Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI AL2O3 DAN AL-SI TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STUKTUR

MIKRO MATERIAL SEPATU REM HASIL PENGECORAN INJEKSI BERTEKANAN (HPDC)

1)
Anggi Taufik Nugraha &*2) Athanasius Priharyoto Bayuseno
1)
Mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
*e-mail : anggitaufik@yahoo.com

ABSTRAK
Sepatu rem dibuat dengan material Al-Si dalam hal ini ADC12 menggunakan proses pengecoran
injeksi bertekanan (HPDC). Dalam penelitian ini bahan sepatu rem menggunakan ADC12 produk PT.
Pinjaya Logam Mojokerto, kemudian ditambahkan partikel aluminium oksida (Al2O3). Untuk
memperbaiki sifat mekanisnya, parameter yang diteliti adalah variasi penambahan komposisi Al 2O3 5
%, 10 % dan 15 % dalam cairan Al-Si. Karakterisasi material yang dilakukan yaitu meliputi uji
struktur mikro, uji porositas dan uji kekerasan produk sepatu rem Al-Si hasil HPDC dengan
penambahan unsur Al2O3. Hasil uji porositas menunjukkan bahwa nilai porositas pada penambahan
komposisi Al2O3 5 % sebesar 19.04 %, komposisi 10 % sebesar 14.35 % dan pada komposisi 15%
sebesar 20.52 %. Kekerasan meningkat seiring dengan meningkatnya komposisi penambahan partikel
Al2O3. Hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa nilai kekerasan pada penambahan komposisi Al2O3 5
% sebesar 50.91 HRB, komposisi 10 % sebesar 51.11 HRB, dan pada penambahan komposisi 15 %
sebesar 51.61 HRB. Kekerasan paling rendah pada komposisi 5 % hal ini disebabkan oleh adanya
cacat porositas.

Kata Kunci: HPDC, Al-Si, Al2O3, Porositas, Komposisi

PENDAHULUAN besar dikarenakan keterbatasan pengetahuan dibidang


pengecoran logam.
Perkembangan ekonomi di Indonesia Oleh karena itu pada penelitian ini akan di teliti
mengalami perkembangan yang cukup sifat mekanis dan struktur mikro dari sepatu rem
cepat, dimana perkembangan ini dengan bahan dasar Al-Si yang ditambah dengan
berdampak pada semakin majunya serbuk Al2O3 dengan variasi komposisi menggunakan
kegiatan industri diberbagai bidang, salah alat stir casting, pembentukannya melalui proses
satunya adalah industri kendaraan pengecoran injeksi bertekanan HPDC (High Pressure
bermotor. Pertumbuhan industri kendaraan Die Casting).
bermotor di Indonesia dapat dikatakan Penelitian ini akan dilakukan beberapa
memiliki prospek yang cukup baik karena pengujian antara lain pengujian kekerasan, pengujian
porositas, pengujian densitas serta struktur mikro dari
permintaan masyarakat sangat tinggi.
hasil pengecoran Al2O3 dengan Al-Si. Pengujian ini
Dewasa ini kebutuhan penggunaan
dilakukan untuk mendapatkan data struktur mikro,
sepatu rem semakin meningkat seiring
porositas dan sifat mekanis dari variasi komposisi
dengan bertambahnya jumlah sepeda motor.
Al2O3 dan Al-Si hasil pengecoran injeksi bertekanan
Produksi sepatu rem tidak hanya dilakukan
(HPDC). Sehingga hasil penelitian yang telah
oleh industri besar tetapi juga dilakukan oleh
dilakukan dapat bermanfaat bagi industri komponen
industri kecil maupun menengah. Akan
otomotif terutama industri sepatu rem sepeda motor.
tetapi kendala yang dialami oleh industri
kecil maupun menengah saat ini adalah
STUDI PUSTAKA
persaingan dengan industri besar yang
cukup ketat dikarenakan keterbatasan ilmu
Karakteristik Sepatu Rem
pengetahuan dan teknologi dibidang
Rem merupakan salah satu komponen mesin
pengecoran logam.
mekanik yang sangat vital keberadaannya. Rem
Salah satu bagian dari piranti penghenti laju
berfungsi mengurangi kecepatan atau menghentikan
kendaraan bermotor adalah sepatu rem yang
kendaraan melalui gesekan antara sepatu rem dengan
berfungsi sebagai tempat kampas rem. Akan tetapi
tromol dengan mekanisme tertentu. Salah satu
dari segi kualitas dan volume produksi, industri kecil
komponen pada rem yang memiliki peran sangat
menengah kurang dapat bersaing dengan industri
penting dalam sistem pengereman adalah sepatu rem.
Sepatu rem berbentuk busur yang disesuaikan dengan injeksi logam cair ke dalam cetakan. Pada umumnya,
lingkaran drum dan dilengkapi dengan kanvas yang baik mesin maupun cetakan pada proses high
dikeling ataupun direkatkan pada bagian permukaan pressure die casting ini sangatlah mahal, sehingga
dalam sepatu rem. Salah satu ujung sepatu rem proses ini akan bernilai ekonomis untuk proses
dihubungkan pada anchor pin atau pada baut silinder produksi dalam jumlah besar [13]. Mesin high
penyetel sepatu rem. Ujung lainnya dipasangkan pada pressure die casting terdiri atas 2 plat vertikal dimana
roda silinder yang berfungsi untuk mendorong sepatu bolster ditempatkan untuk menyanggah cetakan.
ke drum dan juga sepatu rem ini berhubungan dengan Tampilan alat mesin HPDC dapat dilihat pada
mekanisme rem tangan [1]. Bentuk sepatu rem dapat Gambar 3.
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sepatu Rem


