I. Deskripsi Kasus
Seorang wanita 11 tahun tanpa riwayat medis masa lalu yang signifikan dengan
gejala yang menunjukkan hipertiroidisme (penurunan berat badan, intoleransi panas). Dia
juga mengalami penurunan nilai di sekolah. Riwayat keluarga penting untuk penyakit
tiroid pada kedua nenek (keduanya menggunakan terapi penggantian tiroid). Dokter
memerintahkan tes fungsi tiroid termasuk antibodi reseptor anti-TSH, T4, T3, TSH,
antitiroglobulin dan antitiroid peroksidase.
tesnya adalah sebagai berikut:
Tiroksin bebas (FT4) 2.87 ng / dL (Prepubertal 0.73-1.77 Pubertal / Dewasa 0.73-
1.84) Total triiodothyronine pediatric (T3) 374.00 ng / dL (123-211) Thyroid-stimulating
hormone (TSH) <0.018 uU / mlThyroxine (T4 ) 18,2 ug / dL (5.0-12.0) Antibodi
antitiroglobulin> 3000 IU / ml (Negatif <60 IU / mL Equivocal 60-100IU / mL Positif>
100 IU / mL) Antibodi antitiroid peroksidase 2667 IU / mL (<60) Anti- Antibodi reseptor
TSH 69,6% Menghambat. (<= 16.0 Satuan:%)
Temuan laboratorium menegaskan kesan klinis dan diagnosis penyakit Graves
(hipertiroidisme dengan tirotoksikosis) dibuat.
Pasien mulai menggunakan methimazole segera tetapi setelah kira-kira dua
minggu pengobatan, ia mengalami reaksi merugikan yang parah dengan nyeri sendi yang
signifikan dan pembengkakan di ekstremitas atas dan bawah dengan gatal-gatal;
Methimazole dihentikan segera dan dia memulai dengan Benadryl dan Advil; gejalanya
membaik setelah beberapa hari, meskipun dia memiliki beberapa sisa gatal-gatal yang
bersifat sementara.
Dia telah diberikan beberapa kursus singkat Prednisone juga, dan Atenolol 50 mg
dua kali sehari juga dimulai.
Setelah kira-kira dua minggu, karena fakta bahwa manajemen medis untuk
hipertiroidisme gagal, pasien dianggap mengalami ablasi radioiodine pada tiroidnya
keesokan harinya dan untuk itu dia menjalani pencitraan tiroid dengan pengambilan yang
menunjukkan kelenjar tiroid yang membesar, dengan peningkatan serapan yang
homogen, konsisten dengan penyakit Graves dengan penyerapan 24 jam setara dengan
86%.
Pasien menjalani ablasi radio-iodin sesuai jadwal dan dia stabil dengan Atenolol
50 mg dua kali sehari. Dia diperbolehkan pulang.
Pada janji tindak lanjut berikutnya dalam 2 minggu tes fungsi tiroidnya, nilai lab adalah
sebagai berikut:
T4, bebas,> 12.00 ng / dl (Prepubertal 0.73-1.77 Pubertal / Dewasa 0.73-1.84) T3,
1173.00 ng / dL (123-211 ng / dL) TSH, <0.018 uIU / mL
II. Subjective
a. Nama pasien : Nn. X
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia pasien : 11 tahun
d. Anamnesa : hipertiroidisme
e. Keluhan pasien :
- Penurunan berat badan
- Intoleransi panas
- Pasien mengalami penurunan nilai di sekolah
f. Riwayat keluarga :
- Kedua nenek pasien menderita penyakit tiroid dan keduanya menggunakana terapi
pengganti tiroid
III. Objective
- Hasil Tes Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan Keterangan
Tiroksin bebas (FT4) 2.87 ng / dL Prepubertal 0.73-1.77 ng/dL Tinggi
Pubertal / Dewasa 0.73-1.84
ng/dL
Total triiodothyronine 374.00 ng / dL 123-211 ng / dL Tinggi
pediatric (T3)
Thyroid-stimulating <0.018 uU / ml 0,27 – 4,20 µLu/mL Rendah
hormone (TSH)
Tiroksin (T4) 18,2 μg/dL 5.0-12.0 μg/dL Tinggi
Antibodi Antitiroglobulin < 3000 IU/ml Negatif <60 IU / mL Positif
Equivocal 60-100IU / mL
Positif> 100 IU / mL
Antibodi antitiroid 2667 IU / mL < 60 IU/mL Tinggi
peroksidase
Anti- Antibodi reseptor 69,9% 16.0% Tinggi
TSH
- Diagnosis
Temuan laboratorium menegaskan kesan klinis dan diagnosis penyakit Graves
(hipertiroidisme dengan tirotoksikosis)
- Hasil Pemeriksaan Selanjutnya
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan Keterangan
Tiroksin bebas (FT4) ,> 12.00 ng / dl Prepubertal 0.73-1.77 ng/dL Tinggi
Pubertal / Dewasa 0.73-1.84
ng/dL
Total triiodothyronine 1173.00 ng / dL 123-211 ng / dL Tinggi
pediatric (T3)
Thyroid-stimulating <0.018 uU / mL 0,27 – 4,20 µLu/mL Rendah
hormone (TSH)
IV. Assesment
a. Tepat indikasi
Nama obat Indikasi Mekanisme kerja Keterangan
Methimazole Antitiroid Menghambat oksidasi dan organifikasi Tepat indikasi
iodine melalui inhibisi enzim tiroid
peroksidase dan menghambat
proses coupling iodotirosin menjadi T4
dan T3
Benadryl Antialergi Antagonis reseptor histamin H1 Tepat indikasi
Advil Antiinflamsi Menghambat produksi prostaglandin Tepat indikasi
Prednison Antialergi Menginhibisi migrasi sel Tepat indikasi
polimorfonuklear (PMN) dan
mengurangi peningkatan permeabilitas
kapiler.
