Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 4

POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN INDONESIA

A. KOMPETENSI DASAR
 KD 3.1 Memahami kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia
 KD 4.1 Menyajikan contoh hasil penalaran tentang posisi strategis wilayah Indonesia sebagai
poros maritim dunia dalam bentuk peta, tabel, dan/atau grafik.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesainya pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan letak-letak wilayah Indonesia
2. Menyebutkan luas wilayah Indonesia
3. Menganalisis batas wilayah Indonesia
4. Menganalisis karakteristik wilayah daratan Indonesia
5. Menganalisiskarakteristik wilayah perairan Indonesia
6. Menjelaskan perkembangan jalur transportasi dan perdagangan Internasional di Indonesia
7. Menganalisis Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Indonesia

C. URAIAN MATERI:
1 Pengertian Potensi Sumber Daya Kelautan
Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan baik
yang sudah, sedang, atau belum dimanfaatkan. Sumber daya kelautan adalah sumber daya Laut,
baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif serta dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Jadi, potensi sumber daya kelautan adalah kemampuan sumber daya laut, baik yang
dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui serta mempunyai kemungkinan
untuk dikembangkan baik yang sudah, sedang, atau belum dimanfaatkan. Potensi sumber daya
kelautan Indonesia sangat beraneka ragam, yaitu perikanan, terumbu karang, padang lamun,
rumput laut, mangrove, mineral, energi, transportasi, dan pariwisata.
2 Potensi Sumber Daya Kelautan
a. Perikanan
Salah satu upaya dalam mendukung visi pembangunan nasional Indonesia menjadi
poros maritim dunia adalah melalui pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam laut.
Indonesia, yang dua pertiga wilayahnya adalah laut, mempunyai potensi sumberdaya alam
laut, baik perikanan dan energi yang sangat besar. Sumberdaya perikanan Indonesia yang
sangat tinggi sudah seharusnya menjadi komoditas utama Indonesia dalam percaturan
ekonomi regional maupun global. Namun, secara umum, pemanfaatan sumberdaya alam
kelautan Indonesia saat ini belum optimal. Potensi perikanan Indonesia jika digarap dengan
benar dapat mencapai US$ 31.935.651.400/tahun. Komoditas perikanan dengan nilai
komersial tinggi di Indonesia adalah udang, ikan tuna, cumi-cumi, dan rumput laut. Kondisi
saat ini, produksi perikanan nasional masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan data KKP
tahun 2014, produksi perikanan nasional baru pada kisaran 13,9 juta ton/tahun dari potensi
optimalnya yang dapat mencapai 65 juta ton/tahun.
Akibatnya, sektor perikanan belum mampu membuat Indonesia berbicara banyak pada
sektor ekonomi lokal, regional maupun global. Ekspor perikanan kita sampai saat ini masih
kalah dibanding Vietnam (US$ 25 Milyar), negara dengan wilayah laut jauh lebih sempit
dibanding Indonesia. Meskipun demikian, ada kenaikan total nilai ekspor produk hasil
perikanan dan kelautan nasional. Pada tahun 2013 nilai ekspor sebesar US$ 2,86 Milyar dan
pada tahun 2014 sebesar US$ 3,1 Milyar (BPS) (versi Kadin adalah US$ 4,63 Milyar). Target
dari KKP untuk ekspor tahun 2015 adalah US$ 5,86 Milyar dan pada tahun 2016 adalah US$
6,82 Milyar. Kadin menargetkan nilai ekspor yang lebih tinggi pada tahun 2015 sebesar US$
9,54 Milyar, dimana target ini dapat dicapai dengan meningkatkan industri pengolahan dan
pengemasan yang seluruhnya dilakukan di dalam negeri. Meningkatnya pemberantasan dan
pencurian ikan juga membuat impor turun drastis. Tercatat hingga kuartal pertama 2015,
ekspor perikanan nasional telah mencapai US$ 906.770.000 (4,36 juta ton) dengan impor
hanya sebesar US$ 67.420.000, sehingga kita masih surplus sebesar US$ 839.350.0004.
Kontributor utama adalah udang (US$ 449,95 juta), ikan tuna (US$ 89,41 juta) dan cumi-
cumi (US$ 29,51 juta).
Tabel 1. Ringkasan Jumlah Produksi dan Total Ekspor pada Masing-masing Komoditas
No Komoditas Volume Ekspor Nilai Ekspor (juta
US$/tahun)
2013 2014 2013 2014
Hasil Perikanan dan Kelautan 13,62 13,9
1 2.860 3.100
Secara Umum juta ton juta ton
1.642
2 Ikan hias 5.459 ton 24,49 20,86
ton
3 Kerang mutiara - 5.400 kg - 65-70
113.369
4 Kerapu - 19,8 -
ton
126.986, 191.139 1.346,35
5 Udang -
9 ton ton ton
28.000
100.444 ton
6 Kepiting dan kerang-kerangan 283,64 -
ton (hanya
kepiting)
176.000
7 Rumput laut - 162,4 -
ton)
Sumber: BIG dan IGI (2015: 48)

