Anda di halaman 1dari 25

BAB III

MEMBANGUN JERMAN MODERN

3.4 Jerman Barat


Bundesrepublik Deutschland (BRD) atau lebih dikenal sebagai Jerman Barat didirikan pada
tanggal 23 Mei 1949. Bonn merupkan ibukota Jerman Barat. Wilayah Jerman Barat sendiri
merupakan gabungan dari tiga zona pendudukan sekutu sesuai dengan Konferensi Potsdam.
Jerman Barat awalnya merupakan negara yang hancur, karena banyak infrastruktur yang
hancur oleh Perang Dunia II. Amerika memberi bantuan dana melalui program Marshall Plan
guna membangun ulang negara-negara di Eropa, khususnya Eropa Barat. Jerman Barat
berhasil memperbaiki keadaan ekonominya dengan sangat cepat, pencapaian ekonomi ini
dikenal sebagai Wirtschaftswunders (Keajaiban Ekonomi). Kemampuan Jerman Barat dalam
membangun ulang ekonominya di tahun 1950-an membuat Jerman Barat bergabung kembali
dalam demokrasi Barat.1 Selain membangun dan menyusun ulang perekonomian, Jerman
Barat berusaha memperbaiki nama baik dengan cara membayar jutaan dolar reparasi perang
kepada Israel atas dasar kejadian Holocaust.2 Pihak Sekutu akhirnya memberi kedaulatan
penuh kepada Jerman Barat di tahun 1950 melalui Perjanjian Bonn-Paris. Untuk
meningkatkan keamanan di Eropa pihak Sekutu mendirikan NATO (North Atlantic Treaty
Organization) yang bertujuan melindungi Eropa terutama negara-negara kecil yang tidak
memiliki kekuatan militer yang cukup untuk menghadapi ancaman dari pihak luar. Selain itu
Jerman Barat juga memperbaiki hubungan diplomasi dengan Perancis yang dulunya
merupakan musuh bebuyutan Jerman. Wilayah industri Ruhr sekarang berada dibawah
Jerman Barat, Perancis, Belgia, Belanda dan Luxembourg. Manuver politik tersebut berhasil
membangun ikatan ekonomi Jerman Barat dan mempererat tali diplomasi. NATO
mengizinkan Jerman Barat bergabung pada tanggal 9 Mei 1955. Setelah Bergabung dengan
NATO, Jerman Barat memperkuat militer dengan membentuk Angkatan Bersenjata Jerman
Barat yang terdiri dari Bundeswehr (Angkatan Darat), Bundesmarine (Angkatan Laut),
Luftwaffe (Angkatan Udara) pada 12 November 1955. Angkatan Bersenjata Jerman Barat ini
pertama kali dikepalai oleh Jenderal Adolf Heusinger. Ia merupakan mantan bawahan Hitler
pada saat Perang Dunia II. Perkembangan politik Jerman Barat awalnya berjalan lancar tanpa
kendala, sampai akhirnya muncul Skandal majalah Der Spiegel yang terjadi pada 6 Oktober
1962 yang membuat pemerintahan Jerman Barat terguncang. Majalah ini mengekspos

1
Ibid, hlm 208.
2
Ibid.
kelemahan militer Jerman Barat dan mengkritisi kebijakan keamanan pemerintah. Atas
perintah Menteri Pertahanan Franz Josef Strauss, polisi Jerman Barat langsung menyerbu
kantor majalah Der Spiegel dan menangkap pemilik sekaligus Pemimpin Redaksi Der
Spiegel Rudolf Augstein atas tuduhan pengkhianatan negara.3 Tindakan ini membuat
masyarakat Jerman Barat protes karena pemerintah dianggap melanggar konstitusi. Skandal
Der Spiegel membuat popularitas Adenauer menurun drastis hingga akhirnya Adenauer
mengundurkan diri pada tanggal 15 Oktober 1963.

Mundurnya Adenauer meninggalkan kekosongan politik di dalam pemerintahan Jerman


Barat. Keadaan politik Jerman Barat terus memburuk karena pada saat itu Prancis
meninggalkan NATO. Kepergian Prancis dari NATO membuat terjadinya ketidakstabilan di
Jerman Barat. Kurt Keisinger terpilih menjadi kanselir Jerman Barat, namun naiknya Kurt
merupakan kontroversi karena dulunya ia merupakan anggota partai Nazi. Pada zaman Nazi
Kurt Keisinger bekerja di bagian radio propaganda dan terpilihnya Kurt Keisinger menyalahi
proses denazifikasi Jerman Barat. Walaupun banyak yang menilai naiknya Kurt Kiesinger
sebagai kontroversi, administrasi Kurt berjalan cukup baik. Kurt berhasil mengurangi tensi
dengan negara-negara Pakta Warsawa seperti Romania,Cekoslovakia dan Yugoslavia.
Kabinet Keisinger juga berhasil membuat Jerman Barat keluar dari resesi ekonomi di tahun
1968.4 Pada saat rezim Kurt Keislinger juga terjadinya protes yang dilakukan oleh mahasiswa
karena adanya kekecewaan terhadap pemerintah. Kekecewaan ini didasari oleh insiden
Spiegel dan naiknya mantan anggota Nazi ke dalam lingkaran pemerintahan, mahasiswa
menilai pemerintah Jerman Barat telah rusak jati dirinya sebagai Jerman dan telah gagal
dalam menebus dosa masa lalu Nazi.5 Pemerintah Jerman barat mengeluarkan Emergency
Acts yang merupakan sebuah amademen, dimana konstitusi Jerman Barat mengizinkan pihak
eksekutif beroperasi tanpa persetujuan dari pihak legislatif, menunda beberapa hak konstitusi,
bahkan mengizinkan penggunaan militer dalam rangka mengembalikan kestabilan di keadaan
krisis.6 Emergency Acts mengingatkan masyarakat Jerman terhadap Enabling Acts yang
diberlakukan pada saat Reich ketiga. Pemberlakuan Emergency Acts ditolak oleh mahasiswa,
FDP dan Persatuan Pedagang (Trade Unions), namun tidak berhasil. Jerman Barat juga harus
menghadapi ancaman dari mahasiswa yang berpaham politik komunis.

3
Ibid, hlm 212
4
Ibid, hlm 214.
5
Ibid, hlm 229.
6
Ibid.
3.4.1 Krisis Musim Gugur
Mahasiswa komunis di Jerman Barat mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama
Red Army Faction (RAF). Perkumpulan ini menjalankan serangkaian aksi kriminal seperti
perampokan bank, pembakaran, pengeboman dan pembunuhan. Korban dari aksi RAF
sebanyak 34 jiwa, RAF menjustifkasi perbuatan tersebut atas nama perjuangan melawan fasis
imperialis.7 Setelah terjadi protes oleh pihak kiri di Jerman Barat monopoli partai CDU dan
CSU berakhir. Partai SPD dan FDP membentuk koalisi yang menghadirkan kanselir baru di
Jerman Barat. Kanselir dari hasil koalisi ini adalah Willy Brandt. Willy Bradt menjalalnkan
manuver politik baru di Jerman Barat. Awalnya Jerman Barat menjalankan doktrin Hallstein.
Doktrin ini menyatakan bahwa Jerman Barat tidak akan membina hubungan dengan negara
yang mengakui Jerman Timur. Namun kabinet Brandt mengabaikan doktrin tersebut dan
beralih haluan ke Ostpolitik. Ostpolitik merupakan manuver politik yang bertujuan untuk
mendekati negara-negara Pakta Warsawa dan memperlancar hubungan dengan Jerman
Timur. Perubahan manuver politik Jerman Barat ini mengundang kontroversi, karena Jerman
Barat sebelumnya tidak mengakui kedaulatan Jerman Timur, tetapi saat ini Jerman Barat
terlihat mendekati Jerman Timur dan Pakta Warsawa. Walaupun manuver Brandt dinilai
kontroversial, tetapi Brandt berhasil mendapat Penghargaan Nobel Perdamaian karena
Ostpolitik dinilai memiliki nilai toleransi atas perbedaan ideologi di Perang Dingin. Basic
Treaty ditandangani oleh Jerman Barat di tahun 1972 agar Jerman Barat dapat meningkatkan
relasi dan mengakui kedaualatan negara Blok Timur. Willy Brandt dianggap sebagai
pengkhianat negara oleh pihak konservatif Jerman Barat, karena dianggap berkolaborasi
dengan Jerman Timur.8 Tahun 1972 merupakan tahun dimana Jerman Barat terpilih sebagai
tuan rumah Olimpiade ke XX. Jerman Barat mengadakan Olimpiade XX di Olympiapark,
München. Olimpiade ke XX merupakan peluang bagi Jerman Barat untuk menunjukan
kemakmuran ekonomi dan memperlancar hubungan internasional. Namun pada kenyataanya,
Olimpiade XX merupakan bencana bagi Jerman Barat, karena terjadi serangan teroris.
Serangan ini terjadi di Olympic Village, dimana 8 orang Palestina dari kelompok Black
September berusaha menculik 11 atlet Yahudi (2 orang terbunuh karena melawan). Pihak
teroris menuntu pembebasan 200 militan Palestina yang ditahan di Israel, serta para
pemimpin Fraksi Tentara Merah Andreas Baader dan Ulrike Meinhof, yang dipenjara di
Jerman Barat. Pihak Jerman Barat berusaha melakukan upaya penyelamatan sanderra,namun
usaha tersebut gagal. Setelah upaya penyelamatan gagal, para teroris membunuh semua

7
Ibid, hlm 215.
8
Ibid, hlm 217.
sembilan sandera yang masih hidup. Kegagalan Jerman Barat dalam menyelamatkan sandera
merusak reputasi Brandt sebagai kanselir. Insiden penculikan Olimpiade XX merusak
reputasi Brandt. Tetapi Brandt masih bisa memenangkan pemilihan Bundestag yang
diselenggarakan pada bulan November 1972.

