Anda di halaman 1dari 50

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MILIK


MILIKDINAS
DINAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAHAN AJAR (HANJAR)

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN


NARKOBA
untuk

PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

untuk

PELATIHAN SISWA DIKTUKBA POLRI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2020
IDENTITAS BUKU

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Penyusun:

Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A. 2020

Editor:

1. AKBP Henny Wuryandari, S.H.


2. AKBP M. Ischaq Said, S.H., M.H.
3. Kompol Dawud S.E.
4. Penda Fitria Yuli Hapsari, A.Md.

Hanjar Pendidikan Polri


Pendidikan Pembentukan Tamtama Polair

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum Bahan Ajar Pendidikan Pembentukan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2020

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................... i

Sambutan Kalemdiklat Polri ................................................................................ iii

Keputusan Kalemdiklat Polri ................................................................................ v

Lembar Identitas .................................................................................................. vii

Daftar Isi .............................................................................................................. viii

Pendahuluan ........................................................................................................ 1

Standar Kompetensi ............................................................................................ 2

MODUL 1 HAKIKAT NARKOBA ................................................................ 3

Pengantar ................................................................................................
3

Kompetensi Dasar .............................................................................................


3

Materi Pelajaran ................................................................................................


3

Metode Pembelajaran ................................................................ 4

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar .............................................................


4

Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 5

Tagihan/Tugas ................................................................................................
6

Lembar Kegiatan ................................................................................................


6

Bahan Bacaan ................................................................................................


6

1. Pengertian-pengertian yang terkait dengan Narkoba ......... 6

2. Jenis-jenis Narkoba ............................................................ 8

3. Aturan Hukum yang terkait dengan Penyalahgunaan


Narkoba .............................................................................. 19

Rangkuman ................................................................................................
33

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA vii


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan ................................................................................................
35

MODUL 2 PENERAPAN BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN


36
NARKOBA ................................................................................................

Pengantar ................................................................................................
36

Kompetensi Dasar .............................................................................................


36

Materi Pelajaran ................................................................................................


36

Metode Pembelajaran ................................................................ 37

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar .............................................................


37

Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 38

Tagihan/Tugas ................................................................................................
39

Lembar Kegiatan ................................................................................................


39

Bahan Bacaan ................................................................................................


40

1. Bahaya penyalahgunaan Narkoba ..................................... 40

2. Dampak penyalahgunaan Narkoba .................................... 42

Rangkuman ................................................................................................
46

Latihan ................................................................................................
46

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA viii


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN


HANJAR NARKOBA
10 JP (450 Menit)

Pendahuluan

Dalam proses pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional


selalu akan menghadapi berbagai kendala dan ancaman, untuk itu
Kepolisian Negara Republik Indonesia salah satu fungsi pemerintah
negara yang diberikan tugas dan wewenang dalam rangka
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat
diseluruh wilayah nusantara sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, menjadikan
pelabuhan laut sebagai pintu gerbang keluar masuk narkoba dari
negara atau daerah lain. Sekitar 80 persen peredaran narkoba terjadi di
perairan Indonesia. Pelabuhan rakyat yang berada di pulau terluar
maupun daerah perbatasan menjadi incaran para pengedar jaringan
internasional. Biasanya mereka melalui kapal besar dan kecil atau
perahu kecil yang mendatangi perahu besar di tengah laut.
Presiden Jokowi melalui Kompas.com menyatakan keprihatinannya
karena peredaran dan penggunaan narkoba di Indonesia yang sudah
semakin parah dan sudah masuk level darurat.
Berdasarkan data BNN Tahun 2010, kira-kira ada 50 orang di
Indonesia yang meninggal dunia setiap hari karena penyalahgunaan
narkoba. Jika dikalkulasi dalam setahun, ada sekitar 18.000 jiwa
meninggal dunia karena penggunaan narkoba. Angka itu belum
termasuk 4,2 juta pengguna narkoba yang direhabilitasi dan 1,2 juta
pengguna yang tidak dapat direhabilitasi.
Untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba tersebut sangat diperlukan
partisipasi lembaga penegak hukum, kepala daerah, dan komunitas
masyarakat untuk berperan aktif dan tidak menganggap remeh
peredaran dan penyalahgunaan Narkoba.
Hanjar ini disusun untuk memenuhi standar kompetensi lulusan
Tamtama Polisi Perairan, diharapkan peserta didik memahami dan
mampu menerapkan budaya anti penyalahgunaan Narkoba, yakni
mengerti tentang Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lainnya dan

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 1


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

memiliki kemampuan melakukan sosialisasi budaya anti Narkoba


dalam kehidupan masyarakat, sehingga dapat mengaplikasikan dalam
melaksanakan tugas.

Standar Kompetensi
Memahami dan mampu menerapkan budaya anti penyalahgunaan
Narkoba.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HANJAR HAKIKAT NARKOBA


01 2 JP ( 90 Menit)

Pengantar
Dalam Hanjar ini dibahas tentang pengertian-pengertian yang terkait
dengan Narkoba, jenis-jenis Narkoba dan aturan hukum yang terkait
dengan penyalahgunaan Narkoba.
Tujuan diberikannya materi ini adalah agar peserta didik memahami
hakikat Narkoba.

Kompetensi Dasar
Memahami hakikat Narkoba.
Indikator Hasil Belajar:
1. Menjelaskan pengertian-pengertian yang terkait dengan Narkoba;
2. Menjelaskan jenis-jenis Narkoba;
3. Menjelaskan aturan hukum yang terkait dengan penyalahgunaan
Narkoba.

Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Hakikat Narkoba.
Subpokok Bahasan:
1. Pengertian-pengertian yang terkait dengan Narkoba;
2. Jenis-jenis Narkoba;
3. Aturan hukum yang terkait dengan penyalahgunaan Narkoba.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 3


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang hakikat
Narkoba.
2. Metode Brainstroming (Curah Pendapat)
Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk memberikan penugasan peserta didik
tentang materi yang disampaikan.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/Media:
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser Point.
2. Bahan:
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar:
a. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang
pelaksanaan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
d. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 44 Tahun
2019 tentang perubahan penggolongan Narkotika;
e. Peraturan Kepala BNN Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi pada Lembaga

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 4


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rehabilitasi di Lingkungan Badan Narkotika Nasional;


f. https://ruangguruku.com/pengertian-Narkoba/;
g. https://www.liputan6.com/news/read/3867866/pengertian-
Narkoba-menurut-para-ahli-serta-jenis-dampak-dan-
penanganannya;
h. Wikipedia Ensiklopedia Bebas.

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal : 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Membuka kelas dan memberikan salam;
b. Perkenalan;
c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.
2. Tahap inti : 70 menit
a. Pendidik menyampaikan materi pelajaran tentang hakikat
Narkoba;
b. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya/memberikan komentar terkait materi yang
disampaikan.
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Cek Penguatan materi
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi
Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya
secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas
Pendidik merumuskan learning point/relevansi yang dikaitkan
dengan pelaksanaan tugas dilapangan.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 5


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/Tugas
----

Lembar Kegiatan
----

Bahan Bacaan

HAKIKAT NARKOBA

1. Pengertian-pengertian yang terkait dengan Narkoba

Narkoba adalah suatu nomenklatur yang berisi kepanjangan dari:

Nar = Narkotika
Ko = Psikotropika
Ba = Bahan-bahan Berbahaya/zat Adiktif lainnya

Maka masing-masing subnomenklatur tersebut dijelaskan di


bawah ini:

a. Narkotika

1) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari


tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 6


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau


perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan;
2) Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika.

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun


sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.

c. Bahan Adiktif

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila


dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat menyebabkan
kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan
atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secara terus-menerus. Jika dihentikan
dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar
biasa. Zat yang bukan
tergolong Narkotika dan Psikotropika tetapi menimbulkan
ketagihan antara lain kopi, rokok, minuman keras, dll.

Narkoba biasanya digunakan melalui berbagai cara.


