Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Nama : Larasati Dwifa Miftahul Janah
NIM : 2013351030
Mata Kuliah : Ekologi
Dosen Pengampu : Sarip Usman, S.K.M., M.Kes.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena petunjuk serta hidayah-Nya
lah makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita
mendapat syafaatnya di Yaumul Akhir nanti.
Penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan baru bagi
setiap orang yang membacanya dan untuk kedepannya agar dapat menambah atau
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Dalam menyusun makalah ini tentu terdapat kesalahan dan kekurangan baik segi
pengetahuan maupun segi penulisan. Karena kami masih dalam proses pembelajaran dan
kemampuan saya masih terbatas, untuk itu saya sebagai penyusun mengharapkan agar dapat
diberikan koreksi, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kepentingan bersama.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh
ii
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan dan Ekologi....................................................................................4
2.2 Ekologi Pembangunan............................................................................................4
2.3 Hubungan Pembangunan dengan Lingkungan...................................................7
2.4 Pembangunan di Negara Maju dilihat dari Ekologinya....................................8
2.5 Pembangunan di Negara Berkembang dilihat dari Ekologinya......................10
2.6 Manfaat dan Risiko Pembangunan....................................................................13
2.7 Pembangunan Berwawasan Lingkungan..........................................................14
2.8 Tujuan Pembangunan Berwawasan Lingkungan.............................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan dan pembangunan adalah satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan
antara keduanya. Pembangunan merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh manusia
dengan tujuan guna mencapai suatu kehidupan yang lebih baik untuk memenuhi
kesejahteraan manusia. Artinya, tidak dapat dipungkiri bahwa hakikat pembangunan
adalah bagaimana agar kehidupan kedepan menjadi lebih baik dari kehidupan hari ini.
Bruce Mitchell,1 mengatakan bahwa pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan akan
mengalami empat situasi pokok, yaitu (i) perubahan, (ii) kompleksitas, (iii)
ketidakpastian, (iv) konflik.
“The right of people and nations to permanent sovereignty over their natural wealth and
resources must be exercised in the interest of their national development and well-being
of the people of the state concerned”.
Pandangan Hikmahanto Juwana , dalam deklarasi tersebut tidak ada ketentuan yang
mengatur tentang pemanfaatan harus memperhatikan masalah lingkungan. Dalam
kenyataannya ada kecendrungan bahwa dalam memanfaatkan sumber daya alam banyak
negara berkembang mengabaikan masalah lingkungan, bahkan cenderung merusak atau
mencemarkan lingkungan. Bagi negara berkembang yang terpenting adalah
“mengeksploitasi” sumber daya alam guna mengejar ketinggalan mereka dari negara
maju. Lebih parahnya, bagi negara berkembang termasuk Indonesia, paradigma yang ada
berpandangan ia dapat melakukan apa saja dalam wilayah negaranya atas dasar hak untuk
membangun (the right to development).
1
Paradigma inilah kemudian yang menjadi salah satu pemicu banyaknya kasus-kasus
lingkungan yang terjadi di negara Indonesia. Misalnya: 1). Semburan Lumpur Panas
Lapindo Brantas di Jawa Timur (2006), 2). Adanya Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau
(2003-sampai sekarang), 3). Pencemaran di Teluk Buyat Sulawesi Utara oleh PT
Newmont Minahasa Raya (2004), 4). Adanya Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan
Barat (2005), 5). Pembalakan Liar (illegal loging) di Kalimantan, 6). Adanya pencemaran
Kali Surabaya (1995-2005), 7). Adanya Pengalihan Fungsi Hutan Lindung menjadi
kawasan perkotaan di Riau (2007), 7). Adanya kerusakan Hutan di Kalimantan Timur
(2004- 2008), 8),5 Pencemaran Kali Ciliwung Tangerang, 9). Pencemaran Sungai
Citarum Bandung, 10). Pencemaran air bawah tanah Bantul Yogyakarta, 11). Pencemaran
air sumur Batang Jawa Tengah, dan lain sebagainya .
Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi mengenai pertentangan antara pembangunan
dengan lingkungan, perlu adanya suatu perubahan mendasar berkaitan dengan pandangan
atau paradigma terhadap keduanya yaitu antara lingkungan dengan pembangunan. Selama
ini, orang memisahkan antara lingkungan dan pembangunan, yang seharusnya tidak tepat
apabila dipertentangkan. Pola pikir yang demikian itu tentu saja dilandasi oleh sebuah
pemikiran yang menganggap lingkungan diluar dari pembangunan itu sendiri atau yang
lazim disebut dengan antroposentris. Paham antroposentris berpandangan bahwa segala
bentuk kegiatan pembangunan yang dilaksanakan, selalu atau lebih banyak ditujukan bagi
kepentingan manusia, khususnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraannya semata.
Pada sisi yang lain, munculnya berbagai persoalan lingkungan hidup di Indonesia mulai
dari pencemaran dan perusakan lingkungan juga diakibatkan belum adanya pengaturan
hukum pengelolaan lingkungan hidup yang komprehensif, progresif, demokratis,
berkeadilan dan berkeadaban. Kehadiran UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPPLH) yang
merupakan pengganti dari undang-undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 23
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Keberadaan UUPPLH apabila
ditelaah secara komprehensif baik secara konseptual maupun dalam tataran
implementatifnya masih belum mampu menjawab dan memberikan solusi terhadap
berbagai macam persolan lingkungan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka menjadi penting untuk menemukan
alternatif kerangka fikir dan alternatif terhadap penyelesaian berbagai macam persoalan
lingkungan hidup. Pertanyaannya kemudian bagaimanakah rekonstruksi dan
2
pengembangan pengaturan konsep hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia?
Hal ini menjadi wajib untuk terus dievaluasi mengingat, persoalan pencemaran dan
perusakan lingkungan di Indonesia sudah mengalami titik kulminasi tertinggi. Berbagai
macam bencana lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi bukti nyata dan tidak
terbantahkan bahwa antara manusia dengan lingkungan sudah semakin tidak bersahabat
dan harmonis.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu cabang ekologi yang mempelajari tentang lingkungan hidup sebagai objek
kajian dalam hubungannya dengan pembangunan adalah ekologi pembangunan. Studi ini
sangat pesat pembangunannya berhubungan dengan banyaknya kasus kerusakan
lingkungan sebagai akibat dari proses pembangunan. Pembangunan adalah upaya-upaya
yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Upaya-upaya untuk
memperoleh kesehjateraan atau taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua orang
dimanapun berada. Khusunya di negara-negara berkembang, pembangunan merupakan
pilihan penting dilakukan guna mencapai kesehjateraan penduduknya.
Upaya di bidang pertanian dilakukan secara ekstensi fikasi dan intensi fikasi. Lahan di
perluas dan pupuk di tingkatkan jumlah maupun mutunya melalui sistem teknologi.
Sarana-sarana insfrastruktur ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan
transportasi. Sektor industri dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi
pembangunan pertanian, tetapi juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang
dibutuhkan. Industri selain meningkatkan pendapatan, juga berperan untuk menyerap
tenaga kerja. Dengan demikian pembangunan merupakan sarana bagi pencapaian taraf
kesejahteraan manusia. Namun demikian, setiap pembangunan tidak terlepas dari adanya
dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan. Lingkungan menjadi semakin
rusak berupa pencemaran, dan kerusakan sumber-sumber hayati seperti penipisan
cadangan hutan (deforestization), punahnya bermacam-macam biota, baik spesies
4
binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Di samping itu terjadi pula berbagai penyakit
sebagai akibat dari pencemaran industri.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, tidak ada pilihan kecuali meneruskan
pembangunan dengan tingkat risiko maha hebat bagi lingkungan dan kekayaan alamnya.
Namun pembangunan, risiko yang terjadi akan lebih besar pula di banding dengan
keadaan membangun. Maka bagi negara-negara berkembang, pembangunan menjadi
suatu yang bersifat simalakama. Membangun mempunyai risiko besar, tanpa
membangun tetap pula mempunya risiko besar. Atas dasar itulah adanya teori zero
growt, yakni kebijakan yang diterapkan seluruh dunia untuk menekan pertumbuhan
ekonomi dan kependudukan, sangat tidak populer bagi negara-negara berkembang.