Setelah memenangkan pemilihan ulang, Brandt melanjutkan kebijakan


perdamaiannya terhadap negara-negara Pakta Warsawa. Jerman Barat berusaha menjalin
hubungan diplomatik dengan Bulgaria, Cekoslowakia, dan Hongaria. Jerman Barat dan
Jerman Timur bergabung dengan PBB pada tahun 1973. Di tahun yang sama Jerman Barat
menghadapi masalah ekonomi yang disebabkan oleh naiknya harga minyak dunia. Kenaikan
harga minyak dunia menyebabkan terjadinya resesi ekonomi internasional. Pada tahun 1975
jumlah pengangguran di Jerman Barat mencapai lebih dari 1 juta orang. Rezim Brandt
berakhir karena ada skandal dimana asisten pribadi Brandt yang bernama Günther Gulilame
adalah mata-mata yang memiliki hubungan dengan Stasi (Staat Sicherheit) Jerman Timur.
Skandal ini mempermalukan Jerman Barat karena lingkaran pemerintahanya berhasil
dimasuki oleh Jerman Timur. Helmut Schmidt tepilih sebagai kanselir yang menggantikan
Brandt. "Musim Gugur Jerman" merupakan inisiden yang terjadi di tahun 1977, dimana
Fraksi Tentara Merah meneror Jerman Barat. Serangan RAF dimulai pada 30 Juli 1977,
dimana anggota Faksi Tentara Merah membunuh Jürgen Ponto yang merupakan kepala Bank
Dresdner. RAF melanjutkan serangan terhadap konvoi polisi yang mengawal, seorang
industrialis terkemuka di Cologne. Para teroris membunuh sopir Schleyer, tiga petugas polisi
dan Hanns-Martin Schleyer.9 Para penculik menuntut agar pemerintah Jerman Barat
membebaskan beberapa pemimpin RAF yang berada dalam tahanan polisi. Schmidt menolak
untuk bekerja sama dengan RAF.10

RAF meningkatkan serangan teroris mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap


keputusan Schmidt. Penerbangan Lufthansa dibajak oleh RAF dan teroris Palestina, rute
penebangan tersebut dialihkan ke Mogadishu, Somalia.11 Helmut Schmidt mengesahkan
operasi penyelamatan sandera menggunakan unit antiteroris Jerman Barat yang dikenal
sebagai GSG 9 (Grenschutzgruppe 9).12 GSG 9 dibentuk pada tahun 1972 setelah insiden
Olimpiade XX. Pasukan GSG 9 menyerbu pesawat yang dibajak lalu menyelamatkan para
sandera yang ditahan dan menumpas para pembajak yang berada dipesawat. Pada Malam
9
Ibid, hlm 218.
10
Ibid
11
Ibid
12
Ibid
yang sama, para pemimpin RAF yang dipenjara, termasuk pendiri Andreas Baader dan
Gudrun Ensslin, ditemukan tewas di sel karena bunuh diri. Sebagai balasan, penculik RAF
membunuh Schleyer dan meninggalkan tubuhnya di dalam bagasi mobil yang berada di
pedesaan Prancis. Serangan terorsime “Musim Gugur” 1977 akhirnya selesai. Pemerintahan
Schimdt digantikan oleh Helmut Kohl.

3.4.2 Rekonsiliasi Politik


Helmut Kohl berusaha menjaga integritas Eropa dengan cara merekonsiliasi
hubungan dengan Perancis perihal masalah Perang Dunia I dan mengizinkan NATO
menempatkan misil nuklir diwilayah Jerman Barat. Manuver politik Kohl merupakan
kebalikan dari Schmidt yang dimana Kohl mendekati NATO bukan mencari diplomasi
dengan Pakta Warsawa. Kohl meningkatakan hubungan Jerman Barat dengan Amerika
Serikat dan sekutu NATO-nya. Pada tahun 1985, Kohl dan presiden AS Ronald Reagan
(1911–2004) mengunjungi kamp konsentrasi Bergen-Belsen dan pemakaman militer Jerman
di Bitburg, kunjungan seremonial tersebut bertujuan untuk memperingati akhir Perang Dunia
II di Eropa dan mempererat hubungan pasca perang. Namun kunjungan ke pemakaman
militer ini menudang kontroversi karena anggota Waffen-SS (organisasi Paramiliter Nazi)
dimakamkan di sana. Hal ini merupakan skandal bagi kabinet Kohl, namun Kohl masih bisa
memenangkan pemilihan ulang dalam pemilihan Bundestag tahun 1987. Kohl mengundang
pemimpin Jerman Timur, Erich Honecker, untuk mengunjungi Jerman Barat. Menjelang
akhir 1980-an, rezim komunis di Eropa Timur berada di bawah tekanan besar, ketika warga
mereka mulai gelisah untuk reformasi demokratis. Pada tahun 1989, ketika seorang
pemimpin baru Soviet, Mikhail Gorbachev (1931–), mengambil alih kekuasaan dan mulai
mengesahkan reformasi Uni Soviet yang membuat rezim komunis di Eropa Timur bisa
berdemokrasi. Reformasi Gorbachev membuat Reunifikasi Jerman memungkinkan untuk
dilakukan.

3.6 Dari Die Wende Hingga Deutsche Wiedervereinigung

Partai SED dibawah rezim Honecker menjanjikan “Konsumsi Sosilisme


(Konzumsozialismus) dan menjanjikan pembangunan perumahan. Stagnansi ekonomi DDR
membuat pemerintah mencari deivsa dengan segala cara guna mencegah hancurnya ekonomi
negara13. Masyarakat DDR hidup dalam kekurangan ekonomi dan tekanan. Pada tahun 1975
DDR menandatangani UU final CSCE, perjanjian ini membuat warga DDR menuntut HAM,
13
Admin,Geteiltes Deutschland,https://www.hdg.de/lemo/kapitel/geteiltes-deutschland diakses pada 24 April
2020 pukul 20:12.
kebebasan berpergian dan kebebasan informasi. Pada akhir 1980 an permintaan warga untuk
berpergian dari DDR meningkat drastis14 dan banyak negara komunis yang mulai melakukan
reformasi dan membuka perbatasan karena adanya reformasi dari Uni Soviet yang sekarang
dikepalai oleh Mikhail Gorbachev. Mikhail Gorbachev melakukan kunujungan ke Bonn dan
menyatakan bahwa, “Dinding (Tirai Besi) dapat dihilangkan jika kondisi memungkinkan 15”.
Pernyantaan Gorbachev mengundang sorak sorai warga Jerman. Menteri Luar Negeri
Hongaria Gyula Horn dan Alois Mock dari Austria memotong pagar kawat berduri di
perbatasan Sopron pada tanggal 26 Juni 1989. Tindakan tersebut memicu peningkatan arus
wisatawan dan pengungsi ke Hongaria.16 Terbukanya perbatasan Austria-Hungaria membuat
jalur masuk warga DDR via Hungaria-Austria lalu ke BRD. Pada bulan September terjadi
Demonstrasi Senin dimana warga DDR menuntut kebebasan dan pembubaran Stasi (Mfs) dan
Hongaria mengizinkan semua orang yang ingin meninggalkan DDR untuk bepergian ke Barat
tanpa izin pemerintah DDR. Pada akhir September, sekitar 30.000 imigran DDR datang ke
BRD melalui Hungaria. Pemerintah DDR berusaha mencegah kepergian warganya ke
Hungaria dengan melakukan protes atas pembukaan perbatasan Hongaria untuk warga negara
DDR.17 Pada bulan Oktober ada kereta khusus dari Warsawa dan Praha yang membawa
sekitar 6.800 pengungsi DDR. 7.600 warga DDR lainya berkumpul di depan kedutaan besar
di Praha. Pada 2 Oktober 20.000 orang berdemonstrasi di Leipzig untuk reformasi di DDR.
Demonstrasi di Lepizig merupakan demonstrasi besar yang dibubarkan dengan keras oleh
pihak keamanan DDR. Kereta spesial akhirnya membawa sekitar 7.600 pengungsi DDR,
yang mencari perlindungan di kedutaan Praha dan Warsawa, melintasi wilayah DDR ke
BRD. Stasiun kereta api dan trek pada rute transportasi diblokir untuk mencegah orang lain
dari naik kereta. Tiga hari kemudian DDR merayakan 40 tahun terbentuknya DDR, perayaan
ini merupakan perayaan terbentuknye DDR yang terakhir. 70.000 warga DDR
berdemonstrasi di Lepizig menuntut pemerintah DDR atas pembaharuan demokrasi. Warga
berseru “Wir sind das Volk keine Gewalt (Kami adalah rakyat, jangan ada kekerasan).18 Pada
tanggal 4 November 1989 terjadi Demonstrasi besar-besaran idi Berlin Timur, dimana warga
menuntut pemerintah Jerman Timur untuk memberikan kebabasan bepergian ke luar negeri.
Pada tanggal 9 November 1989, terjadi sebuah peristiwa di Berlin, dimana kerumunan
bersorak-sorai dan berkumpul di kedua sisi Tembok Berlin, merayakan dibukanya perbatasan
14
Ibid
15
Admin,Jahreschronik 1989,https://www.hdg.de/lemo/jahreschronik/1989.html diakses 24 April 2020 pukul
21:04.
16
Ibid
17
Ibid
18
Ibid
antara Berlin Timur dan Berlin Barat. Terbukanya perbatasan membuat warga
menghancurkan Tembok Berlin. Tembok Berlin yang dibangun pada Agustus 1961 dikenal
sebagai simbol penindasan dan kebrutalan rezim komunis Jerman Timur. Robohnya Tembok
Berlin merupakan akhir dari terpishanya negara Jerman. Pemerintah Jerman Timur mulai
berkumpul di Tembok Berlin dan memerintahkan penjaga perbatasan untuk membuka pos
pemeriksaan dan mengizinkan warga menyeberang ke Berlin Barat. Warga Jerman Timur
yang gembira mulai bertemu dengan warga Berlin Barat di sisi lain Seminggu kemudian 10
perbatasan dibuka dan buldoser digunakan untuk menerobos penghalang. Pada 1 Juli 1990,
kontrol perbatasan antara Jerman Barat dan Timur berakhir: Era Tembok Berlin telah
berakhir. Pada bulan Desember 1989, di tengah perubahan politik yang cepat dalam DDR dan
meningkatnya antusiasme untuk menyatukan kembali di antara orang-orang Jerman, Helmut
Kohl bertemu dengan Hans Modrow di kota Dresden untuk membahas pembangunan
hubungan yang lebih dekat antara Jerman Barat dan Timur. Pada Februari 1990, Kohl
melakukan perjalanan ke Uni Soviet untuk bertemu dengan Gorbachev untuk membahas
kemungkinan penyatuan kembali Jerman. Momentum menuju penyatuan sekarang tak
terbendung, dan pada 18 Mei 1990, kedua pemerintah Jerman menandatangani perjanjian
untuk menyatukan ekonomi mereka. Pada 3 Oktober 1990, Perjanjian Penyatuan berlaku,
bergabung dengan Jerman Timur dan Barat menjadi satu negara di bawah konstitusi federal
dengan ibukotanya di Berlin. Bangsa Jerman yang baru akan tetap menjadi bagian dari MEE
dan NATO. Kekuatan-kekuatan yang telah menduduki Jerman pasca perang, Uni Soviet,
Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menandatangani Perjanjian tentang Penyelesaian Akhir
pada 15 Maret 1991. Perjanjian itu, ditandatangani oleh Jerman Timur dan Barat dan
ratifikasi oleh negara Jerman yang bersatu, menghapus batasan akhir tentang kedaulatan
Jerman yang tersisa setelah Perang Dunia II. Jerman baru lahir.
TAMBAHAN UNTUK BUNDESREPUBLIK DEUTSCHLAND, SILAHKAN DI COPY
PASTE DAN DISELARASKAN DENGAN YANG ASLI.