Gambar 3. Tampilan Mesin HPDC
Aluminium Oksida (Al2O3)
Satu-satunya oksida aluminium adalah alumina Karakteristik Al-Si (ADC12)
(Al2O3). Terdapat dua bentuk anhidrat Al2O3 yaitu α- Berdasarkan pada komposisi paduan,
Al2O3 dan γ Al2O3. Alumina adalah bahan baku utama material Al-Si dapat dikelompokkan
dalam industry peleburan aluminium. Alumina ini kedalam paduan aluminium ingot untuk die
berasal dari bermacam-macam bahan baku seperti : casting kelas 12 berdasarkan Standar
bauksit, dowsit, kaolinit, anorthosit, dan lain-lain. Nasional Indonesia (SNI) JIS 2118-2006.
Karena sifat kekerasannya aluminium oksida dipakai dimana komposisi unsurnya dapat dilihat
sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam pada Tabel 1.
alat pemotong. Aluminium oksida berperan penting
dalam ketahan logam aluminium terhadap Tabel 1. Komposisi paduan aluminium
pengkaratan dengan udara. Bentuk wujud serbuk die casting kelas 12.
aluminium oksida bisa dilihat pada Gambar 2. Unsur Prosen Berat (wt %)
Si 9,6-12,0
Fe 0.83
Cu 1,5-3,5
Mn 0.092
Mg Maks 0,3
Zn Maks 1,0
Ni Maks 0,5
Sb < 0.000
Sr < 0.000
Cr -
Gambar 2. Serbuk Aluminium Oksida.
Pb Maks 0,1
Pengecoran HPDC Sn Maks 0.03
Proses ini merupakan proses pengecoran dimana Ti Maks 0,03
logam cair diinjeksikan ke dalam rongga cetakan Be < 0.001
(die) dengan kecepatan dan tekanan tinggi. Tekanan Ca 0.002
yang diaplikasikan cukup tinggi (dapat mencapai 200 Na < 0.001
bar), sehingga gas-gas yang masih terperangkap Al Sisa
dalam logam cair dapat keluar pada saat proses
Metode Stir Casting
Metode stir casting merupakan proses
utama dalam produksi material komposit,
dimana material penguat disatukan bersama
logam cair dengan cara diaduk (stirring).
Dalam proses ini, campuran dilebur dan
temperaturnya dikontrol dengan Gambar 5. Al-Si (ADC12) Batangan.
menggunakan thermocontroller, lalu
dimasukkan partikel penguatnya. Adanya Serbuk Aluminium Oksida (Al2O3) dicampurkan
vortex pada saat proses pengadukan secara perlahan dengan Al-Si ketika sudah mencair.
meyebabkan partikel partikel penguat yang Proses pencampuran dan pengadukan dilakukan
ringan terdispersi merata dalam matriks dengan proses stir cast. Serbuk Aluminium Oksida
sampai campuran tersebut dipindah kedalam seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 dibeli dari
cawan tuang dan dituang kedalam cetakan toko kimia MKR, Semarang.
permanen [10].

