 8 Skema konfigurasi Wenner-Schlumberger


Maka berdasarkan Gambar, faktor geometri pada konfigurasi Wenner -
Schlumberger adalah :

Penggunaan konfigurasi Wenner Schlumberger pada metode geoelektrikal


didasarkan pada kebutuhan penyelidikan perubahan tahanan jenis bawah
permukaan kearah lateral (horizontal) yang biasa disebut ilustrasi lateral mapping.
Terdapat beberapa keunggulan metode geoelektrikal konfigurasi Wenner
Schlumberger dalam pengukuran rembesan (seepage water table) (Chandrasasi,
2018).

14
BAB III

METODOLOGI

III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Geofisika Eksplorasi, Departemen


Geofisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea Indah, Kec.
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dimana penelitian ini
dilaksanakan selama bulan Agustus 2020 sampai dengan September 2020.

Gambar 3.1 Laboratorium Geofisika Eksplorasi, Departemen Geofisika, Fakultas


Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar,
Sulawesi Selatan.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek


Minggu Ke-
No. Bentuk Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Studi Literatur
2 Pengukuran Di Lapangan
3 Pengolahan dan Interpretasi Data
4 Ploting Output
5 Penyusunan Laporan

15
III.2 Alat dan Bahan

Dalam KP yang dilaksanakan, digunakan software dan hardware untuk


menjalankan operasi pengolahan data. Hardware yang digunakan adalah Laptop
Untuk software yang digunakan pada kerja praktek ini adalah RES2DINV, Google
Earth Pro, Oasis Montaj 6, Microsoft Office Excel, dan Notepad.

III. 3 Data

Data yang digunakan merupakan data hasil pengukuran metode geolistrik tahanan
jenis dan IP dari alat Geomative-GD10 pada laboratorium Geofisika Eksplorasi
dengan masing-masing output yang dihasilkan :

(a) (b)
Tabel 3.2 Gambar tampilan data dari pengukuran geolistrik metode tahanan jenis dan IP
dalam format notepad, (a) pengukuran menggunakan elektroda biasa dan (b) pengukuran
menggunakan elektroda Porous Spot.

16
III.4 Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data hasil pengukuran metode geolistrik di lapangan menggunakan


software RES2DINV, Google Earth Pro, Oasis Montaj 6, Microsoft Office Excel,
dan Notepad. Penggunaan RES2DINV adalah untuk menghasilkan gambar
penampang hasil pengukuran di lapangan (observasi), kalkulasi, dan inversi
berdasarkan data resistivitas. sedangkan untuk program Oasis Montaj adalah
untuk melihat penggambaran persebaran nilai resistivitas secara besar. Adapun
Microsoft Office Excel sendiri digunakan untuk melihat header dari data
(informasi awal). Untuk penggunaan RES2DINV adalah :
a. Ubah data dari excel tadi ke dalam data berformat *.dat, karena aplikasi
RES2DINV membaca file yang berekstensi *.dat dengan format input sebagai
berikut :
a. Menentukan nama lintasan survey.
b. Menuliskan jarak elektroda terkecil.
c. Menuliskan data berupa: Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Schlumberger =7,
pole-pole = 2, dipole-dipole = 3, pole-dipole = 6)
d. Menuliskan jumlah nilai total datum point.
e. Menentukan dan menuliskan nilai posisi datum pertama (tulis 0 jika datum
pertama berada di elektroda pertama atau tulis 1 jika datum pertama berada di
tengah-tengah elektoda).
f. Memasukkan dan menuliskan nilai 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
g. Susunan data:
- Posisi horizontal, spasi elektroda x n (lapisan ke-n), nilai resistivitas.
- Ketik nol diakhir input data, 4 kali.
- Setelah mendapat input di notepad, kemudian save as dalam bentuk *.dat.
- Keluar dari notepad

Gambar 3.3 File notepad yang tersimpan dalam format .dat


17
b. Membuka software Res2DinV dan buka file *.dat yang dibuat dengan cara
klik file, lalu klik read data file.