Belum optimalnya sektor perikanan Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain:
a. Kebijakan kuat yang baru masih belum diimplementasikan secara merata di seluruh
wilayah Indonesia,
b. Tingkat illegal, unregulated dan unreported fishing (IUU) yang meskipun mulai
berkurang, namun pengurangannya masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia
(30% IUU dunia terjadi di Indonesia, dan menyebabkan kerugian mencapai US$ 25
milyar pertahun),
c. Pembangunan infrastruktur laut yang masih tertinggal,
d. Pelabuhan laut belum berfungsi optimal,
e. Jumlah industri perkapalan yang masih sedikit, dan
f. Armada kapal penangkap ikan yang mayoritas masih traditional dan belum dilengkapi
peralatan modern.
Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk pengembangan budidaya laut,
antara lain budidaya ikan konsumsi pada keramba jaring apung (kerapu, kakap, nila) maupun
tambak payau (bandeng, udang), ikan hias, krustasea (udang, lobster, kepiting), kerang
konsumsi, kerang mutiara, teripang, dan rumput laut. Budidaya laut ini umumnya dilakukan oleh
masyarakat di wilayah pesisir pada perairan dengan jarak dari garis pantai kurang dari 4 mil laut.
Potensi budidaya laut yang sangat besar ini jika dioptimalkan akan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal di wilayah pesisir, dan dalam konteks yang lebih luas dapat
mendukung perekonomian dan pembangunan nasional sebagai poros maritim dunia. Hanya
saja, baru 2% dari 4,58 juta hektar lahan potensial nasional untuk budidaya laut yang telah
dimanfaatkan secara optimal.

