Anda di halaman 1dari 15

TAHARAH MANDI

Makalah Diajukan Untuk Menempuh Tugas Mata Kuliah


“ Fikih Ibadah “
Dosen Pengampu:
Frandy Argadinata, M.H.

Disusun Oleh : PAI C


Kelompok : 4

1. Haidar Abdurrohman (201180093)


2. Imroatus Sholihah (A) (201180103)
3. Iqlima Umaiyyatul Ma’arifah (201180111)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Taharah Mandi “. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Fikih Ibadah semester dua jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan -
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang kami miliki.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah pada waktu dan kesempatan
berikutnya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak - pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Bapak Frandy selaku dosen mata kuliah Fikih Ibadah.
Akhirnya, kami berharap semoga Allah SWT memberikan keberkahan
kepada kita semua dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 1
C. Tujuan………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….3
A. Pengertian mandi……………………………………………………3
B. Hal-hal yang mewajibkan mandi……………………………………3
C. Rukun-rukun mandi…………………………………………………5
D. Macam-macam mandi sunnah………………………………………8
E. Kesunatan-kesunatan dalam mandi…………………………………9
F. Hal-hal yang dimakruhkan…………………………………………10
BAB III PENUTUP………………………………………………………...…. 11
A. Kesimpulan………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thaharah menurut pengertian bahasa berarti “suci/kesucian” atau
‘bersih/kebersihan”.Kata ini mengandung pengertian yang lebih luas, yaitu
mencakup kebersihan atau kesucian dari segala kotoran yang bersifat fisik
(material), seperti kencing dan kotoran, maupun secara hukum seperti
berhadats.Seseorang dikatakan bersih dari hadats, apabila telah mandi dan
berwudhu.Seseorang yang dalam keadaan junub disebut kotor secara
hukum karena dia belum mandi wajib. Dia disebut bersih apabila ia telah
mandi. Mandi adalah cara untuk membersihkan badan dari junub (hadats
besar). Seseorang juga dipandang kotor secara hukum, apabila ia belum
berwudhu. Seseorang yang sudah berwudhu sudah dipandang bersih
menurut hukum. Wudhu adalah cara untuk membersihkan badan dari
kotoran (hadats kecil).1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mandi ?
2. Apa saja hal-hal yang mewajibkan mandi ?
3. Apa rukun-rukun mandi ?
4. Apa kesunnatan dalam mandi ?
5. Apa hal-hal dimakruhkan dalam mandi ?
6. Apa macam-macam mandi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian mandi
2. Mengetahui hal-hal yang mewajibkan mandi
3. Mengetahui rukun-rukun mandi
4. Mengetahui kesunnatan dalam mandi
5. Mengetahui hal-hal yang dimakruhkan dalam mandi
6. Mengetahui macam-macam mandi

1
Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,
Bogor:Kencana, 2003, Hal.34

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mandi
Pengertian mandi menurut lughat (etimology) yaitu mengalirnya air
secara mutlak, baik di badan atau lainnya. Sedangkan menurut syara'
(terminology) yaitu mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan syarat-syarat
tertentu dan di sertai niat. Dalil-dalil yang mewajibkan mandi yaitu firman
Allah dalam surat Al Ma’idah ayat:6:
)6 : ‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا (المائدة‬
Artinya:Allah berfirman“Apabila kamu semua junub (hadas besar) maka
mandilah”. (QS. Al Ma’idah : 6)
Dan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim :
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال َما ُء ِمنَ ْال َما ِء (رواه مسلم) اي الغسل من المني‬
َ ‫قَا َل النَّبِ ُّي‬
Artinya: Nabi bersabda :"Wajib mandi sebab keluarnya mani". (HR.
Muslim)
Kewajiban bagi seseorang untuk mandi dari hadats besar, yaitu ketika akan
melaksanakan hal-hal yang disyaratkan suci dari hadas besar seperti shalat,
thawaf dan lain-lain. 2

B. Hal-hal yang mewajibkan mandi:


a. Versi Imam Hanafi

1. Keluar sperma secara tersendat-sendat dan disertai rasa nikmat


2. Masuknya khasafah (penis) kedalam farji (lubang jalan depan atau
belakang)
3. Terputusnya darah haidl
4. Terputusnya darah nifas
Dalam konsep madzhab Hanafi, keluar sperma dapat mewajibkan
mandi bila proses keluarnya disertai rasa nikmat yang lazimnya pasti