Dari sudut pandang ekologi pembangunan, teori diatas dipandang tidak tepat. Karena
konsep disiplin ini tidak pernah menawarkan suatu kebijakan tanpa pertumbuhan.
Pembangunan dan pertumbuhan adalah pilihan yang tidak perlu ditiadakan, tetapi harus
dicari sebagai solusi yang signifikasi : bagaimana menekan berbagai dampak yang terjadi
akibat dari pembangunan dan bagaimana supaya lingkungan dan sumber-sumber alam
tidak menjadi rusak dan habis dalam program mencapai tingkat pertumbuhan.
Berdasarkan deskripsi di atas, timbul pertanyaan apa saja yang menjadi obyek kajian dari
ekologi pembangunan. Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu kiranya
dipahami dulu apa yang dimaksud dengan ekologi pembangunan. Ekologi pembangunan
terdiri dari paduan kata ekologi dan pembangunan. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari anatara organisme dan lingkungan. Pembangunan (development) adalah the
application of human, financial, and physical resources to satisfy human needs and
improve the quality of life. Pembangunan merupakan tuntunan tentang sumber daya
manusia, keuangan dan sumber-sumber alam untuk memuaskan kebutuhan manusia dan
meningkatkan kualitas hidup. Ada pakar yang menyoroti dampak dari kebijakan
pembangunan terhadap sistem ekologi. Ada sebagian mengatakan bagaimana hubungan
antara pola pembangunan dengan faktor-faktor konservasi alam dan lingkungan. Otto
Soemarwoto dalam hubungannya dengan studi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
5
Lingkungan) mengatakan bahwa ilmu ekologi pembangunan adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara pembangunan dan lingkungan.
Prinsip-prinsip yang dicapai selama ini ialah penekanan arti dan peranan yang
memberikan tempat lebih prioritas kepada pembangunan. Pembangunan selalu dimaknai
dengan pertumbuhan fisik, yang berti pula apapun yang diupayakan dalam pembangunan
lebih divaluasikan kepada nilai ekonomi, pertumbuhan atau angka-angka. Di manapun
dan dari dasar apapun pembangunan berangkat, maka prioritasnya selalu pembangunan.
Ketika pembangunan disadari justru berangkat dari faktor sumber daya alam dan
lingkungan, maka tidak tampak upaya supaya faktor lingkungan juga menjadi elemen
penting dari makna pembangunan. Artinya faktor alam dan lingkungan hanya berperan
sebagai faktor pendukung pembangunan.
6
Melihat dampak-dampak negatif demikian dicari altematif supaya pembangunan tidak
selamannya menjadi anti lingkungan. Pandangan demikian melahirkan terminologi yang
selalu menempatkan ecodepelopment, yakni bila di Indonesiakan menjadi pembangunan
berasan lingkungan. Istilah ini dilahirkan secara resmi dari UUPLH 1982, undang-
undang nasional yang pertama tentang pengaturan lingkungan secara komprehensif, yang
banyak mengakomodasikan prinsip-prinsip deklarasi stockholm pada konferensi
lingkungan hidup 1972. Kritik-kritik atas dominasi pembangunan terhadap lingkungan
tetap berkembang hingga kemudian melahirkan pergantian baru agar tidak terdapat
pandangan (kesan) bahwa lingkungan selalu menjadi korban dalam pembangunan.
7
kedepannya kehidupan manusia akan mengalami kesulitan yang banyak. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak terjadi.
Ada beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan dan
pemanfaatan sumber-sumber alam yang dapat diperbaharui, yaitu sebagai berikut: a.
Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih penuh sumber
kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka b. Tetap adanya
keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di alam c. Dalam penggalian
sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya pelestarian alam, artinya pengambilan
hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi dari sumber alam tersebut. d.
Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan terciptanya
kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spritual. Selain itu dalam
perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian sumber daya alam
untuk kehidupan harus disertai dengan :
1) Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahn lingkungan hidup, dengan
dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
2) Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan
kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan
datang (kalau mungkin untuk selamanya)
3) Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian
lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya
autoregenerasinya
4) Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan
hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan
hinggga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, sosial dan spritual.
5) Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk memperbaiki
kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan, dalam rangka menjaga
kelestarian lingkungan
6) Pemakaian sumber alam tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien mungkin.
