Anda di halaman 1dari 48

GRAND DESIGN

PERSATUAN MAHASISWA

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Hasil Kajian

Panitia Khusus Pengkajian Struktur Persatuan Mahasiswa

2015
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

A. Falsafah Organisasi Kemahasiswaan................................................................................ 4

B. Prinsip Dasar Organisasi Kemahasiswaan ........................................................................ 5

C. Fungsi Organisasi Kemahasiswaan .................................................................................. 6

D. Sekilas Sejarah Persatuan Mahasiswa Unpar ................................................................... 6

E. Fenomena di PM Unpar .................................................................................................... 9

F. Bagan Struktur PM Unpar ............................................................................................... 14

BAB II KONSEPSI PM UNPAR ................................................................................................. 15

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 15

B. Peran dan Fungsi ............................................................................................................. 16

C. Prinsip dan Kedudukan ................................................................................................... 17

D. Struktur Lembaga PM Unpar ......................................................................................... 17

1. Kongres PM Unpar ..................................................................................................... 18

2. Majelis Mahasiswa (MM)........................................................................................... 19

3. Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) .............................................................................. 24

4. Lembaga Kepresidenan Mahasiswa (LKM) ............................................................... 27

5. Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) .......................................................... 30

6. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) .............................................................................. 32

7. Komisi Disiplin Mahasiswa (KDM) ........................................................................... 34

E. Bagan Struktur PM Unpar Hasil Kajian Pansus ............................................................. 38

2
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

F. Pemilihan Umum PM Unpar (PUPM) ............................................................................ 38

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 42

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 43

Lampiran 1: ................................................................................................................................... 44

Struktur PM Unpar .............................................................................................................. 44

Pemilihan Umum PM (PUPM) ........................................................................................... 44

Lampiran 2: ................................................................................................................................... 45

Pemilihan Komisi Disiplin Mahasiswa (KDM) .................................................................. 45

Hierarki Peraturan yang berlaku di PM Unpar .................................................................... 46

Lampiran 3: ................................................................................................................................... 47

Hal-hal Berkenaan Jangka Waktu ....................................................................................... 47

PANITIA KHUSUS PENGKAJIAN STRUKTUR PM UNPAR ................................................ 48

3
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Falsafah Organisasi Kemahasiswaan

Perguruan tinggi sebagai house of values adalah lembaga yang bertugas untuk
membentuk insan akademis. Dalam kehidupan kampus, mahasiswa adalah mereka yang
berproses menjadi insan akademis. Tentunya dalam insan akademis melekat sifat kritis dan
akademik, dalam arti seorang mahasiswa akan selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah.
Tujuan perguruan tinggi membentuk insan akademis ini dijabarkan oleh Mohammad Hatta
melalui pendapatnya bahwa kampus bertugas membentuk manusia susila dan demokrat yang:

 Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya.


 Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan.
 Cakap memangku jabatan atau pekerjaan dalam masyarakat.

Dalam upaya mencapai insan akademis itu, tentunya mahasiswa membutuhkan ruang
untuk dapat mengorganisir dan menyistemasi dirinya sendiri. Ruang itu adalah Organisasi
Kemahasiswaan (OK). Dalam hal ini, OK muncul karena adanya kebutuhan dari mahasiswa
sendiri untuk menjamin efektivitas dan efisiensi upaya-upayanya dalam mendidik diri sendiri
dan mengembangkan ide serta gagasannya.

OK adalah sarana bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai insan


akademis di lingkup universitas. Dalam OK, mahasiswa berhimpun dan mengambil sikap
bersama. OK bukan hanya sebatas sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan
keorganisasian saja tetapi lebih dari itu, OK adalah representasi dari mahasiswa dalam kehidupan
universitas. Keberadaannya bukan hanya sebagai wadah, melainkan fungsi yang harus

4
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

dijalankan. Oleh karena itu sebuah OK idealnya memiliki sistem yang partisipatif, aspiratif dan
representatif bagi mahasiswa.

Sebuah OK harusnya bersifat administratur dan mengakomodasi. Dalam organ inilah, ide
dan gagasan mahasiswa harusnya dapat diekskalasikan. Si pengemban jabatan dalam organ ini
harus dapat melayani ide dan gagasan tadi dan bukan malah menjadi elit kekuasaan sendiri.
Maka dari itu, program kerja dan tingkat partisipasi atau keterlibatan mahasiswa dalam wacana
kehidupan kampus menjadi penilaian utama untuk mengukur baik atau tidaknya suatu OK itu.
Di samping juga menjadi laboratorium bernegara bagi mahasiswa demi tercapainya cita-cita
kampus: Membentuk insan akademis.

