PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah. Seksualitas
adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta, termasuk di
dalamnya memandang, berbicara, dan bergandengan tangan. Seksualitas mengandung
arti yang luas bagi manusia, karena sejak manusia lahir hal tersebut telah
menyertainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu seksual
2. Sesualitas hormal dan penyesuaian seks yang sehat
3. Apa itu adaptasi stress
4. Apa itu adaptasi secara psikologi
5. Apa itu itu adaptasi social budaya
6. Apa itu kehilangan
7. Diagnose Keperawatan Kehilangan
8. Rencana Tindakan Keperawatan
C. Tujuan Makalah
1. Agar pembaca /mahasiswa memahami konsep diatas
2. Agar bias lebih menambah ilmu pembaca
1
D. Manfaat Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUTUHAN SEKSUAL
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah. Seksualitas
adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta, termasuk di
dalamnya memandang, berbicara, dan bergandengan tangan. Seksualitas mengandung
arti yang luas bagi manusia, karena sejak manusia lahir hal tersebut telah
menyertainya.
Seks berkaitan dengan psikososial. Itulah sebabnya pendidikan mengenai seks
harus Holistic atau menyeluruh. Sebab, jika menitikberatkan pada satu aspek saja,
maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalah hal ini pada individu atau pada
masyarakat dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Beberapa pengertian
yang berkaitan dengan psikososial yaitu:
1. Sexual identity ( identitas kelamin)
Identitas kelamin ialah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau kewanitaan
tubunya. Hal ini tergantung pada cirri-ciri seksual biologisnya, yaitu koromosom
genitalia eksterna dan interna, komposisi hormonial, tesis dan ovarium serta cirri-
ciri sex sekunder. Jika tubuh seseorang berkembang secara normal, maka
seseorang individu sejak umur 2 atau 3 tahun tidak meragukan lagi jenis
kelaminnya.
2. Gender identity ( identitas jenis kelamin)
Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin keperibadiannya,
merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tidak terhitung dari pengalaman dengan
anggota keluarga, guru, kawan, teman kerja dan dari fenomena kebudayaan.
Identitas jenis kelamin dibentuk oleh cirri-ciri fisik yang diperoleh secara biologic
yang saling berhubungan dengan satu system rangsangan yang berbelit-belit,
termasuk pemberian hadiah dan hukuman berkenaan dengan hasil seks serta
sebutan dan petunjuk orang tua mengenai jenis kelamin. Factor kebudayaan dapat
mengakibatkan konflik tentang identitas jenis kelamin dengan secara ikut-ikutan
member cap maskulin atau feminine pada prilaku nonseksual tertentu. Misalnya,
anak laki-laki yang suka masak dicap feminine, sedangkan anak perempuan yang
suka berkelahi atau berolahraga silat dicap maskulin
3
3. Gander Role Behavior ( prilaku jenis kelamin )
Perilaku peranan jenis kelamin ialah semua yang dikatakan dan dilakukan
seseorang yang menyatakan bahwa dirinya itu seorang pria atau wanita. Meskipun
factor biologis penting dalam mencapai peran yang sesuai dengan jenis
kelaminnya, factor utama adalah factor belajar. Bila sami-istri semakin menua,
maka hubugan seks memegang peranan penting dalam mempertahankan kestabilan
perkawinan. Dorongan seksual wanita meningkat antara umur 30-40 tahun dan
orgasme dapat dicapai hingga usia tua. Seorang pria dapat melakukan aktifitas
seksual hingga umur tua juga. Factor yang paling penting dalam mempertahankan
seksualitas yang efektif ialah ekspresi seksual yang selalu dilakukan dengan aktif.
4
Adapun respon perilaku seksual maladiptif meliputi perilaku yang tidak
memenuhi satu atau lebih kriteria yang diuraikan di atas.
2. Organ seksualitas
a. Organ seksualitas pada pria
Penis merupakan organ seksualitas utama bagi pria di samping mulut dan
putting susu. Urkuran penis dalam keadaan rileks tidak berhubungan dengan
ukurannya dalam keadaan reaksi yaitu sebuah penis yang lebih kecil bereaksi
relatife lebih besar dibandingkan dengan penis yang lebih besar.
b. Organ seksualitas pada perempuan
Klitoris merupakan organ seksualitas pada wanita di samping vagina,
labia, putting susu, dan mulut. Ukuran klitoris sangan bervariasi dan tidak
berhubungan dengan besarnya nafsu atau cepatnya respon seksul wanita yang
bersangkutan.