8
Namun dibalik kemajuan yang dibuat Jepang tersebut, di lain sisi Jepang pun harus
memperhatikan dampak-dampak yang terjadi akibat pengembangan industri negaranya,
salah satu dampak terbesarnya yakni masalah lingkungan. Industrialisasi merupakan
faktor penyebab terjadinya kerusakan lingkungan di Jepang. Pertumbuhan ekonomi
dimasyarakat Jepang pasca perang dan juga disertai dengan kerusakan lingkungan,
menunjukkan bahwa Jepang memiliki catatan terburuk mengenai kerusakan lingkungan
di antara negara-negara maju. Hal tersebut dilakukan oleh Jepang tidak lain untuk
meningkatkan perekonomian Jepang.
Sehingga Jepang berupaya ikut serta dalam penanganan isu perubahan iklim global yakni
Protokol Kyoto yang dibentuk oleh badan PBB yang menangani masalah lingkungan
(UNFCCC). Dimana aturan-aturan yang ada di Protokol Kyoto mewajibkan Jepang
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 6% dalam periode 2007-2012, dan bagi
Jepang aturan tersebut menjadi beban berat yang dapat mempengaruhi kebijakan Jepang,
dan dalam pelaksanaannya tersebut, upaya Jepang dalam Protokol Kyoto malah terlihat
bimbang atau dilema.
Negara-negara industri mempunyai persoalan sendiri tetapi mereka mempunyai peran
yang penting untuk memperbaiki lingkungan di negara berkembang.
9
Contoh pembangunan di Jepang
10
Pertanian merupakan industri biologis yang memanfaatkan proses biokimia,
menggunakan media tanaman. Pertanian modern mengubah proses alamiah tanaman
yang semula semata-mata hanya menggunakan unsur-unsur hara asli dari dalam tanah,
diganti dengan proses pemacuan pertumbuhan dan hasil penennya melalui pemupukan,
pestisida, dan varietasvarietas sintetik yang rakus hara untuk berproduksi tinggi.
Penerapan teknologi pertanian modern sejak tahun 1970 atau yang dikenal sebagai
teknologi revolusi hijau, disamping telah meningkatkan produksi 300% dibandingkan
produksi tahun 1960-an, juga meninggalkan dampak negatif pada mutu lingkungan dan
keanekaragaman hayati (IRRI, 2004).
Selain itu, Kerusakan lingkungan sudah mulai terasa dengan sering terjadi anomali cuaca
diberbagai waktu ditambah dengan semakin panasnya alam akibat menipisnya ozon (efek
rumah kaca). Terjadinya kasus banjir bandang yang meluas dan kasus-kasus longsor
menandakan bahwa alam sudah terjadi pergeseran sebagai akibat perubahan pada system
ekosistem. Pergeseran musim sangat terasa sehingga kita sangat sulit menentukan bulan
sekarang akan musim hujan atau musim kemarau.
Dampaknya sangat luar biasa bagi kegiatan perekonomian secara keseluruhun, petani
sangat sulit menentukan tanggal tanam, nelayan akan sulit menentukan waktu yang pas
untuk mengambil ikan dan lain sebagainya. Sehingga kondisi demikian akan menuntut
perubahan terhadap setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan catatan bila perilaku
alam tak dapat berubah. Dan jika bercermin kepada Data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana sepanjang tahun 2017 telah terjadi 2.341 bencana meliputi
Gempa Bumi (Aceh Tenggara, Kabupaten Poso, Tasikmalaya), Erupsi Gunung Berapi
(Sinabung, Karangasem), Banjir (Murungraya, Kabupaten Gorontalo, Luwu Timur,
Magelang, Padangsidempuan), Banjir dan Tanah Lonsor (Sidenrangpang, Sulawesi
Selatan), Lonsor (Kintamanu, Nganjuk, Ponorogo,Limapuluhkota). Kerusakan yang
ditimbulkan akibat bencana tersebut yakni 47.442 Rumah Rusak, 1.272 Fasilitas
Pendidikan Rusak, 113 Fasilitas Kesehatan Rusak, 698 Fasilitas Peribadatan Rusak.
Dampak bencana menyebabkan 377 jiwa meninggal dan ada 3,49 juta jiwa yang
terdampak dan mengungsi.
