EKOFISIOLOGI TANAMAN
Oleh
Baiq Parasmita Tri Anjani
C1M018021
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ACARA I. ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN
35
30
y = -0,1409x3 + 2,4409x2 - 7,8182x + 6,4167
25 R² = 0,9869
Total Bioma (g)
20
15
10
0
0 2 4 6 8 10
-5
Minggu Setelah Tanam
Pertumbuhan adalah suatu peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup
yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, tinggi) yang sifatnya irreversible yaitu tidak
dapat kembali ke asal. Menurut Dessy (2012), pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai suatu
proses yang dilakukan tanaman hidup pada lingkungan tertentu dan dengan sifat-sifat tertentu
untuk memajukan perkembangan dengan menggunakan faktor lingkungan. Pada pertumbuhan
sepanjang daur hidup tumbuhan dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva
sigmoid yang berbentuk S.
Penelitian Uthbah et al. (2017) dan Yudistina et al. (2013) menyebutkan bahwa umur
tanaman sangat mempengaruhi ukuran diameter batang dan biomassa tegakan. Peningkatan umur
tanaman dapat meningkatkan diameter batang dan biomassa tanaman. Diameter batang
merupakan gambaran dari besarnya biomassa tegakan. Semakin besar biomassa maka semakin
besar pula diameter batangnya, demikian juga sebaliknya. Menurut Murniati (2009), biomassa
merupakan indicator pertumbuhan tanaman. Nilai biomassa yang tinggi menunjukkan terjadi
peningkatan proses fotosintesis. Laju fotosintesis tinggi memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan biomassa tanaman. Demikian juga menurut Lukito (2010) pertumbuhan biomassa
tanaman sangat tergantung pada hasil yang diperoleh selama fotosintesis. Semakin besar hasil
fotosintesis maka laju pertambahan biomassa tanamannya semakin besar.
Berdasarkan grafik hubungan umur tanaman dengan total bioma tanaman, dapat dilihat
bahwa pola pertumbuhan tanaman membentuk pola berbentuk huruf S atau disebut dengan pola
sigmoid, yang artinya pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat kemudian berangsur-angsur
lebih cepat sampai titik maksimum yaitu pada minggu ke-9 dan akhirnya laju tumbuh menurun
pada minggu selanjutnya karena memasuki fase generative.
Daftar Pustaka
Cahaya I Indeks
Minggu Tinggi Total Biom Biom Luas Cahaya Io
Jumlah (di bawah %Cahaya Luas
Setelah Tan Biom daun batang daun (di atas
daun kanopi diteruskan Daun
Tanam (cm) (g) (g) (g) (cm2) kanopi nm)
nm) (cm2)
1 5.7 0.15 0.05 0.1 1 4 956 915 95.711297 0.0032
2 18.2 0.4 0.1 0.3 2 16 987 912 92.401216 0.0128
3 45.7 1.7 0.5 1.2 4 95 1021 841 82.370225 0.076
4 102.5 5.4 1.9 3.5 6 357 985 657 66.700508 0.2856
5 145.9 9.8 3.4 6.4 9 984 1012 401 39.624506 0.7872
6 198.2 14.5 5.3 9.2 11 1954 997 285 28.585757 1.5632
7 206.3 25.4 8.5 16.9 14 3247 1024 144 10.9375 2.5976
8 206.3 28.7 9.7 19.2 15 4540 1017 138 10.717797 3.632
9 206.3 30.2 10.2 20 16 4900 1002 124 10.678643 3.92
120
100
y = 79,73e-0,586x
%Cahaya diteruskan
80 R² = 0,9392
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5
Indeks Luas Daun
Grafik Hubungan Antara Indeks Luas Daun Dengan %Cahaya Yang Diteruskan
Pembahasan
Cahaya matahari merupakan faktor utama penentu fotosintesis global, sehingga terdapat
hubungan kuantitatif yang erat diantara penyerapan cahaya matahari dan produksi biomassa
dunia. Tanaman dapat beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan cahaya, dari kondisi sangat
gelap di bawah kanopi ekosistem hutan sampai kondisi sangat terang di daerah gurun pasir dan
puncak pegunungan. Untuk dapat melakukan hal ini, tanaman harus memaksimalkan terhadap
jumlah cahaya yang diserap. Sebaliknya, pada lingkungan cahaya yang tinggi, selain tanaman
harus memaksimalkan kapasitas penggunaan cahaya, tanaman juga harus mempunyai
kemampuan menangani kelebihan cahaya ketika cahaya matahari yang mereka terima lebih besar
dari kapasitas fotosintesisnya.
Tanaman yang hidup pada lingkungan cahaya yang rendah dapat meningkatkan intersepsi
cahaya dengan memproduksi daun yang lebih besar. Bahkan ukuran daun ini dapat berubah ada
satu individu tanaman, dimana daun-daun yang diproduksi dibagian atas tanaman yang
mendapatkan cahaya tinggi berukuran kecil dan daun-daun yang diproduksi dibagian bawah
tanaman dimana cahaya yang diterima rendah berukuran besar (Utami, 2018).
Berdasarkan data pengamatan, indeks luas daun sangat mempengaruhi jumlah cahaya
yang teruskan, dimana semakin tinggi indeks luas daun maka semakin rendah persentase cahaya
yang diteruskan, artinya semakin banyak cahaya yang ditangkap oleh kanopi tanaman maka
proses fotosintesisnya akan semkain baik sehingga laju pertumbuhan biomassa tanaman
meningkat dan akan menurun saat tanaman memasuki fase generative. Beradasarkan grafik
hubungan antara indeks luas daun dengan jumlah cahaya yang diteruskan menunjukkan bahwa
cahaya yang diteruskan oleh kanopi tanaman berkurang secara exponensial dengan
bertambahnya indeks luas daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Utami (2018), rata-rata
irradiasi pada lapisan yang semakin masuk ke dalam tajuk akan cenderung menurun secara
exponensial mengikuti hukum Beer dengan mengasumsikan bahwa tajuk merupakan penyerapan
radiasi secara homogeny.
Daftar Pustaka