Oleh :
Kelompok 2 kelas 4B
Nama Kelompok
FAKULTAS FARMASI
2021
RESUME JURNAL
Latar Belakang
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti manajemen standart pelayanan dari apotek
Permata.
Tujuan
Secara garis besar, jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
manajemen strandar pelayanan yang terdapat di Apotek Permata Kota Tegal.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Dimana dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi
suatu keadaan secara objektif.
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Kesimpulan pada jurnal yang bisa ditarik adalah pelayanan yang terdapat di Apotek
Permata Kota Tegal dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dibawah
tanggung jawab dari Apoteker Pengelola Apotek. Dalam hal pelayanan resep dilakukan oleh
Apoteker namun juga dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
RESUME JURNAL
PENDAHULUAN
Standar pelayanan farmasi di apotek disusun atas kerjasama ISFI dengan Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Pelayanan Farmasi Departemen
Kesehatan pada tahun 2003. Standar kompetensi apoteker di apotek ini dimaksudkan untuk
melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, melindungi profesi dari tuntutan
masyarakat yang tidak wajar, sebagai pedoman dalam pengawasan praktek apoteker dan untuk
pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek. Didalam standar tersebut
pelaksanaan farmasi di apotek terdiri dari pelayanan obat non resep (bidang I), pelayanan
komunikasi – informasi – edukasi pelayanan obat resep (bidang III) dan pengelolaan obat
(bidang IV) (Direktorat Jenderal Pelayanan Farmasi, 2003).
Menurut Peraturan Perundang -Undangan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, pelayanan kefarmasian meliputi
(Anonim, 2004a) :
a) Pengelolaan Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang
apoteker yang professional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus
memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, kemampuan mengelola
sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu
memberikan pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
2. Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk
memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya.
Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang
konstan, terutama untuk lemari pendingin.
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya
Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First in First out) dan FEFO (First Expire
First out). Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi : perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, administrasi Apoteker melakukan skrining resep meliputi : persyaratan
administrative, kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian, serta pertimbangan klinis
b) Penyiapan Obat
Peracikan, Etiket, Penyerahan Obat, Informasi Obat
1. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
2. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain
dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
3. Pelayanan reidensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat
catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
c) Evaluasi Mutu Pelayanan
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah :
1. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket atau wawancara
langsung.
2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah telah ditetapkan).
3. Prosedur Tetap : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan
(Anonim, 2004a).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectionals Survey, Rancangan Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Instrumen pada penelitian ini berupa kuesioner (daftar
pertanyaan). Jenis kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup. Data yang
diperlukan dicatat meliputi karakteristik apotek, karakteristik apoteker, ketenagaan, pelayanan,
administrasi, evaluasi mutu pelayanan. Data yang sudah dianalisis kemudian dilakukan
pembahasan karakteristik apotek, karakteristik apoteker, ketenagaan, pelayanan, administrasi,
evaluasi mutu pelayanan. Selanjutnya di tarik kesimpulan bagaimana penerapan standar
pelayanan kefarmasian di apotek Kota Magelang bulan September tahun 2014.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 54% Apotek memiliki lebih dari 1 apoteker,
80% apotek memiliki lebih dati 1 tenaga teknis kefarmasian, 26% memiliki lebih dari 2 tenaga
non kefarmasian, 80% apoteker datang setiap hari ke apotek (6 jam/ hari), 60% Apoteker
pernah mengikuti pelatihan kefarmasian, 53% apotek melakukan pemeriksaan resep, 80%
Apoteker dan 20% Tenaga Teknis Kefarmasian melakukan dispensing,73% apotek
melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan lengkap, 60% apotek melakukan
pencatatan dengan lengkap, 76% melakukan pengarsipan dengan lengkap dan 100% apotek
melakukan pelaporan narkotika dan psikotropika secara reguler setiap bulan.
RESUME JURNAL
Judul Jurnal Studi Implementasi Sistem Penyimpanan Obat Berdasarkan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek Sejati Farma Makassar
Volume Jurnal Vol. XIV No 1 2018
Tahun 2018
Penulis H. Asyari Asyikin
Sumber http://journal.poltekkesmks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/article/download/87/49
Latar Belakang
Suatu pelayanan kefarmasian memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup paisen.
