Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH

MATEMATIKA DISKRIT I
“PROPOSISI”
Dosen Pengampu : I Gede Santi Astawa, S.T., M.Cs.

Oleh :
Kelompok 3
I Gede Hendra Setyawan 2008561026
Made Rahayu Setyaningrum 2008561031
I Made Dirga Adi Guna 2008561036

KELAS A
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2020
BAB I
PERMASALAHAN

1. Jelaskan mengenai SOP dan POS serta carilah contoh kompleks lalu buktikan bahwa nilai
kebenaran SOP dan POS itu benar.
2. Jelaskan mengenai Peta Karnaugh dengan variabel-variabelnya
3. Jelaskan mengenai Fungsi Proposisi dan Kuantor.
4. Carilah argumen-argumen dalam penarikan kesimpulan lalu buktikan bahwa itu sah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SOP dan POS
Sum of Product (SOP) dan Product of Sum (POS) merupakan macam-macam bentuk dari
kanonik yang terdapat dalam fungsi boolean. Fungsi Boolean yang setiap sukunya memiliki
literal lengkap maka disebut fungsi Boolean dalam bentuk kanonik. Tetapi apabila tidak, maka
disebut bentuk standar.
Sum of Product (minterm) adalah penjumlahan dari hasil perkalian yang dimana setiap
sukunya merupakan merupakan hasil operasi perkalian, kemudian antara satu suku dengan suku
yang lainnya dipisahkan oleh operator penjumlahan.Minterm biasanya dilambangkan dengan
“m”. Adapun ciri–ciri dari Sum of Product sebagai berikut:
a. Dalam setiap suku operasi variabelnya adalah perkalian.
b. Setiap suku (term) dijumlahkan.
c. Setiap suku mengandung semua variabel.
Contoh sederhana dari SOP:
 f(p,q) = pq+ p’q
 g(p,q,r) = p’qr + pqr + p’q’r’
Cara membaca:
 Variabel tanpa komplemen dianggap bernilai 1.
 Variabel dengan komplemen dibaca 0.

Product of Sum (maxterm) adalah perkalian dari hasil penjumlahan yang dimana setiap
sukunya merupakan hasil operasi penjumlahan kemudian antara satu suku dengan suku yang
lainnya dipisahkan oleh operator perkalian. Maxterm biasanya dilambangkan dengan “M”.
Adapun ciri-ciri dari Product of Sum sebagai berikut:
a. Dalam setiap suku operasi variabelnya adalah penjumlahan.
b. Setiap suku (term) dikalikan.
c. Setiap suku mengandung semua variabel.
Contoh sederhana dari POS:
 f(x,y) = (x’+ y) (x + y’)
 g(x,y,z) = (x + y + z’) (x’ + y’ + z) (x + y + z)
Cara membaca:
 Variabel tanpa komplemen dianggap bernilai 0.
 Variabel dengan komplemen dibaca 1.

Contoh SOP dan POS:


a. SOP
Tentukan ekivalen dari ~(𝑝˅𝑞 )˅(~𝑝˄~𝑞)
Jawab :
p q ~(𝑝˅𝑞)˅(~𝑝˄~𝑞 ) Rumus˄ Rumus˅
T T F p˄q ~p ˅ ~q
T F F p ˄ ~q ~p ˅ q
F T T ~p ˄ q p ˅ ~q
F F T ~p˄~q p˅q
Karena yang bernilai T ada 2, maka:
~(𝑝˅𝑞)˅(~𝑝˄~𝑞) ≡(~p ˄ q) ˅ (~p ˄ ~q)
≡ ~p ˄ (q ˅ ~q)
≡ ~p ˄ T
≡ ~p
Karena yang bernilai F ada 2, maka:
~(𝑝˅𝑞)˅(~𝑝˄~𝑞) ≡ (~p ˅ ~q) ˄ (~p ˅ q)
≡ ~p ˅ (q ˄ ~q)
≡ ~p ˅ F
≡ ~p

b. POS
Tentukan ekivalen dari (𝑝˅~𝑞 ) → (~𝑝˅𝑞 )
Jawab :
p q (𝑝˅~𝑞) → (~𝑝˅𝑞 ) Rumus˄ Rumus˅
T T T p˄q ~p ˅ ~q
T F F p ˄ ~q ~p ˅ q
F T T ~p ˄ q p ˅ ~q
F F T ~p˄~q p˅q
Karena yang bernilai T ada 3, maka:
(𝑝˅~𝑞 ) → (~𝑝˅𝑞 ) ≡ (p ˄ q) ˅ (~p ˄ q) ˅ (~p˄~q)
≡ (p ˄ q) ˅ (~p ˄ (q ˅ ~q))
≡ (p ˄ q) ˅ (~p ˄ T)
≡ (p ˄ q) ˅ (~p)
Karena yang bernilai F ada 1, maka :
(𝑝˅~𝑞 ) → (~𝑝˅𝑞) ≡ ~p ˅ q