Gambar 6. Serbuk aluminium Oksida (Al2O3).

Al-Si dileburkan diatas titik leleh dengan


temperatur konstan sekitar 7500C. Al-Si yang telah
mencair di dalam kowi kemudian diaduk melalui
proses stir casting dengan kecepatan sebesar 160
rpm, hingga membentuk pusaran. Aluminium oksida
Gambar 4. Skema Proses Stircasting. ditambahkan ke dalam kowi berisi Al-Si yang telah
mencair dan terbentuk pusaran. Temperatur ditahan
Keuntungan dari proses ini adalah sebesar 7500C dan waktu pengadukan 1 menit.
mampu untuk menggabungkan partikel Parameter yang diatur ketika proses Stir Casting
penguat yang memiliki kemampuan adalah variasi penambahan massa aluminium oksida
membasahi (wetability) yang rendah. Bahan (Al2O3) 5 wt%, 10 wt% dan 15 wt% dari berat Al-Si.
yang tidak terbatasi tersebut dapat Proses Stir Casting ditunjukkan pada Gambar 7.
terdispersi oleh adanya gaya pengadukan
secara mekanik yang menyebabkan partikel
padatan terperangkap dalam logam cair.
Secara skematis rangkaian proses dan
peralatan yang digunakan dalam proses stir
casting, dapat dilihat pada Gambar 4.

METODE PENELITIAN

Bahan Uji
Seperti yang ditunjukan pada Pada
Gambar 5 Al-Si batangan telah dipotong
guna mempermudah pada saat penimbangan Gambar 7. Proses Stir Casting
sesuai dengan variasi massa yang diinginkan
dan mempercepat pada proses peleburan. Al- Pengujian porositas dilakukan untuk
Si batangan seperti yang ditunjukkan pada mengetahui nilai porositas dari spesimen uji.
Gambar 5 dibeli dari PT. Pinjaya Logam, Untuk mengetahui nilai porositas, maka
Mojokerto, Jawa Timur. pertama kali dilakukan pengujian densitas.
Alat uji densitas yang digunakan adalah
neraca digital merk sarforious. Tahapan (gram/cm3)
dalam pengujian densitas adalah sebagai VAl-Si : fraksi volume Al-Si
berikut: (gram)
1. Menyiapkan spesimen uji, neraca digital, VAlumina : fraksi volume Al2O3
gelas, dan benang. (gram)
2. Memotong sepatu rem pada sisi bagian
kanan, tengah, dan kiri. Porositas dapat didefinisikan sebagai
3. Mengkalibrasi neraca digital supaya tepat perbandingan antara jumlah volume ruang
dititik nol. kosong (rongga pori) yang dimiliki oleh zat
4. Memasukkan spesimen uji kering meliputi padat terhadap jumlah dari volume zat padat
bagian kanan, tengah, dan kiri. itu sendiri. Porositas suatu bahan pada
5. Mengulangi penimbangan sampai tiga kali umumnya dinyatakan sebagai porositas
setiap bagian untuk diambil massa rata-rata. terbuka atau apparent porosity, dan dapat
6. Mencatat angka massa yang ditunjukkan di dinyatakan dengan persamaan (3) [20].
neraca digital ρm
7. Memasukkan sampel kering ke dalam gelas Porosity = 1 −
berisi air meliputi bagian kanan, tengah, dan ρth ...............(3)
kiri. Pengujian Kekerasan
8. Mengulangi penimbangan di dalam air Pengujian kekerasan dilakukan dengan
sampai tiga kali setiap bagian untuk diambil menggunakan metode Rockwell dengan
massa rata-rata. skala B (HRB) dengan beban mayor 100 kgf
9. Mencatat angka massa yang ditunjukkan di dan indentor yang digunakan adalah steel
neraca digital. ball 1/16”. Pengujian kekerasan dilakukan di
Setelah didapatkan data massa sampel Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin
kering dan massa sampel basah dari UNDIP. Metode Rockwell termasuk salah
spesimen uji, maka dapat diketahui besarnya satu metode pengukuran kekerasan
densitas aktual dari spesimen uji tersebut. berdasarkan lekukan. Dalam metode ini
Standar pengujian yang digunakan adalah penetrator ditekan dalam spesimen uji. nilai
ASTM C 134-95. Untuk menghitung nilai kekerasan diperoleh dari perbedaan
densitas aktual digunakan Persamaan (1) kedalaman beban mayor dan minor. Jadi,
sedangkan untuk menghitung nilai densitas nilai kekerasan didasarkan pada kedalaman
teoritis digunakan Persamaan (2) [20]. bekas penekanan. Pengujian ini dilakukan
dengan menguji kekerasan spesimen uji
1. Densitas aktual: pada 6 titik.

