Anda di halaman 1dari 4

Aamiin yang sama, Iman yang berbeda

Karya : Nursidah

Dia sering dipanggil Vian oleh teman-temannya, nama lengkapnya Stevianus Jhonathan 17
tahun kelahran Manado. Sekarang ia tinggal di salah satu perumahan di Bandung, kebetulan
Vian juga satu sekolah denganku. Vian memilki hobi bermain gitar, menjelajah alam biasa
disebut olahraga outdoor, serta olahraga lainnya seperti basket dan renang, maka tak salah
lagi kalua Vian adalah siswa favorit disekolah. Cewek mana yang tak suka dengan Vian?
Hampir satu sekolah mengidolakan Vian, Cewek mana yang tak suka cowok Cerdas, aktif di
organisasi baik OSIS maupun organisasi yang lainnya. Tak heran siswa seperti Vian juga
sering mennjadi sorotan madding atas prestasi-prestasi yang didapat, selain itu Vian juga
aktif dalam Organisasi Literasi disekolahnya bahkan ia adalah ketuanya. Disisi lain Vian juga
memiliki pribadi jika didekati cewek bersikap cuek dan dingin, mangkanya tak heran cewek-
cewek ingin mencoba mendekati ia tapi susah untuk berinteraksi.

“teng……..teng.. waktu istirahat telah tiba” bel istrahat berbunyi.

Seperti biasa aku setiap istirahat pertama membaca buku diperpustakaan sekolah, tak sengaja
aku bertemu dengan Vian, ia tiba-tiba menghampiriku, dan menyapaku. Ini pasti heran
karena ia terbilang cowok cuek dan dingin kepada cewek.

Vian “ Hallo, selamat siang. Namaku Stevianus Jhonathan kau boleh panggil aku Vian dari
kelas 12 Bahasa A, btw apakah boleh berteman?”

Seketika detupan jantung semakin kencang macam dikejar hal menyeramkan. Akupun
terdiam dan gugup tersipu malu.

Vian “Heyy” sambil menyapa didepan mata

Aku “ups… sorry. Hallo namaku Annisa Nurnadhila dari kelas 12 Bahasa B. ehh ngga salah
denger? Boleh aja Vian”. Terkejut

Vian “oh iya btw, kau tau tempat buku kajian sastra? Gua tadi nyari ngga ketemu, boleh
tunjukin ngga Nis?”

Aku “dengan senang hati. Coba kau cari di sederet rak buku Bahasa yang sebelah timur
posisinya tengah atas”
Vian “terimakasih ya Nis maaf mengganggu. Btw nanti kekelas barengan aja ya, mau ngga?”

Aku “iya Vian sama-sama, boleh tuh”.

Aku dan Vian membaca buku diperpustakaan sampai bel masuk jam pelajaran.

“teng…….teng…..teng…… Waktu istirahat telah selesai, silahkan bagi semua siswa harap
masuk kedalam kelas masing-masing. Terimakasih”.

Vian “oh ya Nis nanti kekantin bareng ya, sama temen-temen gua juga. Ada hal menark juga
siapa tau kamu tertarik hehe”

Aku “boleh Vian. Baik aku masuk kelas duluan ya. Selamat belajar”

Vian “selamat belajar”

Seketika teman-temanku menatap fokus kepadaku, dan bertanya “kau ada hubungan apa
dengan Vian kelihatannya akrab banget, kalian kenal sudah lama? Kenalin kita dong Nis
sama Vian kita juga pengen berteman degan Vian” Ujar kawanku. “ngga kok, kebetulan tadi
ketemu diperpustakaan dan nanyain buku, itu aja kok” jawab aku. “halah bohong kau Nis
bilang aja kalau kau ngga mau ngenalin Vian ke kita”.balas temanku dengan nada tinggi.
“bukannya aku ngga mau ngenalin kekalian toh kalian juga tau sendirikan Vian sikapnya
kayak gimana?” ujarku dengan nada pelan. Suasana semakin gaduh karena aku dan Vian tiba-
tiba akrab. Untungnya Bu Rani masuk kedalam kelas lebih cepat.

Bu Rani “selamat siang anak-anak, seperti yang minggu lalu ibu janjikan hari ini ulangan
tulis seni musik. Silahkan hanya ada alat tulis diatas meja”

“baik bu” penuh semangat dan kompak.