2.2 PETA KARNAUGH


Peta Karnaugh atau juga disebut dengan K-Map merupakan suatu teknik dalam
penyederhanaan fungsi logika dengan cara melakukan pemetaan. K-Map ini disusun oleh kotak-
kotak yang jumlahnya terdiri dari jumlah variabel dan fungsi logika. Untuk menentukan jumlah
kotak pada K-Map dapat menggunakan rumus 2n, dimana n adalah banyaknya variabel.
Adapun langkah-langkah pemetaan dengan menggunakan SOP, yaitu :
1. Menyusun aljabar Boolean Minterm (SOP) dari tabel kebenaran
2. Menggambar satuan dalam peta karnaugh.
3. Melingkari kelompok 8, 4, atau 2 satuan berdekatan satu sama lain.
4. Menghilangkan variabel, bila suatu variabel dan komplemennya terdapat dalam satu
lingkaran, maka variabel tersebut dapat dihilangkan.
5. Meng-OR-kan variabel yang tersisa untuk membentuk pernyataan Aljabar Boolean Minterm.
Selain itu, dalam melakukan pemetaan juga bisa menggunakan POS. langkah-langkahnya
hamper mirip dengan melakukan pemetaan menggunakan SOP, bedanya adalah aljabar Boolean
yang digunakan yaitu Aljabar Boolean Maksterm (POS) dan pada langkah kelima, variable yang
tersisa di-AND-kan untuk membentuk pernyataan Aljabar Boolean Maksterm.

Penggunaan K-Map
Berdasarkan letak angka logika 1, terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Pair
Pair merupakan sepasang angka 1 yang berdekatan baik secara vertikal maupun
horizontal.
2. Kuad
Kuad merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 4 buah angka 1 yang tersusun
berdampingan dari ujung ke ujung.
3. Oktet
Oktet merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 8 buah angka 1 yang berdampingan.
Berikut ini contoh penggunaan Peta Karnaugh.

B A A’ A

B’ A’.B’ A.B’

B A’.B A.B

Peta Karnaugh 2, 3 , dan 4 Variabel


1. 2 Variabel
Tabel kebenaran:
Map A B F(AB)
Value
0 0 0 A’B’
1 0 1 A’B
2 1 0 AB’
3 1 1 AB

B A A’ A

B’ A’.B’ A.B’
0 1 Model 1

B A’.B A.B
2 3
B A A’ A

B’ A’.B’ A.B’
0 2 Model 2

B A’.B A.B
1 3

Contoh:
a. Dari tabel kebenaran di bawah, tuliskanlah persamaan logikanya dengan menggunakan
K-Map! (F = AB + A’B + AB’)
A B F(AB)
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Untuk menyelesaikannya, pertama-tama kita harus menggambarkan Peta Karnaugh seperti
model 1 di atas. Kemudian, ganti variabel pada kotak tersebut dengan angka 0 dan 1.
A’ A
B A
0 1
B’
0 1
0
B
1 1
1
Setelah itu, kita gabungkan semua angka 1 dengan sesederhana mungkin sehingga dapat
mempermudah dalam menggunakan pemetaan peta karnaugh.
A’ A
B A
0 1
B’ 1
0
0
B 1 1
1
Setelah itu, kita hilangkan variabel yang dilingkari. Sehingga didapatkan bahwa hasilnya
adalah F=A+B.
b. Dari tabel kebenaran di bawah, tuliskanlah persamaan logikanya dengan menggunakan
K-Map!
A B F(AB)
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Penyelesaian:
A’ A
B A
0 1
B’ 1 0
0
B
0 1
1
Untuk menyelesaikannya, kita lihat letak angka 1 nya, sehingga didapatkan persamaan
F = A’B’ +AB