...............(1)

2. Densitas teoritis (total):

.......(2)

dimana:
m :densitas aktual
(gram/cm3)
ms : massa sampel kering Gambar 8. Rockwell Hardness Tester.
(gram)
mg : massa sampel yang Pengujian Struktur Mikro
digantung di Pengujian struktur mikro dilakukan
dalam air (gram) untuk mengetahui distribusi partikel Al2O3 di
 H2O : massa jenis air = 1 gram/cm3 dalam matrik ADC12 dan untuk melihat
th : densitas teoritis struktur mikro yang dihasilkan masing-
(gram/cm3) masing spesimen uji. Pengujian struktur
Al-Si : densitas Al-Si (gram/cm )
3 mikro dilakukan setelah spesimen uji
Alumina : densitas Al2O3 mengalami proses pengamplasan. Kemudian
dilakukan polishing dengan menggunakan
kain beludru dan autosol hingga permukaan
spesimen uji mengkilap tanpa ada goresan.
Setelah dilakukan polishing, kemudian
dilakukan etching untuk memberi
pewarnaan pada permukaan spesimen uji Gambar 11. Struktur Mikro pada Variasi
sehingga batas butir dari spesimen uji akan Komposisi Al2O3 10%wt.
terlihat lebih jelas. Etching dilakukan
dengan menggunakan larutan Keller’s yaitu (b)
2,5 ml HNO3 + 1 ml HF + 1,5 ml HCl + 95
ml aquades. Spesimen uji dicelupkan ke
dalam larutan Keller’s selama 20 detik,
kemudian dibilas menggunakan air hangat
dan dibiarkan selama 12 jam. Setelah proses
etching, dilakukan pengamatan spesimen uji
menggunakan mikroskop optik dengan
perbesaran 1000X.

Gambar 12. Struktur Mikro pada Variasi


Komposisi Al2O3 15%wt.

Pada Gambar 11, 12, dan 13 di atas terlihat


bahwa warna terang adalah matrik aluminium, unsur
Gambar 9. Pengujian Struktur Mikro. Si berwarna gelap dengan struktur seperti akar-akar
dan Al2O3 terlihat pada gumpalan keabuan. Dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatnya kandungan Al2O3 memungkinkan antar
partikel Al2O3 saling kontak dan belum sepenuhnya
Hasil Pengujian Struktur Mikro terjadi sinter. Distribusi partikel Al2O3 terdapat
Pengujian struktur mikro dilakukan dengan perbedaan sesuai dengan komposisi Al2O3 yang
menggunakan mikroskop optikal dengan perbesaran ditambahkan, akan tetapi komposisi Al2O3 yang
1000X, dengan posisi pengujian yang berbeda, yaitu masuk ke dalam logam lebih kecil. Distribusi partikel
pada posisi kanan, tengah, dan kiri produk sepatu Al2O3 pada komposisi 5% relatif tidak merata
rem. Hasil pengujian struktur mikro dapat dilihat dibandingkan dengan komposisi 10% dan 15% .
pada Gambar 10. Akan tetapi partikel Al2O3 terlihat berkumpul dari
beberapa butir partikel. Adanya penambahan partikel
penguat Al2O3 dalam matrik Al-Si berpengaruh
terhadap stuktur mikronya. Penggumpalan alumina
menyebabkan partikel tidak tersebar merata dengan
baik dan berpengaruh terhadap sifat mekanis yang
dihasilkan terutama kekerasan.