2
KH. A. Zainuddin Djazuli,fiqih lintas madzhab, (Kediri:Ploso Mojo), 2017

3
tersendat-sendat (tadaffuq), persyaratan ini berdasarkan pada
haditsnya. Umi Salamah yang diriwayatkan Imam Turmudzi:
َ y‫ا ِم ْث‬yyَ‫ َرى فِي َمنَا ِمه‬yَ‫رْ أَ ِة ت‬yy‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ْال َم‬
‫ ُل‬y‫ َرى ال َّر ُج‬yَ‫ا ي‬yy‫ل َم‬y ِ َ‫إِ َّن أُ َّم َسلَ َمةَ لَ َّما َسأَل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬
َ ‫ى‬
ْ َ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم أَتَ ِج ُد لِ َذلِكَ لَ َّذةً قَال‬
)‫ت نَ َع ْم فَقَا َل إِ ْغ ِسلِ ْي (رواه الترمذي‬ َّ ‫فَقَا َل َعلَي ِه ال‬

Artinya: Ketika Umi Salamah bertanya kepada Nabi tentang


perempuan yang bermimpi dan mengeluarkan mani, sebagaimana
bermimpinya laki-laki yang mengeluarkan mani, "Apakah perempuan
tersebut wajib mandi?" Nabi balik bertanya "Apakah ketika keluar
mani disertai rasa nikmat ?" Umi Salamah menjawab "Ya" lalu Nabi
bersabda "mandilah" (HR. Turmudzi)

b. Versi Imam Maliki

1.Keluar sperma yang disertai rasa nikmat


2. Terputusnya darah haidl
3. Terputusnya darah nifas
4. Memasukkan khasafah (penis) kedalam farji (lubang jalan depan atau
belakang),baik milik orang maupun hewan
5. Melahirkan
6. Baru masuk Islam

c. Versi Imam Syafi'i

1. Keluar sperma dengan cara apapun, baik disertai syahwat atau tidak
2. Memasukkan khasafah (penis) kedalam farji (lubang jalan depan atau
belakang), baik milik orang maupun hewan
3. Terputusnya darah haidl
4. Terputusnya darah nifas
5. Melahirkan
6. Baru masuk Islam, bila sebelumnya pernah junub
7. Mati, selain mati syahid dunia akhirat.

4
Catatan :
Mati syahid dunia akhirat yaitu mati dalm perang dengan tujuan
membela agama Allah (kebenaran) dan matinya sebab perang.

d. Versi Imam Hambali

1. Keluar sperma yang disertai rasa nikmat


2. Memasukkan khasafah (penis) kedalam farji (lubang jalan depan atau
belakang), baik milik orang maupun hewan, hidup atau mati
3. Terputusnya darah haid
4. Terputusnya darah nifas
5. Melahirkan yang disertai darah
6. Baru masuk Islam
Masuk Islam adalah salah satu hal yang mewajibkan mandi menurut
madzab Mâliki, Syafi'i dan Hambali Pendapat ini bertendensi pada
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dâwud dan Imam
Nasâ’i dan hadits ini ditetapkan sebagai hadits hasan oleh Imam
Turmudzi :
‫ص ٍم أَ ْن يَ ْغتَ ِس َل ِح ْينَ أَ ْسلَ َم‬ ٍ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ َم َر ثُ َما َمةَ ا ْبنَ أَثــ‬
َ ‫ال َوقَي‬
ِ ‫ْس ا ْبنَ عَا‬ َّ ِ‫اِ َّن النَّب‬
َ ‫ى‬

)‫(رواه أبو داود والنسائي‬

Artinya :“Sesungguhnya Nabi SAW. menyuruh Tsumamah bin Atsal


dan Qois bin 'Asim supaya mandi ketika keduanya masuk islam. (HR.
Abu Dawud)
     

C. Rukun-rukun mandi:

a. Rukun Mandi Versi Imam Hanafi

1. Berkumur (madmadlah)
2. Menghirup air kehidung dan mengeluarkannya (istinsyak)
3. Meratakan air keseluruh badan yang tampak (kulit dan rambut)

5
Imam Hanafi mengkategorikan madmadlah dan istinsyaksebagai
rukun mandi, tendensi Beliau adalah firman Allah surat Al-Ma’idah : 6:
)6 : ‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا (المائدة‬