2. 3 Variabel
Map A B C F(ABC)
Value
0 0 0 0 A’B’C’
1 0 0 1 A’B’C
2 0 1 0 A’BC’
3 0 1 1 A’BC
4 1 0 0 AB’C’
5 1 0 1 AB’C
6 1 1 0 ABC’
7 1 1 1 ABC
B’C’ B’C BC BC’
A BC
00 01 11 10

A’ A’B’C’ A’B’C A’BC A’BC’


0 0 1 3 2
Model 1
A AB’C’ AB’C ABC ABC’
1 4 5 7 6

A’B’ A’B AB AB’


C AB
00 01 11 10

C’ A’B’C’ A’BC’ ABC’ AB’C’


0 0 1 3 2

Model 2
C A’B’C A’BC ABC AB’C
1 4 5 7 6

Contoh:
a. Dari tabel kebenaran di bawah, tuliskanlah persamaan logikanya dengan menggunakan
K-Map!
Map A B C F(ABC)
Value
0 0 0 0 1
1 0 0 1 1
2 0 1 0 0
3 0 1 1 0
4 1 0 0 0
5 1 0 1 1
6 1 1 0 1
7 1 1 1 1
Penyelesaian:
Langkahnya sama seperti dengan yang 2 variabel.
B’C’ B’C BC BC’
A BC
00 01 11 10

A’ 1 1 0 0
0

A 1
0 1 1
1
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa kedua baris B’ pada kolom A’, baris C pada
kolom A, dan baris B pada kolom A terdapat angka 1. Maka hilangkan pada setiap
variabelnya dan itulah yang menjadi hasilnya.
Jadi, persamaan logikanya adalah F(ABC) = A’B’ + AC + AB

b. Diketahui persamaan Boolean :


D = A’BC + A’BC’ + ABC’ + ABC + AB’C
Sederhanakan dengan metode K-Map!
Penyelesaian:
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, kita harus membuat table kebenarannya
terlebih dahulu.

Map A B C D
Value
0 0 0 0 0
1 0 0 1 0
2 0 1 0 1
3 0 1 1 1
4 1 0 0 0
5 1 0 1 1
6 1 1 0 1
7 1 1 1 1
Setelah itu kita lakukan pemetaan pada K-Map

B’C’ B’C BC BC’


A BC
00 01 11 10
0
A’
0 1 1
0

A 1
0 1 1
1
Dari K-Map di atas dapat kita lihat bahwa semua baris B diisi dengan angka 1, serta baris
C pada kolom A, sehingga didapatkan persamaan :
D = B + AC

3. 4 Variabel
Map A B C D F(ABC)
Value
0 0 0 0 0 A’B’C’D’
1 0 0 0 1 A’B’C’D
2 0 0 1 0 A’B’CD’
3 0 0 1 1 A’B’CD
4 0 1 0 0 A’BC’D’
5 0 1 0 1 A’BC’D
6 0 1 1 0 A’BCD’
7 0 1 1 1 A’BCD
8 1 0 0 0 AB’C’D’
9 1 0 0 1 AB’C’D
10 1 0 1 0 AB’CD’
11 1 0 1 1 AB’CD
12 1 1 0 0 ABC’D’
13 1 1 0 1 ABC’D
14 1 1 1 0 ABCD’
15 1 1 1 1 ABCD
C’D’ C’D CD CD’
AB CD
00 01 11 10

A’B’ A’B’C’D’ A’B’C’D A’B’CD A’B’CD’


00 0 1 3 2

Model 1
A’B A’BC’D’ A’BC’D A’BCD A’BCD’
01 4 5 7 6

AB ABC’D’ ABC’D ABCD ABCD’


11 12 13 15 14

AB’ AB’C’D’ AB’C’D AB’CD AB’CD’


10 8 9 11 10

A’B’ A’B AB AB’


CD AB
00 01 11 10

C’D’ A’B’C’D’ A’BC’D’ ABC’D’ AB’C’D’


00 0 4 12 8

Model 2
C’D A’B’C’D A’BC’D ABC’D AB’C’D
01 1 5 13 9

CD A’B’CD A’BCD ABCD AB’CD


11 3 7 15 11

CD’ A’B’CD’ A’BCD’ ABCD’ AB’CD’


10 2 6 14 10
Contoh:
a. Diketahui table kebenaran seperti di bawah ini. Tentukanlah persamaan logikanya.
Map A B C D F(ABC)
Value
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0
2 0 0 1 0 1
3 0 0 1 1 1
4 0 1 0 0 0
5 0 1 0 1 0
6 0 1 1 0 1
7 0 1 1 1 1
8 1 0 0 0 0
9 1 0 0 1 1
10 1 0 1 0 0
11 1 0 1 1 1
12 1 1 0 0 1
13 1 1 0 1 0
14 1 1 1 0 0
15 1 1 1 1 0