(TAMBAHAN LAHIRNYA JERMAN BARAT) Sebelum negara Jerman Barat


lahir, pemerintahan sementara di tiga zona pendudukan sekutu membentuk sebuah Dewan
Parlemen yang dipilih dari beberapa partai yang ada di Jerman bagian barat. Delegasi ini
berjumlah 66 orang dan mereka ditugaskan untuk membuat sebuah konstitusi baru yang
dikenal sebagai Grundgesetz (Hukum dasar). Dalam Dewan ini, partai SPD (Sosialistiche
Partei Deutschland) dan CDU/CSU (Christlich Demokratische Union/Christlich-Soziale
Union) mengirimkan masing-masing 27 orang, sementara 16 orang lainnya merupakan
delegasi dari partai yang lebih kecil, yakni partai Liberal dan partai Komunis. Ketua CDU
pada saat itu, Konrad Adenauer terpilih menjadi Presiden Dewan Parlemen. Dewan Parlemen
mulai membahas mengenai konstitusi pada bulan September 1948. Salah satu hal yang
dibahas oleh dewan ini adalah mengenai pembagian kekuasaan pemerintah antara
Bundeskanzler sebagai kepala pemerintahan dan Bundespräsident sebagai kepala negara.
Kanselir diberi kewenangan untuk menyusun pedoman-pedoman mengenai jalannya
pemerintahan, sementara Presiden dibatasi kewenangannya dan hanya mendapatkan jabatan
seremonial saja. Lalu, konstitusi Jerman juga menerapkan “constructive vote of no
confidence” yang berarti Kanselir hanya bisa dicopot apabila calon penggantinya
mendapatkan dukungan mayoritas di parlemen. Dewan Parlemen ini berakhir pada 8 Mei
1949 dan menghasillakan draf konstitusi dan diterima oleh mayoritas anggota dewan
parlemen.

Pemilu pertama yang diselenggarakan pada 14 Agustus 1949 menghasilkan tiga partai
dengan suara terbanyak, CDU/CSU dengan 31% suara, SPD dengan 29.2% dan FDP dengan
11.9%. Pada 12 September 1949, Theodor Heuss terpilih sebagai Presiden Jerman Barat
pertama dan tiga hari kemudian Konrad Adenauer terpilih sebagai Kanselir Jerman Barat
Pertama. Lalu Adenauer membentuk sebuah pemerintahan koalisi yang terdiri dari partai
CDU/CSU, FDP, dan Partai Jerman (Deutsche Partei) dengan 208 kursi dari 402 kursi
Bundestag.19

Era Konrad Adenauer (1949-1963)

Adenauer dilantik sebagai Kanselir 15 September 1949. Pada awal masa


pemerintahannya, Adenauer dihadapkan dengan beberapa persoalan, khususnya mengenai
19
Martin Kitchen, A History Of Modern Germany : 1800 to the Present, Oxford : Blackwell Publishing 2012,
hlm 310
ekonomi dan politik. Dibidang ekonomi, Jerman Barat sedang mencoba memulihkan
ekonomi dengan bantuan dari Marshall Plan dan terbukti, bahwa ekonomi Jerman Barat
meningkat cukup pesat. Dana bantuan Marshall Plan ini dipakai untuk membangun kembali
industri Jerman yang hancur akibat Perang Dunia II. Dana ini juga dipakai untuk membangun
kembali infrastruktur yang hancur seperti rumah, apartemen, dan transportasi umum.

Hasilnya adalah antara tahun 1951 hingga 1963, ekonomi Jerman Barat tumbuh
menjadi 7.1%. Pada tahun 1950 16.4 Juta keluarga tinggal di 10.1 Juta rumah dan apartemen.
Tingkat pengangguran turun dari 8.1% ditahun 1950 menjadi 0.5% di tahun 1965. Ekspor
produk-produk Jerman Barat pun meningkat dan Jerman Barat menjadi salah satu tujuan
investasi baik domestik maupun asing. Keberhasilan-keberhasilan ekonomi Jerman ini tidak
terlepas dari sosok Ludwig Erhard yang merupakan Menteri Ekonomi masa jabatan 1949-
1963. Erhard memperkenalkan konsep “Social Market Economy” yang menggabungkan
antara pasar ekonomi bebas dan tanggung jawab sosial pemerintah. Sehingga keberhasilan
ekonomi Jerman Barat dinikmati juga oleh masyarakatnya dengan adanya beberapa program
seperti tunjangan kesehatan, penyediaan perumahan, tunjangan pensiun, penciptaan lapangan
pekerjaan, kebijakan bagi korban perang dan lain-lain. Keberhasilan-keberhasilan ekonomi
ini sering disebut sebagai Wirtschaftswunder atau keajaiban ekonomi.20

Selain di bidang ekonomi, pada masa pemerintahan Adenauer juga memperhatikan


aspek politik yang harus dibangun ulang. Visi politik Adenauer sendiri adalah menciptakan
Jerman Barat menjadi negara yang anti-komunis dan memiliki paham demokrasi. Dengan visi
tersebut, Adenauer berharap Jerman Barat tetap disegani dan menjadi salah satu negara yang
mempunyai pengaruh penting, baik di kawasan Eropa ataupun Internasional. Salah satu
kebijakannya adalah ingin mengintegrasikan Jerman kedalam sebuah masyarakat Eropa.
Dalam usahanya, Adenauer ingin Jerman Barat untuk membangun kembali hubungan
diplomatik dengan negara-negara Eropa, khususnya Perancis. Namun tujuan yang terpenting
ialah menyatukan negara-negara Eropa. Bagi Adenauer, menyatukan negara-negara Eropa
berarti menciptakan keamanan dan stabilitas dalam berbagai bidang.