Artinya:Allah berfirman “Apabila kamu semua junub (hadats besar),


maka bersucilah (mandi)”.(QS. Al-Ma’idah : 6)
Ayat tersebut diatas menunjukkan perintah untuk mensucikan
anggota badan, maka konsekuensi dari perintah tersebut adalah wajib
membersihkan seluruh anggota badan yang tergolong mudah, seperti
mulut dengan madmadlah dan dua lubang hidung dengan istinsyak, lain
halnya dengan anggota tubuh yang sulit dibersihkan (terkena air),
seperti lubang mata dan lubang telinga, maka keduanya tidak wajib
dibersihkan (kena air). Juga berdasarkan hadits yang berbunyi :
ِ ‫ان فِي ْال ِجنَابَ ِة ُسنَّت‬
‫َان فِي ال ُوضُو ِء‬ ِ ‫ض‬َ ْ‫إِنَّهُ َما فَر‬

Artinya: Berkumur dan Istinsyak merupkan dua hal wajib ketika mandi
janabah, dan sunah ketika berwudlu.

b. Rukun Mandi Versi Imam Maliki


1. Niat, boleh dilakukan sebelum membasuh badan
2. Terus menerus(muwâlah), seperti dalam wudlu
3. Menggosok anggota badan yang dibasuh (dalku)
4. Memasukkan jari-jari tangan satu ke sela-sela jari tangan yang lain
dan ke rambut (takhlîl)
5. Mengalirkan air ke seluruh tubuh (kulit dan rambut)
Menurut konsep Imam Mâliki muwâlah dalam mandi termasuk
fardlu, karena beliau bertendensi pada sebuah ayat Al Qur'an surat Al
Ma’idah ayat : 6 :
ِ ِ‫صالَ ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬
)6 : ‫(المائدة‬... ‫ق‬ َّ ‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال‬: ‫قال هللا تعالى‬

6
Dengan penafsiran sebagai berikut :
a. Huruf idza (‫ )اذا‬pada lafadz ‫ إذاقمتم‬adalah huruf syarat, dan syarat
mengandung makna sebab, sedangkan antara sebab dengan yang
disebabi tidak boleh dipisah dalam waktu yang lama.
b. Huruf fa’ (‫اء‬yy‫ )ف‬pada lafadz ‫لوا‬yy‫ فاغس‬memiliki faidah makna ta’qîb
(beriringan tanpa pemisah lama).
c. Lafadz ‫لوا‬yyy‫ فاغس‬merupakan sîghot amr (kalimat perintah) yang
konsekuensi dari makna amr harus dilaksanakan segera.
Pada masalah menggosok (dalku) anggota yang dibasuh, dikalangan
Ulama Mâliki terdapat perbedaan pendapat, Ibnu Abd Hâkam
menyatakan bahwa menggosok anggota yang dibasuh bukan
kefardluan, melainkan yang difardlukan hanya mengalirkan air ke
anggota yang dibasuh, sehingga bila tanpa menggosok anggota yang
dibasuh, air bisa merata keseluruh tubuh, maka mandinya sudah
dianggap cukup, karena menggosok hanya perantara supaya air bisa
merata keseluruh tubuh. Sama halnya dengan memasukkan jari-jari
tangan satu ke sela-sela jari tangan yang lain dan ke rambut (takhlîl)
merupakan perantara sampainya air ke seluruh anggota yang dibasuh,
dalam hal ini Ulama' Mâliki terdapat perbedaan pendapat.

c. Rukun Mandi Versi Imam Syafi'i


1. Niat ketika membasuh anggota badan
2. Mengalirkan air keseluruh badan
3. Membersihkan najis yang terdapat di badan
Perbedaan pendapat dikalangan Ulama Syafi'i terjadi pada rukun ke
tiga, karena ketika najis yang melekat di badan berupa najis hukmiyah
(tidak punya bau, warna atau rasa), Imam Rofi'i tetap mengharuskan
membasuhnya sebelum mandi, tidak cukup satu basuhan untuk dua hal
(mandi dan membersihkan najis), sedangkan Imam Nawawi tidak
mengharuskan membasuh najis terlebih dahulu (cukup satu basuhan
untuk mandi dan membasuh najis). Namun jika najisnya berupa