b. Mangrove
Perikanan tangkap dan budidaya masih menjadi perhatian utama pengelolaan dan
pengambilan kebijakan. Namun, sumberdaya alam laut yang tidak kalah pentingnya adalah
ekosistem pesisir dan laut seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun
yang secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh terhadap keberlanjutan
sektor perikanan di Indonesia. Dikarenakan fungsi-fungsi pentingnya, keterkaitan antar
ekosistem tersebut dapat menjadi faktor penentu masa depan perikanan di Indonesia. Luas
hutan mangrove di Indonesia mencapai 33.000 km2 (PSSDAL BIG) kurang lebih 21,7% dari
total luasan hutan mangrove di dunia. Versi lain menyebutkan bahwa hutan mangrove di
Indonesia adalah seluas 31.129 km2 (Giri). Bersama dengan Australia dan Papua Nugini,
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati mangrove dunia.
c. Padang Lamun
Padang lamun di Indonesia memiliki luas 25.742 hektar, dimana Indonesia
merupakan Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati padang lamun tertinggi di Dunia.
Wilayah Indo-pasifik merupakan tempat hidup bagi lebih dari 15 spesies padang lamun.
Adanya charisma gap antara padang lamun dengan ekosistem lain telah membuat
ekosistem ini mengalami kerusakan. Charisma gap ini disebabkan oleh kurangnya
pemahaman akan pentingnya padang lamun bagi berbagai sektor kehidupan di wilayah
pesisir dan laut. Padang lamun mempunyai nilai ekologis dan ekonomis paling tinggi
diantara ekosistem lainnya seperti terumbu karang, rumput laut, dan hutan mangrove, yaitu
sebesar US$ 19.004 per hektar per tahun. Tiap tahunnya, fungsi ekologis dan ekonomis
padang lamun Indonesia bernilai lebih dari US$ 114.024.000.000. Jumlah tersebut
mencakup fungsinya antara lain dalam hal perikanan (pemijahan, mencari makan, bertelur,
berlindung), serapan dan penguburan karbon yang mencapai 50 kali lipat lebih tinggi
daripada ekosistem darat (blue carbon sink), menstabilkan sedimen dan menjaga kejernihan
air, memfilter nutrisi dan polusi yang masuk ke laut, melindungi pantai dari erosi, bahan
dalam industri farmasi, dan makanan bagi banyak biota laut (dugong, penyu hijau, ikan,
burung laut).
Kondisi padang lamun di Indonesia berdasarkan pada persentase tutupan lamun
dari 37 lokasi sampling, yaitu lima lokasi berada dalam kondisi tidak sehat atau buruk, 27
dalam kondisi kurang sehat, dan lima lokasi dalam kondisi sehat. Berikut tabel distribusi
kondisi padang lamun di Indonesia.
Tabel 2. Distribusi Kondisi Padang Lamun Di Indonesia
No Wilayah Kondisi
Tidak sehat tiga lokasi, kurang sehat tujuh lokasi, dan
1 Indonesia Bagian Barat sehat satu lokasi.
Tidak sehat sebanyak dua lokasi dan kurang sehat 11
2 Indonesia Bagian lokasi.
Tidak sehat tidak ada, kurang sehat sembilan lokasi,
3 Indonesia Bagian Timur dan sehat sebanyak empat lokasi.
Sumber: LIPI, 2015.
d. Terumbu Karang
Terumbu karang di Indonesia merupakan bagian dari CTI (Coral Triangle Initiative)
bersama dengan Negara tetangga lain seperti Filipina, Papua Nugini, Malaysia, Kepulauan
Solomon, Timur Leste, dan Republik Palau.
Menurut LIPI, kondisi terumbu karang Indonesia tahun 2015 secara umum adalah 5
persen berstatus sangat baik, 27,01 persen dalam kondisi baik, 37,97 persen dalam kondisi
buruk, dan 30,02 persen dalam kondisi jelek. Kondisi terumbu karang paling buruk dan
semakin menurun terjadi di wilayah Indonesia timur. Kondisinya adalah 4,64 persen
berstatus sangat baik, 21,45 persen baik, 33,62 persen buruk, dan 40,29 persen jelek.
Sedangkan, kondisi paling baik ada di Indonesia bagian tengah dengan 5,48 persen
terkategori sangat baik, 29,39 persen baik, 44,38 persen buruk, dan 20,75 persen jelek.
Sementara untuk status Indonesia bagian barat ialah 4,94 persen sangat baik, 28,92 persen
baik, 36,68 persen buruk, dan 29,45 persen jelek.
Tren kondisi terumbu karang di dunia saat ini sedang mengalami penurunan. Hal itu
seperti yang terjadi di Jepang dan Australia. Penyebab kerusakan terumbu karang di
