Anda di halaman 1dari 8

Proposal Pendidikan Agama Islam

“ Kemiskinan Dalam Presfektif Islam ”

TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...............................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kemiskinan..........................................................................................................3
2.2 Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan................................................................................4
2.3 Penyebab dari Kemiskinan.....................................................................................................5
2.4 Solusi Islam Mengurangi Kemiskinan...................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................7

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah sosial adalah fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan masyarakat.
Kemiskinan adalah fenomena yang sangat urgent bagi Negara Indonesia. Kemiskinan
dapat dibedakan menjadi tiga macam konsep kemiskinan: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan subyektif. (Sunyoto Usman: 2006). Orang yang
termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis
kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang,
kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah
hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedangkan miskin relatif dirumuskan berdasar “ kanthe idea of relative
standard ”, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu.

Pola pikirnya adalah kemiskinan suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya dan
kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu lainnya. Sebagaimana yang kita
ketahui, Islam adalah agama yang paling sempurna, agama keselamatan, yang dari
padanya telah sempurna segala ketentuan yang menjadi rambu-rambu dalam menjalani
kehidupan. Bagi yang ingin selamat dunia akhirat maka ia harus taat pada semua rambu
dan tunduk pada segala ketentuan. Islam memberikan pesan-pesannya melalui dua
pedoman, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat mengetahui
bagaimana agama (Islam) memandang dan memberikan solusi atas permasalahan
kemiskinan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah
dalam pembahasan ini adalah:

1. Apa Pengertian dari Kemiskinan?


2. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan?
3. Apa Saja penyebab dari Kemiskinan?
4. Bagaimana Solusi Islam dalam Mengatasi Kemiskinan?

2
1.3 Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui serta Memahami Pengertian dari Kemiskinan.


2. Untuk lebih Memahami Pandangan Islam Terhadap kemiskinan.
3. Untuk mengetahui penyebab dari Kemiskinan.
4. Untuk Mengetahui Solusi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar


minimal untuk hidup layak. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di
bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan,
yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan sebagai tidak berharta
benda; serba kekurangan (berpenghasilan rendah). Sedangkan fakir diartikan sebagai
orang yang sangat berkekurangan; atau sangat miskin.

Bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang berarti diam
atau tenang, sedang faqir dari katafaqr yang pada mulanya berarti tulang punggung. Faqir
adalah orang yang patah tulang punggungnya, dalam arti bahwa beban yang di pikulnya
sedemikian berat sehingga "mematahkan" tulangp unggungnya.Para pakar Islam berbeda
pendapat dalam menetapkan tolak ukur kemiskinan dan kefakiran. Sebagian mereka
berpendapat bahwa fakir adalah orang yang berpenghasilan kurang dari setengah
kebutuhan pokoknya, sedang miskin adalah yang berpenghasilan di atas itu, namun tidak
cukup untuk menutupi kebutuhan pokoknya. Ada juga yang mendefinisikan sebaliknya,
sehingga menurut mereka keadaan sifakir relatif lebih baik dari si miskin. Namun yang
pasti, Al-Quran menjadikan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir atau
miskinyang harus dibantu.

3
2.2 Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan

Pandangan Islam tentang kemiskinan ditemukan sekian banyak ayat-ayat Al-


Quran yang memuji kecukupan, bahkan Al-Quran menganjurkan untuk
memperolehkelebihan.Islam pada hakikatnya mengajak untuk kemajuan, prestasi,
kompetensi sehat, dan yang pada intinya adalah harus mampu memberi rahmat untuk
alam semesta seperti yang tertuang pada Q.S Al-Anbiya’/21: 107 yang artinya “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Islam memberikan pesan-pesannya melalui dua pedoman, yaitu Alquran dan Hadits.
Melalui keduanya kita dapat mengetahui bagaimana agama (Islam) memandang
kemiskinan. 

Al-Qur’an menggambarkan kemiskinan dengan 10 kosakata yang berbeda, yaitu


al-maskanat (kemiskinan), al-faqr (kefakiran), al-’ailat (mengalami kekurangan), al-ba’sa
(kesulitan hidup), al-imlaq (kekurangan harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak
berdaya), al-qani (kekurangan dan diam), al-mu’tarr (yang perlu dibantu) dan al-dha’if
(lemah). Kesepuluh kosakata di atas menyandarkan pada satu arti/makna yaitu
kemiskinan dan penanggulangannya. Islam menyadari bahwa dalam kehidupan
masyarakat akan selalu ada orang kaya dan orang miskin (QS An-Nisa/4: 135). Sungguh,
hal itu memang sejalan dengan sunatullah (baca: hukum alam) sendiri. Hukum kaya dan
miskin sesungguhnya adalah hukum universal yang berlaku bagi semua manusia, apa pun
keyakinannya. Karena itu tak ubahnya seperti kondisi sakit, sehat, marah, sabar, pun
sama dengan masalah spirit, semangat hidup, disiplin, etos kerja, rendah dan mentalitas. 

Kemiskinan, menurut Islam, disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena


keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2: 273), penindasan (QS Al-Hasyr/59: 8),
cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42), dan pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan
(QS Al-Baqarah/2: 61). Namun, di negara kita sesungguhnya faktor-faktor di atas sudah
mulai dibenahi, walaupun ada yang secara sungguh-sungguh maupun setengah-setengah. 

Mulai dari program pemerintah dan masyarakat sendiri sama-sama berjuang


memerangi kemiskinan. Tapi, harus disadari bahwa perjuangan melawan kemiskinan di
negara kita, apa pun caranya, sesungguhnya sama dengan perjuangan seumur hidup.
Masih panjang sekali perjalanan untuk mencapai hasilnya. Mengapa demikian? Karena
kenyataan di lapangan berbeda dengan hasil data survey penelitian. Di atas kertas angka
kemiskinan di negeri ini berhasil diturunkan, namun dalam perkembangan lebih lanjut
juga memperlihatkan peningkatan.