Upaya membentuk sebuah tatanan OK yang ideal tentunya memerlukan berbagai macam
pandangan dan partisipasi aktif dari mahasiswa. Membangun struktur yang ideal tentu harus
didasarkan pada bangunan visi dari lembaga tersebut dan tentunya hakikat dari OK itu sendiri.

B. Prinsip Dasar Organisasi Kemahasiswaan

Pada dasarnya, OK harus dapat mengakomodir kepentingan mahasiswa. Mengingat hal


tersebut, maka OK harus dijalankan dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa. Pasal 2
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 tentang
Pedoman Umum OK di Perguruan Tinggi dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih
besar kepada mahasiswa.

5
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

C. Fungsi Organisasi Kemahasiswaan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum OK di Perguruan Tinggi, OK
berfungsi sebagai sarana dan wadah:

1. Perwakilan mahasiswa tingkat perguruan tinggi untuk menampung dan menyalurkan


aspirasi mahasiswa, menetapkan garis-garis besar program dan kegiatan
kemahasiswaan;
2. Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan;
3. Komunikasi antar mahasiswa;
4. Pengembangan potensi jati diri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuwan
dan intelektual yang berguna di masa depan;
5. Pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen dan kepemimpinan
mahasiswa;
6. Pembinaan dan pengembangan kader-kader bangsa yang berpotensi dalam
melanjutkan kesinambungan pembangunan nasional;
7. Untuk memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang dilandasi oleh
norma-norma agama, akademis, etika, moral, dan wawasan kebangsaan.

D. Sekilas Sejarah Persatuan Mahasiswa Unpar

Persatuan Mahasiswa Unpar (PM Unpar) lahir sebagai penyempurnaan dari Keluarga
Mahasiswa Unpar (KM Unpar) sebagai suatu student government yang beranggotakan
mahasiswa Unpar itu sendiri. Dalam perjalanannya, struktur dan sistem PM Unpar berganti
beberapa kali menyesuaikan tuntutan zaman. Sistem Majelis Perwakilan Mahasiswa-Dewan
Mahasiswa (MPM-DeMa) sebagai bentuk awal berubah menjadi sistem Senatoris di tahun 80-an

6
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

sebagai konsekuensi dari Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan


(NKK/BKK) yang diterapkan oleh rezim Orde Baru.

OK yang sebelumnya begitu terpusat di tingkat universitas menjadi terpecah-pecah di


setiap fakultas dan jurusannya. Hal ini dikarenakan dilarangnya OK di tingkat universitas
sebagai metode pemerintah untuk meredam aksi mahasiswa yang terorganisir dalam jumlah
banyak. OK yang pada dasarnya berperan sebagai pencetak calon penerus pemimpin bangsa
dengan kualitas prima melalui pendidikan politik kampus, proses dialektika dalam diskusi,
polemik berargumen, dan banyak lagi, kini hanya menjadi organisasi kecil yang berperan sebagai
event organizer dan koordinator mahasiswa di tiap-tiap fakultas dan jurusan.

Dampak jangka panjang yang kemungkinan besar terjadi adalah hilangnya ego sebagai
mahasiswa Unpar karena tergerus oleh identitas dan kepentingan tiap-tiap golongan (dalam hal
ini Himpunan Mahasiswa Program Studi). Lalu lahirnya generasi mahasiswa yang sebagian
besarnya tercetak sebagai penurut dan pro status quo. Kemampuan berargumen, pengetahuan
luas, manajemen konflik, hingga kepiawaian pemimpin hanya didapat oleh mereka para “aktivis”
kampus yang mau berusaha lebih dan memahami tujuan utama dari oraganisasi kemahasiswaan.

Masuk ke tahun 1998, NKK/BKK memang telah dicabut tapi PM Unpar sudah terlalu
lama membusuk dan para petingginya dianggap sebagai antek rektorat. Walhasil? Perubahan
sistem dan struktur yang terjadi tidak berjalan mulus. MPM dan DeMa (kemudia Lembaga
Kepresidenan Mahasiswa; LKM) kembali terlahir dengan satu tambahan berupa Lembaga
Yudikatif (LY) sebagai respon akan keharusan pemisahan kekuasaan. Di sini MPM merupakan
lembaga tertinggi sebagai respon atas permintaan mahasiswa bahwa OK haruslah dipimpin oleh
lembaga yang “umumnya” netral melihat kondisi saat itu dimana politik praktis parpol masuk ke
kampus-kampus. MPM sebagai wadah perwakilan tiap-tiap fakultas jelas memenuhi syarat ini.