Hasil Pengujian Porositas


Dengan melakukan perhitungan maka
didapatkan nilai porositas pada masing-
masing spesimen. Spesimen dengan
penambahan Al2O3 5% sebesar 19,04%, pada
Gambar 10. Struktur Mikro pada Variasi spesimen dengan penambahan Al2O3 10%
Komposisi Al2O3 5%wt. sebesar 14.35% dan pada spesimen dengan
penambahan Al2O3 15% sebesar 20,52%.
Sebagai penjelasan lebih lanjut data yang
dihasilkan dapat ditampilkan dalam bentuk
kurva pada Gambar 13.
Data data hasil pengujian kekerasan Al-Si/Al2O3
25.00
dengan variasi Komposisi Al2O3 dapat disajikan pada
20.00 Gambar 14.
Porositas (%)

15.00
10.00
5.00
0.00
0.05 0.1 0.15
Penambahan Komposisi (%)

Gambar 14. Hasil Nilai Kekerasan Rata – Rata


Terhadap Penambahan Komposisi
Al2O3.

Hasil pengujian diperlihatkan pada


Gambar 3.5. terlihat bahwa dengan
bertambahnya komposisi Al2O3 dapat
meningkatkan nilai kekerasan. Adanya
bahan penguat Al2O3 dapat meningkatkan
kekerasan matrik Al. Kekerasan sampel uji
komposisi 5%, 10% dan 15% masing-
Gambar 13. Hasil Porositas Terhadap Penambahan masing berturut-turut 50,91; 51,11; dan
Komposisi Al2O3. 51,61. Penambahan partikel penguat dalam
hal ini Al2O3 dapat meningkatkan kekerasan
Gambar 13 memperlihatkan hasil pengujian matrik yang menunjukan bahwa partikel
porositas komposit Al-Si/Al2O3 untuk masing masing Al2O3 dapat memperkuat komposit. Hal ini
penambahan komposisi Al2O3. Penambahan partikel dapat disebabkan oleh beberapa faktor
Al2O3 berpotensi menimbulkan porositas. Persentasi penyebab kenaikan kekerasan yaitu residual
porositas meningkat dengan bertambahnya partikel elastic stress. Peningkatan fraksi volume
Al2O3 yang ditambahkan meskipun pada komposisi Al2O3 pada komposit Al-Si/Al2O3 dengan
10% diperoleh porositas paling rendah, yaitu 14,35% metode stir casting secara linier dapat
sedangkan pada komposisi 15% menghasilkan meningkatkan kekerasan. Kekerasan naik
persentasi tertinggi yaitu 20,52%. Porositas yang ada disebabkan karena adanya partikel penguat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah yang lebih keras dibanding matrik.
terperangkapnya gas pada saat pengadukan dan uap
air di permukaan partikel (pemanasan partikel yang Perbandingan Hasil Pengujian Kekerasan Al-Si
kurang sempurna). /Al2O3 dan Al-Si Tanpa Penambahan Al2O3
Pengujian kekerasan produk sepatu
Hasil Pengujian Kekerasan rem Al-Si tanpa penambahan partikel Al2O3
telah dilakukan oleh Nasrudin Arif [22].
Produk sepatu rem yang akan dibandingkan
adalah produk sepatu rem dengan
51.8 temperatur tuangnya sebesar 7500C. Ada
51.6 tiga posisi pengujian yaitu bagian kanan,
Kekerasan (HRB)