Penyelesaian :
Buat terlebih dahulu peta karnaugh dari table kebenaran tersebut.
C’D’ C’D CD CD’
AB CD
00 01 11 10

A’B’
0 0 1 1
00

A’B
0 0 1 1
01

AB
1 0 0 0
11

AB’
0 1 1 0
10
Dengan melihat peta di atas, didapatkan persamaan :
F(ABC) = A’C + AB’D + ABC’D’

2.3 Fungsi Proposisi dan Kuantor dalam Proposisi


Fungsi proposisi merupakan suatu kalimat terbuka yang mengandung satu variabel atau
lebih. Fungsi proposisi biasanya dinyatakan dalam bentuk P(x), dimana P merupakan predikat
dan x merupakan variabel. Bila nilai x belum disubstitusikan ke dalam P(x), maka P(x) belum
dapat dikatakan sebagai proposisi, sebaliknya, P(x) dapat dikatakan sebagai proposisi bila nilai x
telah disubstitusikan.
Contoh:
P(x) = y > 15. Dimana P dikatakan sebagai predikat “lebih dari 15” untuk variabel x.

Apabila pengganti dari variabel x disubstitusikan ke P(x) memenuhi predikat P, maka


fungsi proposisi tersebut bernilai benar. Sebaliknya, fungsi proposisi bernilai salah apabila
setelah pengganti variabel x disubstitusikan ke P(x) tidak memenuhi predikat P.
Contoh:
1) Jika P(x) = x + 5 > 7 didefinisikan pada A = Himpunan bilangan asli, maka P(x) bernilai
benar untuk x = 3, 4, 5, ….
2) Jika Q(x) = 4 + x <1 didefinisikan pada A = Himpunan bilangan asli, maka tidak ada x
yang menyebabkan Q (x) bernilai benar
3) Jika R(x) = 3 + x > 1 didefinisikan pada A = himpunan bilangan asli, maka R(x) bernilai
benar untuk x = 1, 2, 3,…

Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi proposisi merupakan suatu
pernyataan yang mengandung variabel yang nilai kebenarannya belum dapat ditentukan (belum
pasti).
Pernyataan Berkuantor
Kuantor merupakan suatu istilah yang menyatakan “berapa banyak” dari suatu objek dalam suatu
sistem. Kalimat kuantor juga biasa disebut sebagai kalimat umum (general). Pernyataan
berkuantor merupakan salah satu cara mengubah kalimat terbuka menjadi suatu kalimat tertutup
atau pernyataan, sehingga nilai kebenarannya dapat ditentukan.
Terdapat dua jenis pernyataan berkuantor, yaitu kuantor universal/umum dan kuantor
ekstensial/khusus.
1. Kuantor Universal / Umum (∀)
Jika A merupakan suatu ekspresi logika dan x merupakan variabel, maka jika ingin
menentukan bahwa A adalah bernilai benar untuk semua nilai yang dimungkinkan untuk x
akan ditulis (∀x)A.∀x merupakan kuantor universal, dengan A adalah scope dari kuantor.
Variabel x disebut (bound) dengan kuantor. Simbol ∀ menggantikan kata “untuk semua”
atau “untuk setiap”.
Contoh:
Semua murid mempunyai buku
Dapat ditulis: P(x) → Q(x)
Dibaca: “Jika x adalah murid, maka x mempunyai buku”
Selanjutnya, ditulis (∀x) (P(x) → Q(x))
Dibaca: “Untuk semua x, jika x adalah murid, maka x mempunyai buku”