Misalnya, mariyuana (ganja) dapat ditelan seperti makanan atau
diisap, dan kokain dapat "dihirup" di lubang hidung, disuntikkan,
atau, dengan berbagai modifikasi, diisap. Beberapa contoh
penggunaan Narkoba sebagai berikut:

a. Inhalasi: semua inhalan yang memabukkan yang merupakan


gas atau uap pelarut yang dihirup menuju tenggorokan,
seperti namanya
b. Insuflasi: metode ini melibatkan pengguna menempatkan
bubuk di lubang hidung dan ditiupkan melalui hidung
melewati tenggorokan, sehingga obat diserap oleh selaput
lendir. Digunakan pada bubuk amfetamin, kokain, heroin,
ketamin, dan MDMA. Selain itu, tembakau.
c. infus dan jarum suntik: pengguna menyuntikkan larutan air
dan obat ke dalam vena, atau lebih jarang, ke dalam
jaringan. Obat-obatan yang disuntikkan termasuk morfin dan
heroin, opioid lain yang lebih jarang. Stimulan seperti kokain
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 7
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

atau metamfetamin juga dapat disuntikkan. Dalam kasus


yang jarang terjadi, pengguna menyuntikkan obat lain.
d. asupan lewat mulut: kafein, etanol, ganja yang dapat
dimakan, jamur sihir, teh koka, teh poppy, laudanum, GHB,
pil ekstasi dengan MDMA atau berbagai zat lain (terutama
stimulan dan psikedelik), obat bebas maupun resep (ADHD
dan narkolepsi) obat-obatan, benzodiazepin, ansiolitik,
sedatif, pereda batuk, morfin, kodein, opioid dan lain-lain)
e. sublingual: zat menyebar ke
dalam darah melalui jaringan bawah lidah. Banyak obat
psikoaktif dapat atau telah dirancang secara khusus untuk
pemberian sublingual, termasuk barbiturat,
benzodiazepin, [44] analgesik opioid dengan bioavailabilitas
gastrointestinal yang buruk, LSD, daun koka, beberapa
halusinogen. Cara menggunakan zat adiktif ini diaktifkan
ketika mengunyah beberapa bentuk tembakau kunyah
(misalnya mencelupkan tembakau, snus ).
f. intrarectal: pemberian ke dalam rektum, sebagian besar obat
yang larut dalam air dapat digunakan dengan cara ini
g. merokok: tembakau, ganja, opium, kristal met, fensiklidina,
kokain, dan heroin (diamorfin sebagai bentuk bebas)
h. transdermal menggunakan obat resep: misalnya metilfenidat
(Daytrana) dan fentanil

Banyak obat yang digunakan melalui berbagai cara. Intravena


(infus dan suntikan) adalah yang paling efisien, tetapi juga salah
satu yang paling berbahaya. Hidung, dubur, inhalasi, dan melalui
metode merokok lebih aman. Rute oral adalah salah satu yang
paling aman dan paling nyaman, tetapi bioavailabilitasnya sedikit.

2. Jenis-jenis Narkoba

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 8


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Berikut ini contoh zat adiktif yang sering digunakan:

a. Alkohol

Alkohol yang digunakan dalam minuman beralkohol


adalah etanol, CH3CH2OH. Minum alkohol dapat
menyebabkan mabuk, relaksasi, dan penurunan perilaku.
Alkohol diproduksi melalui fermentasi gula menggunakan
khamir untuk membuat anggur, bir, dan minuman keras
(misal: vodka, rum, gin dan lain-lain).

b. Amfetamin

Digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan. Diresepkan


pada penderita ADHD, narkolepsi, depresi, dan penurunan
berat badan.

c. Kafein:

Ditemukan pada kopi, teh hitam, minuman berenergi,


sejumlah minuman ringan (seperti, Coca-
Cola, Pepsi, Mountain Dew, dll.), dan cokelat. Paling banyak
dikonsumsi di seluruh dunia, tidak ada pengaruh
ketergantungan.

d. Ganja

Termasuk di dalamnya marijuana dan hashish, yang dapat


diisap atau dimakan. Banyak mengandung 85 zat kanabinoid.
Zat utama yang bersifat psikoaktif adalah THC, yang memiliki
sifat mirip neurotransmiter anandamida, dinamakan menurut
istilah bahasa Sanskerta ananda, "senang, puas." Artikel
Campbell dan Gowran (2007) menyebutkan, "manipulasi oleh
kanabinoid meningkatkan mekanisme regulasi neuroprotektif
saat terjadi peradangan saraf. Sifat-sifat tersebut, yang
sangat membantu dalam pengobatan Alzheimer di masa
yang akan datang, merupakan topik yang cukup menarik dan
membutuhkan penelitian lanjut."

e. Kokain

Berupa bubuk putih, yang ditiup atau dilarutkan lalu disuntik.


Turunan yang cukup populer, crack, diisap seperti rokok. Uap
kokain dapat dihirup langsung saat diubah menjadi bentuk
yang bebas.

f. MDMA

Sangat dikenal dengan sebutan ekstasi, banyak digunakan


BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 9
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam budaya rave dan dijadikan sebagai Narkoba pesta.

g. Rokok elektrik

Penggunaannya banyak digunakan untuk rekreasi. Banyak


rokok elektrik mengandung nikotin, namun kadarnya
bergantung pada kebutuhan pengguna maupun produsen.
Nikotin sangat adiktif, dapat dibandingkan dengan heroin
maupun kokain. Ada orang yang menggunakan rokok elektrik
untuk mengisap ganja atau Narkoba jenis lain, serta ada
rokok elektrik yang dibuat untuk perokok ganja.

h. Ketamin

Obat anestesi yang digunakan secara legal oleh paramedis


ataupun dokter dalam keadaan darurat untuk sifat
analgesiknya namun ilegal sebagai Narkoba pesta.

i. Lean

Obat yang dibuat dengan mencampur obat batuk,


pemanis, minuman ringan, dan kodein. Berasal
dari Houston pada tahun 1990-an. Sejak saat itu, obat ini
menjadi populer di kalangan budaya rave. Banyak orang
yang mengantuk setelah meminumnya.

j. LSD

Turunan senyawa ergoline, disintesis pertama kali tahun


1938 oleh Hofmann. Namun, ia tidak mampu menjelaskan
sifat psikedelisnya pada tahun 1943. Tahun 1950-an,
senyawa ini dipakai untuk terapi psikologi, dan digunakan
secara terselubung oleh CIA dalam proyek MKULTRA, yang
diberikan kepada warga Amerika Serikat dan Kanda yang tak
sadar. LSD memainkan peranan penting pada dekade 1960-
an lalu dilarang per Oktober 1968 oleh presiden AS saat
itu, Lyndon B Johnson.

k. Dinitrogen monoksida

Obat ini dahulu digunakan untuk obat anticemas dan


anestesi, serta digunakan dengan menghirupnya dari krim
dan menyebabkan halusinasi.

l. Opiat dan opioid:

Tersedia di bawah resep dokter untuk mengurangi rasa sakit.


Yang banyak disalahgunakan adalah oksikodon,
hidrokodon, kodein, fentanil, heroin, dan morfin. Opioid
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 10
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menyebabkan kecanduan dan memberi pengaruh sakaw bila


berhenti menggunakannya. Heroin dapat diisap seperti rokok,
ditiup, atau dilarutkan lalu disuntik.

m. Jamur sihir (psilocybin)

Obat halusinogen merupakan obat penting dalam


psikedelika. Hingga 1963, ketika dianalisis secara kimiawi
oleh Albert Hofmann, belum diketahui dalam sains modern
bahwa Psilocybe semilanceata (nama jalanan "Liberty Cap"
di Eropa) mengandung psilocybin, halusinogen yang semula
diidentifikasi di sejumlah spesies dari Meksiko, Asia, dan
Amerika Utara

n. Tembakau

Nicotiana tabacum. Nikotin adalah zat adiktif yang


terkandung dalam daun tembakau, yang mampu
melintasi sawar darah–otak dalam jangka waktu 10–20 detik.
Daun tembakau ini dapat diisap (sebagai rokok), dihirup, atau
dikunyah. Perilakunya mirip
dengan neurotransmiter asetilkolin dalam reseptor nikotin
asetilkolin dalam otak dan sambungan neuromuscular.
Bentuk neuron reseptor dapat pasca-sinapsis (terlibat pada
neurotransmisi klasik) dan pra-sinapsis, yang mempengaruhi
pelepasan banyak neurotransmiter.

o. Barbiturat

Benzodiazepines (diresepkan pada penderita kecemasan,


dapat menyebabkan demensia dan sindrom PAWS).

p. "Bath salts":

Ini nama jalanan dari Mephedrone/Metilenadioksipirovaleron


(MDPV).

q. DMT-komposisi utama dari ayahuasca, dapat diisap; selama


(kurang lebih 30 menit) menimbulkan halusinasi.

r. Peyote

Halusinogen yang mengandung meskalin, berasal


dari Texas dan Meksiko.

s. Salvia divinorum:

Tumbuhan halusinogen Meksiko dalam keluarga mint; bukan


karena sifatnya rekreasional, melainkan karena sifatnya yang
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 11
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menyebabkan halusinasi (legal di sejumlah yurisdiksi).

t. Ganja sintetis: "Spice", "K2", JWH-018, AM-2201


u. Zat kimia penelitian: 2C variants, dll.