3. Dorongan seksual
Dorongan seksual merupakan keinginan untuk mendapatkan kepuasan
secara seksual. Dorongan seksual pada remaja muncul saat memasuki usia
pubertas, sebab saat puber, organ-organ reprodukdi sudah mulai berfungsi,
hormone-hormon seksualnya juga mulai berfungsi. Hormone-hormon inilah yang
menyebabkan munculnya dorongan seksual, yaitu hormone estrogen dan
progesterone pada perempuan, serta hormone testosterone pada laki-laki.
Berkaitan dengan dorongan seksual ini, tidak ada perbedaan antara dorongan
seksual yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Artinya tidak ada dorongan
seksual yang lebih tinggi antara laki-laiki dan perempuan. Meskipun di
masyarakat muncul kepercayaan bahwa dorongan seksual pada laki-laki lebih
besar dibandikankan perempuan. Hal ini disebabkan oleh budaya yang
mengijinkan laki-laki untuk lebih ekspresif ( termasuk dalam hal seksual),
sementara perempuan dilarang untuk menunjukan ketertarikan seksualnya di
depan banyak orang.
4. Gangguan kemampuan seks.
Pada pria, fugsi seksual dipengaruhi factor psikologik, fisiologik seperti
keadaan neruologik, endokrin, umur serta factor sosio budaya seperti pendidikan,
adat istiadan dan sikap dalam masyarakat terhadap wanita. Impotensi ialah ketidak
mampuan pria mencapai atau mempertahankan ereksi sehingga akibatnya ia tidak
melakukan coitus. Ragam impotensi yaitu:
5
a. Impotensi primer yaitu tidak pernah mencapai ereksi dan tidak pernah
melakukan coitus
b. Impotensi sekunder yaitu dulu pernah mencapai ereksi dan dapat
melakukan coitus, kemudian tidak dapat
c. Impotensi selektif yaitu dapat melakukan coitus dalam keadaan tertentu,
tetapi tidak dapat dalam keadaan lainya.
1. Factor organic
Impotensi karena factor organic yaitu kelemahan sesudah suatu
penyakit badaniah misalnya diabetes mellitus, hipoteroid, anemia,
malnutrisi, gangguan medulla spinalis, obat-obatan narkotika
( menurunkan libido sehingga terjadi impotensi), pemakaian dalam
jangka panjang berbiturake, imipramin, dan fenotiazin ( mempunyai
efek antikolinergik yang menggangu saluran otonomik yang
diperlukan untuk melakukan ereksi), thiorizadin dapat menyebabkan
penderita tidak dapat berejakulasi biarpun impoten dan mencapai
organism
2. Factor psikologi
Factor psikologi paling sering (lebih dari 90%) merupakan
penyebab impotensi menjadi manifestasi, mungkin sebagai impotensi
“biasa” mungkin juga sebagai impotensi selektif (hanya dalam kedaan
tertentu dan dalam keadaan lain tidak, atau hanya dengan istri atau
wanita lain), impotensi karena kurang pengalaman (pada pengalaman
pertama heteroseksual), impotensi sebelum organism dan ejakulasi
( penis menjadi lemas segera sesudah memasuki vagina), impotensi
karena deviasi seksual (misalnya transvestisme, bestialis, sadism,
mashokhisme, penderita impoten dalam keadaan hetero seksual, tetapi
mempu dalam keadaan yang memenuhi keriteria deviasi seksual)
6
tentang mekanisme ereksi dan ejakulasi untuk menghilangkan
kecemasan dan rasa rendah diri
d. Mastubrasi kompulsif
Masturbasi adalah menimbulakan rangsangan dan kepuasan seksual pada
diri sendiri. Masturbasi biasanya merupakan pendahuluan yang normal
sebelum prilaku hetero-sexual ( yang berhubungan dengan objek).
Penelitian Kinsey di amerika serikat menunjukan bahwa hampir semua
pria dan tiga perempat wanita melakukan masturbasi pada suatu waktu
dalam hidup mereka.
Masturbasi menjadi patologik bila dilakukan secara komplusif, sehingga
merupakan suatu gejala gangguan jiwa, bukan karena seksual tapi karena
komplusif. Puber yang melauka masturbasi sama sekali tidak boleh
ditambah ketegangan, kecemasan, celaan, membandingkan dengan anak-
anak lain atau di takut-takuti penyakit sebagai akibat mastubarsi.
7
Penyimpangan ini diidentifikasiakan dengan kekambuhan, dorongan seksual
yang tinggi dan fantasi geteran seksual.
3. Pedofilia
Untuk mencapai kepuasan seksual, maka seorang pedofil memakai objek
seksualitasnya adalah dari seorang anak dari sex yang sama atau berlainan.
4. Transvestitisme
Transvestitisme atau transvestisme adalah keadaan seseorang yang mencari
rangsangan dan pemuasan seksual dengan memakai pakaian dan berperan
sebai seseorang dari sex yang berlainan.