antaranya karena pemakaian alat tangkap yang merusak, peningkatan pencemaran,
permasalahan global pemicu bleaching (pemutihan) karang, serta penyakit karang dan
predasi.
e. ESDM
Kondisi morfologi dasar perairan yang mencakup aspek batimetri, geologi dan
geomorfologi merupakan sumberdaya yang relatif statis, yang tidak akan berubah selama
tidak ada kejadian alam yang luar biasa. Batimetri dapat berubah terutama di wilayah
pesisir, utamanya karena aktivitas pembangunan infrastruktur dan sedimentasi dari DAS
(Daerah Aliran Sungai). Ketiga informasi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi
potensi energi dan sumberdaya mineral (ESDM) yang terkandung didalamnya.
Potensi ESDM secara nasional telah dipetakan oleh Kementerian ESDM, terutama
minyak bumi dan gas yang 70% terletak di wilayah pesisir dan lepas pantai. Berdasarkan,
data Badan Geologi Nasional, Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi dan gas alam.
40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14 cekungan berada di wilayah pesisir dan 6 cekungan
berada di daratan. Dari 60 cekungan tersebut, diperkirakan cadangan minyak bumi dan gas
nasional adalah 9,1 milyar barrel dan 101,7 TSCF (Ton Standard of Cubic Feet). Secara
potensial, sumberdaya alam minyak bumi dapat mencapai 87,22 milyar barrel dan gas alam
sebesar 594,43 TSCF. Wilayah laut Indonesia juga kaya akan mineral lain seperti emas,
perak, timah, mangan dan bijih besi. Untuk inventarisasi mineral dasar laut sejauh ini belum
banyak dilakukan eksplorasi. Sudah saatnya intensitas eksplorasi sumberdaya mineral
semakin ditingkatkan untuk mendukung pembangunan kelautan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Pada sektor non-migas, Indonesia juga memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan
(EBT) yang cukup Transportasi besar diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW,
Biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3
GW. dimana pengembangannya mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi
primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi Bahan Bakar Nabati
sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang
dicairkan sebesar 2%. Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah adalah
menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada
tahun 2025, kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang
angin (PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024, dan
nuklir 4,2 GW pada tahun 2024. Total investasi yang diserap pengembangan EBT sampai
tahun 2025 diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.
Kondisi oseanografis perairan Indonesia yang meliputi arus, gelombang, pasang
surut, dan suhu menyimpan potensi energi terbarukan yang sangat tinggi, berkelanjutan,
dan ramah lingkungan. Energi laut ini merupakan sumber energi masa depan Indonesia dan
pemerintah perlu serius menggarap sektor energi laut terbarukan untuk melepaskan
ketergantungan pada energi bahan bakar fosil yang jumlahnya semakin menipis.
Optimalisasi energi terbarukan merupakan solusi pemenuhan dan pemerataan kebutuhan
energi nasional yang saat ini masih menjadi salah satu isu utama pembangunan nasional.
Klasifikasi potensi energi laut dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu potensi
teoritis, potensi teknis dan potensi praktis. Pemetaan potensi energi laut tersebut
dilaksanakan oleh Badan Litbang ESDM bekerjasama dengan ASELI (Asosiasi Energi Laut
Indonesia) dan berbagai kementerian/lembaga dan perguruan tinggi, yaitu Puslitbang
Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tabel 3. Potensi Energi Laut Berdasarkan Data Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI)
Potensi (Giga Watt, GW)
No Jenis Energi
Teoritis Teknis Praktis
1 Gelombang (Wave Energy) 510 GW 2 GW 1,2 GW
2 Arus Pasang Surut (Tidal Energy) 160 GW 22,5 GW 4,8 GW
3 Ocean Thermal Energy Conversion 57 GW 52 GW 43 GW
(OTEC)