Atenolol Denyut jantung Bekerja dengan cara menghambat kerja Tepat indikasi
epinephirine di pembuluh darah
tidak teratur
(aritmia)
b. Tepat pasien
Nama obat Kontraindikasi Keterangan
Methimazole Hipersensitivitas, diskrasia darah Tepat pasien
Benadryl Hipersensitivitas, asma Tepat pasien
Advil Hipersensitivitas, pasien dengan Tepat pasien
ulkus peptikum (ulkus duodenum
dan lambung), hipersensitivitas,
polip pada hidung, angioedema,
asma, rinitis, serta urtikaria
Prednison Hipersensitivitas, Infeksi Tepat pasien
Jamur sistemik, Wanita hamil
trimester pertama, Seseorang yang
memiliki gangguan imunitas, dan
sedang dalam keadaan sakit
Atenolol Sinus bradikardia, blokade Tepat pasien
atrioventrikular (AV blok) selain
derajat I, syok kardiogenik,
dan gagal jantung.
c. Tepat Obat
Nama obat Alasan drug of choice Keterangan
Methimazole Sebagai pilihan terapi pengobatan untuk Tepat Obat
hipertiroid
Benadryl Sebagai antialergi Tepat Obat
Advil Sebagai antiinflamasi Tepat Obat
Prednison Sebagai obat pengurang peradangan Tepat Obat
Atenolol Sebagai pengobatan aritmia Tepat Obat
d. Tepat dosis
Nama obat Dosis pemeliharaan Dosis pemberian keterangan
Methimazole 0.2-0.5 mg/ kg hari dalam jangka Tidak ada -
waktu 1-2 tahun. ( IDAI, 2017)
Benadryl 5 mg / kg bb sehari. ( pionas ) Tidak ada -
Advil Artritis juvenil : Oral dengan atau Tidak ada -
sesudah makan, >7 kg : 30 – 40
mg/kgBB/hari dalam 3 – 4 dosis.
Nyeri pada anak (tidak
direkomendasi untuk anak < 7 kg),
Oral dengan atau sesudah makan, <
1 tahun : 20 – 30 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi 1 – 2 tahun : 50
mg 3 – 4 kali sehari, 3 – 7 tahun :
100 mg 3 – 4 kali sehari, 8 – 12
tahun : 200 mg 3 - 4 x sehari
( IDAI )
Prednison 0,05-2 mg / kgBB /hari dibagi 1-4 Tidak ada -
kali per hari. ( IDAI )
Atenolol 0,8–1 mg / kgBB /dosis diberikan 50 mg dua kali sehari -
setiap hari; kisaran 0,8-1,5 mg/
kgBB/hari; dosis maksimum 2 mg
/kgBB/hari, jangan melebihi dosis
maksimum dewasa 100 mg/hari.
( IDAI )
V. Plan
- Terapi farmakologi
a. PTU, menghambat sintesis hormone tiroid dengan cara menghalangi coupling
iodotirosin melalui penghambatan kerja enzim tiroperoksidase, menghambat
konversi T4 menjadi T3 di perifer, dan keadaan yang memerlukan penurunan
segera kadar hormon tiroid aktiv seperti yang terjadi pada keadaan krisis tiroid.
b. Prednison digunakan untuk mengurangi sekresi hormon tiroid dan mengurangi
konversi T4 menjadi T3 di peridot
c. Atenolol atau Propanolol digunakan untuk mengendalikan gejala adrenergiknya
mengurangi gejala overstimulasi simpatik
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.
Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium
radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di
rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi,
sebelum pemberian obat tiroksin.
g. Tiroidektomi
Tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid adalah
tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total. Tiroidektomi subtotal akan
menyisakan jaringan atau pengangkatan 5/6 kelenjar tiroid, sedangkan
tiroidektomi total, yaitu pengangkatan jaringan seluruh lobus termasuk istmus
(Sudoyo,A.,dkk.,2009). Tiroidektomi merupakan prosedur bedah yang relative
aman dengan morbiditas kurang dari 5 %
IX. KIE
Mengedukasikan pada pasien supaya mampu mengelola stress dengan baik
Mengedukasi pasien supaya menghentikan penggunaan Benadryl, advil dan juga
prednisone jika gatal, pembengkakan dan nyeri sudah tidak ada lagi akibat reaksi alergi
dari methimazol.
Mengedukasi pasien untuk selalu patuh dalam waktu mengonsumsi obat
Menginformasikan kepada pasien untuk rutin control pemeriksaan kadar hormone
TSH, FT4, T3, T4 dan pemeriksaan penunjang lainnya
Mengedukasi pasien untuk menghentikan penggunaan propranolol/atenolol bila gejala
tirotoksikosis sudah tidak ada.