7
najis'ainiyah (punya bau, warna atau rasa), Imam Rofi’i dan Imam
Nawawi sepakat pada hukum wajibnya menghilangkan najis sebelum
mandi.

d. Rukun Mandi Versi Imam Hambali

1. Niat ketika membasuh badan


2. Berkumur (madmadlah)
3. Menghirup air kehidung dan mengeluarkannya(istinsyak)
4. Mengalirkan air ke seluruh tubuh

     D.Macam-Macam Mandi Sunnah

a.Mandi Jum’at

Waktunya mandi jum'at dimulai dari terbitnya fajar sodiq, dengan niat:
‫ْت ْال ُغ ْس َل لِيَوْ ِم ْال ُج ْم َع ِة ُسنَّةً هللِ تَ َعالَى‬
ُ ‫نَ َوي‬
Artinya: Saya niat mandi jum'at supanya mendapatkan kesunahan,
karena Allah SWT.
Banyak sekali hal-hal yang disunahkan ketika hari Jum’at,
diantaranya memotong kuku tangan dan kaki, memotong rambut,
membersihkan badan dari kotoran dan bau kurang enak. Referensi yang
dijadikan dasar disunahkan mandi Jum'at adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
ُ‫ َّد ِهن‬y َ‫ر َوي‬y ْ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل الَ يَ ْغتَ ِس ُل َر ُج ٌل يَوْ َم ْال ُج ْم َع ِة َويَتَطَهَّ ُر بِ َما‬
ٍ y‫تَطَا َع ِم ْنطُ ْه‬y ‫اس‬ َّ ِ‫اِ َّن النَّب‬
َ ‫ى‬
‫ت إِ َذا‬ ِ ‫هُ ثُ َّم يُ ْن‬yَ‫ب ل‬
ُ y‫ص‬ َ ‫ق بَ ْينَ ْاثنَ ْي ِن ثُ َّم ي‬
َ ِ‫ا ُكت‬yy‫لِّي َم‬y‫ُص‬ ِ ‫ِم ْن ُد ْهنِ ِه أَوْ يَ َمسُّ ِم ْن ِطي‬
ُ ‫ ِّر‬yَ‫ ُر ُج فَالَ يُف‬y‫ب بَ ْيتِ ِه ثُ َّم يَ ْخ‬
)‫(رواه البخاري‬ ‫تَ َكلَّ َم ْا ِإل َما ُم إِالَّ ُغفِ َر لَهُ َما بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ ْال ُج ُم َع ِة ْاألُ ْخ َرى‬
Artinya:Nabi bersabda "Tiada bagi seseorang yang mandi, memakai
wangi-wangian, berangkat Jum’atan, lalu mendengarkan Imam ketika
sedang membacakan khutbah Jum’at, kecuali ia akan diampuni
dosanya sampai Jum’at mendatang".(HR. Bukhori)

8
b.Mandi Hari Raya
Disunahkan mandi ketika datangnya hari raya Idul Fitri dan Idul Adha,
tendensi kesunahan ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu
Majah :
)‫ن (رواه ابن ماجة‬yِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْغتَ ِس ُل يَوْ َم ْال ِع ْي َد ْي‬
َ َ‫َكان‬
Artinya: "Nabi SAW. mandi pada dua hari raya (Idul fitri dan Idul
Adha)" (HR. Ibnu Majah).
Waktunya mandi hari raya ('Idul fitri dan 'Idul adha) mulai dari
terbitnya fajar sadiq dengan niat :
ْ ِ‫ْت ْال ُغ ْس َل لِيَوْ ِم ِع ْي ِد ْالف‬
‫ األَضْ َحى ُسنَّةً هللِ تَ َعالَى‬/‫ط ِر‬ ُ ‫نَ َوي‬
Artinya: "Saya niat mandi hari raya Idul Fitri / Idul Adha supanya
mendapatkan kesunahan, karena Allah SWT".
Diantara hal-hal yang disunahkan pada hari raya adalah memakai
pakaian yang baru dan bersih dan memakai wangi-wangian.
c. Mandi Ihrom
Seseorang yang hendak melakukan ihrom haji atau umroh
disunahkan mandi terlebih dahulu. Dasar kesunahan ini adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit :
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تَ َج َّر َد ِ ِإل ْهالَلِ ِه َوا ْغتـ َ َس َل‬ َّ ِ‫ت أَنَّهُ َرأَى النَّب‬
َ ‫ي‬ ٍ ِ‫َر َوى َز ْي ُد ابْنُ ثَاب‬
Artinya: Zaid bin Tsabit melihat Rasulullah tidak berpakaian (yang
dilarang bagi orang yang sedang ihrom) karena hendak ihrom, dan
Beliau mandi.(Hadits hasan)
Waktunya mandi ihrom yaitu ketika seseorang hendak melakukan
ihrom dengan niat:
ِ ِ‫ْت ْال ُغ ْس َل ل‬
‫إلحْ َر ِام ُسنَّةً هللِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َوي‬
Artinya: "Saya niat mandi karena hendak ihrom supanya dapat
kesunahan, karena Allah SWT.