Maka dari itu langkah pertama Adenauer membentuk sebuah komunitas negara-
negara penghasil batu bara dan baja atau European Coal and Steel Community bersama
Perancis, Italia, Belgia, Belanda dan Luksemburg dan ditandai dengan penandatanganan

20
Dietrich Orlow, A History Of Modern Germany: 1871 to Present (Routledge, New York 2018), hlm 278
Perjanjian Paris pada 1951. Setelah itu, dilanjutkan dengan Perjanjian Roma enam tahun
kemudian yang menjadi cikal bakal berdirinya Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC). 21

Selanjutnya, Adenauer juga ingin membentuk kembali kekuatan militer di Jerman


Barat dengan tujuan untuk mempertahankan Jerman Barat dari serangan negara-negara blok
timur. Maka dari itu, sejak awal pemerintahannya, Adenauer ingin membentuk kembali
militer Jerman Barat. Adenauer juga ingin militer Jerman Barat ingin terintegrasi kedalam
Komunitas Pertahanan Eropa (EDC) yang diprakarsai oleh Perancis yang nantinya enam
negara yang ikut serta dalam lembaga ini akan mengintegrasikan militernya kedalam sebuah
komando gabungan. Namun kebijakan Adenauer ini mendapat tentangan tersendiri di
Bundestag khususnya dari Fraksi SPD dan kelompok nasionalis. Namun pada akhirnya
Jerman Barat menandatangani perjanjian pembentukan EDC. Tetapi pada Agustus 1954
perjanjian ini ditolak oleh Parlemen Perancis yang merupakan negara pengusul. Dengan
dibatalkannya pembentukan EDC, Jerman Barat bergabung dengan Western European Union
dan NATO pada bulan Mei 1955. Setelah Bergabung dengan NATO, Jerman Barat
memperkuat militer dengan membentuk Angkatan Bersenjata Jerman Barat yang terdiri dari
Bundeswehr (Angkatan Darat), Bundesmarine (Angkatan Laut), Luftwaffe (Angkatan Udara)
pada 12 November 1955. Angkatan Bersenjata Jerman Barat ini pertama kali dikepalai oleh
Jenderal Adolf Heusinger. Ia merupakan mantan bawahan Hitler pada saat Perang Dunia II.
Pada 1955 juga, Adenuauer melakukan kontak dengan Uni Soviet untuk membahas
pembebasan tahanan perang yang masih berada di Uni Soviet.

Tidak hanya hubungan luar negeri, politik dalam negeri Jerman Barat mendapat
tantangan dari faksi komunis dan Neo-Nazi yang ingin menanamkan kembali pengaruhnya di
Jerman Barat namun dalam perjalanannya kedua ideologi ini tidak dapat berkembang dalam
masa pemerinahan Adenauer. Kedua ideologi ini hanya sebuah angin lalu saja dalam
pemerintahan Adenauer. Namun tantangan yang serius adalah dari partai SPD yang banyak
mengkritik kebijakan-kebijakan Adenauer bahkan pemimpin SPD saat itu Kurt Schumacher
menyebut Adenauer sebagai “Chancellor of Allies” karena kebijakannya yang lebih condong
ke sekutu daripada dalam negeri nya sendiri. Selanjutnya SPD juga mengkritisi bergabungnya
Jerman Barat ke NATO. Dalam kebijakan ekonomi, SPD juga mengkritik konsep Ludwig
Erhard mengenai “Social Market Economy” yang menurutnya akan memperdalam jurang
antara masyarakat berpendapatan tinggi dan yang berpendapatan rendah. Namun kritik-kritik
tersebut tidak menjadikan pemerintahan Adenauer dapat digoyahkan. Buktinya Adenauer
21
Petrikor Immanuel dan Wahyudi N, Sejarah Uni Eropa (Surakarta:Azka Pressindo, 2016), hlm 114
berhasil mengantarkan CDU/CSU menjadi pemenang Pemilu sebanyak empat kali dari tahun
1949 hingga 1961.

(SKANDAL DER SPIEGEL SUDAH JELAS, TIDAK ADA TAMBAHAN)

Era Ludwig Erhard dan Kurt Georg Kiesinger (1963-1969)

Ketika Adenauer pensiun sebagai Kanselir pada 1963, ia digantikan oleh Ludwig
Erhard yang sebelumnya menjadi Menteri Ekonomi. Kesuksesan nya tidak dapat diragukan
lagi, dengan konsep “Social Market Economy” nya sukses membawa ekonomi Jerman Barat
menjadi pulih. Namun yang terjadi malah sebaliknya, Erhard tidak didukung oleh Adenauer
yan masih menjabat sebagai Ketua partai CDU, lalau juga Erhard tidak tertarik untuk ikut
campur urusan partai. Baginya, popularitas dirinya sebagai Kanselir akan mengamankan
posisinya sebagai Kanselir. Pada masa pemerinthannya, ia tetap melanjutkan beberapa
program yang telah dilakukan oleh Adenauer, salah satunya dalam bidang ekonomi. Dengan
masih memegang teguh konsep “Social Market Economy”, ia masih menjaga perekonomian
Jerman Barat tetap tumbuh dan masih mengandalkan industri-industrinya pada tahun
pertamanya sebagai kanselir. Dalam hal politik luar negeri, Erhard cenderung dekat dengan
Amerika Serikat daripada pendahulunya yang menjalin hubungan dengan Perancis.
Kedekatan dengan Amerika Serikat ini membuat hubungan Jerman Barat dan Perancis
menjadi renggang, sehingga efeknya adalah Perancis keluar dari keanggotaan NATO pada
1966. Erhard juga menawarkan “bantuan” dana kepada Pemimpin Uni Soviet Nikita
Kruschev dengan tujuan agar bisa mewujudkan rencana reunifikasi dengan Jerman Timur.
Rencana ini sangat ditentang oleh CSU yang dipimpin oleh Frans Josef Strauss, namun
rencana ini urung dilaksanakan seiring jatuhnya Kruschev pada 1964.

Namun titik balik pemerintahan Erhard terjadi pada saat ia dipilih kembali sebagai
Kanselir hasil pemilu tanggal 19 September 1965. Pada masa ini, Jerman Barat masuk
kedalam jurang resesi ekonomi untuk pertama kalinya sejak inflasi tahun 1920-an.
Pertumbuhan ekonomi turun dari 6.2% tahun 1964 menjadi 4.5% tahun 1965, tingkat
pengangguran naik secara drastis hingga mencapai 200.000 jiwa.22 Untuk menyelesaikan
masalah ini, Erhard mengeluarkan kebijakan menaikkan pajak yang membuat empat menteri
dari partai FDP mundur dari kabinet Erhard pada Oktober 1966. Dampak dari resesi ekonomi
ini juga membuat kelompok-kelompok ekstrimis kembali berkembang. Salah satu kelompok
yang menonjol adalah kelompok Neo-Nazi yang mendirikan partai NPD atau
22
William Carr, A History of Germany 1815-1990 (London:Hodder Education 1991), hlm 383.
Nationaldemokratische Partei Deutschland. Partai ini ingin menjatuhkan pemerintahan
Jerman Barat dan mengembalikan kejayaan Jerman pada masa Hitler. Hasilnya adalah
meningkatnya popularitas partai di beberapa negara bagian seperti Essen, Bayern, dan Baden-
Wüttemberg. Salah satu faktor tambahan mundurnya Ludwig Erhard adalah semakin
berkembangnya partai SPD yang semakin hari semakin meningkat jumlah anggotanya. Hal
ini terjadi karena mengubah sistem partainya yang menjadi sangat terbuka kepada segala
lapisan masyarakat. Akhirnya Erhard mengundurkan diri sebagai Kanselir pada 30 November
1966 dan digantikan oleh Kurt Georg Kiesinger.

Kanselir Ludwig Erhard digantikan oleh Kurt Georg Kiesinger yang ditunjuk pada 1
Desember 1966. Ia merupakan mantan Minister Presiden Negara bagian Baden Wutemberg.
Setelah ia dilantik, ia membentuk koalisi yang disebut “Grand Coalition” yang beranggotakan
partai CDU/CSU dan SPD. Kedua partai ini mempunyai jumlah kursi terbanyak di Bundestag
yakni 447 kursi, menyisakan partai FDP sebagai satu-satunya oposisi dengan 48 kursi. Maka
dari itu kaum terpelajar di Jerman Barat membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan
APO (Ausseparlamentarische Oposition). APO didirikan oleh mahasiswa sayap kiri yang
bertujuan untuk mengkritik pemerintah dan membantu FDP. APO selalu menyuarakan
tuntutanya melalui unjuk rasa yang selalu berakhir dengan kerusuhan.

Pada 2 Juni 1967, sejumlah anggota APO di Frei Universität West Berlin melakukan
unjuk rasa dan berakhir dengan kerusuhan. Akibatnya satu orang aktivis Berno Ohnesorg
tewas ditembak oleh polisi, yang ternyata polisi tersebut merupakan agen Stasi. 23 Akibat dari
tragedi ini membuat perpecahan di seluruh Jerman Barat. Dalam beberapa minggu,
gelombang demonstrasi semakin meluas di seluruh universitas di Jerman Barat untuk
memprotes tindakan brutal polisi serta memprotes kebijakan “fasis” Amerika Serikat dalam
Perang Vietnam. Namun gelombang demonstrasi ini diprotes dengan cara melalui tulisan di
koran dan tabloid. Salah satunya yang dipublikasikan oleh penerbit Axel Springer melalui
majalah Bild. Semakin lama semakin banyak gelombang demonstrasi, hingga puncaknya
pada April 1968 seorang tokoh APO yang dipandang, Rudi Dutschke ditembak dan terluka
oleh seorang nasionalis anti-komunis bernama Josef Bachmann. Setelah peristiwa ini,
mahasiswa melakukan unjuk rasa dengan merusak dan membakar kantor penerbit Axel
Springer.

