Tugas II - Kelompok 3 - Kelas A
Tugas II - Kelompok 3 - Kelas A
MATEMATIKA DISKRIT I
“PROPOSISI”
Dosen Pengampu : I Gede Santi Astawa, S.T., M.Cs.
Oleh :
Kelompok 3
I Gede Hendra Setyawan 2008561026
Made Rahayu Setyaningrum 2008561031
I Made Dirga Adi Guna 2008561036
KELAS A
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2020
BAB I
PERMASALAHAN
1. Jelaskan mengenai SOP dan POS serta carilah contoh kompleks lalu buktikan bahwa nilai
kebenaran SOP dan POS itu benar.
2. Jelaskan mengenai Peta Karnaugh dengan variabel-variabelnya
3. Jelaskan mengenai Fungsi Proposisi dan Kuantor.
4. Carilah argumen-argumen dalam penarikan kesimpulan lalu buktikan bahwa itu sah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SOP dan POS
Sum of Product (SOP) dan Product of Sum (POS) merupakan macam-macam bentuk dari
kanonik yang terdapat dalam fungsi boolean. Fungsi Boolean yang setiap sukunya memiliki
literal lengkap maka disebut fungsi Boolean dalam bentuk kanonik. Tetapi apabila tidak, maka
disebut bentuk standar.
Sum of Product (minterm) adalah penjumlahan dari hasil perkalian yang dimana setiap
sukunya merupakan merupakan hasil operasi perkalian, kemudian antara satu suku dengan suku
yang lainnya dipisahkan oleh operator penjumlahan.Minterm biasanya dilambangkan dengan
“m”. Adapun ciri–ciri dari Sum of Product sebagai berikut:
a. Dalam setiap suku operasi variabelnya adalah perkalian.
b. Setiap suku (term) dijumlahkan.
c. Setiap suku mengandung semua variabel.
Contoh sederhana dari SOP:
f(p,q) = pq+ p’q
g(p,q,r) = p’qr + pqr + p’q’r’
Cara membaca:
Variabel tanpa komplemen dianggap bernilai 1.
Variabel dengan komplemen dibaca 0.
Product of Sum (maxterm) adalah perkalian dari hasil penjumlahan yang dimana setiap
sukunya merupakan hasil operasi penjumlahan kemudian antara satu suku dengan suku yang
lainnya dipisahkan oleh operator perkalian. Maxterm biasanya dilambangkan dengan “M”.
Adapun ciri-ciri dari Product of Sum sebagai berikut:
a. Dalam setiap suku operasi variabelnya adalah penjumlahan.
b. Setiap suku (term) dikalikan.
c. Setiap suku mengandung semua variabel.
Contoh sederhana dari POS:
f(x,y) = (x’+ y) (x + y’)
g(x,y,z) = (x + y + z’) (x’ + y’ + z) (x + y + z)
Cara membaca:
Variabel tanpa komplemen dianggap bernilai 0.
Variabel dengan komplemen dibaca 1.
b. POS
Tentukan ekivalen dari (𝑝˅~𝑞 ) → (~𝑝˅𝑞 )
Jawab :
p q (𝑝˅~𝑞) → (~𝑝˅𝑞 ) Rumus˄ Rumus˅
T T T p˄q ~p ˅ ~q
T F F p ˄ ~q ~p ˅ q
F T T ~p ˄ q p ˅ ~q
F F T ~p˄~q p˅q
Karena yang bernilai T ada 3, maka:
(𝑝˅~𝑞 ) → (~𝑝˅𝑞 ) ≡ (p ˄ q) ˅ (~p ˄ q) ˅ (~p˄~q)
≡ (p ˄ q) ˅ (~p ˄ (q ˅ ~q))
≡ (p ˄ q) ˅ (~p ˄ T)
≡ (p ˄ q) ˅ (~p)
Karena yang bernilai F ada 1, maka :
(𝑝˅~𝑞 ) → (~𝑝˅𝑞) ≡ ~p ˅ q
Penggunaan K-Map
Berdasarkan letak angka logika 1, terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Pair
Pair merupakan sepasang angka 1 yang berdekatan baik secara vertikal maupun
horizontal.
