Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ahlil Ilma Affan Bachtiar

NIM : 180421621528
Off :F
S1 Pendidikan Akuntansi
Akuntansi Sektor Publik
Pengusan 1
1. Carilah contoh dari privatisasi BUMN atau BUMD dalam bentuk sebuah kasus.
2. Selanjutnya berilah komentar terhadap kasus tersebut dan kaitkan dengan konsep
Reinventing Government.
3. Carilah konsep dari Good Government Governance dalam tata kelola pemerintahan yang
baik itu apa saja isinya?
Jawaban
1. Kasus PT Semen Baturaja Tbk

Jakarta - Setelah melalui proses panjang di DPR RI sekitar 1 tahun, akhirnya PT Semen
Baturaja memperoleh persetujuan untuk melaksanakan penawaran saham perdana (initial
public offering/IPO) dari Komisi XI DPR RI. Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Dahlan Iskan menuturkan, pihaknya sudah memperoleh informasi bahwa PT
Semen Baturaja telah memperoleh persetujuan dari Komisi XI DPR RI untuk
melepaskan sahamnya di pasar modal.
"Saya belum menerima surat persetujuan dari DPR RI. Tapi kami sudah diberi informasi
bahwa komisi XI DPR RI sudah memberikan persetujuan," ujar Dahlan di Jakarta, Selasa
(12/2). Menurut Dahlan, kendati memperoleh persetujuan dari DPR RI untuk melepaskan
saham PT Semen Baturaja sebesar 35%, tetapi pihaknya meminta BUMN semen tersebut
hanya melepaskan 20% sahamnya di bursa efek Indonesia. "Kita akan lepas 20% saham
dan tidak akan menggunakan international selling agent," terang dia.
Seperti diketahui, IPO PT Semen Baturaja diajukan ke Komite Privatisasi dan
memperoleh persetujuan pada 31 Januari 2012. BUMN tersebut seharusnya dilepaskan
sahamnya pada tahun lalu. Namun, sejak mulai dibahas pada Februari 2012 dan
mengalami tarik menarik, persetujuan IPO PT semen Baturaja dari Komisi VI DPR RI
baru diberikan pada Oktober 2012, dan kemudian berproses di komisi XI DPR RI hinga
Februari ini.
"Kalau persetujuan tidak diberikan memang tidak masalah, hanya saja perkembangan PT
Semen Baturaja membutuhkan waktu lebih lama," jelas dia. Sebelumnya, Direktur
Utama PT Semen Baturaja Pamudji menuturkan, pihaknya menargetkan dapat
memperoleh dana sebesar Rp 1 triliun melalui pasar modal dari pelepasan saham
sebesar 35%. Dana hasil perolehan IPO akan dipergunakan untuk pembangunan
pabrik baru berkapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun yang diperkirakan
membutuhkan dana sebesar Rp2,5 triliun. Dimana, Kebutuhan dana untuk
pembangunan pabrik tersebut rencananya, akan bersumber pada IPO sebesar Rp
1 triliun, pinjaman perbankan Rp500 miliar, dan kas internal Rp1 triliun.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, pada tahun ini PT Semen Baturaja diproyeksikan
akan meraup pendapatan dari penjualan sebesar Rp1,1 triliun dan laba bersih sebesar
Rp289 milyar. Pada tahun depan, pendapatan diperkirakan akan meningkat menjadi
Rp1,34 triliun, yang akan diikuti oleh peningkatan laba bersih sebesar Rp328 milyar.
Sumber: Investor Daily
2. Permasalahan privatisasi PT Semen Baturaja memang cukup pelik, bahkan
menghabiskan dalam kurun waktu satu tahun untuk meresmikannya dan disetuji oleh
DPR. Melalui web resminya, perusahaan mulai menerbitkan saham perdananya pada 28
Juni 2013. Menteri keuangan pada saat itu Agus D.W. Martowardojo memaparkan
bahwa privatisasi perusahaan ini dengan cara penerbitan Initial Pulic Offering (IPO)
akan memperkuat permodalan perusahaan guna membuat ekspansi bisnis lebih cepat
dengan kinerja lebih baik. Ekspansi tersebut diharapkan akan menjadikan kita tuan
rumah di negara sendiri, karena akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Selain itu
dengan didirikannya pabrik baru akan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 1,5 juta
ton per tahun. Selain itu dengan diterbitkannya saham akan bisa menerapkan sistem
Good Governance yang tepat.