Berbeda dengan LKM yang dipimpin oleh Presiden Mahasiswa yang merupakan pesanan
satu golongan tertentu. Ini juga yang dijadikan pembenaran oleh MPM untuk mengadakan

7
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

pemilu. Seiring berjalannya waktu, LY yang kemudian berganti nama menjadi Internal Inspector
(II) digabung kedalam MPM sebagai tindak lanjut dari ketidakpastian pekerjaan II yang hanya
menunggu kasus. Di awal eranya ketika masih terpisah dengan MPM, II melakukan sidang
penjatuhan sanksi dihadiri oleh perwakilan Rektorat. Ini sebagai respon bahwa penjatuhan sanksi
seharusnya dilakukan oleh Rektorat, bukan oleh mahasiswa.

Di tahun 2002-2003, PM Unpar mulai menganut sistem dan struktur yang telah lama kita
kenal. Kini, PM Unpar merupakan OK dengan potensi yang besar dari tersedianya mahasiswa
dalam jumlah banyak maupun sokongan dana dari pihak rektorat yang begitu besar dan relatif
mudah. Namun potensi ini sia-sia ketika kini kita melihat bahwa sistem yang ada tidak berjalan
sebagaimana semestinya. LKM tidak mampu menjadi patron bagi HMPS dan UKM karena
warisan masa lalu berupa ego golongan yang begitu besar, sehingga terjadi bentuk pemerintahan
federalis dimana dalam berbagai kasus, HMPS dan UKM jauh lebih menonjol baik dari segi
program kerja (proker), prestasi maupun pengakuan.

Seiring berjalannya waktu, sementara HMPS berbenah untuk kembali menjadi wadah
pencetak pemimpin bangsa, LKM justru kembali ke zaman batu dengan hanya dikenal sebagai
event organizer. MPM yang ada pun bukan justru menjadi wadah diolahnya aspirasi semua
golongan mahasiswa, malah menjadi wadah mengolah aspirasi elit MPM semata. Muncul gap
yang besar antara MPM dan mahasiswa. Lantas kemana mahasiswa bersandar? Lagi-lagi kepada
HMPS walaupun justru akibatnya HMPS berperan ganda sebagai penyalur aspirasi, pelaksana
aspirasi, dan juga pendidik mahasiswa, namun himpunan bisa lebih responsif.

MPM yang seyogianya merupakan lembaga legislatif dan semi-yudikatif justru berubah
menjadi lembaga yudikatif semi-legislatif karena semua orang justru mengerjakan peran II dalam
hal pengawasan lembaga. TAP yang dihasilkan hanya produk copy-paste, tanpa manfaat yang
berarti. Hal ini terjadi karena mereka para anggota MPM hanya dididik berdasarkan pengalaman
di dalam lembaga eksekutif tanpa pernah mendapatkan pendidikan legislatif. MPM pada
dasarnya tidak pernah memiliki proses regenerasi. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) hanya

8
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

mewariskan pemahaman yang salah akan dunia legislatif dan semi-yudikatif. Jangan salahkan
keadaan bahwa pengurusnya berorientasi hanya pada aspek akademis maupun perilaku hedonis.
Fenomena ini merupakan dampak dari para elit lembaga yang tidak mencoba memahami sistem,
menjalankan sistem, ataupun memperbaiki sistem secara signifikan.

E. Fenomena di PM Unpar

Berdiri sejak 1972 PM Unpar merupakan satu-satunya wadah yang mendukung segala
aktivitas mahasiswa di lingkungan kampus Unpar. Selama perjalanannya dari tahun ke tahun PM
Unpar selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari segi sistem, struktur, maupun pola
kerja. Sejak akhir tahun 1990-an sampai saat ini PM UNPAR terdiri atas empat (4) jenis lembaga
kemahasiswaan yaitu MPM, LKM, HMPS dan UKM.

Dalam konsep keorganisasiannya kini, PM Unpar menempatkan sebuah badan legislasi


dan yudisial sebagai lembaga tertinggi bernama Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM). Di
bawahnya terdapat lembaga eksekutif tertinggi di tingkat universitas bernama Lembaga
Kepresidenan Mahasiswa (LKM) yang membawahi Himpunan Mahasiswa Program Studi
(HMPS) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Struktur ini tertuang dalam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PM Unpar 2005 dan Peraturan OK 2008.