Gambar 3.4 Gambar ketika klik file kemudian read data file.

c. Melakukan inversi dan menampilkan data hasil pengolahan dengan cara


klik inversion lalu klik least square inversion. Inversi dilakukan dengan 2
kali terasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan iterasi secara manual
sesuai dengan jumlah iterasi yang diinginkan.

Gambar 3.5 Hasil gambar ketika klik least square inversion.

d. Untuk memunculkan penampang hasil inversi lebih jelas dapat dilakukan


dengan menggunakan perintah Display, kemudian show inversion results.
Selanjutnya pilih Display sections, kemudian pilih Display data and model
sections.

Gambar 3.6 Hasil inversi dari data resistivitas


18
III.5 Diagram Alir
Mulai

Studi literatur
Pengukuran data

Pengumpulan
Data

Resistivitas Chargebility Resistivitas Chargebility


tanpa porous tanpa porous dengan porous dengan porous
spot spot spot spot

Pengolahan
Data

Res2dinv, Microsoft
Excel, dan Oasis Montaj Analisis

Persebaran dan
Gambaran
pola nilai
penampang 2D
Resistivitas dan
dan interpretasi
Chargebility

Hasil

Kesimpulan
dan Saran

Selesai

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

a. Penampang metode geolistrik tahanan jenis dengan elektroda biasa

(a)

(b)
Gambar 4.1 (a) Penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan elektroda biasa
sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran persebaran resistivitas metode
geolistrik tahanan jenis dengan elektroda biasa.
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat ini pada gambar 4.1 memiliki
rentang variasi nilai resistivitas ialah (17 Ωm – 172 Ωm), Sehingga mengacu dari variasi
respon nilai resistivitas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu resistivitas lapisan pertama
(17,0 – 32,9 Ωm) yang berada pada kedalaman 0,637 – 2,87 meter menandakan
keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang lebih tinggi, kemudian
resistivitas lapisan kedua (32,9 – 106,4 Ωm) yang berada pada kedalaman 0,637 – 2,40
20
meter sebagai Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang rendah, dan resistivitas
lapisan ketiga (106,4 – 172,0 Ωm) yang berada pada kedalaman 0 – 0,637 meter sebagai
Alluvium (tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir. Resistivitas rendah pada
gambar terlihat berwarna biru gelap hingga biru terang, kemudian resistivitas medium
berwarna biru terang hingga jingga gelap, dan resistivitas tinggi berwarna jingga gelap
menuju merah gelap.
b. Penampang metode geolistrik tahanan jenis dengan elektroda Porous Spot

(a)

(b)
Gambar 4.2 (a) Penampang Geolistrik polarisasi terinduksi menggunakan elektroda
biasa sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran persebaran chargebilitas
metode geolistrik polarisasi terinduksi dengan elektroda biasa.
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat ini pada gambar 4.2 memiliki
rentang variasi nilai resistivitas ialah (15,7 Ωm – 172 Ωm), Sehingga mengacu dari
variasi respon nilai resistivitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu resistivitas lapisan
pertama (15,7 – 105 Ωm) yang berada pada kedalaman 0,637 – 2,87 meter menandakan
21
keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi tinggi, dan resistivitas lapisan
kedua (105 – 172 Ωm) yang berada pada kedalaman 0 - 0,637 meter sebagai Alluvium
(tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir. Resistivitas rendah pada gambar
terlihat berwarna biru gelap hingga biru terang, dan resistivitas tinggi berwarna hijau
muda menuju merah gelap.
c. Penampang metode geolistrik Polarisasi Terinduksi dengan elektroda biasa

(a)

(b)
Gambar 4.3 (a) Penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan elektroda porous
spot sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran persebaran resistivitas metode
geolistrik tahanan jenis dengan elektroda porous spot
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat pada gambar 4.3 memiliki
rentang variasi nilai chargeabilitas ialah (0,143 msec – 4,70 msec), Sehingga mengacu
dari variasi respon nilai chargeabilitas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
chargeabilitas lapisan pertama (0,143 – 2,85 msec) yang berada pada kedalaman 0,125 –