f. Transportasi
Laut sebagai media transportasi mempunyai peran yang besar sebagai jalan raya
navigasi laut, baik untuk armada perniagaan, mobilisasi manusia, maupun armada angkatan
laut. Di sektor transportasi, wilayah laut Indonesia tidak saja berfungsi untuk
menghubungkan seluruh kepulauannya, namun juga melayani angkutan laut/logistik
internasional yang melintasi alur laut kepulauan Indonesia (ALKI). Global Trade Flow and
Indonesia Context (Maersk, 2014) menggambarkan potensi pemanfaatan wilayah laut
Indonesia cukup tinggi mengingat perkembangan aktivitas ekonomi/perdagangan
khususnya di wilayah Eropa, Afrika dan Asia Pasifik yang tidak lagi mengenal batas negara
sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan transportasi mendukung rantai pasok global.
Berdasarkan perhitungan pakar maritim Indonesia diperkirakan sekitar 90% perdagangan
international diangkut melalui laut, sedangkan 40% dari rute perdagangan internasional
tersebut melewati Indonesia. Angka yang luar biasa. Hal ini berarti, Indonesia sampai
kapanpun akan menjadi tempat strategis dalam peta dunia.

Saat ini total jumlah pelabuhan di Indonesia baik komersial maupun non-komersial
yaitu berjumlah 1.241 pelabuhan, atau satu pelabuhan melayani 14 pulau (14,1
pulau/pelabuhan) dengan luas rerata 1548 km2/pelabuhan. Keadaan infrastruktur tersebut
masih belum berimbang jika dibandingkan negara kepulauan lainnya di Asia, misalnya:
Jepang 3,6 pulau/pelabuhan dan 340 km2/pelabuhan; serta Filipina 10,1 pulau/pelabuhan
dan 460 km2/pelabuhan.

Gambar 1. Peta Sebaran Pelabuhan Indonesia

Pemerintah (Bappenas serta Kementerian Perhubungan) bersama Pelindo


menetapkan 24 pelabuhan strategis untuk merealisasikan konsep Tol Laut yang terdiri dari 5
pelabuhan hub (2 hub internasional dan 3 hub nasional) serta 19 pelabuhan feeder.

Gambar 2. Peta Sebaran 24 Pelabuhan Strategis Indonesia


g. Pariwisata bahari
Kekayaan laut Nusantara yang bernilai ekonomis sangat besar adalah pariwisata
bahari. Jika dikeloka secara optimal, profesional dan bijaksana tentunya akan menjadi
Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) berkelas dunia, menghasilkan devisa yang besar
bagi negara, memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Sebagai contohnya
adalah pulau Padaido di Biak (Papua), kepulauan Supiori (Papua), Takabonerate, Tukang
Besi di Buton dan Kepulauan Raja Ampat. Menurut penilaian badan Pariwisata Dunia
(World Tourism Organization) pulau Padaido di Biak (Papua), kepulauan Supiori (Papua),
Takabonerate, dan Tukang Besi di Buton mendapatkan skor 35, sedangkan taman laut
tersohor Great Barrier Reef di Queensland, Australia hanya mendapatkan skor 28.
Kepulauan Raja Ampat tercatat sebagai 10 tempat terindah di dunia untuk kegiatan
menyelam (diving). Hal tersebut menunjukan bahwa laut Indonesia memiliki potensi
yang luar biasa sebagai lokasi pariwisata bahari.
Menurut Laode, pakar ekonomi maritim sekaligus pernah menjabat sebagai
Rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang, menyatakan bahwa Indonesia masuk
dalam sabuk (belt) ekonomi kemaritiman. Pengembangan sabuk (belt) ekonomi
kemaritiman ini dapat dititik beratkan pada dua bagian, yaitu:
1) Jalur Lingkar Luar
Daerahnya meliputi: Pulau Weh (Sabang), Pulai Nias (Sumatera Utara), Pulau Siberut
(Sumatera Barat), Sendang Biru (Jawa Timur), Pulau Rote (NTT), dan Pulau Biak
(Papua)
2) Jalur Lingkar Dalam
Daerahnya meliputi: pulau Seribu (Jakarta), Kepualauan Karimun (Jawa Tengah),
Pulau Bali, Pulau Bitung (Sulawesi Utara), Pulau Moyo (NTB) dan pulau Wakatobi

D. DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2015. Pengembangan Tol Laut dalam RPJMN 2015-2019 dan Implementasi 2015. Jakarta:
Bappenas.
BIG & IGI. 2015. Paradigma Geomaritim: Strategi Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim
Dunia dalam Perspektif Geografi. Jakarta: BIG & IGI.
Indarto Happy Supriyadii. 2016. Miliki 25.742 Hektare Padang Lamun, Indonesia Harus Jaga dan
Optimalkan. Diakses melalui http://lipi.go.id/berita/single/Miliki-25742-Hektare-Padang-
Lamun-Indonesia-Harus-Jaga-dan-Optimalkan/15025 pada tanggal 8 Agustus 2020 pukul 03.30
WITA.
Rizald Rompas. M. 2011. Membangun Laut Membangun Kejayaan Dulu, Kini Dan Masa Depan.
Jakarta : Dewan Kelautan Indonesia
Sinartejo, Wisnu. 2019. Geolerning (Bahan Ajar SMA / MA Kelas XI).
Suharsono. 2016. Inilah Status Terumbu Karang Indonesia Terkini. Diakses melalui
http://lipi.go.id/berita/inilah-status-terumbu-karang-indonesia-terkini/15024 pada tanggal 8
Agustus 2020 pukul 03.30 WITA.

Anda mungkin juga menyukai