Terdapat salah satu faktor yang mendukung penjaminan mutu obat adalah bagaimana cara
penyimpanan obat. Karena penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara untuk menjaga mutu atau kualitas obat.
Sistem penyimpanan obat yang baik di apotek telah diatur dalam Permenkes RI Nomor 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam peraturan ini disebutkan
bahwa sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
obat serta disusun secara alfabetis, pengeluaran obat memakai sistem First Expire First Out
(FEFO) dan Firts In Firts Out (FIFO). Hal yang sama disebutkan dalam Dalam Permenkes RI
nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dengan
menambahkan bahwa penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip = LASA ( Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat. Oleh karena itu, manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan
kepada tenaga kesehatan atau farmasis di Apotek Sejati Farma Makassar mendapatkan
informasi mengenai sistem penyimpanan obat yang baik, sehingga pasien memperoleh obat
yang baik dan benar serta aman.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar implementasi sistem
penyimpanan Obat Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Sejati Farma
Makassar.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif, yang memiliki tujuan untuk
melihat implementasi sistem penyimpanan obat Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek Sejati Farma Makassar. Peneliti melakukan beberapa tahapan dalam melakukan
penelitian, yaitu :
1. Tahap pertama
a. Mengajukan surat izin penelitian ke manajemen Apotek Sejati Farma Makassar.
b. Mengobservasi obat-obatan yang tersedia di Apotek Sejati Farma makassar, terkait
dengan nama obat dan sistem penyimpanan obat-obat tersebut.
2. Tahap Kedua
a. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian lembar check list dengan pengamatan
dan wawancara bebas terpimpin. Obat-obat yang disimpan tidak sesuai aturan, dicatat.
Hasil Penelitian
Pembahasan
Sistem penyimpanan obat yang baik di apotek diatur dalam Permenkes RI Nomor 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Berdasarkan hasil pengamatan di
Apotek Sejati Farma Makassar, diketahui bahwa dari sembilan parameter penilaian sistem
penyimpanan obat yang baik, 7 parameter telah sesuai dengan persyaratan sistem penyimpanan
obat yang baik (persentase penilaian 100%). Yaitu meliputi :
Apotek ini juga menggunakan lemari khusus untuk menyimpan obat/bahan obat sediaan
narkotika dan psikotropika yang dikunci ganda yang terbuat dari kayu. Terdapat dua
parameter yang tidak sesuai dengan persyaratan sistem penyimpanan obat yang baik
(persentase penilaian 0%), yang meliputi penyimpanan sediaan farmasi yang penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA) masih ditempatkan berdekatan, dan petugas tidak
memperhatikan tanggal kadaluarsa obat. Atas temuan penelitian yang menunjukkan terdapat
ketidaksesuaian persyaratan sistem penyimpanan obat yang baik di Apotek Sejati Farma
Makasaar, maka dilakukan wawancara dengan salah satu farmasis sebagai informan adalah
sebagai berikut :
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi sistem
penyimpanan obat yang baik berdasarkan standar pelayanan farmasi Media Farmasi Vol. XIV.
No. 1. April 2018 34 di apotek Sejati Farma Makassar adalah sebesar 77,78% dan berada dalam
kategori baik (61-80%).
Perbandingan dari ketiga jurnal dalam pengelolaan dan perbekalan farmasi di Apotek
adalah berbeda-beda. pengelolaan farmasi di Apotek Permata Kota Tegal dalam kategori baik
serta dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Hal yang sama juga berlaku di
Apotek Kota Magelang melaksanakan pelayanan dengan lengkap dan baik, dengan memiliki
lebih dari 1 Apoteker, 1 TTK dan 2 Tenaga Non Kefarmasian. Berbeda dengan Jurnal Ketiga
yang hanya mengimplesikan sistem penyimpanan obat saja di Apotek Sejati Farma Makassar
dan berada dalam kategori baik berdasarkan standar pelayanan farmasi. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa ketiga jurnal memiliki pengelolaan dan perbekelan farmasi dalam
kategori baik dan memenuhi standar pelayanan kefarmasian.