Kandungan yang terdapat pada Narkoba tersebut memang bisa


memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan jika
disalahgunakan.

a. Menurut UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,


jenisnya dibagi menjadi menjadi 3 golongan berdasarkan
pada risiko ketergantungan.

1) Narkotika Golongan I

Narkotika golongan 1 seperti ganja, opium, dan


tanaman koka sangat berbahaya jika dikonsumsi
karena beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan.

2) Narkotika Golongan II

Sementara Narkotika golongan 2 bisa dimanfaatkan


untuk pengobatan asalkan sesuai dengan resep dokter.
Jenis dari golongan ini kurang lebih ada 85 jenis,
beberapa diantaranya seperti Morfin, Alfaprodina, dan
lain-lain. Golongan 2 juga berpotensi tinggi
menimbulkan ketergantungan.

3) Narkotika Golongan III

Dan yang terakhir, Narkotika golongan 3 memiliki risiko


ketergantungan yang cukup ringan dan banyak
dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi.

b. Menurut Permenkes Nomor 44 Tahun 2019 tentang


Narkotika. Jenis bahan berbahaya sebagai berikut:

1) Narkotika golongan I:

a) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua


bagian-bagiannya;
b) Opium mentah, Opium masak (candu, jicing, dan
Jicingko);
c) Tanaman koka;
d) Daun Koka;
e) Kokain mentah;
f) Kokaina;

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 12


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g) Tanaman ganja;
h) Tetrahydrocannabinol;
i) Delta 9 tetrahydrocannabinol dan semua bentuk
stereo kimianya

2) Narkotika golongan II: ekgonina, morfin metobromida,


dan morfina;

3) Narkotika golongan III: etilmorfina, kodeina, polkodina,


dan propiram.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa jenis


Narkoba yang bisa didapatkan secara alami namun ada juga
yang dibuat melalui proses kimia. Jika berdasarkan pada
bahan pembuatnya, jenis-jenis Narkotika tersebut di
antaranya adalah:

1) Narkotika Jenis Sintetis

Jenis yang satu ini didapatkan dari proses pengolahan


yang rumit. Golongan ini sering dimanfaatkan untuk
keperluan pengobatan dan juga penelitian. Contoh dari
Narkotika yang bersifat sintetis seperti Amfetamin,
Metadon, Deksamfetamin, dan sebagainya.

2) Narkotika Jenis Semi Sintetis

Pengolahan menggunakan bahan utama berupa


Narkotika alami yang kemudian diisolasi dengan cara
diekstraksi atau memakai proses lainnya. Contohnya
adalah Morfin, Heroin, Kodein, dan lain-lain.

3) Narkotika Jenis Alami

Ganja dan Koka menjadi contoh dari Narkotika yang


bersifat alami dan langsung bisa digunakan melalui
proses sederhana. Karena kandungannya yang masih
kuat, zat tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan
obat. Bahaya Narkoba ini sangat tinggi dan bisa
menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan jika
disalahgunakan. Salah satu akibat fatalnya adalah
kematian.

c. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan


sindroma ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan
yaitu:

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 13


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Psikotropika golongan I
Yaitu Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan
pengobatan dengan potensi ketergantungan yang
sangat kuat.
2) Psikotropika golongan II
Yaitu Psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat
menimbulkan ketergantungan.
3) Psikotropika golongan III
Yaitu Psikotropika dengan efek ketergantungannya
sedang dari kelompok hipnotik sedatif.
4) Psikotropika golongan IV
Yaitu Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang


Pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa
produk tembakau bagi kesehatan.

Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau


ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan
ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena
fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan
tersebut, kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya,
memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut daripada
kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat
menyebabkan keadaan gejala putus zat. Zat adiktif
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Zat adiktif bukan Narkotika dan Psikotropika;


2) Zat adiktif Narkotika;
3) Zat adiktif Psikotropika.

Yang akan dibahas dalam materi tetang zat adiktif ini yaitu
Zat Adiktif bukan Narkotika dan Psikotropika yang meliputi:

1) Teh

Kamu tentu sudah sering mengonsumsi teh. Tahukah


kamu teh termasuk ke dalam kelompok bahan yang
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 14
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengandung zat adiktif karena mengandung theine dan


kafein. Itulah sebabnya sebagian dari kamu menjadi
terbiasa mengonsumsi teh setiap hari. Teh aman dan
baik untuk dikonsumsi dalam jumlah tidak berlebihan.
Teh juga mengandung kafein, teofilin, dan teobromin
dalam jumlah sedikit.

2) Kopi

Kopi adalah minuman yang terbuat dari biji kopi yang


telah disangrai dan dihancurkan menjadi bubuk kopi.
Kopi memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dari
teh. Umumnya kopi dikonsumsi orang dengan tujuan
agar mereka tidak mengantuk. Kopi dapat membuat
orang tidak mengantuk karena kafein dalam kopi dapat
meningkatkan respons kewaspadaan pada otak.
Meskipun bahan adiktif dalam kopi tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi secara berlebihan, tetapi kopi
memiliki manfaat pada beberapa terapi kesehatan. Kopi
dapat mencegah penyakit Parkinson, kanker usus,
kanker lambung, dan kanker paru-paru. Dalam
beberapa kejadian, kopi dapat menjadi obat untuk sakit
kepala, tekanan darah rendah, dan obesitas.

3) Alkohol

Alkohol murni berupa zat cair, tidak berwarna, dan


baunya segar. Alkohol dapat dihasilkan dari ekstraksi
buah. Dalam jumlah kecil, alkohol dapat merangsang
semangat dan memberi rasa segar, tetapi dalam jumlah

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 15


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

besar alkohol dapat memperlambat reaksi tubuh.


Alkohol dikelompokkan menjadi:

a) Golongan A, kadar alkoholnya 1-5%;


b) Golongan B, kadar alkoholnya 5-20%;
c) Golongan C, kadar alkoholnya 20-55%.

Alkohol juga dihasilkan melalui fermentasi berbagai


jenis bahan yang mengandung gula misalnya buah, biji-
bijian dan umbi-umbian. Alkohol yang didapatkan dari
hasil fermentasi digunakan sebagai minuman.

Minuman yang mengandung kadar alkohol yang tinggi


dapat menyebabkan ketagihan bahkan ketergantungan
dan akan menyebabkan kerusakan organ seperti iritasi
saluran pencernaan jika dikonsumsi secara terus
menerus.

Alkohol secara langsung dapat menyerang sistem


syaraf dan berdampak pada psikologis. Maka kita
sering melihat ditelevisi orang yang sedang
mengkonsumsi alkohol sering terlibat perkelahian
karena orang yang sedang mengkonsumsi alkohol
sedang mengalami gangguan mental seperti sulit
mengontrol emosi atau mudah marah dan mudah
tersinggung.

Salah satu dampak dari konsumsi alkohol berkadar


tinggi adalah sirosis hati. Sirosis hati adalah kelainan
struktur dan fungsi hati karena matinya sel-sel pada
hati.