2. Kuad
Kuad merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 4 buah angka 1 yang tersusun
berdampingan dari ujung ke ujung.
3. Oktet
Oktet merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 8 buah angka 1 yang berdampingan.
Berikut ini contoh penggunaan Peta Karnaugh.
B A A’ A
B’ A’.B’ A.B’
B A’.B A.B
B A A’ A
B’ A’.B’ A.B’
0 1 Model 1
B A’.B A.B
2 3
B A A’ A
B’ A’.B’ A.B’
0 2 Model 2
B A’.B A.B
1 3
Contoh:
a. Dari tabel kebenaran di bawah, tuliskanlah persamaan logikanya dengan menggunakan
K-Map! (F = AB + A’B + AB’)
A B F(AB)
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Untuk menyelesaikannya, pertama-tama kita harus menggambarkan Peta Karnaugh seperti
model 1 di atas. Kemudian, ganti variabel pada kotak tersebut dengan angka 0 dan 1.
A’ A
B A
0 1
B’
0 1
0
B
1 1
1
Setelah itu, kita gabungkan semua angka 1 dengan sesederhana mungkin sehingga dapat
mempermudah dalam menggunakan pemetaan peta karnaugh.
A’ A
B A
0 1
B’ 1
0
0
B 1 1
1
Setelah itu, kita hilangkan variabel yang dilingkari. Sehingga didapatkan bahwa hasilnya
adalah F=A+B.
b. Dari tabel kebenaran di bawah, tuliskanlah persamaan logikanya dengan menggunakan
K-Map!
A B F(AB)
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Penyelesaian:
A’ A
B A
0 1
B’ 1 0
0
B
0 1
1
Untuk menyelesaikannya, kita lihat letak angka 1 nya, sehingga didapatkan persamaan
F = A’B’ +AB
2. 3 Variabel
Map A B C F(ABC)
Value
0 0 0 0 A’B’C’
1 0 0 1 A’B’C
2 0 1 0 A’BC’
3 0 1 1 A’BC
4 1 0 0 AB’C’
5 1 0 1 AB’C
6 1 1 0 ABC’
7 1 1 1 ABC
B’C’ B’C BC BC’
A BC
00 01 11 10
Model 2
C A’B’C A’BC ABC AB’C
1 4 5 7 6
Contoh:
a. Dari tabel kebenaran di bawah, tuliskanlah persamaan logikanya dengan menggunakan
K-Map!
Map A B C F(ABC)
Value
0 0 0 0 1
1 0 0 1 1
2 0 1 0 0
3 0 1 1 0
4 1 0 0 0
5 1 0 1 1
6 1 1 0 1
7 1 1 1 1
Penyelesaian:
Langkahnya sama seperti dengan yang 2 variabel.
B’C’ B’C BC BC’
A BC
00 01 11 10
A’ 1 1 0 0
0
A 1
0 1 1
1
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa kedua baris B’ pada kolom A’, baris C pada
kolom A, dan baris B pada kolom A terdapat angka 1. Maka hilangkan pada setiap
variabelnya dan itulah yang menjadi hasilnya.
Jadi, persamaan logikanya adalah F(ABC) = A’B’ + AC + AB
Map A B C D
Value
0 0 0 0 0
1 0 0 1 0
2 0 1 0 1
3 0 1 1 1
4 1 0 0 0
5 1 0 1 1
6 1 1 0 1
7 1 1 1 1
Setelah itu kita lakukan pemetaan pada K-Map
A 1
0 1 1
1
Dari K-Map di atas dapat kita lihat bahwa semua baris B diisi dengan angka 1, serta baris
C pada kolom A, sehingga didapatkan persamaan :
D = B + AC
3. 4 Variabel
Map A B C D F(ABC)
Value
0 0 0 0 0 A’B’C’D’
1 0 0 0 1 A’B’C’D
2 0 0 1 0 A’B’CD’
3 0 0 1 1 A’B’CD
4 0 1 0 0 A’BC’D’
5 0 1 0 1 A’BC’D
6 0 1 1 0 A’BCD’
7 0 1 1 1 A’BCD
8 1 0 0 0 AB’C’D’
9 1 0 0 1 AB’C’D
10 1 0 1 0 AB’CD’
11 1 0 1 1 AB’CD
12 1 1 0 0 ABC’D’
13 1 1 0 1 ABC’D
14 1 1 1 0 ABCD’
15 1 1 1 1 ABCD
C’D’ C’D CD CD’
AB CD
00 01 11 10
Model 1
A’B A’BC’D’ A’BC’D A’BCD A’BCD’
01 4 5 7 6
Model 2
C’D A’B’C’D A’BC’D ABC’D AB’C’D
01 1 5 13 9
Penyelesaian :
Buat terlebih dahulu peta karnaugh dari table kebenaran tersebut.