51.4 tengah, dan kiri. Pada bagian kanan rata-rata


nilai kekerasan sebesar 44,50, bagian tengah
51.2 nilai kekerasannya sebesar 46,83, dan pada
51 bagian kiri nilai kekerasannya sebesar 43,75.
50.8
50.6
50.4
5% 10% 15%
Komposisi Al2O3 (%)
Hasil pengujian dapat dilihat pada grafik
Gambar di bawah ini. 1. Dari hasil pengamatan stuktur mikro pada produk
sepatu rem Al-Si/ Al2O3 hasil pengecoran injeksi
54
ADC12
bertekanan (HPDC) dengan menggunakan
52 Penambahan miskroskop optik diperoleh bahwa Al2O3 memiliki
Al2O3 5%
distribusi partikel relatif tidak merata atau kurang
Kekerasan (HRB)

50 ADC12
Penambahan homogen. Partikel Al2O3 mengalami
48 Al2O3 10% penggumpalan yang berdampak negatif terhadap
46 ADC12 karakteristik mekanisnya.
Penambahan
44 Al2O3 15% 2. Peningkatan komposisi partikel Al2O3 dapat
42 ADC12 Tanpa meningkatkan persen porositas. Pada uji
Penambahan porositas, penambahan komposisi Al2O3 5%
40 Al2O3
mempunyai nilai persen sebesar 19,04%,
0 % 2 % 4% 6% 8 % 1 0 % 1 2 % 1 4 % 16 % komposisi 10% mempunyai nilai persen sebesar
Komposisi Al2O3 (%) 14,35% dan penambahan komposisi 15% sebesar
20,52%. Porositas paling tinggi 20,52% diperoleh
pada penambahan komposisi 15%. Tingginya
nilai porositas mengakibatkan nilai densitas
cenderung menurun.
3. Penambahan komposisi partikel Al2O3 dapat
mempengaruhi kekerasan. Semakin tinggi
komposisi partikel Al2O3 maka semakin tinggi
kekerasanya. Pada penambahan komposisi 5%
nilai kekerasan rata-rata yang diperoleh sebesar
50,91 HRB, penambahan komposisi 10% sebesar
51,11 HRB, dan penambahan komposisi 15%
sebesar 51,61 HRB. Kekerasan paling rendah
pada komposisi 5% hal ini disebabkan oleh
adanya cacat porositas.
Gambar 15. Perbandingan Nilai Hasil Kekerasan
AlSi Tanpa Penambahan dengan REFERENSI
Al-Si dengan Penambahan Al2O3.
[1] Jama, J., dkk, 2008, Teknik Sepeda Motor
Pada Gambar15 memperlihatkan nilai Jilid 2 untuk SMK, Direktorat Pembinaan
rata-rata kekerasan perbandingan nilai hasil Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
kekerasan Al-Si tanpa penambahan dan Al- [2] Surdia, T., & Cijiwa, K., 1991, Teknik
Si dengan penambahan Al2O3. Kekerasan Pengecoran Logam, Pradnya Paramita,
meningkat seiring dengan bertambahnya Jakarta.
komposisi partikel Al2O3. Kekerasan [3] Abdullah, 2008, Pengaruh Penambah Unsur
spesimen Al-Si tanpa penambahan Al2O3 Phospor terhadap Struktur Mikro dan Sifat
sebesar 45,03 dan Al-Si dengan penambahan Mekanis Paduan Aluminium Silikon Eutektik,
Al2O3 pada 15% memberikan pengaruh Master Thesis, Departemen Teknik Metalurgi
kekuatan mekanik yang signifikan yaitu dan Material, Universitas Indonesia, Depok.
sebesar 51,61. Penelitian yang dilakukan [4] Purba. F. Sonik., 2009, Penentuan Kadar
oleh Muhammad W. Wildan, Toto Rusianto Alumunium Oksida (Al2O3) dalam Limbah
dan Heru SB [20] memperlihatkan bahwa Pengolahan Aluminium, Skripsi, Dapartemen
pengaruh penambahan panguat dalam hal ini Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Al2O3 akan meningkatkan nilai kekerasan. [5] Megawaty. T. Yunita., 2001, Sintesis, Uji