Kadar Alkohol
No Dampak terhadap tubuh
dalam darah
1 0,02 Suasana hati tidak menentu,
gelisah dan marah
2 0,05 Pusing dan terganggunya
kemampuan motorik
3 0,08 Terganggunya sistem saraf
dan beberapa bagian tubuh
mati rasa
4 0,10 perilaku yang tidak wajar,
kikuk, dan terganggunya
ikatan
5 0,15 Perilaku yang tidak wajar dan
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 16
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kesulitan untuk berdiri,


berjalan dan bicara
6 0,20 Terganggunya kemampuan
motorik dan emosi, perilaku
yang tidak wajar, kehilangan
keseimbangan,sempoyongan
,dan pengelihatan ganda
7 0,40 Tidak sadarkan diri
8 0,45 Pernapasan melambat dan
dapat berhenti tiba-tiba
9 0,50 Kematian
1.7 Tabel: Konsentrasi Alkohol dalam darah beserta
dampaknya
Contoh zat adiktif kelompok ketiga antara lain ekstasi,
sabu-sabu, diazepam, dan LSD (Lysergic Acid
Diethylaimide).

4) Rokok

Rokok dibuat dari daun tembakau melalui proses


tertentu dan telah dicampur dengan bunga cengkeh
serta berbagai macam bahan aroma. Rokok
mengandung nikotin dan tar. Nikotin dapat
menyebabkan orang menjadi berkeinginan untuk
mengulang dan terus menerus merokok. Merokok dapat
menyebabkan dampak yang merugikan bagi organ-
organ tubuh, baik organ luar maupun organ dalam.
Pengaruh pada organ luar dapat berupa perubahan
warna gigi dan kulit, sedangkan pengaruh pada organ
dalam dapat memicu kanker paru-paru.

Berikut adalah beberapa zat diantaranya yang dapat


dengan aktif membahayakan kesehatan.

a) Nikotin

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 17


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Senyawa organik alkaloid yang dihasilkan secara


alami pada berbagai jenis tumbuhan. Memiliki efek
yang kuat dan bersifat stimulan terhadap tubuh
manusia. Rokok mengandung 6-20 mg nikotin.
Nikotin akan mempengaruhi sistem syaraf efeknya
seperti dapat memperlambat kerja jantung, paru-
paru dan dapat mengganggu sistem syaraf
simpatik. Karena nikotin memiliki sifat adiksi maka
dapat membuat seseorang menjadi perokok tetap.

b) Tar

Terdapat pada rokok dengan bentuk seperti aspal.


Tar ini yang menyebabkan gigi para perokok
menjadi kuning atau gusi yang berwarna
kehitaman. Tar akan masuk kedalam tubuh dan
mengendap pada tenggorokan yang
menyebabkan batuk dan mengendap pada paru-
paru. Endapan tar dapat menyebabkan kanker
paru-paru.

c) Gas CO

Asap rokok mengandung gas CO, saat CO masuk


kedalam tubuh maka gas CO akan larut kedalam
darah dan bersaing dengan gas O2 yang
kemudian diikat oleh hemoglobin. Semakin banyak
CO yang diikat oleh hemoglobin maka semakin
kurang kadar O2 dalam darah yang dapat
menyebabkan sesak napas, pingsan dan
kematian.

Ada beberapa upaya untuk mengurangi ketergantungan


terhadap rokok, diantaranya adalah mengganti
konsumsi rokok dengan makanan lain yang lebih
menyehatkan, mengurangi konsumsi rokok secara
bertahap, dan menyadari dampak dari rokok untuk diri
sendiri dan orang lain.

Zat adiktif bukan Narkotika dan Psikotropika mungkin ada


manfaatnya bagi yang mengkonsumsinya, namun jika terlalu
sering bisa menyebabkan hal-hal negatif bagi yang
mengonsumsinya

e. Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif bisa dilakukan


diantaranya:

1) Pencegahan pribadi
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 18
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Hindari kebiasaan merokok karena pada umumnya


korban Narkotika dimulai dengan menghisap rokok.
Berhati-hati dalam pergaulan, ini waktu luang dengan
hal-hal positif, serta kuatkan iman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

2) Peran Keluarga

Setiap keluarga harus menjaga komunikasi dengan


harmonis, saling mengingatkan dan melindungi. Bari
arahan tentang bahayanya penyalahgunaan obat-
obatan terlarang sejak dini agar seluruh anggota
keluarga jauh dari bahaya Narkoba.

3) Peran Masyarakat

Berperan aktif dalam upaya pemberantasan


penyalahgunaan obat-obatan terlarang baik dalam
bentuk penjagaan, penyuluhan, maupun bentuk-bentuk
informasi lainnya. Cepat dan tanggap dalam meberikan
informasi apabila ada penyalahgunaan obat-obatan
terlarang di lungkungan masyarakat setempat.

4) Peran Sekolah

Lembaga terpenting dalam menkonstruksi pola pikir


anak dan memberi masukan-masukan terhadap bahaya
penyalahgunaan obat-obatan terlarang melalui ilmu
pengetahun serta menanamkan sikap disiplin baik
terhadap pelanggaran maupun penyalahgunaan obat-
obatan terlarang sehingga dapat diaplikasikan di
lingkungan masyarakat

5) Pemerintah

Pemerintah harus terus mengontrol, menangkap dan


memberantas segala bentuk peredaran atau penyalah
gunaan obat-obatan terlarang dan ditindak secara tegas
melalui hukum yang berlaku.

3. Aturan Hukum yang terkait dengan Penyalahgunaan Narkoba

a. Aturan Hukum yang terkait Narkotika

Narkotika dan psikotropika hingga akhir ini telah menjadi


kejahatan yang berdimensi internasional (international crime)
dan pada pokok persoalannya, menjadi sorotan/perhatian
dunia internasional. Dewan Perserikatan Bangsa Bangsa
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 19
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(United Nation) telah mengadakan konvensi mengenai


pemberantasan peredaran psikotropika (Convention on
psychotropic substances) yang diselenggarakan di Vienna
dari tanggal 11 Januari sampai 21 Februari 1971, diikuti oleh
71 negara, ditambah dengan 4 negara sebagai peninjau.

Sebagai reaksi yang didorong oleh rasa keprihatinan yang


mendalam atas meningkatnya produksi, permintaan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
psikotropika, serta kenyataan bahwa anak-anak dan remaja
(deliquent) digunakan sebagai pasar pemakai Narkotika dan
psikotropika secara gelap, sebagai sasaran produksi,
distribusi, dan perdagangan gelap Narkotika dan
psikotropika. Telah mendorong lahirnya Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Gelap
Narkotika dan Psikotropika, 1988

Konvensi tersebut secara keseluruhan berisi pokok-pokok


pikiran, sebagai berikut:

1) Masyarakat bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia


perlu memberikan perhatian dan prioritas utama atas
masalah pemberantasan peredaran gelap Narkotika
dan psikotropika;
2) Pemberantasan peredaran gelap Narkotika dan
psikotropika merupakan masalah semua negara yang
perlu ditangani secara bersama pula;
3) Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Konvensi
Tunggal Narkotika 1961, Protokol 1972 Tentang
Perubahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961, dan
Konvensi Psikotropika 1971, perlu dipertegas dan
disempurnakan sebagai sarana hukum untuk mencegah
dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan
psikotropika;
4) Perlunya memperkuat dan meningkatkan sarana hukum
yang lebih efektif dalam rangka kerjasama internasional
di bidang kriminal untuk memberantas organisasi
kejahatan transnasional dalam kegiatan peredaran
gelap Narkotika dan psikotropika.

Sementara, negara Indonesia meratifikasi Konvensi Tunggal


Narkotika pada Tahun 1961 beserta Protocol Tahun 1972
dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1976 dan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika selanjutnya
disahkan Undang-undang Normor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 20
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Pertimbangan ditetapkan Undang-Undang Nomor 35


Tahun 2009 tentang Narkotika sebagai berikut:

a) Bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia


yang sejahtera, adil dan makmur yang merata
materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, kualitas sumber daya
manusia Indonesia sebagai salah satu modal
pembangunan nasional perlu dipelihara dan
ditingkatkan secara terus-menerus, termasuk
derajat kesehatannya;
b) Bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan
sumber daya manusia Indonesia dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan
upaya peningkatan di bidang pengobatan dan
pelayanan kesehatan, antara lain dengan
mengusahakan ketersediaan Narkotika jenis
tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat
serta melakukan pencegahan dan pemberantasan
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c) Bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau
bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan
atau pelayanan kesehatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula
menimbulkan ketergantungan yang sangat
merugikan apabila disalahgunakan atau
digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan
yang ketat dan saksama;
d) Bahwa mengimpor, mengekspor, memproduksi,
menanam, menyimpan, mengedarkan, dan/atau
menggunakan Narkotika tanpa pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan saksama serta
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan merupakan tindak pidana Narkotika
karena sangat merugikan dan merupakan bahaya
yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan
nasional Indonesia;
e) Bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat
transnasional yang dilakukan dengan
menggunakan modus operandi yang tinggi,
teknologi canggih, didukung oleh jaringan
organisasi yang luas, dan sudah banyak
menimbulkan korban, terutama di kalangan
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 21
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

generasi muda bangsa yang sangat


membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara sehingga Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi
yang berkembang untuk menanggulangi dan
memberantas tindak pidana tersebut.