Potensi bencana alam akan terus terjadi pada tahun-tahun berikutnya, jika tidak
dilakukan perubahan paradigma pembangunan dan ditunjang dengan kesamaan
pemahaman antara pemangku kepentingan, pasar dan masyarakat kemungkinan bencana
alam akan terus menghantui manusia. Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam
(natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Bencana alam akibat
kejadian akan sulit untuk dihindari namun manusia seyogyanya harus mampu
menyiapkan diri agar terhindar dari resiko tersebut. Bencana alam akibat ulah manusia,
ini merupakan refleksi dari kegiatan manusia tanpa melihat kondisi keseimbangan alam.
Jika dibandingkan dengan kejadian alam maka bencana alam akibat ulah manusia
dampaknya akan sangat luarbiasa karena akan mengubah keseimbangan alam. Menurut
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) bencana dapat
dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi
(hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi
(technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation)
Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-
elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana.
Akibat bencana alam adalah terjadinya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan
tidak saja mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem namun yang lebih parah lagi
yakni efek pemanasan global yang berisiko kepada naiknya suhu bumi. Sebagian
11
bencana alam bisa jadi dampak dari pemanasan global. Terjadinya pemasanasan global
dilihat oleh sebagian ilmuwan lebih cepat dibandingkan ilmuwan lain. Namun konsensus
ilmiah bersepakat bahwa suhu ratarata bumi telah meningkat antara0.4 hingga 0.8oC
dalam 100 tahun terakhir. Penelitian terakhir memperkirakan bahwa rata-rata suhu global
bisa meningkat antara 1.4 hingga 5.8 oC pada tahun 2100.3 Pemanasan global tidak
dapat dilepaskan dari fenomena pencemaran udara yang diakibatkan oleh pembakaran
bahan bakar fosil, pembukaan lahan, pertanian dan aktivitas manusia lainnya yang
diyakini sebagai sumber utama dari pemanasan suhu global yang telah terjadi selama 50
tahun terakhir. Sehingga dalam tahun-tahun terakhir ini, para ekonom semakin
menyadari betapa pentingnya implikasi-implikasi yang ditimbulkan oleh berbagai
persoalan lingkungan hidup terhadap keberhasilan upaya-upaya pembangunan ekonomi.
Berbicara mengenai perlindungan lingkungan di Indonesia nampaknya masih jauh dari
ekspektasi yang digagas oleh konsep pembangunan berkelanjutan karena hingga saat ini
Indonesia masih memiliki banyak masalah terkait pelestarian lingkungan. Salah satu isu
yang belum bisa diselesaikan oleh pemerintah adalah isu tumpukan sampah yang
mencemari lingkungan. Kasus “gunung sampah‟ yang menghambat aliran Sungai
Citarum di Bandung (Lestari, 2017), Jawa Barat adalah bukti bahwa pengelolaan sampah
di Indonesia masih rendah bahkan sampah tersebut tidak dipilah dulu sebelumnya
sehingga menyumbat aliran air dan membunuh ekosistem yang ada didalam sungai.
Selanjutnya, isu alih fungsi lahan pertanian juga turut mewarnai dinamika ekologi politik
Indonesia. Alih fungsi lahan pernah terjadi didaerah Bekasi yakni penyusutan lahan
pertanian sekitar 1500 hektar/tahun sejak tahun 2009. Sementara pada akhir tahun 2017,
penyusutannya sudah mencapai 48.000 hektar. Data tersebut didapatkan dari Dinas
Kabupaten Bekasi, melalui dinas tersebut juga terdapat informasi bahwa penyusutan
tersebut akibat alih fungsi lahan dari daerah pertanian menjadi lahan pemukiman elit
yang tidak mensejahterahkan masyarakat sekitar. Dampak lain terhadap alih fungsi lahan
yang terjadi adalah tersumbatnya saluran irigasi warga karena terhalang dengan
bangunan pemukiman.
Persoalan–persoalan yang dihadapi oleh negara berkembang adalah : air yang tercemar,
sanitasi yang tidak memadai, pengurangan kesuburan tanah, asap dari pembakaaran
diruang terbuka atau tertutup. Sedang yang dialami negara maju adalah emisi karbon
dioksida, perusakaan ozon, smogs yang disebabkan oleh photo chemical, hujan asam dan
limbah yang berbahaya.