Konsep terakhir PM Unpar ini menuai banyak kritikan. Sejak awal terbentuknya, konsep
PM Unpar 2005 memang telah banyak menuai perdebatan. Berbagai masalah ditemukan baik
dalam konsep OK yang dibawa hingga persoalan legalitas aturannya di level universitas. Dengan
keadaan seperti itu, terjadi banyak fenomena-fenomena di lingkungan Unpar terkait OK. Adapun
fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkungan PM UNPAR antara lain:

1. Ketidakjelasan produk hukum yang dapat menaungi kedudukan PM Unpar.

9
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Berkenaan dengan pengaturan tentang OK di lingkungan Unpar, pihak universitas sudah


membuat sebuah peraturan yaitu Peraturan Rektor Universitas Katolik Parahyangan Nomor
III/PRT/2008-01/04 tentang OK (PROK). Meskipun demikian, peraturan ini tidak bisa
mengakomodir kebutuhan OK di Unpar dikarenakan beberapa alasan:
a. PROK ini bukan peraturan yang baik dilihat dari sisi isi dan sistematika
penulisannya. Dan lagi tidak diberi pasal untuk ketentuan peralihan; untuk dasar
hukum AD/ART antara MPM dan LKM misalnya.
b. Berkenaan dengan penulisannya, peraturan ini banyak kesalahan baik dari sisi
penggunaan kata dan kalimat yang banyak menimbulkan pertentangan antara satu
pasal dengan pasal lainnya.
c. PROK ini menggunakan kata “memperhatikan” untuk konsiderans “mengingat”. Ini
melanggar Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
d. Dalam konsiderans (yang seharusnya tertulis) “mengingat”, PROK ini
menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Tinggi yang sudah tidak berlaku setelah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
1999 diundangkan sehingga konsekuensinya adalah batal demi hukum.

2. Struktur PM UNPAR yang sering dipertanyakan untuk dievaluasi demi perbaikan.


Hampir setiap tahun sebenarnya selalu ada desakan untuk mengkaji kembali struktur PM
Unpar. Alur koordinasi dan pertanggung jawaban yang tidak jelas serta bertumpuknya kekuasaan
pada satu lembaga tertentu membuat tidak efektifnya PM Unpar dalam menjalankan perannya
sebagai representasi mahasiswa dalam kehidupan universitas.
Semakin besarnya desakan dari mahasiswa untuk mengkaji kembali konsep OK dalam
PM Unpar membuat MPM periode 2014-2015 membuat sebuah Panitia Khusus (Pansus) untuk
mengkaji struktur dan sistem dalam PM Unpar. Upaya pengkajian kembali tatanan PM Unpar
dirasakan sangat tepat untuk dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan tersebut.

10
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

3. Jalur aspirasi bagi seluruh mahasiswa Unpar melalui lembaga di PM Unpar yang
tidak jelas.
Permasalahan lainnya adalah tidak adanya alur aspirasi yang jelas. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, pada hakikatnya OK adalah representasi mahasiswa dalam kehidupan
universitas. Tingkat partisipasi/keterlibatan mahasiswa dalam wacana kehidupan kampus
menjadi penilaian utama untuk mengukur baik atau tidaknya suatu OK itu.
Melihat fenomena kehidupan kampus Unpar ke belakang, keterlibatan mahasiswa dalam
wacana kehidupan kampus sangat minim. Berbagai peraturan kampus seperti penentuan biaya
SKS, semester pendek (SP), hingga larangan merokok tidak melibatkan mahasiswa dalam
pembentukannya. Maka pertanyaannya adalah, di manakah peran OK?
Dalam struktur, tidak ada satu lembaga yang memang bertugas menyalurkan aspirasi dan
menindak lanjutinya baik dengan lobbying rektorat ataupun pembentukan peraturan. Idealnya
fungsi ini dipegang oleh lembaga legislasi, namun pada kenyataannya setiap lembaga dapat
menerima aspirasi tersebut. Di sini permasalahannya adalah berarti tidak ada pemisahan yang
jelas antara fungsi legislasi dan eksekusi. Pemisahan ini tentu saja diperlukan agar setiap
lembaga mempunyai fokus dan capaian yang maksimal.