23
Dietrich Orlow, Op.Cit., hlm 287
Namun reaksi dari pemerintah sangatlah tidak responsif mengenai hal ini. Kiesinger
tidak bisa menahan gelombang demonstrasi dan tidak bisa bermediasi dengan para
demonstran yang mayoritas merupakan mahasiswa. Pada bulan Mei 1968, Bundestag
mengesahkan draf Undang-Undang Darurat yang memberikan wewenang luas kepada polisi
untuk melakukan tindakan yang “diperlukan” khususnya untuk meredam gelombang
demonstrasi. Tetaapi undang-undang ini diprotes oleh APO, menurutnya undang-undang ini
akan mematikan demokrasi Jerman Barat dan akan membawa Jerman Barat ke era Hitler
dengan Enabling Act nya.

Namun pemerintahan Kiesinger juga mempunyai sederet pencapaian baik. Dalam hal
ekonomi, Kiesinger dapat mengeluarkan Jerman Barat dari jurang resesi. Pertumbuhan
ekonomi meningkat menjadi 7.3% dan angka pengangguran menjadi 1% pada 1968. Aktor
utama dalam kembalinya ekonomi Jerman adalah menteri Ekonomi Karl Schiller. Dalam hal
politik luar negeri, Kiesinger disarankan oleh Menteri Luar Negeri Willy Brandt untuk
membuka hubungan bilateral dengan negara-negara blok timur seperti Rumania dan
Yugoslavia.

Pada September 1969, pemilu federal dilaksanakan di Jerman Barat yang hasilnya
CDU/CSU yang meraih suara terbanyak sebesar 46.1% suara disusul oleh SPD dengan 42.7%
dan FDP dengan hanya 5.8%. Sementara itu partai NPD yang berhaluan neo-Nazi gagal
untuk mencapai ambang batas 5% dan hanya mendapatkan 4.3% suara saja. 24 Dengan hasil
pemilu ini, Kiesinger sangat yakin bahwa ia akan tetap menjadi Kanselir Jerman Barat dan
berencana akan menggandeng FDP sebagai mitra koalisinya. Namun SPD bergerak lebih
cepat untuk menggandeng FDP untuk berkoalisi. Setelah hasil pemilu keluar, pemimpin SPD
Willy Brandt menghubungi pemimpin FDP Walter Scheel untuk membicarakan
kemungkinan berkoalisi. Akhirnya partai SPD dan FDP menjadi koalisi dan pemimpin SPD
Willy Brandt menjadi Kanselir Jerman Barat menggantikan Kurt Georg Kiesinger.

Era Willy Brandt (1969-1974)

Pada 21 Oktober 1969, Willy Brandt dilantik menjadi Kanselir Jerman Barat. Brandt
merupakan Kanselir Jerman pertama sejak Maret 1930 dari partai SPD. Ia membuat kabinet
yang merupakan gabungan partai SPD dan FDP. Anggotanya diantaranya Walter Scheel yang
merupakan pemimpin FDP menjadi Wakil Kanselir sekaligus Menteri Luar Negeri, Karl
Schiller tetap menjadi Menteri Ekonomi, Helmut Schmidt menjadi Menteri Pertahanan, dan
24
Ibid, hlm 288
Hans-Dietrich Genscher menjadi Menteri Dalam Negeri. Pada pidato pertamanya di
Bundestag tanggal 28 Oktober 1969, Brandt berjanji akan mereformasi Jerman Barat dan
membawa Jerman Barat menjadi “lebih demokrasi” dari sebelumnya.

Brandt membuktikan ucapannya dengan mengeluarkan kebijakan bagi masyarakat


Jerman Barat. Beberapa diantaranya adalah peningkatan jaminan pensiun bagi para pekerja
dan mantan tentara, peningkatan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat, reformasi
pendidikan dengan menyediakan beasiswa bagi siswa/mahasiswa yang ingin melanjutkan ke
jenjang selanjutnya serta peningkatan kualitas pendidikan vokasional.

Tahun 1972 merupakan tahun dimana Jerman Barat terpilih sebagai tuan rumah
Olimpiade ke XX di Kota München. Olimpiade ke XX merupakan peluang bagi Jerman Barat
untuk menunjukan kemakmuran ekonomi dan memperlancar hubungan internasional. Namun
pada kenyataanya, Olimpiade XX merupakan bencana bagi Jerman Barat, karena terjadi
serangan teroris. Serangan ini terjadi di Perkampungan Atlet Olimpiade, dimana 8 orang
Palestina dari kelompok Black September berusaha menculik 11 atlet Yahudi (2 orang
terbunuh karena melawan). Pihak teroris menuntut pembebasan 200 militan Palestina yang
ditahan di Israel, serta para pemimpin Fraksi Tentara Merah Andreas Baader dan Ulrike
Meinhof, yang dipenjara di Stuttgart. Pihak Jerman Barat berusaha melakukan upaya
penyelamatan sandera dengan membentuk Grenzschutzgruppe 9 (GSG-9) namun usaha
tersebut gagal. Setelah upaya penyelamatan gagal, para teroris membunuh semua sembilan
sandera yang masih hidup. Kegagalan Jerman Barat dalam menyelamatkan sandera ini
merusak reputasi Brandt sebagai kanselir.

(TAMBAHAN OSTPOLITIK) Dalam hal kebijakan luar negeri, Brandt


memperkenalkan istilah Ostpolitik. Kebijakan ini merupakan usaha Jerman Barat untuk
membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara blok timur yang berhaluan komunis.
Pendekatan pertama Jerman Barat dengan negara-negara blok timur dimulai pada saat
pemerintahan Kiesinger yang membuka hubungan diplomatik dengan negara Rumania, dan
Yugoslavia.

Sedangkan dalam pemerintahan Brandt, ia melakukan pendekatan pada Januari 1970


ketika Egon Bahr yang merupakan Menteri Urusan Khusus Jerman Barat bertemu dengan
Menlu Soviet Andrei Gromyko. Pada pertemuan tersebut mereka membahas mengenai usaha
Jerman Barat untuk bersatu kembali dengan Jerman Timur. Respons Soviet mengenai hal ini
adalah membuat sebuah konferensi internasional mengenai status quo di Eropa. Lalu juga
Soviet mendesak Jerman Timur untuk “berkompromi” dengan Jerman Barat. Langkah
selanjutnya yang ditempuh Brandt adalah di tahun 1970 dan 1971 Jerman Barat juga
melakukan pembicaraan dengan negara Polandia dan Cekoslovakia membahas hubungan
diplomatik yang lebih lanjut.

Di tahun 1972, negara-negara sekutu menandatangani Perjanjian Berlin mengenai


status kota Berlin yang terletak di Jerman Timur. Negara sekutu barat seperti Amerika,
Inggris dan Perancis mengakui adanya negara Jerman Timur. Uni Soviet dan Jerman Timur
juga tidak akan mengganggu kepentingan ekonomi dan politik di Berlin Barat. Pada tanggal
21 Desember 1972 ditandatanganilah Perjanjian Dasar (Grundlagenvertrag) antara Jerman
Barat dengan Jerman Timur untuk pertama kalinya sejak kedua negara ini berdiri. Namun
kebijakan Ostpolitik ini mendapatkan tentangan dari Fraksi CDU/CSU di Bundestag. Bahkan
pemimpin CDU Rainer Barzel mengajukan mosi tidak percaya kepada Brandt namun
upayanya gagal ketika voting yang diusulkan olehnya tidak bisa menggusur Brandt dari kursi
Kanselir.25 Namun pada Pemilu 1972 koalisi SPD-FDP kembali memenangkan pemilu,
meskipun CDU mendapatkan 44.9% suara, namun itu belum cukup mengalahkan perolehan
SPD-FDP yang total perolehan suaranya 54.2%. 26

Namun kegemilangan koalisi SPD-FDP tidak berlangsung lama. Krisis ekonomi yang
mengguncang Jerman Barat dan Dunia membuat perekonomian Jerman Barat menjadi lesu
ditambah dengan Krisis Minyak pada 1973 di Semenanjung Arab akibat Perang Yom-Kippur.
Kenaikan harga minyak dunia ini menyebabkan terjadinya resesi ekonomi internasional.
Namun yang mencuri perhatian dari semuanya adalah Skandal yang melibatkannya dengan
Günter Guillaume yang merupakan asistennya. Pada 1973 laporan Badan Intelejen Jerman
mendapatkan informasi bahwa Guillaume merupakan seorang agen Stasi (Kementerian
Keamanan Jerman Timur). Semenjak skandal ini berhembus, posisi Brandt semakin terancam
dan puncaknya adalah pada Mei 1974, Willy Brandt mengundurkan diri dari posisi Kanselir
Jerman Barat. Selama lima tahun kepemimpinannya, Brandt membawa Jerman Barat menjadi
sebuah negara yang betul-betul terbuka dan membuka hubungan dengan negara-negara blok
timur terlebih setelah Jerman Barat menjadi anggota PBB pada 1973.

Era Helmut Schmidt (1974-1982)


25
Martin Kitchen, Op.Cit., hlm 366
26
Grau, Andreas: West Germany Federal Election 1972, Lebendiges Museum Online, Stiftung Haus der
Geschichte der Bundesrepublik Deutschland, URL: http://www.hdg.de/lemo/kapitel/geteiltes-
deutschland-modernisierung/bundesrepublik-im-wandel/bundestagswahl-1972.html diakses pada: 17
Agustus 2020 pukul 19.50.
Helmut Schmidt dilantik menjadi Kanselir pada 16 Mei 1974, menggantikan Willy
Brandt yang mengundurkan diri sepuluh hari sebelumnya. Pemerintahan Schmidt ini masih
didukung oleh koalisi antara SPD-FDP. Sebelumnya Schmidt menjabat sebagai Menteri
Pertahanan, Menteri Ekonomi dan Menteri Keuangan pada masa pemerintahan Willy Brandt.