Menurut pandangan saya pribadi, saya sangat mendukung dengan adanya privatisasi
perushaaan BUMN tersebut, asal dengan catatan bahwa hal itu harus didasarkan niat
yang mulia dan tidak disalahgunakan. Menteri keuangan pada saat itu juga menjelaskan
bahwa akan menimbulkan dampak positif kedepannya, nah nantinya setelah dilakukan
privatisasi harus ada upaya pembanding bagaimana kinerja perusahaan sebelum dan
sesudah di privatisasi. Selain itu juga negara tidak melepas sebagian besar saham ke
masyarakat pada umumnya agar negara masih bisa mengatur dan mengontrol sektor yang
menjadi hajat hidup orang banyak. Selanjutnya pemerintah juga harus mengkaji lebih
dalam mengenai keterlibatan investor asing apakah diperlukan atau tidak untuk memiliki
sebagian besar aset BUMN.
Jika permasalahan di atas dikaitkan dengan konsep Reinventing Government maka
perusahaan kedepannya dinilai mempunyai gagasan atau konsep baru dalam melakukan
tata kelola organisasi sektor publik yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan swasta.
Reinventing Government juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap yang inovatif dan
adaptif sehingga mampu mensejahterakan masyarakat. Ketika perusahaan sudah
melepaskan sebagian sahamnya maka masyarakat ikut mengkritisi kinerja perusahaan
karena setiap kuartal perusahaan harus mengeluarkan laporan keuangan mereka dan di
awasi langsung oleh OJK. Sehingga dengan hal ini akan timbul partisipasi masyarakat,
transparansi, efektivitas dan efisiensi, dan akuntanbilitas yang meningkat terhadap
publik.
3. Konsep Good Government Governance
a. Transparansi (Transparency)
Transparansi merupakan keterbukaan atas semua kebijakan yang diambil oleh
organisasi sektor publik. Prinsip ini akan menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau. Dengan adanya ini sehingga kinerja perusahaan bisa di
pantau apakah sudah maksimal atau belum.
b. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Perusahaan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien
yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan
parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat
dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien,
maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan
yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan
terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi
masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu
menjadi bagian dari kebutuhan mereka.
c. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban perusahaan terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil
keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat
bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas
adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan
akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-
instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan
kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang
jelas dan tegas.
d. Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap
kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka
mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran
komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini
meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat
secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah
melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan,
pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi
untuk menyelesaikan isu sektoral.
e. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan
publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan itu, dalam
proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut:
Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal certainty),
Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif,
Indepedensi peradilan. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang
bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
f. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha (responsivness)
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak
korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good
governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya. Pelaksanaan
good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan
dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi
yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen
mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh
perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat
yang lebih luas untuk memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi
kemudian guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik yang
dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan
dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja,
sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan
stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.
g. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah
melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan
semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat
dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive
power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan,
karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan secara partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan
kebutuhan masyarakat yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani
kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan
bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
h. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi
adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi
seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal.
Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan
informasi
i. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang
akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut
utamanya pada sektor teknologi yang semakin berkembang.
Sumber:
https://www.beritasatu.com/archive/96370/dpr-akhirnya-berikan-persetujuan-ipo-pt-semen-
baturaja
https://semenbaturaja.co.id/riwayat-perusahaan/
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt510fa5080d87d/menkeu-dan-dpr-bahas-
privatisasi-pt-semen-baturaja/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15167/adk-jan2006-1.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai