Anda di halaman 1dari 6

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Struktur Modal

Teori Struktur modal diawali oleh pendapat Modigliani dan Miller (1958). Teori
ini didasari oleh beberapa asumsi, yaitu tidak ada biaya transaksi dalam pasar modal,
perlakuan yang sama terhadap nasabah Lembaga keuangan, tidak memperhitungkan
adanya financial distress, dan tidak memperhitungkan pajak. Asumsi dari Modigliani dan
Miller (MM) beranggapan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Penambahan hutang akan memberikan manfaat terhadap pemegang saham
yaitu beban bunga akan mengurangi beban pajak perusahaan dan dapat menambah nilai
perusahaan (Ross et al, 2012). Sebagaiman terlihat dalam gambar 2.1 tersebut dapat
dijelaskan bahwa pada titik Do adalah nilai saham jika tanpa utang. Pada titik D1, artinya
dengan penambahan utang, perusahaan menikmati pengurangan pajak, sebagai akibat
dari pengurangan beban bunga terhadap keuntungan karena pajak, maka kenaikan utang
mengakibatkan kenaikan nilai saham. Maksimal penambahan utang berada pada titik D2,
selanjutnya harga saham menurun karena adanya biaya kebangkrutan dari penambahan
utang. Titik D2 merupakan struktur modal (leverage) yang optimal.

Nilai
Perusahaan Harga saham menurut
MM, jika tidak ada biaya
kebangkrutan
Nilai tambah
dari manfaat
utang Pengurangan nilai saham
karena biaya kebangkrutan

Nilai saham yang


sebenarnya
Nilai saham
jika tidak
ada utang
Do

0 D1 D2 Leverage (D/A)

Gambar 2.1. Efek Leverage Terhadap Nilai perusahaan


Struktur modal dipengaruhi oleh beberapa variabel, umumnya variabel-variabel
yang digunakan untuk memformulasikan kebijakan dasar yang berhubungan dengan
struktur modal, terdiri dari debt atax shields, non debt tax shields, struktur aktiva,
keunikan, ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, piutang dagang dan persediaan.

2.2 Debt tax shields dan struktur Modal


Hampir semua model yang ada dalam teori struktur modal perusahaan didasarkan
pada penemuan dari Modigliani dan Miller (1958). Modigliani dan Miller (1958) dan
Miller (1977) memperluas model tersebut dengan menggabungkan pajak perusahaan dan
pajak perseorangan. Debt tax shields sebagai pendorong bagi peruahaan untuk lebih
banyak menarik hutang, karena bunga hutang yang dibebankan sebagai biaya pada
perhitungan laba dn rugi akan mengurangi pajak penghasilan perusahaan. Penguragan
pajak sebagai akibat dari pembayaran bunga (debt ta shields) mendorong perusahaan
untuk lebih menyukai pendanaan hutang dari pada ekuitas (Modigliani dan Miller, 1963).
Nilai perusahaan meningkat karena sumber pendanaan utang mengantikan ekuitas yang
disebabkan utang perusahaan menambah nilai perusahaan dalam bentuk keuntungan dari
pengurangan nilai bunga hutang (Ross et.al, 2012). Dengan demikian diharapkan debt tax
shield mempunyai hubungan positif dengan struktur modal.
2.2 Non debt tax shields dan Struktur Modal
Menurut Modigliani dan Miller (1963), perlindungan pajak atas bunga
menciptakan insentif yang kuat untuk penerbitan hutang. Penghematan pembayaran pajak
penghasilan perusahaan selain dari beban bunga juga disebabkan oleh pembebanan
depresiasi dan amortisasi terhadap keuntungan dalam laporan laba dan rugi, biaya-biaya
tersebut merupakan biaya nontunai. Semakin besar depresiasi dan amortisasi semakin
besar penghematan pajak. Depresiasi dan amortisasi sebagai cashflow perusahaan yang
dapat mengurangi pendanaan hutang, oleh karena itu mka non debt ta shields memiliki
pengaruh negatif terhadap struktur modal. Rasio biaya depresiasi dan amortisasi untuk
tahun yang berjalan dengan total aktiva (total aset) sebagai proxi dan non-debt tax
shields. Variable-variabel diatass akan menentkan pemenuhan dana perusahaan, apakah
perusahaan menarik hutang atau modal sendiri (ekuitas). Manfaat dan biaya serta risiko
sebagai pertimbangan dalam memilih pendanaan dari hutang atau ekuitas, pilihan
pendanaan tersebut akan membentuk struktur modal perusahaan yang pada akhirnya akan
menentukan niai perusahaan (Modigliani dan Miller, 1963; )

2.3 Struktur aktiva dan Struktur Modal


Struktur aktiva merupakan komposisi dari aktiva tetap berwujud dengan total
aktiva yang dimilki perusahaan, dan aktiva tetap berwujud dapat digunakan sebagai
jaminan utuk memperoleh hutang. Struktur aktviva dapat mempengaruhi struktur modal,
semakin banyak aktiva tetap berwujud perusahaan, ada kecendrungan semakin besar
hutang yang akan diperoleh. Oleh karena itu aktiv tetap berwujud yang besar mempunyai
pengaruh positif terhadap penggunaan hutang perusahaan. Komposisi atau nilai jaminan
dari asset peruahaan merupakan sumber dari pendanaan yang berasal dari hutang (Myer
dan Majluf, 1984). Hasil penelitian dari Jensen et.al (1992) dan Clemente & Mira
(2018), menyatkan bahwa aktiva tetap berwujud berhubungan positif dengan hutang
jangka Panjang dan berhubungan negative dengan hutang jangka pendek.
Bagi perusahaan, aktiva tetap merupakan hal penting untuk menciptakan kondisi
yang lebih baik dan menguntungkan utuk mengamnakn hutang. Pertama, lebih mudah
bagi kreditur untuk menetapkan nilai aktiva berwujud dibandingkan dengan aktiva tak
berwujud. Dan jika dihubungkan dengan informasi asimetris, ada suatu kemungkinan
yang ebih tinggi dari aktiva tak berwujud unutk melakukan penilaian, yaitu kemungkinan
lebih mudah menjual peralatan mesin daripada mendapatkan uang dari aktiva tak
berwujud (goodwill) (Jensen & Meckling 1976). Perusahaan yang mempunyai aktiva
tetap jangka Panjang, terutama jika permintaan akan produk mereka cukup menyakinkan,
akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka Panjang (Copeland (1996:36). Rasio
total aktiva tetap perusahaan tersebut, dan mengharapkan suatu hubungan positif antara
aktiva tetap dan struktur modal.

2.4 Pertumbuhan perusahaan (Growth) dan Struktur Modal

Perusahaan yang dikontrol modal sendiri (ekuitas) memiliki kecendrungan untuk


melakukan invetasi dibawah optimal untuk kemakmura para pemegang saham.
perusahaan indusri dengan tingkat pertumbumbuhan yang tinggi mempunyai
kefleksibilitas yang lebih besar di dalam pemilihan investasi masa depan dan dapat
melakukan dengan mengalihkan kemakmuran dari kreditur kepadda pemegang saham.
perusahaan yang mengalami pertumbuhan , dapat dilihat dari kemampuan untuk
memperoleh laba dan berhasil dalam mengelola seluruh sumber yang ada dalam
perusahaan. Oleh karenanya, diharapkan perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang
diharapkan lebih tinggi, dapat dilakukan dengan mengurangi hutang untuk menjamin
kemakmuran pemegang saham, untuk mengukur pertumbuhan potensial atas
pertumbuhan perusahaan melalui perkembangan relatiif atas total aktiva dari tahun
sebelumnya sampai tahun berjalan.

2.5 Keunikan (uniqueness) dan Struktur Modal


Titman and Wessel (1988), berpendapat bahwa keputusan struktur modal diambil
dengan pertimbangan risiko kebangkrutan. Perusahaan yang mempunyai keunikan akan
beda pad tingkat risiko yang tinggi selanjutnya akan mengarah pada biaya kebangkrutan
yang tinggi. Perusahaan yang memproduksi produk yang unik memerlukan investasi
yang besar dalam bentuk asset, sumber daya manusia. Produk yang unik merupakan
produk yang berbeda dibanding dengan produk pesaing. Oleh karena itu memerlukan ciri
dan pengerjaan yang khusus sehingga diperlukan penelitian dan pengembangn terhadap
produk tersebut. Penelitian dan pengembangan terhadap produk memerlukan dana yang
cukup besar dan memiliki risiko yang tinggi perusahaan yang unik lebih mudah untuk
memperoleh aba dibandingkan dengan perusahaan yang belum unik. Indicator dari
keunikan perusahaan dapat diukur dari rassio research and development dengan
penjualan (RD/S0, beban penjualan dengan penjulana (SE/S). rasio SE/S diprediksi
mempunyai hubungan yang negative dengan struktur moda perusahaan (Titman dan
Wessel, 1988).

2.6 Ukuran perusahaan dan Struktur Modal


Perusahaan yang besar akan dengan mudak melakukan akses kepasar modal dana
akan dengan cepat untuk memperoleh dana, dengan demikian maka perusahaan dengan
ukuran (size) yang lebih besar diperkirakan mempunyai kesempatan untuk menarik
hutang dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
Perusahaan yang lebih besar cenderung memilki portofolio pasar yang lebih
terdiversifikasi, oleh karena itu keil kemungkinannya unutk mengarah pada kondisi
kebangkrutan. Perusahaan besar akan lebih mudah dalam mendapatkan hutang
mengingatnilai ativa yang dijaminkan lebih besar, dan mempunyai tingkat kepercayaan
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Titman (1988) meberikan gambaran
singkat tentang biaya kebangkrutan langsung yang ditetapkan membentuk suatu bagian
yang lebih kecil dari nilai perusahaan pada saat perusahaan tersebut lebih besar.
Kkarenanya, perusahaan besar kemungkinan akan mendapatan modal dari luar dengan
biaya yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan yang kecil.

2.7 Risiko bisnis dan Struktur Modal


Dalam trade off models diprediksi bahwa perusahaan yang mempunyai risiko
bisnis tinggi mempunyai risiko bisnis tinggi mempunyai tingkat kapasitas sangat rendah
untuk memperoleh hutang (Ullaha et al, 2020). Pendapat ini didukung oleh Jorgensen &
Terra (2003) bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal.

2.8 Profitabilitas dan Struktur Modal


Perusahaan yang menghasilkan laba lebih besar cenderung mempunyai laba
ditahan lebih besar sehingga mudah memenuhi kebutuhan dananya untuk melakukan
ekspansi. Semakin besar laba ditahan semakin besar kebutuhan dananya dipenuhi dari
ddalam perusahaan dan mengurangi penggunaan dana dari hutang yang selanjutnya akan
menurunkan struktur modal perusahaan. Sumber dana yang paling kecil risiko dan
biayanya adalah laba ditahan, oleh karenanya untuk memenuhi kebutuhan dana
seharusnya lebih memilih pendanaan internal (laba ditahan) dari pada pendanaan
eksternal (saham dan obligasi) Myers dan Majluf (1984). Jika laba perusahaan besar
maka kebutuhan pendanaan eksternal akan lebih kecil. Perusahaan akan menggunakan
akumulasi keuntungannya , sesuai dengan teori pecking order dari Myer (1958) dan
didukung oleh penelitian Titman (1988) bahwa profitabilitas berhubungan negative dan
signifikan dengan struktur modal.
2.9 Piutang dagang dan Struktur Modal
Pembiayaan piutang dagang dapat berupa penyerahan piutang dagang atau
menjua piutang dagang tau factoring (Ross, et al, 2012). Dengan penyerahan jaminan
piutang dagang, perusahaan akan mendapatakan hutang janka pendek selanjutnya akan
meningkatkan jumlah hutang perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk piutang dagang
adalah rasio antara piutang dagang dengan total aktiva. Jika perusahaan mempunyai
risiko kredit yang relative kurang baik, maka Lembaga pemberi pinjaman akan meminta
penyediaan jaminan berupa persedian (Bilgin dan Yusuf, 2019). Oleh karena itu
persediaaan dapat dipakai untuk menarik hutang jangka pendek, selanjutnya akan
menambah struktur modal perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk persediaan adalah
rasio anatar piutang dagang dengan total aktiva.

2. 10 Struktur Modal dan Nilai Perusahaan


Penggunaan hutang yang makin besar akan meningkatkan struktur modal
perusahaan, sesuai dengan teori Modigliani & Miller (1963) dan yang menyatakan bahwa
penggunaaan hutang aan meningkatkan nilai perusahaan. Tradeoff Theory menerangkan
bahwa kenaikan hutang akan meningkatkan niali perusahaan, dan juga dapat menurunkan
nilai perusahaan (Ross et al, 2012). Harga saham adalah nilai yang ditentukan oleh
investor atau calon investor dan merupakan kinerja perusahaa. Nilai perusahaan dihitung
dari total nilai pasar hutang ditambah dengan nilai pasar saham (Xuan dan Ellis, 2018).
Dalam proposisi MM dengan adanya pajak, dikatakan bahwa biaya modal saham
akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya utang. Tetapi penghematan dari
pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya
modal saham. Selanjutnya penggunaan utang yang semakin banyak akan meningkatkan
biaya modal saham, tetapi penggunaan utang yang lebih banyak, yang berarti
menggunakan modal yang lebih murah (karena biaya modal utang lebih kecil
dibandingkan dengan biaya modal saham), akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbang (Hanafi, 2017).

Anda mungkin juga menyukai