5. Ekshibionisme
Untuk mencapai rangsangan dan pemuasan seksual seorang ekshibionis harus
memperlihatkan genitaliannya di depan umum. Masturbasi dapat terjadi
selama ekshibionisme.
6. Voyeurisme
Voyeurisme atau skopofilia ialah keadaan seseorang yang harus mengamati
rindakan seksual atau ketelanjangan (orang lain) untuk memperoleh
rangsangan dan pemuasan seksual.
7. Sadisme dan masokhisme
Seorang sadist mencapai rangsangan dan pemuasan seksual dengan menyakiti
(secaraa fisik dan psikologik) objek seksualnya., seorang masochist bila
disakiti oleh objek seksualnya.
8. Transeksualilisme
Seorang Transeksualilisme menolak jenis kelamin badaniah, tidak peduli ia
dibesarkan sebagai pria atau wanita. Dapat dikatakan bahwa “jenis kelamin
fisik”nya dan “jenis kelamin psikologik”nya bertentangan.
9. Deviasi seksual lain
Devisi seksual atau penyimpangan seksual, misalnya seks oral (kunilingus
yaitu kontak mulut/lidah dengan alat kelamin wanita, felaksi yaitu kontak
mulut dengan anus), bila tidak dipakai sebagai cara utama untuk mencapai
pemuasan seksual.
10. Foretteurisme
Penyimpangan ini didefinisikan sebagai preolupasi berulang dengan dorongan
atau fantasi seksual yang kuat dengan lamanya paling sedikit 6 bulan, meliputi
menyentuh dan menggosok seseorang tanpa izin.
8
B.KONSEP ADAPTASI STRESS
Riset lain telah memfokuskan pada orang yang paling tahan terhadap stress yang
tidak mengalami gangguan fisik atau emosional walaupun menghadapi peristiwa
stress berat. Karakteristik kepribadian individu yang tahan stress atau tabah
ditingkatkan dalam pengertian
9
''komitmen '', kendali''. Rasa mampu mengendalikan peristiwa kehidupan
mencerminkan perasaan kompetensi dan juga memengaruhi penilaian terhadap
peristiwa stress.
a. Problem-focused coping
10
tujuannya adalah untuk menjauhkan diri dari masalah dan mendapatkan kembali
perasaan menguasai masalah.
Strategi penghindaraan negatif : aktifitas yang dapat mengalihkan kita dari mood.
Contohnya adalah minum-minuman sampai mabuk, negbut-ngebutan di jalan.
Mempertahankan emosi
1. Repression
Dalam represi, impuls atau memori yang terlalu menakutkan dan menyakitkan
di keluarkan dari kesadaran. Memori yang menimbulkan rasa malu, bersalah atau
mencela diri sendiri seringkali depresi.
2. Rationalization
Rasionalisasi adalah motif yang dapat diterima secara logika atau sosial yang kita
dilakukan sedemikian rupa sehingga kita tampaknya bertindak secara rasional.
Rasionalitas memiliki dua fungsi : menghilangkan kekecewaan kita saat kita gagal
mencapai tujuan. Memberikan motif yang dapat diterima oleh diri kita.
Jika kita bertindak secara impulsif atau berdasarkan motif yang tidak ingin
kita akui bahkan diri kita sendiri, kita merasionalisasikan apa yang telah kita lakukan
untuk menempatkan perilaku kita dalam pandangan yang lebih menguntungkan.
3. Reaction formation
11
Sebagian individu dapat mengungkapkan suatu motif bagi dirinya sendiri
dengan memberikan ekspresi kuat pada motif yang berlawanan. Kecenderungan itu
dinamakan Reaction formation. Contohnya seorang ibu yang merasa karena
ketidakinginannya mempunyai anak mungkin jadi terlalu memperhatikan dan terlalu
protektif untuk meyakinkan anak akan cintanya dan meyakinkan dirinya bahwa ia
adalah ibu yang baik.
4. Projection
Semua orang memiliki sifat yang tidak diinginkan yang tidak kita akui,
bahkan oleh diri sendiri. Salah satu mekanisme bawah sadar, proyeksi, melindungi
kita dari mengetahui kekualitas diri kita yang tidak layak dengan menampakkan sifat
itu secara berlebihan pada diri orang lain.
5. Intellectualization
6. Denial
7. Displancement
Strategi pencegahan :
12
Untuk mencegah mengalami stres, setidaknya ada 3 lapis.
- lapis pertama~ primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan
sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya :skill
mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelgasikan, skill mengorganisasikan,
menata dan seterusnya.
- lapis ketiga~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang
terlanjur ada, kalau di perlukan meminta bantuan jaringan supportive (social-
network) ataupun bantuan profesional.