Persoalan yang dihadapi Schmidt bukanlah hal yang mudah. Schmidt dihadapkan
masalah ekonomi dan masalah domestik. Dalam hal ekonomi, ia harus mengembalikan
keadaan ekonomi sebelum krisis minyak 1973. Schmidt mengeluarkan beberapa kebijakan
untuk mengurangi angka pengangguran dan mengembalikan perekonomian Jerman Barat.
Selain di dalam negeri, Schmidt juga turut berperan dalam memulihkan perekonomian Dunia.
Ia bersama Presiden Perancis Valéry Giscard d'Estaing membentuk sebuah pertemuan
ekonomi dengan enam negara industri terkemuka pada November 1975. Pada tahun ini juga
Schmidt ikut menandatangani Perjanjian Helsinki antara negara-negara Eropa Barat dan
Eropa Timur serta diikuti oleh Amerika Serikat dan Kanada. Perjanjian ini adalah awal dari
relaksasi hubungan Barat dan Timur yang sempat memanas dalam Perang Dingin. Hasil dari
Perjanjian Helsinki ini adalah awal dari pembentukan Organisasi Keamanan dan Kerjasama
Eropa. Schmidt mempunyai peran besar dalam politik internasional yang secara tidak
langsung menaikkan citra Jerman Barat dalam dunia internasional.27

Sementara itu, Schmidt juga harus memulihkan keamanan yang disebabkan oleh
gelombang demonstran APO yang menuntut percepatan reformasi yang sudah dilakukan
sejak pemeritahan Kanselir Brandt. Namun perhatian pemerintahan Schmidt lebih tertuju
pada sekelompok anarkis ekstrem yang menamakan dirinya RAF (Rote Armee Fraktion).
RAF ini dibentuk oleh tiga orang yaitu Andreas Baader, Ulrike Meinhof, dan Gudrun Ensslin
pada 1970. Dari tahun 1974-1977, RAF telah melancarkan aksi teror seperti penculikan,
serangan bom, hingga pembunuhan. Mereka melancarkan aksinya terhadap orang-orang yang
berada dalam lingkaran pemerintahan serta pengusaha. Pada 1974, RAF membunuh seorang
jaksa di Berlin. Aksi RAF selanjutnya adalah penculikan ketua CDU Berlin Barat Peter
Lorenz pada Februari 1975 yang menuntut pemerintah untuk membebaskan lima teroris dan
diterbangkan menuju Yaman. Teroris Jerman ini juga terlibat dengan peristiwa pembajakan
pesawat Air France rute Tel Aviv-Paris di Kampala, Uganda. Dua bulan kemudian, RAF
melakukan penyanderaan di Kedutaan Besar Jerman Barat di Stockholm, Swedia. Dalam
peristiwa ini, dua sandera dan dua anggota RAF tewas. Kegagalan RAF ini menyebabkan

27
Martin Kitchen, Op.Cit., hlm 370.
salah satu tokoh kuncinya yakni Ulrike Meinhof bunuh diri didalam sel penjara Stammheim,
Stuttgart pada Mei 1976.

Pada pemilu 1976, koalisi SDP-FDP kembali memenangkan kontestasi, namun suara
kedua partai di Bundestag turun cukup drastis yakni 42.6% dan 7.9% yang membuat suara
CDU-CSU naik menjadi 48.6%. Hal ini karena popularitas yang ditampilkan oleh pemimpin
CDU yang baru yakni Helmut Kohl. Ia merupakan mantan pemimpin negara bagian
Rheinland-Pfalz. Kohl yang sejak awal menentang kebijakan Kanselir Schmidt khususnya
mengenai Perjanjian Helsinki.

Di masa jabatannya kedua, Schmidt mendapatkan kembali masalah baru mengenai


terorisme RAF yang semakin menjadi-jadi. Pada April 1977 sekelompok teroris membunuh
Jaksa Agung Siegfired Buback. Sebulan kemudian mereka membunuh Direktur Dresdner
Bank Jürgen Ponto dan puncaknya pada bulan September mereka menculik Hanns Martin
Schleyer seorang pengusaha yang merupakan ketua Asosiasi Industri dan Asosiasi Pegawai
Jerman Barat. Mereka menggunakan berbagai cara ini dengan tujuan untuk menuntut rekan-
rekannya dibebaskan dari penjara dan ingin menghapus “sistem Kapitalis-Fasisme” yang
menurut mereka menguasai Jerman Barat saat itu.

Sekelompok teroris Palestina yang berafiliasi dengan RAF terlibat dalam pembajakan
Pesawat Lufthansa rute Mallorca-Frankfurt pada bulan Oktober 1977. Mereka menuntut
untuk membebaskan para petinggi RAF yang telah lama dipenjara. Pesawat ini beberapa kali
mendarat dan berhenti di Bandara Mogadishu, Somalia. Akhirnya Kanselir Schmidt
berkoordinasi dengan Presiden Somalia dan memerintahkan pasukan GSG-9 untuk
melancarkan operasi pembebasan sandera dengan kode Feuerzauber. Operasi ini berjalan
dengan sukses dan menewaskan 3 orang penyandera dan 1 orang lainnya terluka. Mendengar
kabar tersebut, petinggi RAF seperti Andreas Baader, Gudrun Ensslin dan Jan-Carl Raspe
mengakhiri hidupnya di dalam penjara Stammheim. Sementara itu, setelah empat puluh tiga
hari diculik, Hanns Martin Schleyer ditemukan dalam keadaan tewas dan tubuhnya
ditemukan di Mullhouse, Perancis. Serangkaian peristiwa ini disebut sebagai “Krisis Musim
Gugur” oleh masyarakat dan media Jerman Barat.

Pada tahun 1979, Kanselir Schmidt merupakan salah satu pendukung dari kebijakan
“Double Track” NATO yang intinya adalah membicarakan mengenai perlucutan senjata
nuklir dengan Pakta Warsawa namun jika pembicaraan ini gagal maka NATO akan
mengerahkan misil nuklir baru dengan jumlah lebih banyak. Namun Schmidt juga tetap
menjalankan program Ostpolitik dengan berkunjung ke Moskwa pada 1980 untuk
meyakinkan Uni Soviet agar dapat melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat dan
NATO. Namun kebijakan yang dilakukan Schmidt ini mendapat protes keras dari partainya
sendiri dan partai lain di Bundestag. Lalu banyak aktivis dan masyarakat lainnya turun
kejalan untuk memprotes hal ini.

Dalam pemilu 1980, koalisi SPD-FDP masih menjadi yang teratas dan Schmidt masih
memegang jabatan sebagai Kanselir untuk periode ketiga. Namun Schmidt langsung
dihadapkan dengan masalah serius mengenai ekonomi Jerman Barat yang kembali memasuki
resesi. Angka pengangguran meningkat tajam dari 400.000 menjadi 1.700.000 jiwa. Inflasi
meningkat menjadi 7%.28 Ditambah dengan aksi protes dari APO dan aktivis lainnya yang
mempermasalahkan konflik nuklir, masalah ekologi dan lingkungan. Para aktivis akhirnya
membentuk Partai Hijau (Die Grünen) sebagai wadah politik agar bisa lebih menyuarakan
pendapatnya mengenai masalah lingkungan.

Masalah-masalah inilah yang membuat pemerintahan Schmidt semakin diujung


tanduk. Puncaknya adalah pada tahun 1982 ketika partai FDP yang telah menjadi mitra
koalisi SPD sejak 1969 memutuskan untuk menarik diri dari koalisi dan membentuk koalisi
baru dengan CDU/CSU. Maka dari itu CDU langsung mengajukan mosi tidak percaya
terhadap Schmidt dan diputuskan melalui voting. Hasilnya adalah 256 anggota Bundestag
setuju untuk mendesak Schmidt mundur dan 235 lainnya tidak setuju. Dengan hasil ini pada 1
Oktober 1982 Schmidt resmi didepak dari kursi Kanselir dan digantikan oleh Helmut Kohl
dari partai CDU/CSU.

Era Helmut Kohl (1982-1989)

Kohl dilantik sebagai Kanselir Jerman Barat pada 1 Oktober 1982. Ia membentuk
kabinet yang anggota kabinetnya merupakan koalisi dari partai CDU/CSU-FDP. Pada masa
pemerintahan pertamanya, Kohl memfokuskan untuk mengembalikan ekonomi Jerman Barat
yang ditimpa dua kali resesi dalam 10 tahun terakhir akibat krisis minyak dunia. Maka dari
itu ia mengeluarkan kebijakan baru mengenai keuangan negara, reformasi pajak, serta
investasi. Hasilnya cukup positif, dengan kebijakan-kebijakan tersebut Jerman Barat bisa
keluar dari resesi dan tingkat perekonomian nya kembali meningkat.

28
Ibid, hlm 374.
Meskipun perekonomian kembali pulih, masalah pengangguran masih menjadi
perhatian besar untuk Kohl. Penyebab angka pengangguran ini masih tinggi salah satunya
karena banyaknya “Gastarbeiter” atau pekerja yang datang dari luar Jerman Barat yang
sudah habis kontrak kerjanya namun enggan kembali ke negara asalnya. Solusi dari
pemerintah Jerman sendiri adalah membuka lapangan pekerjaan baru dalam bidang
teknologi, namun angka pengangguran tetap tinggi.