22
0,637 meter sebagai Alluvium (tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir,
kemudian chargeabilitas lapisan kedua (0,367 – 2,85 msec) yang berada pada kedalaman
0,637 – 2,40 meter sebagai Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang rendah, dan
chargeabilitas lapisan ketiga (2,85 – 4,70 msec) yang berada pada kedalaman 2,40– 2,87
meter menandakan keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang lebih
tinggi. Chargeabilitas rendah pada gambar terlihat berwarna biru gelap hingga biru
terang, kemudian chargeabilitas medium berwarna biru terang hingga kuning, dan
chargeabilitas tinggi berwarna jingga gelap menuju merah gelap.

d. Penampang metode geolistrik Polarisasi Terinduksi dengan elektroda Porous


Spot

(a)

(b)
Gambar 4.4 (a) Penampang geolistrik polarisasi terinduksi menggunakan
elektroda porous spot sebagai elektroda potensial dan (b) Penggambaran
persebaran chargebilitas metode geolistrik polarisasi terinduksi dengan
elektroda porous spot
Lintasan sepanjang 14,5 meter dengan arah timur-barat pada gambar 4.4 memiliki

23
rentang variasi nilai chargeabilitas ialah (0,130 msec – 4,70 msec), Sehingga mengacu
dari variasi respon nilai chargeabilitas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
chargeabilitas lapisan pertama (0,130 – 4,70 msec) yang berada pada kedalaman 0,125 –
0,637 meter sebagai Alluvium (tanah alluvial) yang tersusun dari lempung dan pasir,
kemudian chargeabilitas lapisan kedua (0,130 – 2,74 msec) yang berada pada kedalaman
0,637 – 2,40 meter sebagai Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang rendah, dan
chargeabilitas lapisan ketiga (2,74 – 4,70 msec) yang berada pada kedalaman 2,40– 2,87
meter menandakan keberadaan Endapan alluvium dengan tingkat saturasi yang lebih
tinggi. Chargeabilitas rendah pada gambar terlihat berwarna biru gelap hingga biru
terang, kemudian chargeabilitas medium berwarna biru terang hingga kuning, dan
chargeabilitas tinggi berwarna jingga gelap menuju merah gelap.

IV.2 Pembahasan

Menurut gambar hasil dari penampang resistivitas dan IP didapatkan bahwa daerah yang
dangkal memiliki nilai resistivitas yang tinggi dan daerah yang dalam memiliki
resistivitas yang rendah. Keadaan tanah yang dangkal bersifat kering dikarenakan cuaca
yang panas pada saat pengukuran dilakukan. Resistivitas yang rendah dari 15.7 – 63.8
Ωm diinterpretasikan sebagai tanah alluvium nilai chargebility yang relatif rendah
sekitar 0.130 – 2.850. Kemudian resistivitas 63.8 – 172 Ωm diinterpretasikan sebagai
tanah aluvium berupa lempung dan pasir. nilai chargebility yang relatif rendah
menandakan sebagian besar bahwa keadaan bawah permukaannya tersusun dari endapan
alluvium. Jika ditinjau kembali, penampang dari setiap metode menampilkan pola nilai
yang memiliki kesamaan. Terlihat bahwa nilai resistivitas tinggi relatif berada pada
kedalaman yang dangkal, yaitu 0 -0.623 meter dan resistivitas rendah pada kedalaman
yang dalam, yaitu 0.623–2.87 meter. Terlihat jelas pula penggambaran ini pada hasil
dari gridding. Hal ini berkebalikan dengan persebaran dan pola nilai chargeability yang
memiliki nilai rendah pada kedalaman dangkal sekitar dan tinggi pada kedalaman yang
dalam. Setelah dibandingkan didapat kesamaan dari gambaran penampang baik
resistivitas maupun chargeability pada kedua metode.
Berikut kesamaan pada metode tahanan jenis :
I. Pada jarak lintasan 1,0-3,0 meter dari permukaan sampai kedalaman 1,59 meter
memiliki persebaran variasi nilai resistivitas yang relatif sama besarnya (Gambar
4.5, poin I).
II. Pada jarak lintasan 5,50-7,50 meter pada kedalaman 2,40-2,87 meter memiliki
24
persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 15,7-38,1 Ωm
(Gambar 4.5, poin II).
III. Pada jarak lintasan 4,00-7,00 mulai dari permukaan sampai kedalaman 0,637
meter memiliki persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 124-
172 Ωm (Gambar 4.5, poin III).
IV. Pada jarak 11,00-12,00 meter di kedalaman 0,637-1,24 meter memiliki
persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 15,7-38,1 Ωm
(Gambar 4.5, poin IV).
V. Pada jarak 9,00-1,00 meter dari permukaan sampai kedalaman 0,637 meter
memiliki persebaran nilai resistivitas yang relatif sama yaitu sekitar 150-172 Ωm
(Gambar 4.5, poin V).

Gambar 4.5 Perbandingan penampang geolistrik tahanan jenis menggunakan


elektroda biasa dan elektroda porous spot sebagai elektroda potensial.

Sedangkan kesamaan pada metode induksi polarisasi adalah :


I. Pada jarak 3,0-4,0 meter dari permukaan sampai kedalaman 0,637 meter
memiliki persebaran nilai chargeability yang relatif sama yaitu 0,130-0,783
msekon (Gambar 4.6, poin I).
II. Pada jarak 9,0-9,5 meter di lintasan terdapat perubahan nilai chargeability
sebesar 2,05-4,70 msekon (Gambar 4.6, poin II).
III. Pada jarak 5,00-8,50 meter di lintasan dari kedalaman 2,40-2,87 memiliki
persebaran nilai chargeability yang mirip, yaitu sebesar 2,85-4,783 msekon
(Gambar 4.6, poin III).

25
Gambar 4.6 Perbandingan penampang geolistrik polarisasi terinduksi
menggunakan elektroda biasa dan elektroda porous spot sebagai elektroda
potensial

26
27
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data geolistrik tahanan jenis dan polarisasi terinduksi dari
pengukuran di lapangan pada bulan Agustus 2020, dapat disimpulkan :

1. Bahwa pola persebaran nilai resistivitas maupun chargebility baik


menggunakan porous spot maupun tanpa porous spot relatif hampir sama
baik pada metode tahanan jenis maupun metode induksi polarisasi.
2. Berdasarkan nilai resisitivitas dan chargebility, didapatkan bahwa lapisan
dengan kedalaman yaitu 0-0.623 meter diinterpretasikan sebagai tanah
penutup campuran dan pada kedalaman 0.623–2.87 meter diinterpretasikan
sebagai tanah alluvium pasiran.

V.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya penelitian tentang geolistrik ini
bisa dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan dari data yang telah
didapatkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sompotan, A. F. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Bandung: Perpustakaan Sains


Kebumian Institut Teknologi Bandung.
Wahyudin. 2017. Aplikasi Metode Polarisasi Terinduksi (IP) Dan Resistivitas
Untuk Zona Mineralisasi Timah di Area Bangka Barat. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Dewi, K. K. 2017 . Pemetaan Zona Korosivitas Tanah Berdasarkan Nilai


Chargebility Menggunakan Metode Time Domain induced Polarization
Konfigurasi Dipole-Dipole Studi Kasus PT. Ipmomi. Skripsi. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya.

Rusmin. 2013. Identifikasi Benda Arkeologi Di Kec. Makassar Dengan Metode


Geolistrik Konfigurasi Wenner - Schlumberger. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar

Chandrasasi, D., R. Asmaranto., & N. M. C. Partarini. 2018. Penerapan Metode


Geolistrik Konfigurasi Wenner – Schlumberger Untuk Analisis Rembesan Pada
Maindam Waduk Greneng, Kabupaten Blora. Jurnal Teknik Pengairan. 9(2):
114-124

Pertiwi, H. S. I., M. A. Massinai., &Syamsuddin. 2017. Studi Bawah Permukaan


Untuk Identifikasi Sebaran Batuan Intrusi Menggunakan Metode Geolistrik
Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Syahruddin, & dkk. 2015. Resistivitas Batuan Kampus Unhas Tamalanrea. prosiding
SFN UNHAS, Makassar: 2015. Hal. 1-10.

28
29

Anda mungkin juga menyukai