2) Tujuan ditetapkan Undang-Undang tentang Narkotika

a) Menjamin ketersediaan Narkotika untuk


kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b) Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;
c) Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d) Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu

3) Larangan dan sanksi penyalahgunaan Narkotika

Aturan tentang Narkotika mengandung larangan dan


sanksi yang bertujuan untuk menciptakan efek jera bagi
pelaku penyalahgunaan Narkotika.

Larangan terhadap penyalahgunaan Narkotika tertuang


dalam unsur-unsur pasal dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang harus dipahami
sebagai delik penyalahgunaan Narkotika yaitu barang
siapa tanpa hak atau melawan hukum:

a) Memiliki;
b) Membawa;
c) Menyimpan;
d) Mendistribusikan;
e) Memproduksi;
f) Mengekspor;
g) Mengimpor;
h) Menyalurkan;
i) Memperdagangkan;
j) Menguasai;
k) Menyediakan;
l) Menawarkan untuk dijual;

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 22


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

m) Menjual;
n) Membeli;
o) Menerima;
p) Menjadi perantara;
q) Menukar (petugas nya);
r) Menyerahkan;
s) Mengirim;
t) Mengangkkut;
u) Mentransito;
v) Menggunakan;
w) Digunakan oleh orang lain;
x) Pemberian.

Adapun sanksi yang ada dalam Undang-Undang Nomor


35 Tahun 2009 yaitu:

a) Kurungan penjara paling singkat 4 tahun paling


lama 20 tahun, Kurungan penjara seumur hidup;
b) Hukuman mati;
c) Denda (800 jt sampai dengan 10 Milyar);
d) Hukuman tambahan 1/3 dari hukuman pokok.

4) Penggunaan Narkotika

a) Narkotika hanya dapat digunakan untuk


kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk Narkotika Golongan I dilarang digunakan


untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Dalam
jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia
diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

Lembaga ilmu pengetahuan yang berupa lembaga


pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan yang diselenggarakan oleh
pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh,
menanam, menyimpan, dan menggunakan
Narkotika untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan teknologi setelah mendapatkan izin Menteri.
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 23
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Pengobatan dan Rehabilitasi:

Untuk kepentingan pengobatan, baik timbul dari inisiatif


dari pasien/keluarga /korban Narkotika dapat brobat di
Rumah Sakit/tempat-tempat yang ditunjuk oleh Depkes
RI. Pasien sebagaimana tersebut di atas yang telah
berobat/ pecandu/ korban Narkotika dapat diberikan
Narkotiksa golongsn II atau III dalam jumlah terbatas
dan sediaan tertentu kepada pasien. (Pasien tersebut
dapat memiliki menyimpan atau membawa Narkotika
untuk dirinya sendiri. Namun harus mempunyai bukti
yang shah/secara syah) sesuai perundang-undangan.

Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan


Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.

Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum


cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh
Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial.

Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib


melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya
kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, atau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang
ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan
pengobatandan/atau perawatan melalui rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial.

Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di


rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri.

Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan


oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat
melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika
setelah mendapat persetujuan Menteri.

Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis,


penyembuhan Pecandu Narkotika dapat
diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan
tradisional.

b. Aturan hukum yang terkait dengan Psikotropika

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 24


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Latar belakang UU Psikotropika:

a) Konvensi Psikotropika Tahun 1971;


b) Konvensi PBB tentang Pemberantasan
Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika
1988;
c) Wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan
dengan dipisah oleh lautan, dari jumlah penduduk
260 juta, 60 persen adalah generasi
muda/mulenial yang terjadi perubahan sosial
budaya dari dunia luar/barat (ingin segala sesuatu
dengan cepat namun tidak tahu dampak
bahayanya (narkotika/psikotropika). Selain itu
adanya budaya hedonisme (suka hura-hura)
seperti musik hingar bingar di diskotik/cafe/house
musik, warung remang remang yang distimulan
dengan obat-obatan Narkotika/psikotropika.
d) Awal mula masuknya Narkotika/Psikotropika
adalah dari rokok dan Alkohol, namun dirasa
kurang nendang dengan didampingi musik yang
hirang bingar tersebut. Contohnya: di Indonesia
yang banyak beredar adalah Ektasi alias Inex, xtc,
fantacy pil dan lain-lain. Sedangkan untuk di eropa
Ektasi dikenal dengan nama pil Adam (MDMA)

2) Pertimbangan di tetapkan Undang-Undang Nomor 5


Tahun 1997 tentang Psikotropika:

a) Bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk


mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana peri kehidupan bangsa
yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, adil,
bersahabat, dan damai;
b) Bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan
nasional tersebut, perlu dilakukan upaya secara
berkelanjutan disegala bidang, antara lain
pembangunan kesejahteraan rakyat, termasuk
kesehatan, dengan memberikan perhatian
terhadap pelayanan kesehatan, dalam hal ini
ketersediaan dan pencegahan penyalahgunaan
obat serta pemberantasan peredaran gelap,
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 25
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

khususnya psikotropika;
c) Bahwa psikotropika sangat bermanfaat dan
diperlukan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan, maka
ketersediaannya perlu dijamin;
d) Bahwa penyalahgunaan psikotropika dapat
merugikan kehidupan manusia dan kehidupan
bangsa, sehingga pada gilirannya dapat
mengancam ketahanan nasional;
e) Bahwa makin pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekno-logi, transportasi,
komunikasi, dan informasi telah mengakibat-kan
gejala meningkatnya peredaran gelap psikotropika
yang makin meluas serta berdimensi internasional;
f) Bahwa sehubungan dengan pertimbangan
tersebut di atas, di-pandang perlu menetapkan
Undangundang tentang Psiko-tropika.

3) Tujuan pengaturan di bidang psikotropika

a) Menjamin ketersediaan psikotropika guna


kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan;
b) Mencegah terjadinya penyalahgunaan
psikotropika;
c) Memberantas peredaran gelap psikotropika.

4) Larangan dan sanksi penyalahgunaan Psikotropika

Aturan tentang Psikotropika mengandung larangan dan


sanksi yang bertujuan untuk menciptakan efek jera bagi
pelaku penyalahgunaan Psikotropika.

Larangan terhadap penyalahgunaan Narkotika tertuang


dalam unsur-unsur pasal dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang harus
dipahami sebagai delik penyalahgunaan Psikotropika
yaitu barang siapa tanpa hak atau melawan hukum:

a) Menggunakan;
b) Memproduksi;
c) Mengedarkan;
d) Mengimpor;
e) Secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 26
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

membawa;
f) Tindak pidana dilakukan secara terorganisasi;
g) Tindak dilakukan oleh korporasi;
h) Menyalurkan;
i) Menerima penyaluran;
j) Menyerahkan;
k) Menerima penyerahan;
l) Mengekspor;
m) Melaksanakan pengangkutan;
n) Pemusnahan;
o) Tidak melaporkan adanya penyalahgunaan
dan/atau pemilikan.

Adapun sanksi yang ada dalam Undang-Undang Nomor


5 Tahun 1997 yaitu:

a) Kurungan penjara paling singkat 4 tahun paling


lama 20 tahun, Kurungan penjara seumur hidup;
b) Hukuman mati;
c) Denda (20 jt sampai dengan 5 Milyar);

5) Penggunaan Psikotropika

a) Psikotropika hanya dapat digunakan untuk


kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau ilmu
pengetahuan;
b) Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan.

c. Aturan hukum yang terkait dengan Zat Adiktif

1) Latar belakang

Bahwa dalam ranagka pengamanan bahan yang


mengandung zat adiktif perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan.