Selain masalah perekonomian, Kohl juga menghadapi masalah lingkungan yang


menjadi perhatian oleh beberapa aktivis, sehingga pemerintah Jerman Barat melakukan
reformasi lingkungan. Sebagai contoh, kendaraan yang beremisi karbon tinggi diganti dengan
yang ramah lingkungan.29

Dalam Pemilu 1983, koalisi CDU/CSU-FDP berhasil memperoleh suara sebanyak


55.5%, mengalahkan partai oposisi SPD yang memperoleh suara hanya 38.2%. Sementara
Partai Hijau (Die Grüne) untuk pertama kalinya mendapatkan suara sebanyak 5.6% sehingga
bisa menempatkan wakilnya di Bundestag. Dengan hasil ini Kohl mempertahankan
jabatannya sebagai Kanselir Jerman Barat.

Dalam hal kebijakan luar negeri, Kanselir Kohl lebih mempusatkan perhatiannya
kepada usaha integrasi Eropa dengan tujuan agar nama baik Jerman bisa pulih kembali. Pada
22 September 1984, Kohl bertemu dengan Presiden Perancis François Mitterrand di kota
Verdun, dimana saat Perang Dunia I kota ini menjadi medan pertempuran antara Jerman dan
Perancis. Kohl dan Mitterrand membahas mengenai Integrasi Eropa dan rekonsliliasi lebih
lanjut antara Jerman dan Perancis. Selain itu pada 1985, Kohl juga mengadakan pertemuan
dengan Presiden AS Ronald Reagan pada peringatan 40 Tahun kemenangan Sekutu di Perang
Dunia II.

Namun semua upaya Kohl ini mendapatkan kritikan khususnya dari kalangan
sejarawan khususnya mengenai tanggung jawab Jerman dalam Holocaust yang dikenal
sebagai Historikerstreit. Beberapa sejarawan seperti Ernst Nolte, Andreas Hillgruber, Klaus
Hildebrand, Hagen Schulze, dan Michael Stürmer semuanya mempertanyakan apakah semua
orang Jerman dapat dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan Nazi dalam Perang Dunia II.

Dalam Pemilu Federal 1987, koalisi CDU/CSU-FDP mengalami kemunduran yang


sangat signifikan. Suara partai koalisi ini turun menjadi 53.3%. Sementara suara SPD

29
Joseph Biesinger, Germany : A Reference Guide (York:Facts On File), hlm 175.
menurun menjadi 37% dan Partai Hijau naik menjadi 8.3%. Dengan hasil ini, Kohl masih
memegang tampuk pemerintahan bersama koalisi CDU/CSU-FDP.

Pada masa jabatannya yang ketiga, Kanselir Kohl mendapatkan ancaman serius
khususnya dari kelompok sayap kanan ekstrim. Pada 1988, seorang mantan tentara Waffen-
SS Franz Schönuber membentuk sebuah kelompok politik yang dinamai Die Republikaner.
Mereka mengkampanyekan kebencian mengenai beberapa kebijakan Kohl seperti
modernisasi dan integrasi Eropa.

Semua kebijakan yang dilakukan Kanselir Kohl baru terlihat haslinya pada tahun
1980-an akhir. Ekonomi Jerman Barat perlahan-lahan mulai membaik, tingkat pengangguran
menurun dari 8.4% menjadi 7.5%.

Namun pencapaian terbesar Kohl adalah sebagai penggerak adanya “Reunifikasi”


negara Jerman. Dari awal masa pemerintahannya, Kohl memang menolak adanya dua negara
Jerman. Maka dari itu Kohl menekankan persatuan bangsa Jerman dalam satu negara. Pada
1989, ia berpidato di hadapan Bundestag mengenai 10 Poin kebijakan dalam mengatasi
masalah-masalah Jerman, poin-poin tersebut diantaranya:

1. Perlu diadakannya tindakan mengenai gelombang pengungsi Jerman Timur yang


membludak.
2. Pemerintah Jerman Barat akan melanjutkan kerja sama dengan Pemerintah Jerman
Timur dalam semua bidang dan akan menguntungkan kedua belah pihak.
3. Jerman Barat akan memperluas bantuan dan kerja sama secara luas, apabila Jerman
Timur dapat merubah sistem politik dan ekonominya.
4. Akan dibentuknya sebuah badan/lembaga bersama antara kedua negara yang
membawahi bidang ekonomi, transportasi, perlindungan lingkungan, sains dan
teknologi, kesehatan, dan budaya,
5. Akan membentuk suatu struktur pemerintahan antar kedua negara dan menciptakan
sebuah negara federasi Jerman.
6. Perkembangan hubungan antar-Jerman tetap melekat dalam proses Pan-Eropanisasi.
7. Tetap berpegang teguh kepada kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Komunitas
Eropa (EC) sebagai bagian dari Pan-Eropanisasi.
8. Mengikutsertakan Komisi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (CSCE, sebuah badan
independen Amerika Serikat) dalam proses Pan-Eropanisasi.
9. Membutuhkan langkah-langkah cepat dalam pengendalian dan pelucutan senjata
agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan antara Timur dan Barat.
10. Dengan kebijakan-kebijakan ini, Jerman Barat berupaya menciptakan perdamaian
di Eropa dimana rakyat Jerman bisa menentukan nasibnya sendiri secara bebas dan
tetap berpegang teguh dalam kebijakan Reunifikasi.30

Kehidupan Sosial Budaya Jerman Barat

Dari Die Wende Hingga Deutsche Wiedervereinigung

Tahun 1986 menjadi titik balik dalam peristiwa Perang Dingin antara negara-negara
Blok Barat yang Liberalis-Kapitalis serta negara-negara Blok Timur yang Sosialis-Komunis.
Pemimpin Uni Soviet saat itu Mikhail Gorbachev memperkenalkan kebijakan Glasnost
(Keterbukaan), Perestroika (Restrukturisasi), dan Demokratizatsiya (Demokratisasi) yang
intinya merupakan sebuah konsep mengenai reformasi total sistem politik-ekonomi di negara
tersebut.

Kebijakan yang dikelurakan Gorbachev ini berdampak kepada semua negara Blok
Timur yang sangat bergantung kepada Uni Soviet khususnya dalam ekonomi dan militer.
Salah satunya adalah Republik Demokrasi Jerman (DDR) atau lebih dikenal sebagai Jerman
Timur. Pada 1989, beberapa negara Blok Timur termasuk DDR dilanda gelombang unjuk
rasa menentang pemerintahan Komunis dan menuntut adanya demokrasi. Bahkan beberapa
negara seperti Polandia dan Hungaria mengijinkan diadakannya pemilu bebas pertamanya
sejak rezim komunis berdiri di negara tersebut.

Sementara di Jerman Timur, aksi semacam ini dilarang oleh pemerintah yang
dimpimpin oleh Erich Honecker. Menurut Honecker, kebijakan Gorbachev merupakan
sebuah penyimpangan dalam ajaran Komunisme. Apabila terjadi aksi demonstrasi menentang
pemerintah maka akan dibasmi secara brutal seperti halnya Demonstrasi Tiananmen di
Tiongkok. Namun hal ini tidak membuat beberapa kelompok pro-demokrasi mundur.
Kelompok pro-demokrasi ini berasal dari kalangan-kalangan yang mendukung kebijakan
Gorbachev dan kelompok pro-demokrasi ini didukung oleh Gereja-Gereja Protestan yang ada
di Jerman Timur. Faktor lainnya adalah kepemimpinan di Jerman Timur yang tidak sekuat

30
Helmut Kohl, “Zehn-Punkte-Programm zur Überwindung der Teilung Deutschlands und Europas” (November
28, 1989), dalam Bulletin des Presse- und Informationsamtes der Bundesregierung, November 29, 1989;
dicetak ulang oleh Volker Gransow dan Konrad Jarausch, eds., Die Deutsche Vereinigung: Dokumente zu
Bürgerbewegung, Annäherung und Beitritt . Cologne: Verlag Wissenschaft und Politik, 1991, pp. 101-04.
dulu lagi. Erich Honecker jatuh sakit karena penyakit kanker yang dideritanya. Maka
Honecker menjadi jarang terlihat dimuka publik.

Pada Mei 1989, pemerintah Jerman Timur mengadakan pemilihan lokal dan
mencatatkan 99% warga Jerman Timur mendukung anggota-anggota yang ditunjuk untuk
menjadi anggota Volkskammer atau DPR-nya Jerman Timur. Namun fakta lapangan
menunjukan hal yang berbeda.31 Kelompok Oposisi mengirimkan pemantau di pemilu
tersebut dan mendapatkan temuan bahwa pemilu ini sudah diwarnai kecurangan seperti
manipulasi suara yang dilakukan oleh pejabat lokal partai SED. Sehingga banyak orang yang
tidak percaya mengenai hasil pemilu ini setelah ditemukan adanya kecurangan.