4
Kembali pada persoalan hukum alam di atas tentang keniscayaan adanya orang
kaya dan orang miskin, maka sudah sepatutnya orang kaya (termasuk pemerintah)
membantu orang miskin. Menurut Islam, dengan adanya bantuan orang kaya tersebut,
agar orang miskin tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dapat merendahkan
martabatnya sendiri (QS Al-Baqarah/2: 256). Islam sesungguhnya telah menyadari bahwa
terkadang kefakiran (dan kemiskinan) akan menjadikan manusia pada kekufuran. 

2.3 Penyebab dari Kemiskinan

Banyak sekali penyebab dari suatu kemiskinan dan banyak dihubungkan dengan:

penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya
memiliki jutaan masyarakat yang di istilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang
tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih banyak yang gagal melewati
atas garis kemiskinan.

2.4 Solusi Islam Mengurangi Kemiskinan

Untuk itu Islam pun memberikan sumbang solusi penanggulangan kemiskinan


dengan dua model: Wajib dilakukan dan Anjuran. Adapun yang mesti dilakukan adalah
zakat dalam (QS At-Taubah/9: 103), infak wajib yang sifatnya insidental dalam (QS Al-
Baqarah/2: 177), menolong orang miskin sebagai ganti kewajiban keagamaan, misalnya
membayar fidyah dalam (QS Al-Baqarah/2: 184), dan menolong orang miskin sebagai
sanksi terhadap pelanggaran hukum agama (misalnya membayar kafarat dengan memberi
makan orang miskin) dalam (QS Al-Maidah/5: 95). Sedang yang bersifat anjuran untuk

5
dilakukan adalah sedekah, infak, hadiah, dan lain-lainnya. Tentu saja semua hal di atas
dilakukan bagi orang yang mampu secara finansial. Namun, bagi yang tidak mampu pun
dalam hal itu diwajibkan juga, yaitu dengan memberikan nasihat, spirit, dan motivasi
kepada kalangan rakyat jelata.

Berdasarkan sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Pusat Bahasa
dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2005 bahwa dana yang dihasilkan dari
zakat, infak, dan sedekah saja dalam satu tahun telah mencapai Rp 19,3 triliun. Hasil di
atas mengindikasikan bahwa jika dana tersebut dikelola dan disalurkan dengan baik dan
profesional maka akan membantu menyejahterakan orang-orang miskin. Angka di atas
baru dihasilkan dari kaum muslim saja. Andai digabungkan dengan masyarakat agama
lain tentu angkanya akan lebih besar lagi. 

Pada zaman Rasulullah sendiri orang-orang miskin memperoleh bantuan materi


dari kas negara yang ditangani secara profesional. Oleh karena itu sudah sepatutnya
pemerintah dan masyarakat (beragama) Indonesia bersinergi menanggulangi kemiskinan
dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan negara dan masyarakat. Lembaga-
lembaga yang dikelola oleh kaum muslim seperti BASIZ, LAZIS, Baznas, dan masih
banyak lagi harus didukung program dan kinerjanya baik oleh pemerintah maupun
masyarakat. Dan dengan adanya dukungan penuh dari kedua belah pihak maka lembaga-
lembaga semacam itu akan berdaya secara optimal dan profesional. 

Islam sesungguhnya sudah sangat jelas memberikan solusi untuk menangani


masalah kemiskinan. Tinggal saat ini bagaimana kita mau atau sudah melaksanakannya
atau tidak. Jika memang sudah, apakah kita masih konsisten melaksanakannya? Dalam
Hadis Qudsi dikatakan bahwa Allah sesungguhnya memberikan solusi bagi orang yang
konsisten dalam melakukan sesuatu yang benar meskipun dilakukannya sedikit demi
sedikit.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari proposal ini adalah Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang
berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non
makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty
threshold). Dalam konteks penjelasan pandangan Islam tentang kemiskinanditemukan
sekian banyak ayat-ayat Al-Quran yang memujikecukupan, bahkan Al-Quran
menganjurkan untuk memperolehkelebihan.Islam pada hakikatnya mengajak untuk
kemajuan, prestasi, kompetensi sehat, dan yang pada intinya adalah harus mampu
memberi rahmat untuk alam semesta. Dan konsep utama yang dikembangkan dalam
proposal ini mengajak untuk menjadikan masalah kemiskinan sebagai masalah yang
bersifat sistemik, yang harus diselesaikan melalui dua pendekatan penting. Pendekatan
pertama adalah memberdayakan orang miskin untuk kemudian menjadi kontributor
penting dalam pertumbuhan ekonomi, dan menjadikan tugas tersebut tugas seluruh
institusi pemerintahan dan bukan kompartemen pemerintahan tertentu saja. Khususnya
pada tugas kolektif untuk memberikan akses pada terbentuknya forum-forum masyarakat
miskin yang difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat dan
memberdayakan forum-forum sejenis yang telah terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

http://penulispinggiran.blogspot.com/2008/09/pandangan-islam-terhadap-kemiskinan.html

Jhon Kenneth, Hakekat Kemiskinan Masa, Jakarta Sinar harapan. 1980,

Yusuf al-Qardhawy, Konsep Islam dalam Mengentaskan kemiskinan, (Surabaya : Bina Islam,

1996)

https://www.academia.edu/27359530/Kemiskinan_Dalam_Persfektif_Islam

Anda mungkin juga menyukai