2) Tujuan di tetapkan aturan tentang Zat Adiktif

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 27
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat


kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.

3) Larangan dan sanksi penyalahgunaan Zat Adiktif

Larangan yang di atur dalam peraturan pemerintah


tentang zat adiktif tembakau diantaranya yaitu:

a) Dalam memproduksi produk tembakau


menggunakan bahan tambahan kecuali telah
dapat dibuktikan secara ilmiah bahan tambahan
tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan.
b) Memproduksi dan/atau mengimpor produk
tembakau berupa rokok putih mesin dilarang
mengemas kurang dari 20 (dua puluh) batang
dalam setiap kemasan
c) Mencantumkan keterangan atau tanda apapun
yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat
promotif.
d) Menjual produk tembakau:
(1) Menggunakan mesin layan diri;
(2) Kepada anak di bawah usia 18 (delapan
belas) tahun; dan
(3) Kepada perempuan hamil.
e) Menyiarkan dan menggambarkan dalam bentuk
gambar atau foto, menayangkan, menampilkan
atau menampakkan orang sedang merokok,
memperlihatkan batang Rokok, asap Rokok,
bungkus Rokok atau yang berhubungan dengan
Produk Tembakau serta segala bentuk informasi
Produk Tembakau di media cetak, media
penyiaran, dan media teknologi informasi yang
berhubungan dengan kegiatan komersial/iklan
atau membuat orang ingin merokok.
f) Memberikan Produk Tembakau dan/atau barang
yang menyerupai Produk Tembakau secara cuma-
cuma kepada anak, remaja, dan perempuan
hamil.
g) Setiap orang dilarang dilarang menyuruh anak di
bawah usia 18 (depalan belas) tahun untuk
menjual, membeli, atau mengonsumsi Produk
Tembakau.
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 28
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Sanksi bagi pelaku penyalahgunaan zat adiktif


(tembakau) berupa sanksi administratif oleh Menteri
dan atau sanksi administratif sesuai peraturan
perundang-undangan.

4) Penggunaan Zat Adiktif

Penggunaan Zat Adiktif berupa tembakau memiliki


beberapa kegunaan yang bermanfaat. Nikotin sulfa
yang terkandung di dalamnya telah terbukti efektif
sebagai insektisida (obat pembunuh serangga), juga
sebagai racun untuk ikan hiu. Tembakau juga telah
digunakan dalam menangkis bisa anjing. Jadi jika Anda
ingin membunuh serangga dan ikan atau mengusir
binatang, mungkin yang Anda butuhkan adalah nikotin
atau tembakau.

Dilain pihak penggunaan penggunaan tembakau adalah


penyebab kematian terbesar di dunia. Setiap tahun
jutaan orang mati karena komplikasi kesehatan yang
disebabkab oleh penggunaan tembakau. Setiap tahun
penggunaan tembakau membunuh lebih banyak orang
daripada alkohol, AIDS, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, kecelakaan lalu-lintas, pembunuhan, bunuh
diri, dan kebakaran.

Penggunaan tembakau tidak lulus uji, baik dari sudut


pandang Ilmu Pengetahuan/Kesehatan, Sosial, Kitab
Suci Agama yang ada di Indonesia.

d. Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi pada Lembaga


Rehabilitasi di Lingkungan Badan Narkotika Nasional

1) Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi


Pada Balai Besar, Balai, dan Loka Rehabilitasi

a) Penyelenggaraan layanan rehabilitasi pada balai


besar rehabilitasi meliputi:

(1) Penyediaan layanan rehabilitasi rawat inap


bagi Klien;
(2) Penyediaan layanan rehabilitasi rawat inap
bagi Klien dengan kebutuhan klinis khusus,
sekurang-kurangnya untuk Klien anak dan
perempuan; dan
(3) Penyediaan layanan rehabilitasi
berkelanjutan.
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 29
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Penyelenggaraan layanan rehabilitasi pada balai


dan loka rehabilitasi meliputi:

(1) Penyediaan layanan rehabilitasi rawat inap


bagi Klien;
(2) Penyediaan layanan rehabilitasi rawat inap
bagi Klien anak;
(3) Penyediaan layanan rehabilitasi
berkelanjutan.

c) Jenis Klien yang ditangani pada balai besar, balai,


dan loka rehabilitasi terdiri atas:

(1) Klien sukarela yang datang atas kemauan


sendiri;
(2) Klien yang datang atas kemauan keluarga
dan/atau wali;
(3) Klien rujukan dari klinik, rumah sakit,
puskesmas, serta lembaga rehabilitasi milik
instansi pemerintah dan masyarakat;
(4) Klien yang sedang dalam proses hukum,
titipan penyidik atau jaksa;
(5) Klien yang telah memperoleh putusan atau
penetapan hakim untuk menjalani
rehabilitasi;
(6) Klien dengan kondisi tertentu.

d) Penerimaan Klien dilaksanakan sebagai berikut:

(1) Penerimaan dilakukan pada setiap hari kerja


dan jam kerja;
(2) Setiap calon klien diterima oleh tim penerima
awal (intake unit);
(3) Calon klien yang telah melewati prosedur
harus mengisi lembar persetujuan
atau informed consent.

e) Terhadap calon Klien dilaksanakan prosedur


sebagai berikut:

(1) Skrining dan asesmen komprehensif melalui


wawancara guna menentukan rencana terapi
individual;
(2) Tes urin/sampel biologis, sebagai indikator
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 30
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tata laksana perawatan;


(3) Observasi perilaku;
(4) Informed consent oleh klien atau
keluarga/wali bagi klien di bawah umur.

f) Program rehabilitasi rawat inap terdiri atas:

(1) Program rehabilitasi paling lama 3 (tiga)


bulan;
(2) Program rehabilitasi paling singkat 3 (tiga)
bulan dan paling lama 6 (enam) bulan;
(3) Program rehabilitasi paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.

g) Dalam hal kondisi tertentu lamanya program


rehabilitasi yang diberikan kepada Klien dapat
tidak sesuai dengan ketentuan. Kondisi tersebut
terdiri atas:

(1) Klien yang telah menunjukan perkembangan


pemulihan dengan signifikan;
(2) Klien yang berasal dari titipan Penyidik dan
Jaksa, untuk kepentingan proses hukum;
(3) Klien yang mendapatkan putusan atau
penetapan pengadilan;
(4) Klien dengan kondisi penyakit fisik dan/atau
psikiatrik yang berkembang pada saat proses
perawatan serta tidak dapat ditangani oleh
balai Besar, Balai, dan Loka Rehabilitasi; dan
(5) Klien sukarela yang dapat membahayakan
kepentingan penyelenggaraan layanan
rehabilitasi balai besar, balai, dan loka
rehabilitasi.

Klien harus mendapatkan persetujuan dari Kepala


Balai Besar, Balai, dan Loka Rehabilitasi
berdasarkan rekomendasi dari tim medis dan tim
sosial yang menangani Klien.

2) Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pada


Klinik atau Layanan Rehabilitasi Sosial

a) Penyelenggaraan layanan rehabilitasi pada klinik


atau layanan rehabilitasi sosial meliputi:

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 31


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Penanggung jawab klinik adalah profesi


dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(2) Penanggung jawab layanan rehabilitasi
sosial adalah koordinator sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
(3) Menyediakan layanan rehabilitasi rawat jalan.

b) Jenis Klien yang ditangani oleh klinik atau layanan


rehabilitasi sosial terdiri atas:

(1) Klien sukarela yang datang atas kemauan


sendiri;
(2) Klien yang datang atas kemauan keluarga
dan/atau wali;
(3) Klien rujukan dari Klinik atau Layanan
Rehabilitasi Sosial, rumah sakit, puskesmas,
serta lembaga rehabilitasi milik instansi
pemerintah dan masyarakat;
(4) Klien yang sedang dalam proses hukum dan
membutuhkan layanan Tim Asesmen
Terpadu (TAT).
Klien yang sedang dalam proses hukum dan
membutuhkan layanan asesmen medis atau
sosial.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 32


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan.
2. Menurut UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, jenisnya
dibagi menjadi menjadi 3 golongan berdasarkan pada risiko
ketergantungan.
a. Narkotika Golongan I
b. Narkotika Golongan II
c. Narkotika Golongan III
3. Narkotika golongan I menurut Permenkes Nomor 44 Tahun 2019
tentang Narkotika:
a. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-
bagiannya;
b. Opium mentah, Opium masak (candu, jicing, dan Jicingko);
c. Tanaman koka;
d. Daun Koka;
e. Kokain mentah;
f. Kokaina;
g. Tanaman ganja;
h. Tetrahydrocannabinol;
i. Delta 9 tetrahydrocannabinol dan semua bentuk stereo
kimianya
4. Bahaya penggunaan Narkoba
a. Dehidrasi;
b. Halusinasi;
c. Menurunnya Tingkat Kesadaran;
d. Kematian;
e. Gangguan Kualitas Hidup.
5. Berdasarkan efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan
Narkoba dibedakan menjadi yaitu:
a. Depresan;
b. Stimulan;
c. Halusinogen;
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 33
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Adiktif;
e. Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan Narkoba maka
lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah
melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan
akhirnya mengakibatkan kematian.
6. Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap psikis
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah;
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga;
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal;
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan;
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri.
7. Konvensi tersebut secara keseluruhan berisi pokok-pokok pikiran,
sebagai berikut:
a. Masyarakat bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia
perlu memberikan perhatian dan prioritas utama atas
masalah pemberantasan peredaran gelap Narkotika dan
psikotropika;
b. Pemberantasan peredaran gelap Narkotika dan psikotropika
merupakan masalah semua negara yang perlu ditangani
secara bersama pula;
c. Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Konvensi Tunggal
Narkotika 1961, Protokol 1972 Tentang Perubahan Konvensi
Tunggal Narkotika 1961, dan Konvensi Psikotropika 1971,
perlu dipertegas dan disempurnakan sebagai sarana hukum
untuk mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkotika dan psikotropika;
d. Perlunya memperkuat dan meningkatkan sarana hukum
yang lebih efektif dalam rangka kerjasama internasional di
bidang kriminal untuk memberantas organisasi kejahatan
transnasional dalam kegiatan peredaran gelap Narkotika dan
psikotropika.
8. Tujuan ditetapkan Undang-Undang tentang Narkotika
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 34


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial


bagi Penyalah Guna dan pecandu
9. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan;
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
10. Tujuan di tetapkan aturan tentang Zat Adiktif
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
11. Jenis Klien yang ditangani pada balai besar, balai, dan loka
rehabilitasi terdiri atas:
a. Klien sukarela yang datang atas kemauan sendiri;
b. Klien yang datang atas kemauan keluarga dan/atau wali;
c. Klien rujukan dari klinik, rumah sakit, puskesmas, serta
lembaga rehabilitasi milik instansi pemerintah dan
masyarakat;
d. Klien yang sedang dalam proses hukum, titipan penyidik atau
jaksa;
e. Klien yang telah memperoleh putusan atau penetapan hakim
untuk menjalani rehabilitasi;
f. Klien dengan kondisi tertentu.

Latihan
1. Jelaskan pengertian-pengertian yang terkait dengan Narkoba!
2. Jelaskan jenis-jenis Narkoba!
3. Jelaskan aturan hukum yang terkait dengan penyalahgunaan
Narkoba!

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 35


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PENERAPAN BUDAYA ANTI


HANJAR PENYALAHGUNAAN NARKOBA
02
8 JP (360 Menit)

Pengantar
Dalam Hanjar ini dibahas materi tentang bahaya penggunaan Narkoba,
dampak penyalahgunaan Narkoba, menyusun materi sosialisasi
budaya anti penyalahgunaan Narkoba dan penerapan sosialisasi
budaya anti penyalahgunaan Narkoba.
Tujuan diberikanya materi ini adalah agar peserta didik Menerapkan
budaya anti penyalahgunaan Narkoba.

Kompetensi Dasar
Menerapkan budaya anti penyalahgunaan Narkoba.

Indikator hasil belajar:


1. Menjelaskan bahaya penggunaan Narkoba;
2. Menjelaskan dampak penyalahgunaan Narkoba;
3. Menyusun materi sosialisasi budaya anti penyalahgunaan
Narkoba;
4. Melakukan sosialisasi budaya anti penyalahgunaan Narkoba.

Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Penerapan budaya anti penyalahgunaan Narkoba.
Subpokok Bahasan:
1. Bahaya penggunaan Narkoba;
2. Dampak penyalahgunaan Narkoba.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 36


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
Penerapan budaya anti penyalahgunaan Narkoba.
2. Metode Brainstroming (curah pendapat)
Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan untuk melakukan penugasan peserta didik
tentang materi yang disampaikan.
5. Metode praktik
Metode ini digunakan untuk melakukan tahapan-tahapan dari
suatu kegiatan atau prosedur yang telah ditetapkan dan
Penerapan sosialisasi budaya anti penyalahgunaan Narkoba.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media:
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser point;
f. Pengeras suara/sound system.
2. Bahan:
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar
a. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang
pelaksanaan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 37


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Narkotika;
d. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 44 Tahun
2019 tentang perubahan penggolongan narkotika;
e. Peraturan Kepala BNN Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi pada Lembaga
Rehabilitasi di Lingkungan Badan Narkotika Nasional;
f. https://ruangguruku.com/pengertian-narkoba/;
g. https://www.liputan6.com/news/read/3867866/pengertian-
narkoba-menurut-para-ahli-serta-jenis-dampak-dan-
penanganannya;
h. Wikipedia Ensiklopedia Bebas.

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal : 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Pendidik melakukan overview (penyampaian materi kembali
secara sepintas) materi sebelumnya.
b. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Tahap inti : 250 menit
a. Pendidik menyampaikan materi pelajaran tentang Penerapan
budaya anti penyalahgunaan Narkoba;
b. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya/memberikan komentar terkait materi yang
disampaikan;
c. Pendidik menugaskan peserta didik untuk menyusun Action
Plan penerapan budaya anti penyalahgunaan Narkoba;
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk menyusun materi
sosialisasi budaya anti penyalahgunaan Narkoba;
e. Pendidik menugaskan peserta didik untuk mempraktikkan
kegiatan sosialisasi budaya anti penyalahgunaan Narkoba;
f. Pendidik membahas hasil kerja/produk pemaparan.
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Cek Penguatan materi
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi.
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 38
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya


secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
Pendidik merumuskan learning point yang dikaitkan dengan
tugasnya sebagai perwira Polri.
4. Tes Sumatif : 90 Menit

Tagihan / Tugas
1. Peserta didik mengumpulkan action plan;
2. Peserta didik mengumpulkan materi sosialisasi.

Lembar Kegiatan
1. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk mempraktikkan
sosialisasi budaya anti penyalahgunaan Narkoba.
a. Kegiatan 1: penyusunan Action Plant
1) Pendidik menyampaikan format Action Plant;
2) Pendidik memberikan contoh cara penyusunan Action
Plant;
3) Peserta didik membuat Action Plant sesuai format dan
contoh yang disampaikan oleh pendidik;
4) Peserta didik mengumpulkan Action Plant.
b. Kegiatan 2: penyusunan materi sosialisasi budaya anti
penyalahgunaan Narkoba.
1) Pendidik mengintruksikan peserta didik untuk
menentukan topik atau materi yang akan disampaikan
terkait dengan budaya anti penyalahgunaan Narkoba;
2) Pendidik menugaskan peserta didik untuk menyusun
bahan sosialisasi sesuai dengan materi yang dipilih.
c. Kegiatan 3: praktik sosialisasi budaya anti penyalahgunaan
Narkoba.
1) Pendidik mengatur urutan peserta didik untuk
melakukan praktik sosialisasi;
2) Pendidik menginstruksikan peserta didik untuk
menyampaikan materi sosialisasi sesuai dengan materi
yang telah disusun dan ditentukan oleh pendidik;
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 39
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Peserta didik menyampaikan materi sosialisasi sesuai


dengan materi yang telah disusun dan ditentukan oleh
pendidik;
2. Pendidik menilai penampilan setiap peserta didik yang melakukan
praktik sosialisasi.
SKENARIO
a. Masing-masing Siswa membuat materi sosialisasi budaya
anti penyalahgunaan narkoba sesuai dengan
pemikiran/idenya seperti:
 Sosialisasi rokok di sekolah;
 Sosialisasi sabu di sekolah;
 Sosialisasi ganja di sekolah;
 Sosialisasi opium di sekolah, dll.
b. Masing-masing siswa menyampaikan materi sosialisai
budaya anti penyalahgunaan Narkoba di depan siswa lainnya
dan anggota Demlat selama 15 menit.