E.Kesunnatan-kesunnatan mandi:
1. Membaca basmalah.
2. Berkumur dan menghirup air ke dalam hidung.

9
3. Menghilangkan kotoran.
4. Berwudlu dengan sempurna sebelum mandi dengan niat melakukan
kesunnatan mandi, jika tidak hadats kecil, namun jika mempunyai hadats
kecil, maka wudhunya diniati menghilangkan haddats kecil.
5. Meneliti daerah-daerah yang sulit terjangkau air, seperti telinga, bagian
bawah kuku, dll selama air bisa menjangkau daerah-daerah tersebut.
Apabila tidak, maka meneliti daerah-daerah tersebut hukumnya wajib.
6. Menggosok-gosok badan dengan menggunakan tangan keseluruhan
anggota badan yang mampu dijangau oleh tangan.
7. Muwalah atau menyegerakan basuhan, dalam artian segera membasuh
anggota tubuh berikutnya sebelum anggota tubuh yang baru dibasuh
mengering.
8. Mendahulukan anggota badan sebelah kanan.
9. Mendahulukan anggota badan bagian atas.
10. Tidak meminta bantuan orang lain kecuali apabila apabila ada udzur.
11. Meletakkan tempat air yang besar disebelah kanan dan yang kecil sebelah
kiri.
12. Tatslits, atau yakni mengulangi basuhan tiap-tiap anggota tubuh sebayak
tiga kali.
13. Menghadap kiblat apabila keadaanya tidak telanjang.
14. Berada ditempat aman dari percikan air.
15. Menyela-nyelani rambut sebelum membasuhnya, karena hal tersebut bisa
menghindarkan seseorang dari isrof (berlebihan dalam menggunakan air).
16. Membaca syahadat diakhir mandi.3
F. Hal-hal yang dimakruhkan
Kemakruhan dalam mandi, sama dengan kemakruhan wudhu, seperti
terlalu berlebihan dalam menggunakan air, mendahulukan anggota tubuh
sebelah kiri dll.4

3
Tholhah Ma’ruf, Moh.Halimi, Syaikhul Hakim, Abdullah, Nanang Ni’amillah, Fuad
Hasan, FIQIH IBADAH, (Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr, 2010).Hlm 46-47
4
Ibid.,Hlm 47

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah membaca makalah yang saya buat tentang mandi wajib
yang mana cabang dari thaharah, dapat diambil kesimpulan bahwasanya
mandi wajib tidaklah seperti mandi yang biasa kita lakukan dalam
keseharian kita.Namun mandi untuk menghilangkan hadats besar yang
ada pada diri kita dan dalam sebuah moment yang khusus pula. Mandi
wajib dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dengan tetap
mengikuti madzhab yang baik dan benar juga tidak melenceng dari
syariat Islam serta yang melakukan pun merasa nyaman melakukannya.

Berbagai pokok permasalahan telah dikaji di atas sebagaimana hakikat


mandi besar itu sendiri.Mandi besar berkaitan erat dengan berwudhu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, Zainuddin,fiqih lintas madzhab,Kediri:Ploso Mojo, 2017

Ma’ruf, Tholhah, Moh.Halimi, Syaikhul Hakim, Abdullah, Nanang


Ni’amillah, Fuad Hasan, FIQIH IBADAH, Kediri: Lembaga Ta’lif
Wannasyr, 2010

Thib Raya, Ahmad dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk
Ibadah Dalam Islam, Bogor:Kencana, 2003

12

Anda mungkin juga menyukai