C’D’ C’D CD CD’
AB CD
00 01 11 10
A’B’
0 0 1 1
00
A’B
0 0 1 1
01
AB
1 0 0 0
11
AB’
0 1 1 0
10
Dengan melihat peta di atas, didapatkan persamaan :
F(ABC) = A’C + AB’D + ABC’D’
Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi proposisi merupakan suatu
pernyataan yang mengandung variabel yang nilai kebenarannya belum dapat ditentukan (belum
pasti).
Pernyataan Berkuantor
Kuantor merupakan suatu istilah yang menyatakan “berapa banyak” dari suatu objek dalam suatu
sistem. Kalimat kuantor juga biasa disebut sebagai kalimat umum (general). Pernyataan
berkuantor merupakan salah satu cara mengubah kalimat terbuka menjadi suatu kalimat tertutup
atau pernyataan, sehingga nilai kebenarannya dapat ditentukan.
Terdapat dua jenis pernyataan berkuantor, yaitu kuantor universal/umum dan kuantor
ekstensial/khusus.
1. Kuantor Universal / Umum (∀)
Jika A merupakan suatu ekspresi logika dan x merupakan variabel, maka jika ingin
menentukan bahwa A adalah bernilai benar untuk semua nilai yang dimungkinkan untuk x
akan ditulis (∀x)A.∀x merupakan kuantor universal, dengan A adalah scope dari kuantor.
Variabel x disebut (bound) dengan kuantor. Simbol ∀ menggantikan kata “untuk semua”
atau “untuk setiap”.
Contoh:
Semua murid mempunyai buku
Dapat ditulis: P(x) → Q(x)
Dibaca: “Jika x adalah murid, maka x mempunyai buku”
Selanjutnya, ditulis (∀x) (P(x) → Q(x))
Dibaca: “Untuk semua x, jika x adalah murid, maka x mempunyai buku”
Dari contoh di atas, dapat disimpalkan yaitu kuantor universal adalah suatu pernyataan
yang mengandung kata “semua” atau kata apa saja yang artinya sama dengan “semua”,
seperti salah satunya kata “setiap”. Kuantor universal ini menyatakan bahwa sesuatu bernilai
benar untuk semua individual-individualnya. Pernyataan yang menggunakan kuantor
universal (∀) menggunakan implikasi (→) / “Jika semua…maka…”
Langkah-langkah untuk melakukan
Contoh pernyataan: “Semua sapi bisa makan rumput”
Untuk melakukan pengkuantoran universal pada pernyataan tersebut maka dilakukan
langkah-langkah seperti berikut
1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor universalnya, yaitu:
“Jika x adalah sapi, maka x bisa makan rumput”
Selanjutnya akan ditulis: Sapi(x) → bisa makan rumput(x)
2. Berilah kuantor universal di depannya:
(∀x)(Sapi(x) → bisa makan rumput (x))
3. Ubahlah menjadi suatu fungsi, yaitu:
(∀x)(M(x) → B(x))
2. Kuantor Eksistensial / Khusus (∃)
Jika A merupakan suatu ekspresi logika dan x adalah variabel, maka jika ingin menentukan
bahwa A adalah bernilai untuk sekurang-kurangnya satu dari x, maka akan ditulis (∃x)A.