Peningkatan kekerasan tersebut disebabkan Sifat Fisis, dan Stuktur Mikro Komposit
oleh partikel Al2O3 mempunyai kekerasan (Al2O3)p/AlMgSi, Skripsi, Fisika, Institut
(1800-2000HV) jauh lebih tinggi Pertanian Bogor, Bogor.
dibandingkan dengan kekerasan logam [6] Lestari, Franciska P., 2008, Pengaruh
paduan Al-Si. Temperatur Sinter dan Fraksi Volume
Penguat Al2O3 Terhadap Karakteristik
KESIMPULAN Komposit Lamina Hibrid Al/SiC-Al/Al2O3
Produk Metalurgi Serbuk, Master Thesis,
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, [21] Bains, H.S., Manna, A, and Mahapatra, P.B.
Universitas Indonesia, Depok. (2009). An Experimen Investigation During
[7] Clyne,T.W., 2001. Metal Matrix Composites: Stir Casting of Al/Grp and Al/Al2O3-MMC.
Matrices and Processing. Elsevier Science To National Conference On Lean Manufacturing
be published in “Encyclopaedia of Materials: Implementation : LEMAN, New Delhi.
Science and Technology”, §3.7 – [22] Chamdani. N. Arif., 2012, Penggunaan ADC
“Composites: MMC, CMC, PMC”, A 12 sebagai Material Sepatu Rem dengan
Mortensen (ed.), Elsevier, 2001. Menggunakan Pengecoran High Pressure Die
[8] Ajiriyanto,M. Kartaman., 2010, Fabrikasi Casting, Tugas Akhir S-1, Teknik Mesin,
Komposit Al/Al2O3(p) Coated dengan Metode Universitas Diponegoro, Semarang.
Stir Casting dan Karakterisasinya , Master
Thesis, Departemen Teknik Metalurgi dan
Material, Universitas Indonesia, Depok.
[9] Callister, D.William, Jr., 2003. Materials
Science and Engineering An Introduction.
Sixth Edition. John Wiley & Sons, Inc.
[10] Mulyanti, Juriah., 2011, Pengaruh
Temperatur Proses Aging Terhadap
Karakteristik Material Komposit Logam Al-
Sic Hasil Stircasting, Jurnal kompetensi
Teknik, Volume 2, No 2, pp .95-104.
[11] ASM International, 2002, ASM Metal
Handbook Casting Volume 15, 9th Edition,
United States of America.
[12] Ghomashchi & Vikrov. 2000. “High Pressure
Die Casting”.
[13] Callister Jr., W. D., 1994, Material Science
and Engineering, 7th Edition, John Wiley &
Sons Inc., New Jersey.
[14] Diktat Kuliah Pengecoran oleh Dr. Ing. Ir.
Bambang Suharno Tahun 2006
[15] Surdia, T., Saito, S., 1992, Pengetahuan
Bahan Teknik, Edisi Kedua, Pradnya
Paramita, Jakarta.
[16] ASM Metals Handbook Volume 15 –
Metallography and Microstructure 1998.
[17] ASM International, 2004, ASM Metal
Handbook Composites, United States of
America.
[18] ASTM C373 - Standard Test Method for
Water Absorption, Bulk Density, Apparent
Porosity, and Apparent Specific Gravity of
Fired Whiteware Products 1999.
[19] Wildan, Muhammad. W., Rusianto, T. &
Rochardjo, Heru. SB., 2005, Pengaruh
Kandungan Serbuk Alumina terhadap
Kekerasan dan Kekuatan Bending Komposit
Paduan Al-Si/Alumina, Jurnal Mesin dan
Industri, Volume 2, Nomor 1 : pp 29-34.
[20] Daoud,A., El-Khair, M.T. Abou, and Abdel-
Azim, A.N. (2004). Effect of Al2O3 Particles
on The Microstrusture and Sliding Wear of
7075 Al Alloy manufactured by Squeeze
Casting Method. Jurnal of Materials
Engineering and Performance. Volume 13(2) :
pp. 135-143.

Anda mungkin juga menyukai