Dari contoh di atas, dapat disimpalkan yaitu kuantor universal adalah suatu pernyataan
yang mengandung kata “semua” atau kata apa saja yang artinya sama dengan “semua”,
seperti salah satunya kata “setiap”. Kuantor universal ini menyatakan bahwa sesuatu bernilai
benar untuk semua individual-individualnya. Pernyataan yang menggunakan kuantor
universal (∀) menggunakan implikasi (→) / “Jika semua…maka…”
Langkah-langkah untuk melakukan
Contoh pernyataan: “Semua sapi bisa makan rumput”
Untuk melakukan pengkuantoran universal pada pernyataan tersebut maka dilakukan
langkah-langkah seperti berikut
1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor universalnya, yaitu:
“Jika x adalah sapi, maka x bisa makan rumput”
Selanjutnya akan ditulis: Sapi(x) → bisa makan rumput(x)
2. Berilah kuantor universal di depannya:
(∀x)(Sapi(x) → bisa makan rumput (x))
3. Ubahlah menjadi suatu fungsi, yaitu:
(∀x)(M(x) → B(x))
2. Kuantor Eksistensial / Khusus (∃)
Jika A merupakan suatu ekspresi logika dan x adalah variabel, maka jika ingin menentukan
bahwa A adalah bernilai untuk sekurang-kurangnya satu dari x, maka akan ditulis (∃x)A.
Disini ∃x disebut kuantor eksistensial, dengan A adalah scope (lingkup) dari kuantor.
Variabel x disebut terikat (bound) dengan kuantor. Simbol ∃ menggantikan kata “ada”,
“beberapa”, atau “tidak semua”.
Contoh:
Ada bilangan prima yang genap
Dapat ditulis: P(x) Λ E(x)
Dibaca: “Yang x adalah bilangan prima dan x adalah bilangan genap”
Selanjutnya ditulis: (∃x)(P(x) Λ E(x))
Dimana P mengganti “bilangan prima”, sedangkan E mengganti genap (even).
Dibaca: “Ada x, yang x adalah bilangan prima dan x adalah genap”

Dari contoh di atas dapat disimpulkan, kuantor eksistensial adalah pernyataan yang
mengandung kata “beberapa” atau “ada (Tidak semua/sekurang-kurangnya satu)” atau
“terdapat”. Kuantor universal menyatakan bahwa sesuatu kadang-kadang bernilai benar
untuk individual-individualnya. Pernyataan yang memakai kuantor eksistensial (∃)
menggunakan perangkai konjungsi (Λ) yaitu “Ada…yang…dan…”

Langkah untuk melakukan pengkuantoran eksistensial, misalkan:


“Ada pelajar yang merupakan vegetarian”
Untuk melakukan pengkuantoran eksistensial pada pernyataan tersebut, maka dilakukan
langkah-langkah seperti berikut:
1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor eksistensialnya, yaitu:
“Ada x yang adalah pelajar, dan x merupakan vegetarian”
Selanjutnya akan ditulis: Pelajar(x) Λ merupakan vegetarian(x)
2. Berilah kuantor eksistensial di depannya, yaitu:
(∃x) (Pelajar(x) Λ merupakan vegetarian(x))
3. Ubahlah menjadi suatu fungsi, yaitu:
(∃x) (P(x) Λ V(x))
Sebagai catatan, jangan mengabaikan tanda kurung untuk fungsi di belakang kuantor
karena akan berpengaruh pada proses manipulasinya nanti.

Negasi Pernyataan Berkuantor


Seperti halnya pernyataan tunggal atau majemuk, pernyataan berkuantor jugadapat dinegasikan
atau diingkarkan. Seperti yang dibahas di atas, pernyataan berkuantor terdiri dari pernyataan
berkuantor universal dan eksistensial. Maka ingkaran/negasi dari pernyataan berkuantor juga
terdiri dari dua negasi pernyataan berkuantor, yaitu negasi kuantor universal dan negasi kuantor
eksistensial.

1. Negasi Kuantor Universal (Negasi Kuantor Umum)


Negasi dari suatu pernyataan yang mengandung kuantor universal (∀) adalah ekuivalen
dengan pernyataan yang mengandung kuantor eksistensial (∃) (fungsi pernyataan yang
dinegasikan).

Dapat disimpulkan bahwa, negasi dari kuantor universal adalah kuantor ekstensial
~( ∀x)P(x) ≡ (∃x)~P(x)
Negasi dari “semua (setiap) …” ≡ ada (beberapa) …yang tidak …”.
Contoh :
1) p : Semua karyawan bekerja di sebuah perusahaan (∀x)(K(x)→P(x))
~p : Ada karyawan yang tidak bekerja di sebuah perusahaan (∃x)(K(x)Λ ~P(x))
2) p : Semua murid memakai seragam (∀x)(M(x)→S(x))
~p : Ada murid yang tidak memakai seragam (∃x)(M(x)Λ ~S(x))