12
Contoh pembangunan di Indonesia
1) Sungai kita bendung, dengan bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik,
bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah tergenangnya
kampung dan sawah, tergusurkan penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan
hewan. Kayu dalam hutan kita tebang.
13
2) Devisa dalam jumlah besar kita dapatkan dari ekspor kayu. Sebaliknya kita
menghadapi risiko kepunahan hewan dan tumbuhan, bertambahnya erosi, rusaknya
tata air dan terjadinya padang alang-alang.
3) Batubara kita manfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Dengan itu kita
mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga dan gas SO2.
4) Transportasi kita tambah, hubungan dari satu tempat ketempat lain menjadi mudah.
Tetapi risikonya ialah pencemaran udara dan kebisingan, serta kecelakaan lalu lintas.
14
hidup dimana ia dijalankan. Untuk itu perlu adanya kebijaksanaan yang tepat untuk
mencegah dan memininalisir dampak negatif pembangunan yang berhubungan dengan
kelestarian lingkungan. Lingkungan hidup dapat berupa lingkungan fisik dan non fisik
tetapi disini akan ditekankan pada lingkungan fisik terutama hutan sebagai sumber daya
alam hal yang penting bagi kehidupan manusia.
Secara universal pembangunan memang diperlukan, namun tahun-tahun terakhir ada
kekawatiran dimana kendala lingkungan akan membatasi pembangunan dan
pembangunan dapat menyebabkan kerusakan yang serius terhadap lingkungan yang pada
akhirnya akan merusak kualitas kehidupan. Persoalan-persoalan lingkungan menjadi
kenyataan yang serius dan membutuhkan perhatian serius pula. Menurut Djayadiningrat
(1995: ) hubungan pembangunan dan lingkungan dapat dilihat dari dua tahap:
Tahap Pertama, kualitas lingkungan yakni air yang aman dalam jumlah yang banyak
serta udara yang sehat sebagai bagian dari kesejahteraan yang akan
ditingkatkan. Apabila keuntungan yang didapat dengan naiknya
pendapatan, tetapi diikuti oleh biaya kesehatan yang harus dibayar
karena kesehatan dan kualitas lingkungan terganggu sebagai akibat
polusi, hal ini tidak dapat dikatakan bahwa pembangunan tersebut telah
berhasil.
Tahap kedua, kerusakan lingkungan dapat mengurangi arti pembangunan dan
produktivitas dimasa depan. Tanah yang makin berkurang
kesuburannya, lapisan penyaring air tanah yang rusak, dan ekosistem
yang rusak dapat menurunkan pendapatan di masa datang. Sehinngga
perlu diusahakan kebijaksanaan pertumbuhan pendapatan yang efisien
dan merupakan pelengkap dari perlindungan lingkungan dan
mengidentifikasi bagaimana menyeimbangkan faktor-faktor yang tidak
semuanya dapat dimaksimumkan secara bersamaan. Yang paling
penting adala mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pelaayanan
untuk lingkungan atau kebijaksanaan ekonomi yang dapat memberikan
keuntungan yang besar terhadap lingkungan.
15
tersebut agar membuat masyarakat semakin percaya dan semakin kuat untuk saling
bergotongroyong dalam melestarikan sumber daya alam maupun sumber daya
manusia agar dapat dimanfaatkan oleh keturunan atau generasi yang akan datang.
2) Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber daya alam dalam
mengahsilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus-menerus meningkat
perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan sumber daya alam
secara bijaksana.Maksudnya adalah masyarakat harus dapat menyerasikan antara
kebutuhan dengan kemampuan sumber daya alam agar nantinya dapat menghasilkan
barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan
manusia dari tahun ke tahun akan semakin meningkat sebagai masyarakat yang baik
kita perlu mengendalikannya agar nanti kedepannya kebutuhan tersebut tidak terpuruk
bahkan tidak kekurangan setidaknya harus disesuaikan terlebih dahulu antara
kebutuhan manusia dengan sumber daya alam agar nantinya masyarakat mampu
menyeimbanginnya.
3) Tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan. Dengan adanya perubahan
jaman dari masa ke masa maka tantangan mengenai pembangunan dunia akan
semakin bertambah dan mungkin semakin berat tetapi kita harus mampu membuat
tantangan tersebut menjadi seimbang agar tantangan tersebut tidak merusak
lingkungan, kita dapat melakukannya dengan cara mengadakan tanaman seribu pohon
aatau bahkan mengurangi jumlah sumber daya alam yang digunakam guna untuk
kesejahteraan hidup manusia yang akan mendatang.
4) Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat, sehingga tumbuh
menjadi kesadaran berbuat. Jadi maksudnya disini adalah kita sebagai masyarakat
yang baik harus mengembangkan kesadaran akan lingkungan kepaada masyarakat
yang belum paham mengenai dampak yang akan terjadi akibat lingkungan, jadi kita
harus meberikan pengarahan terhadapa masyarakat tersebut agar mereka dapat sadar
akan pentingya kesejahteraan lingkungan dan kesejahteraan manusia.
5) Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat mendayagunakan
dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan
pengelolaan lingkungan hidup.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Baik di negara maju maupun negara berkembang hendaknya memperhatikan lingkungan
atau ekologi dalam proses pembangunan, karena linngkungan merupakan faktor penentu
pada kehidupan.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Isep Amas Priatna. 2018. Dilema Negara Berkembang Antara Pertumbuhan Ekonomi
dan Keseimbangan Lingkungan. Makalah [Internet]. [diunduh 2021 Feb 22]. Tersedia
pada:https://www.researchgate.net/publication/326490028_DILEMA_NEGARA_BE
RKEMBANG_ANTARA_PERTUMBUHAN_EKONOMI_DAN_KESEIMBANGA
N_LINGKUNGAN,
6. I Made Anom Wiranata. 2012. Kritik terhadap Paradigma Modernisasi Ekologi dalam
Penanganan Masalah Lingkungan Hidup di Negara Berkembang. Jurnal Widya
Sosiopolitika [Internet]. [diunduh 2021 Feb 21]; 1(3). Tersedia pada:
https://www.researchgate.net/publication/338710034_Kritik_terhadap_Paradigma_M
odernisasi_Ekologi_dalam_Penanganan_Masalah_Lingkungan_Hidup_di_Negara_Be
rkembang
18
10. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18238/BAB%205.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
11. https://www.gurupendidikan.co.id/pembangunan-berwawasan-lingkungan/
12. https://www.dreamstime.com/stock-photo-factories-japan-yokkaichi-twilight-
image82708727
13. https://kumparan.com/kumparannews/foto-melihat-pesatnya-pembangunan-
infrastruktur-di-indonesia-1548763805944323100
14. https://regional.kompas.com/read/2019/03/09/16511951/banjir-madiun-siswa-smk-
terjebak-hingga-muncul-sindiran-tol-laut-jokowi?page=all
19
Nama : Larasati Dwifa Miftahul Janah
NIM : 2013351030
Prodi : Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan
20
agar kandangnya menyerupai habitat aslinya. Di kebun binatang terdapat pula
komponen abiotik yaitu tanah, batu, air, cahaya, dan udara
2. Di kebun binatang setiap organisme menempati relung secara buatan. Jika pada
ekosistem alami konsumen, produsen, dan dekomposernya melakukan peran masing-
masing secara alami, namun di kebun binatang semuanya mendapat campur tangan
dari manusia.
3. Di kebun binatang tanaman dan hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia.
4. Di kebun binatang memiliki banyak spesies hewan meskipun dengan keanekaragaman
yang rendah dan spesies-spesies tersebut ditempatkan pada kandang yang berbeda-
beda sesuai pada habitat buatannya.
5. Kebun binatang memerlukan pemeliharaan atau perawatan
6. Ekosistem pada kebun binatang dapat terganggu oleh lingkungan atau spesies
Sumber:
1. Rahayu Effendi, Hana Salsabila, Abdul Malik. 2018. Pemahaman Tentang
Lingkungan Berkelanjutan. Jurnal Modul [Internet]. [diunduh 2021 Feb 23]; 18 (2).
Tersedia pada: https://media.neliti.com/media/publications/269255-pemahaman-
tentang-lingkungan-berkelanjut-0677a9fd.pdf
21