Bahan Bacaan

PENERAPAN BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN


NARKOBA

1. Bahaya penyalahgunaan Narkoba

Peredaran dan dampak Narkoba saat ini sudah sangat


meresahkan. Mudahnya mendapat bahan berbahaya tersebut
membuat penggunanya semakin meningkat. Tak kenal jenis
kelamin dan usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan
jika sudah mencicipi zat berbahaya ini.

Meski ada beberapa jenis yang diperbolehkan dipakai untuk


keperluan pengobatan, namun tetap saja harus mendapatkan
pengawasan ketat dari dokter. Ada banyak bahaya Narkoba bagi
hidup dan kesehatan, di antaranya adalah:

a. Dehidrasi

Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan


keseimbangan elektrolit berkurang. Akibatnya badan
kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh akan
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 40
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kejang-kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan


rasa sesak pada bagian dada. Jangka panjang dari dampak
dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

b. Halusinasi

Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh


pengguna Narkoba seperti ganja. Tidak hanya itu saja, dalam
dosis berlebih juga bisa menyebabkan muntah, mual, rasa
takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila
pemakaian berlangsung lama, bisa mengakibatkan dampak
yang lebih buruk seperti gangguan mental, depresi, serta
kecemasan terus-menerus.

c. Menurunnya Tingkat Kesadaran

Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam


dosis yang berlebih, efeknya justru membuat tubuh terlalu
rileks sehingga kesadaran berkurang drastis. Beberapa
kasus si pemakai tidur terus dan tidak bangun-bangun.
Hilangnya kesadaran tersebut membuat koordinasi tubuh
terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan perilaku.
Dampak Narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah
hilangnya ingatan sehingga sulit mengenali lingkungan
sekitar.

d. Kematian

Dampak Narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai


menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang tinggi
atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-sabu,
opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang
dan jika dibiarkan dapat menimbulkan kematian. Inilah akibat
fatal yang harus dihadapi jika sampai kecanduan Narkotika,
nyawa menjadi taruhannya.

e. Gangguan Kualitas Hidup

Bahaya Narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi


tubuh, penggunaan obat-obatan tersebut juga bisa
mempengaruhi kualitas hidup misalnya susah berkonsentrasi
saat bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus
berurusan dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar
hukum.

Pemakaian zat-zat Narkotika hanya diperbolehkan untuk


kepentingan medis sesuai dengan pengawasan dokter dan
juga untuk keperluan penelitian. Selebihnya, obat-obatan
tersebut tidak memberikan dampak positif bagi tubuh. Yang
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 41
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ada, kualitas hidup menjadi terganggu, relasi dengan


keluarga kacau, kesehatan menurun, dan yang paling buruk
adalah menyebabkan kematian. Karena itu, jangan coba-
coba memakai barang berbahaya tersebut karena resikonya
sangat tinggi bagi hidup dan kesehatan.

2. Dampak penyalahgunaan Narkoba

Banyak Narkoba beredar di pasaran, misalnya ganja, sabu-sabu,


ekstasi, dan pil koplo. Penyalahgunaan obat jenis Narkoba sangat
berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf,
mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena
mempengaruhi susunan syaraf. Narkoba menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, persepsi, dan kesadaran.

Pemakaian Narkoba secara umum dan juga Psikotropika yang


tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang
membahayakan tubuh.

a. Berdasarkan efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan


Narkoba dibedakan menjadi yaitu:

1) Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat


dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga
pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat
pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan
dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis Narkoba
depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya
seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer
sekarang adalah Putaw.
2) Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan:
a) Kafein;
b) Kokain;
c) Amphetamin.
Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-
shabu dan Ekstasi.
3) Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya
persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen
kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline
dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu
ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang
paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
4) Adiktif, yaitu efek dari Narkoba yang menimbulkan
kecanduan. Seseorang yang sudah mengonsumsi
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 42
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat


tertentu dalam Narkoba mengakibatkan seseorang
cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung
Narkoba memutuskan saraf-saraf dalam otak.
Contohnya: ganja, heroin, dan putau.
5) Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan Narkoba
maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan
jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan
overdosis dan akhirnya mengakibatkan kematian.

Bila Narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi


takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan
ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan
gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh
seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

b. Dampak penyalahgunaan Narkoba pada seseorang sangat


tergantung pada jenis Narkoba yang dipakai, kepribadian
pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara
umum, dampak kecanduan Narkoba dapat terlihat pada
fisik, psikis maupun sosial seseorang.

1) Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap fisik

a) Gangguan pada system syaraf (neurologis)


seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi;
b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah;
c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti:
penanahan (abses), alergi, eksim;
d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti:
penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru;
e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah,
murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur;
f) Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap
kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron),
serta gangguan fungsi seksual;
g) Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap
BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 43
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kesehatan reproduksi pada remaja perempuan


antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe
(tidak haid);
h) Bagi pengguna Narkoba melalui jarum suntik,
khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
ini belum ada obatnya;
i) Penyalahgunaan Narkoba bisa berakibat fatal
ketika terjadi overdosis yaitu konsumsi Narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya.
Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2) Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap psikis

a) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan


gelisah;
b) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal,
penuh curiga;
c) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang
brutal;
d) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan;
e) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman,
bahkan bunuh diri.

3) Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap lingkungan


sosial

a) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila,


dikucilkan oleh lingkungan;
b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga;
c) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan
suram.

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat.


Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang
luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan
dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk
mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti
dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dan lain-lain.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 44


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Penanganan Pertama dari Dampak Penggunaan Narkoba

Pertolongan pertama yang dapat kita lakukan ketika


menghadapi atau menyaksikan orang yang sedang
dalam keadaan di bawah pengaruh dari penggunaan
Narkoba. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan
sebagai berikut:

1) Menggunakan air panas yang dimasukan ke dalam


botol untuk meredakan sakit perut yang disebabkan
akibat dari penggunaan Narkoba, sehingga pengguna
Narkoba dapat merasa lebih baik.
2) Dilarang memberikan obat-obatan penghilang rasa sakit
bagi orang di bawah pengaruh dari Narkoba. Hal ini
untuk menghindari kejadian fatal yang dapat
menyebabkan kematian, karena pengguna sebelumnya
telah menggunakan Narkoba jenis obat yang
dikonsumsi.
3) Sediakan kamar atau ruang kepada pengguna yang
nyaman dan tenang. Orang yang baru saja melewati
fase 'sakau' merasa nyaman dan mampu berpikir jernih.
Hal ini sangat membantu dalam pemulihan.
4) Jika pengguna tidak dapat tidur, maka hendaklah
menyediakan majalah, buku, radio, televisi atau
sejenisnya yang dapat menjadi hiburan yang aman dan
positif bagi pengguna. Agar dengan media tersebut
dapat membantu pengguna tidur tanpa mengkonsumsi
obat tidur.
5) Panggil tenaga profesional, seperti petugas kesehatan.
Karena pengguna sangat membutuhkan hal tersebut
dan agar penanganan menjadi tepat kepada pengguna
yang sedang 'sakau'.

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 45


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Ada banyak bahaya Narkoba bagi hidup dan kesehatan, di
antaranya adalah:
a. Dehidrasi
b. Halusinasi
c. Menurunnya Tingkat Kesadaran
d. Kematian
e. Gangguan Kualitas Hidup
2. Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap psikis
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah;
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga;
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal;
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan;
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri.

Latihan
1. Jelaskan bahaya penggunaan Narkoba!
2. Jelaskan dampak penyalahgunaan Narkoba!

BUDAYA ANTI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 46


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

Anda mungkin juga menyukai