Masalah-masalah di Jerman Timur yang semakin kompleks serta ekonomi yang


merosot membuat warga Jerman Timur mencoba melarikan diri dari negara tersebut. Ada
yang nekat memanjat Tembok Berlin namun akhirnya tewas ditembak pasukan penjaga.
Namun cara yang lumrah digunakan oleh Warga Jerman Timur adalah menggunakan “Visa
Turis” agar bisa berlibur sekaligus melarikan diri menuju ke negara Eropa Tengah seperti
Cekoslowakia, Polandia dan Hungaria ataupun ke negara Eropa Barat seperti Austria dan
Jerman Barat. Ditambah dengan dibukanya perbatasan Hungaria dan Austria yang
menandakan awal berakhirnya “Perang Dingin”. Dengan dibukanya perbatasan tersebut,
permintaan Visa Turis warg Jerman Timur ke Hungaria membludak. Mereka berencana
melakukan liburan di Cekoslowakia atau Hungaria dan melarikan diri menuju Jerman Barat
melalui Austria. Sementara itu ada juga warga yang meminta permohonan suaka ke Kedutaan
Besar Jerman Barat di Praha, Warsawa ataupun di Budapest. Pada akhir 1989, tercatat sekitar
400.000 warga Jerman Timur melarikan diri dari negaranya. Kebanyakan diantaranya adalah
keluarga dan pekerja profesional. Ini merupakan eksodus terbesar sejak dibangunnya Tembok
Berlin pada 1961.

Dalam menghadapi masalah ini, pemerintah Jerman Timur mencoba melakukan


beberapa hal seperti memfasilitasi para pengungsi yang ingin ke Jerman Barat dari Praha
memakai “Kereta Khusus” yang diberikan Perusahaan Kereta Jerman Barat (Bundesbahn)
rute Cekoslowakia-Jerman Barat melalui Jerman Timur. Namun Honecker dan Erich Mielke
(Kepala Stasi) mempunyai tujuan lain, nantinya kereta tersebuat akan beberapa kali berhenti
di Jerman Timur dengan alasan gangguan teknis. Lalu selama pemberhentian, Polisi
perbatasan akan memeriksa satu persatu dan ditandai sebagai “warga yang diusir dari Jerman

31
Dietrich Orlow, Op.Cit., hlm 340.
Timur” bukan pengungsi. Namun yang terjadi adalah ketika kereta ini berhenti, warga yang
menunggu di Stasiun merangsek masuk untuk naik kereta tersebut dan yang terjadi adalah
kericuhan antara polisi dengan warga.

Sementara itu, demonstrasi anti-pemerintah semakin meluas. Kelompok-kelompok


demonstran melakukan serangkaian aksi yang berpusat dikota Leipzig setiap senin malam
sejak September 1989.32 Kelompok-kelompok tersebut antara lain Initiative für Frieden und
Menschenrechte (Inisiatif untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia), Neues Forum (Forum
Baru), Demokratischer Aufbruch (Kebangkitan Demokrasi), Demokratie Jetzt (Demokrasi
Sekarang!). Beberapa kelompok tersebut menuntut agar terciptanya demokrasi dan
dibubarkannya sistem Komunis di Jerman Timur. Gelombang demonstrasi yang terjadi setiap
senin malam ini membuat pemerintah Jerman Timur untuk memerintahkan NVA atau tentara
Jerman Timur untuk membubarkan para demonstran. Namun tindakan tersebut urung
dilaksanakan karena akan terjadi pertumpahan darah.

Serangkaian demonstrasi ini membuat posisi Honecker sebagai pemimpin semakin


terancam. Pada peringatan ulang tahun Jerman Timur ke-40 tanggal 7 Oktober 1989, mereka
mengundang Gorbachev sebagai tamu kehormatan. Namun pada peringatan ini diwarnai
dengan unjuk rasa oleh kelompok oposisi di Berlin Timur dan meneriaki Gorbachev “Gorbi!
Gorbi!”. Setelah acara tersebut, Gorbachev melakukan pertemuan dengan Honecker dan
menuntut untuk mengikuti kebijakannya mengenai reformasi politik-ekonomi dan penerapan
demokrasi di Jerman Timur. Tetapi menurut Honecker merespons bahwa Jerman Timur tidak
perlu mengadakan reformasi. Sontak pernyataan tersebut membuat beberapaa faksi politik
yang ada dalam partai SED menuntut Honecker dan kroni-kroni nya untuk mundur dari
jabatan partai. Tuntutan ini disuarakan oleh Perdana Menteri Willy Stoph dalam pertemuan
Politburo tanggal 10-11 Oktober 1989. Akhirnya pada pertemuan Politburo tanggal 17
Oktober diputuskan bahwa Honecker didepak dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal
Partai SED dan Pemimpin Jerman Timur. Honecker digantikan oleh Egon Krenz, anggota
Politburo yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua FDJ (Freie Deutsche Jugend). Selain
sebagai Sekretaris Jenderal partai, ia juga menjabat sebagai Ketua Komite Pusat yang
membawahi bidang keamanan dan negara.

Gelombang demonstrasi yang menuntut adanya reformasi terus berlanjut dikota


Leipzig, setiap pekan jumlah orang yang berdemonstrasi terus bertambah. Sementara itu, aksi

32
Ibid.
demonstrasi serupa terjadi di Berlin Timur tepatnya di Alexanderplatz pada 4 November
1989. Demonstran menuntut kebebasan sipil, pers dan tidak membatasi kunjungan warga
Jerman Timur ke luar negeri.

Dua hari kemudian, perwakilan Jerman Timur Alexander Schlack-Golodkowski


menuju Bonn untuk meminta bantuan keuangan sebesar 13 Miliar Deutschmark. Pemerintah
Jerman Barat setuju dengan permintaan tersebut, namun menuntut untuk melarang semua
monopoli politik, menginjinkan partai oposisi untuk melakukan kegiatan politik, dan
mengadakan pemilu secara bebas dan adil.33

Pada 7 November 1989 seluruh anggota kabinet termasuk PM Willy Stoph


mengundurkan diri dan digantikan oleh Hans Modrow yang sebelumnya sebagai ketua SED
daerah Dresden. Modrow berpengalaman mengenai reformasi politik dan ekonomi. Ia dibantu
oleh Kepala Komisi Perencanaan Pusat Gerhard Schürer untuk membantunya melaksanakan
reformasi ekonomi. Schürer berpendapat bahwa Jerman Timur secara ekonomi sudah
mendekati kebangkrutan serta infrastrukur dan industri sangatlah kuno. Dari fakta-fakta
tersebut Schürer menyimpulkan bahwa masalah ekonomi Jerman Timur tidak bisa
diselesaikan oleh sumber daya nya sendiri.

Akhirnya pemerintah Jerman Timur merencanakan untuk melakukan desentralisasi


ekonomi dan melonggarkan larangan perjalanan. Politburo mempertimbangkan untuk
mengizinkan warga Jerman Timur untuk melakukan perjalanan luar negeri namun dibatas
hanya selama tiga puluh hari per tahun.

Semakin hari kondisi Jerman Timur semakin kacau. Puncaknya adalah tanggal 9
November 1989, Menteri Informasi dan Komunikasi Jerman Timur Günter Schabowski
mengumumkan bahwa warga Jerman Timur khususnya dikota Berlin dapat melakukan
perjalanan tanpa batas waktu yang ditentukan dan putusan ini berlaku secepatnya. Sontak
mendengar keputusan ini, warga Berlin Timur berbondong-bondong menuju perlintasan ke
Berlin Barat. Ada juga beberapa warga Berlin Timur membawa palu atau perkakas lain untuk
meruntuhkan Tembok Berlin. Sejak saat itu, dimulailah peruntuhan Tembok Berlin.

Pada tanggal 13 November 1989, partai-partai sekutu SED yang tergabung dalam
Front Nasional seperti CDU, Liberal Demokrat, dan Partai Petani mengumumkan bahwa
mereka tidak mengakui lagi partai SED sebagai partai yang memegang peranan utama di

33
Martin Kitchen, Op.Cit., hlm 354.
Jerman Timur. Karena sudah tidak menjadi sebuah partai yang memegang peranan utama,
partai SED dibubarkan dan berganti nama menjadi Partei des Demokratischen Sozialismus
(PDS) dan menunjuk Gregor Gysi menjadi pemimpin partai menggantikan Egon Krenz yang
mengundurkan diri. Krenz juga mengundurkan diri sebagai Pemimpin Tertinggi Jerman
Timur dan digantikan oleh Manfred Gerlach dari partai Liberal Demokrat.

Modrow segera memanggil menterinya untuk membahas mengenai kemungkinan


mengadakan pemilihan umum dan setuju untuk mengadakan pemilu pada 18 Maret 1990.
Partai-partai di Jerman Timur mulai bermunculan dan didukung oleh Partai-partai Jerman
Barat. Partai CDU mendukung partai CDU Jerman Timur. FDP mendukung partai Liberal
Demokrat. SPD mendukung partai SPD Jerman Timur.

Pemilu demokrasi pertama di Jerman Timur menghasilkan CDU yang berafiliasi


dengan DA (Demokratischer Aufbruch) dan DSU (Deutsche Soziale Union) sebagai
pemenang dengan jumlah suara sebanyak 48%, Partai SPD meraih 21.9% sementara partai
PDS merosot jumlah suaranya menjadi 16.4% sementara partai Liberal Demokrat meraih
sebanyak 5.3%. Pemerintahan Jerman Timur yang baru merupakan koalisi dari partai CDU,
Liberal Demokrat, dan SPD. Lothar de Maizière ditunjuk sebagai Perdana Menteri baru
menggantikan Hans Modrow.

Jerman Paska Reunifikasi

Anda mungkin juga menyukai