Disini ∃x disebut kuantor eksistensial, dengan A adalah scope (lingkup) dari kuantor.
Variabel x disebut terikat (bound) dengan kuantor. Simbol ∃ menggantikan kata “ada”,
“beberapa”, atau “tidak semua”.
Contoh:
Ada bilangan prima yang genap
Dapat ditulis: P(x) Λ E(x)
Dibaca: “Yang x adalah bilangan prima dan x adalah bilangan genap”
Selanjutnya ditulis: (∃x)(P(x) Λ E(x))
Dimana P mengganti “bilangan prima”, sedangkan E mengganti genap (even).
Dibaca: “Ada x, yang x adalah bilangan prima dan x adalah genap”
Dari contoh di atas dapat disimpulkan, kuantor eksistensial adalah pernyataan yang
mengandung kata “beberapa” atau “ada (Tidak semua/sekurang-kurangnya satu)” atau
“terdapat”. Kuantor universal menyatakan bahwa sesuatu kadang-kadang bernilai benar
untuk individual-individualnya. Pernyataan yang memakai kuantor eksistensial (∃)
menggunakan perangkai konjungsi (Λ) yaitu “Ada…yang…dan…”
Dapat disimpulkan bahwa, negasi dari kuantor universal adalah kuantor ekstensial
~( ∀x)P(x) ≡ (∃x)~P(x)
Negasi dari “semua (setiap) …” ≡ ada (beberapa) …yang tidak …”.
Contoh :
1) p : Semua karyawan bekerja di sebuah perusahaan (∀x)(K(x)→P(x))
~p : Ada karyawan yang tidak bekerja di sebuah perusahaan (∃x)(K(x)Λ ~P(x))
2) p : Semua murid memakai seragam (∀x)(M(x)→S(x))
~p : Ada murid yang tidak memakai seragam (∃x)(M(x)Λ ~S(x))
3. Simplification
p∧q
∴p
Contoh:
Premis 1 : Andi adalah mahasiswa dan Andi berkuliah di Universitas Udayana
p : Andi adalah mahasiswa
q : Andi berkuliah di Universitas Udayana
p∧q
∴p
Konklusi : Andi adalah mahasiswa
4. Conjunction
p
q
∴p∧q
Contoh:
Premis 1 : Saat sarapan, Dika makan roti
Premis 2 : Saat sarapan, Dika minum susu
Misal:
p : Saat sarapan, Dika makan roti
q : Saat sarapan, Dika minum susu
p
q
∴p∧q
Konklusi : Saat sarapan, Dika makan roti dan minum susu
5. Hypothetical Syllogism
p→q
q→ r
∴p → r
Contoh :
Premis 1: Jika baju dicuci pagi ini, maka baju dapat kering malam ini
Premis 2: Jika baju dapat kering malam ini, maka baju siap digunakan besok
Misal:
p : Jika baju dicuci pagi ini
q : Baju dapat kering malam ini
r : Baju siap digunakan besok
p→q
q→ r
∴p → r
Konklusi : Jika baju dicuci pagi ini, maka baju siap digunakan besok
6. Disjunctive Syllogism
p⋁q
~p
∴q
Contoh:
Premis 1 : Ita lahir di Denpasar atau di Jakarta
Premis 2 : Ita tidak lahir di Denpasar
Misal:
p : Ita lahir di Denpasar
q : Ita lahir di Jakarta
p⋁q
~p
∴q
Konklusi : Ita lahir di Jakarta
7. Constructive Dillema
(p → q) ⋀ (r→s)
p⋁r
∴ q⋁s
Contoh :
Premis 1 : Jika purnama telah hilang, maka malam menjadi gelap gulita.
Premis 2 : Jika malam semakin larut, maka angin bertiup semakin dingin
Premis 3 : Purnama telah hilang atau malam semakin larut
misal :
p : Purnama telah hilang
q : malam menjadi gelap gulita
r : malam semakin larut
s : angin bertiup semakin dingin
(p → q) ⋀ (r→s)
p⋁r
∴ q⋁s
Konklusi : malam menjadi gelap gulita atau angin bertiup semakin dingin