1. FILSAFAT a. Pengertian 1) Filfasat Berdasarkan Etimologis Secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang seluas-luasnya (Siswomihardjo, dkk., 2007:6) 2) Pengettian Filsafat Berdasarkan Terminologis Para filfus telah merumuskan pengertiannya berdasarkan kecenderungan kefilsafatannya, beberapa contoh yang dapat digunakan sebagai berikut. a) Plato, menurutnya Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. b) Aristoteles, menurutnya Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. b. Objek Filsafat Objek filsafat terbagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. c. Pemikiran Filsafat Yang dimaksud dengan pemikiran filsafat adalah penerapan filsafat (Syafiie, 2007:9). Secara garis besar dibedakan menjadikan 3 yaitu (a) tataran ontology, (b) tataran epistemology, dan (c) tataran aksiologi. d. Persoalan Filsafat Ada 6 persoalan filsafat (Sudarsono, 2001:3) yaitu persoalan tentang ada, ilmu pengetahuan, metode, penyimpulan, moral, dan keindahan. e. Ciri dan Sifat Permasalahan Filsafat Sudarsono (2001:5-6) mengemukakan bahwa ciri dan sifat permasalahan filsafat adalah sebagai berikut: - Tidak menyangkut fakta, menyangkut keputusan tentang nilai, pertanyaan filsafat bersifat kritis, dan pertanyaan bersifat spekulatif. f. Karakteristik Pemikiran Filsafat Karakteristik pemikiran filsafat bersifat menyeluruh, mendalam, dan spekulatif. g. Kegunaan mempelajari filsafat Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik, dan membangun diri sendiri. 2. Ilmu a. Pengertian Secara etimologis kata “ilmu” merupakan kata terjemahan dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” berasal dari bahasa Latin “sciencia” yang berarti pengetahuan. b. Ciri Ilmu : Ilmu adalah bentuk aktivitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia, Ilmu bersifat intelektual dan mengarah pada tujuan tertentu. c. Spesialisasi Ilmu Dewasa ini setiap pengetahuan terpisah dari yang lain. Ilmu terpisah dari moral-moral terpisah dari seni, dan seni terpisah dari ilmu. Kita tidak lagi memiliki pengetahuan yang utuh dan sepotong-potong. d. Ragam, Tingkat, dan Aliran Ilmu Ilmu alam dan empiris, Ilmu abstrak formal, . Ilmu sosial dan kemanusiaan. e. Taraf Kepastian Subjektivitas dan Objektivitas Ilmu : 1) Evidensi, 2) Objektivitas f. Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu 1) Zaman Pra Yunani Kuno (abad 15-7SM), 2) Zaman Yunani Kuno (abad 7 – 2 SM), 3) Zaman Pertengahan (abad 2 – 14 SM), 4) Zaman Renaissance (14 – 17 M), 5) Zaman Modern, 6) Zaman Kontemporer. Tokoh: Albert Einstein. g. Landasan Penelaahan Ilmu Kegiatan pengembangan ilmu memiliki dua pertimbangan pokok, yaitu (a) Objektivitas, dan (b) Nilai-nilai kemanusiaan. h. Persamaan, Perbedaan, dan Hubungan antara Keduanya a. Persamaan (Salam, 2005:78 & 184) : Filsafat dan ilmu (dan agama) adalah sumber atau wadah dari kebenaran b. Perbedaan (Salam, 2005:184) : Pendekatan kebenaran ilmu adalah dengan riset, pengalaman, dan percobaan. Sedangkan pendekatan kebenaran filsafat dengan perenungan dari akal budi. - Ilmu: Anak filsafat - Filsafat : Induk ilmu c. Hubungan (Titik Temu) antara Filsafat dan Ilmu Salam (2005:77) mengemukakan bahwa filsafat dan ilmu mempunyai titik temu sbb: Banyak filsuf termasyur telah memberikan sumbangan yang sangat berarti pada ilmu. Misalnya Leibniz dengan “Diferensial Kalkulus”. Berpikir filsafati berarti berpikir untuk menemukan kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati tentang hakikat ilmu harus ditekankan kepada upaya keilmuan dalam mencari kebenaran yang selanjutnya terkait secara erat dengan aspek-aspek moral, seperti kejujuran. Analisis filsafat tidak boleh berhenti pada upaya untuk meningkatkan penalaran keilmuan tetapi sekaligus harus mencakup pendewasaan moral keilmuan.