1. S : studi skillu
Ada banyak hal yang perlu di pelajari, yang ingin diketahui, ada banyak
kegiatan yang ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stres,
seyoganya mahasiswa perlu memiliki berbagai skillu belajar yang sesuai sehingga
saya bisa belajar secara efektif tetapi juga efisien dalam menggunakan daya dan
waktu serta sumber lainnya.
2. T : tempo-time management
Selain skillu belajar, skill penting yang juga perlu anda kuasai untuk
menangani stress adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut siswa perlu
memiliki paradigma waktu yang tepat.
3. R : rehat~rest~ istirahat
Tubuh kita default memerlukan, jelas, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana
speeding, tetapi up' juga slowing dan bila down' kita terampil untuk tidak memiliki.
Keterampilan istirahat, leyeh-leyeh, santai (bukan leha-leha) maka besar
kemungkinan kita mengalami stres.
13
Tubuh kita membutuhkan asuhan yang seimbang memadai, agar bisa bugar,
bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya kita terlebih
dahulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta peralatan
tersebut.
Selamat talk yaitu percakapan kalo, dimana kita biasa mendengar apa yang
kaya hati atau hati nurani katakaa kepada kita.
Manusia adalah makhluk sosial, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian
lagi, butuh perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli,
yang akan merasa kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau
berkomunikasi.
Cemas menghadapi ujian atau test adalah salah satu bentuk stress yang lumrah
di hadapi oleh hampir semua orang, bagaimana kita sebaiknya menangani stress
tersebut. Cemas hadapi ujian adalah respon kita atasi situasi ujian, respon yang kita
peroleh dan ulangi sejak kecil, yang seperti juga semua hasil perolehan belajar
lainnya, respon tersebut bisa di ubah.
b. Belajar memadai dan banyak berlatih sesuai tipe ujian (open endi, multiple choice
ataukah essay) yang dihadapi
Apabila kita memang ragu kurang menguasai bahan, tidak ada cara lain
cobalah belajar, kuasai secara memadai.
14
3. Persiapan fisik
a. Asupan nutrisi yang sesuai untuk situasi ujian (tidak terlalu kenyang, bergizi dan
seimbang).
Metode ini merupakan teknik yang paling sederhana, yang bisa menolong kita
menenangkan respon fisiologik/faal yang ditimbulkan oleh perasaan kita.
C.KONSEP KEHILANGAN
A. Pengertian
15
1. Fase pengingkaran
Reaksi pertma individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang
benar terjadi “atau” itu tidak mungkin terjadi. Bagi individu atau
keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus
mencari tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah,
dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam
beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadi kehilangan individu menunjukan rasa marah yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri.
Tidak jarang ia menunjukan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak
pengobatan, menunduk dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik
yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur dan tangan terkepal
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon
kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata
“ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “.
Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar
adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya “.
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh dir, dan
16
lain sebagainya. Gejala fisik yang ditujukan antara lain : menolak
makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kahilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “ apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh “.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan
perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta
mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak
dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah/kronis.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
3. Deisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
b. Tujuan khusus :
17
5. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan
perbaikan komunikasi dengan orang lain
c. Intervensi
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
a. Tujuan :
1. Klien merasa harga dirinya naik
2. Klien menggunakan koping yang adaptif
3. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya
b. Intervensi
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :
a). Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan
b). Bekerja dengan klien pada tingkat kekuata ego yang
dimilikinya
c.) Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan
terapeutik
2. Menyelidiki diri dengan cara :
a). Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya
b). Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan
hubunganya dengan orang lain memalui keterbukaan
c). Berespon secara empati dan menekankan bahwa
kekuatan untuk berubah ada pada klien
3. Mengevaluasi diri dengan cara :
18
a). Membantu klien menerima perasaan dan pikiran
b). Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif
terhadap masalahnya
4. Membuat perencanaan yang realistic
a)Membantu klien mengidentifikasi alternative pemecahan
masalah
b)Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang
realistic
4. Bertanggung jawab dalam bertindak
a)Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting
untuk merubah respon maladaptive dan mempertahankan
respon koping yang adaptif
5. Mengobservasi tingkat depresi
a)Mengamati perilaku klien
b). Bersama klien membahas perasaannya
6. Membantu klien mengurangi rasa bersalah
a). Menghargai perasaan klien
b). Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan
c). Memberikan kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya
d). Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul
19
3). Menganjurkan klien untuk mencuci baju
4). Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah. Seksualitas
adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta, termasuk di
dalamnya memandang, berbicara, dan bergandengan tangan. Seksualitas mengandung
arti yang luas bagi manusia, karena sejak manusia lahir hal tersebut telah
menyertainya.
B. SARAN
21
22