Ulangan telah selesai, waktunya istirahat dan sholat dzuhur bagi yang muslim. Tiba-tiba Vian
juga datang menghampiriku didepan kelas.

Vian “halo Nis, mau kekantin bareng?”

Aku “halo Vian, boleh tapi aku mau sholat dulu nih. Mau kemasjid bareng ngga?”

Vian “oh, maaf Nis aku non-muslim hehe, tak apa aku tunggu didekat masjid biar barengan”

Aku “ups.. maaf Vian aku kira kau Muslim, nggapapa nih nungguin?”

Vian “gapapa Nis santai aja”.


Selepas sholat aku dan Vian kekatin bersama teman-teman literasinya. Ternyata aku
ditawarkan untuk gabung kedalam organsasi yang hanya orang-orang terpilih saja yang bisa
masuk kedalam organisasi tersebut. Sambil makan-makan sembari mereka mewawancarai
aku. Teman-temanku meihat aku dan Vian kembali, dan seketika aku dan Vian sebagai
perbincangan disetiap sudut sekolah. Wajar saja karena yang menyukai Vian hampir
seluruhnya. Tiba-tiba saat pulang sekolah si Vian juga mengajak untuk pulang bareng dengan
kawan literasi yang lainnya sembari kumpul dirumah Vian. Ternyata Vian juga satu
perumahan denganku, aku izin pulang terlebih dahulu untuk bicara pada mamah sekalian
ganti baju terlebih dahulu. Akan tetapi si Vian dan kawannya menolak, kemudian
menyepakati ntuk kumpul dirumahku.

Vian “ehh Nis…ternyata kita satu perumahan ya, bisa dong gua main ke lu kapan-kapan”

Aku “boleh aja si Vian, tapi izin sama mamah boleh ngga nya”

Vian “pasti bolehlah, kan yang izin gua, kalo si Dion mana boleh. wkwk”. Dion adalah salah
satu kawan dekatnya Vian

Dion “apaan lu Vian jangan ngadi-ngadi ya lu, gua juga kawannya Nisa woy”

Aku “tau ah kalian ribut didepan rumah orang. Nanti orangnya keluar marah tau rasa ya
kalian wkwk”

Vian “rumah kita kan Nis wkwk”

Dion “apaan si vian halu aja ya lu, gaskeun lah masuk Nis”

Vian “serah gua lah wkwk”

Mamah Nisa “Nis… Nisa… ada siapa ribut-ribut?”

Aku “inimah ada temen-temen literasi pada pengen ngumpul disini bolehkan”

Mamah Nisa “masuk aja Nis mau ngumpul didepan atau dibelakang yang sejuk, rindang
juga”

Vian “dibelakang aja Nis biar banyak angin, tenang juga suasananya” saut Vian

Aku “temen-temen pengen dibelakang mah. Nisa kebelakang ya”

Mamah Nisa “iya nis, kamu ganti baju dulu sana, sembari menunggu Nisa mari tante tunjukin
tempatnya”.
Vian dan kawan “Terimakasih tante”

Vian “oh iya tan, mohon maaf.apakah boleh semisalkan saya main ke Nisa kapanpun?

Mamah Nisa “boleh silahkan. Tapi inget waktu ya nak”

Sembari menunggu Nisa ganti baju Vian dan teman-temanya berbincang bahwasanya
sebentar lagi akan dibuka perlombaan puisi,novel tingkat Asia. Disitu juga Vian sebagai
ketua literasi sekolah harus bener-bener memilih seseorang yang mampu dan semangat dalm
menjalankannya.

Sejujurnya aku terkejut dan tersipuh malu saat Vian mendekatiku. Yang konon katanya
sering disebut cowok cuek dan dingin, namun pemikiran mereka salah, Vian hanya
memfokuskan dengan apa yang ingin dibicarakan tidak mau bertele-tele. Suatu ketika
disekolah. Aku dan Vian semakin akrab dan hampir setiap hari dengannya menyebabkan
kecembruan social pada yang lainnya dan spontan berkata “gimana bisa si Nisa anak yang
pendiam dan kutu buku itu dekat dengan Vian?” Masih menjadi pertanda besar bagi mereka
yang memang menyukai Vian. Dan entah kenapa saat akum akin akrab dengan Vian cewek
disekolah semakin tidak menyukaiku bahkan aku sampai dibilang caper sama Vian

Anda mungkin juga menyukai