2. Negasi Kuantor Eksistensial (Negasi Kuantor Khusus)


Negasi dari suatu pernyataan yang mengandung kuantor eksistensial(∃)ekuivalen dengan
pernyataan yang mengandung kuantor universal(∀) (fungsi pernyataan yang dinegasikan).
Dapat disimpulkan bahwa, negasi dari kuantor ekstensial adalah kuantor universal.
~(∃x)P(x)≡ (∀x)~P(x)
Negasi dari “ada (beberapa / terdapat) …” ≡ semua (setiap) … tidak …”.
Contoh :
1) p : Ada karyawan yang bekerja di perusahaan (∃x)(K(x)Λ P(x))
~p : Semua karyawan tidak bekerja di perusahaan (∀x)(K(x)→ ~P(x))
2) p : Ada murid yang memakai seragam (∃x)(M(x)Λ S(x))
~p : Semua murid tidak memakai seragam (∀x)(M(x)→ ~S(x))

2.4 Penarikan Kesimpulan


Aturan Penarikan Kesimpulan (Rule of Inference)
Untuk membuktikan validitas argumen, ada sebuah cara yaitu dengan menggunakan
aturan penarikan kesimpulan (rule of inference). Melalui penggunaan aturan-aturan
penarikan kesimpulan, kita bukan hanya dapat menarik kesimpulan dari premis-premisnya
secara langsung, tetapi juga dapat membentuk argumen-argumen yang diperoleh dari
rangkaian langkah pembuktian yang relatif sederhana.
Beberapa contoh aturan-aturan penarikan kesimpulan (rule of inference), diantaranya:
1. Modus Ponen
p→q
p
∴q
Contoh:
Premis 1 : Jika kemarin malam hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Kemarin malam hujan
Misal:
p : Jika kemarin malam hujan
q : Jalanan basah
p→q
p
∴q
Konklusi : Jalanan basah
2. Modus Tollen
p→q
~q
∴ ~p
Contoh:
Premis 1 : Jika Andi belajar dengan serius, maka Andi lulus ujian
Premis 2 : Andi tidak lulus ujian
Misal:
p : Andi belajar dengan serius
q : Andi lulus ujian
p→q
~q
∴ ~p
Konklusi : Andi tidak belajar dengan serius

3. Simplification
p∧q
∴p
Contoh:
Premis 1 : Andi adalah mahasiswa dan Andi berkuliah di Universitas Udayana
p : Andi adalah mahasiswa
q : Andi berkuliah di Universitas Udayana
p∧q
∴p
Konklusi : Andi adalah mahasiswa
4. Conjunction
p
q
∴p∧q
Contoh:
Premis 1 : Saat sarapan, Dika makan roti
Premis 2 : Saat sarapan, Dika minum susu
Misal:
p : Saat sarapan, Dika makan roti
q : Saat sarapan, Dika minum susu
p
q
∴p∧q
Konklusi : Saat sarapan, Dika makan roti dan minum susu

5. Hypothetical Syllogism
p→q
q→ r
∴p → r

Contoh :
Premis 1: Jika baju dicuci pagi ini, maka baju dapat kering malam ini
Premis 2: Jika baju dapat kering malam ini, maka baju siap digunakan besok
Misal:
p : Jika baju dicuci pagi ini
q : Baju dapat kering malam ini
r : Baju siap digunakan besok
p→q
q→ r
∴p → r
Konklusi : Jika baju dicuci pagi ini, maka baju siap digunakan besok
6. Disjunctive Syllogism
p⋁q
~p
∴q
Contoh:
Premis 1 : Ita lahir di Denpasar atau di Jakarta
Premis 2 : Ita tidak lahir di Denpasar
Misal:
p : Ita lahir di Denpasar
q : Ita lahir di Jakarta
p⋁q
~p
∴q
Konklusi : Ita lahir di Jakarta

7. Constructive Dillema
(p → q) ⋀ (r→s)
p⋁r
∴ q⋁s
Contoh :
Premis 1 : Jika purnama telah hilang, maka malam menjadi gelap gulita.
Premis 2 : Jika malam semakin larut, maka angin bertiup semakin dingin
Premis 3 : Purnama telah hilang atau malam semakin larut
misal :
p : Purnama telah hilang
q : malam menjadi gelap gulita
r : malam semakin larut
s : angin bertiup semakin dingin
(p → q) ⋀ (r→s)
p⋁r
∴ q⋁s
Konklusi : malam menjadi gelap gulita atau angin bertiup semakin dingin

Anda mungkin juga menyukai