4. MPM memiliki dwifungsi yang menyebabkan pelaksanaan kedua fungsi tersebut


tidak optimal.
Dalam ranah konsep OK, penyatuan fungsi legislasi dan yudisial dalam MPM
menimbulkan kewenangan yang berlebih pada satu lembaga. Konflik kepentingan seringkali
terjadi hingga berujung protes dari mahasiswa ataupun lembaga lainnya di hampir setiap periode.
Belum lagi kewenangan yang diberikan kepada MPM sebagai penyelenggara sekaligus
pelaksana Pemilihan Umum (Pemilu) membuat lembaga tersebut, dalam situasi Pemilu,
mengemban tiga fungsi sekaligus yaitu: Legislasi (karena peraturan Pemilu dibuat oleh MPM),
Eksekutif (karena dilaksanakan oleh badan tersebut), serta Yudikatif (karena sengketa Pemilu
pun diselesaikan melalui badan tersebut). Tentunya di sini terdapat kesalahan yang mendasar

11
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

dalam konsep yang dibawa sehingga mengakibatkan tidak adanya check and balances di antara
lembaga-lembaga yang ada.

5. Birokrasi yang menyulitkan untuk lembaga seperti UKM.


Permasalahan lain dari struktur PM Unpar sekarang adalah tidak adanya penjenjangan
dan pemisahan antara lembaga yang sifatnya adminsitratif dan ekstrakulikuler dalam konteks
jalur birokrasi dengan biro-biro universitas. UKM yang dalam hal ini bersifat ekstrakulikuler,
ditempatkan di bawah LKM yang sifatnya administratif.
Tentunya perbedaan sifat di sini justru akan memperpanjang alur birokrasi, karena tidak
seharusnya suatu unit ekstrakulikuler bertanggung jawab dan dibawahi langsung oleh lembaga
administratif seperti LKM dalam hal birokrasi terhadap biro-biro yang berkaitan. Bahwa
berkenaan dengan program kerja tetap perlu diketahui oleh LKM agar LKM dapat melakukan
koordinasi yang baik dengan HMPS dan UKM.

6. Kedudukan HMPS dengan pihak fakultas dan program studi yang sering kali
kurang diakui eksistensinya.
Hal ini seringkali terjadi dalam banyak pengalaman HMPS. Pihak fakultas bisa serta-
merta menolak program kerja HMPS dengan alasan yang dibuat sepihak oleh pihak fakultas. Hal
ini sangat menghambat konerja HMPS karena selain kebebasan mahasiswa dalam HMPS
dikekang, pengurus HMPS akan kesulitan mengembangkan fungsi lembaganya sehingga tujuan
yang sudah dibuat tidak dapat dicapai.

7. MPM Fakultas yang sering melupakan tanggung jawabnya terhadap fakultas yang
diwakilkan.
Keadaan bahwa wakil dari fakultas di MPM cenderung lupa mewakili kepentingan
fakultasnya dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, urusan MPM di tingkat universitas

12
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

terbilang cukup rumit dan krusial. Dengan mengacu pada kondisi tersebut, sangat mudah untuk
anggota MPM mencari alasan untuk tidak bisa dengan baik menjadi wakil atas kepentingan
fakultasnya di MPM.
Kedua, jalur aspirasi yang cukup rumit karena mereka yang sudah terpilih di fakultas
sudah berada di tingkat universitas. Selain alur birokrasi yang rumit, seluruh aspirasi menjadi
tercampur-baur di MPM sehingga tidak dapat diakomodir dengan baik.

Seluruh fenomena tersebut menjadi landasan dibentuknya PM UNPAR yang lebih baik
lagi dengan adanya pengkajian struktur PM UNPAR. Melihat berbagai dinamika yang terjadi
dalam PM Unpar ke belakang yang dipenuhi dengan berbagi masalah, upaya pengkajian kembali
organisasi kemasiswaan PM Unpar tentunya adalah penantian panjang mengingat sejak awal
terbentuknya konsep terakhir PM Unpar pada 2005, konsep ini sudah menuai banyak perdebatan.
Dalam merumuskan seperti apa konsep baru dan struktur keorganisasian PM Unpar tentu
saja kita tidak dapat berpaling dari tujuan dan hakikat dari OK itu sendiri. Berbagai masalah
yang terjadi dalam konsep PM Unpar 2005 pun harus dijadikan pertimbangan.

13
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

F. Bagan Struktur PM Unpar

REKTOR

u.p

W.R. Bidang
Kemahasiswaan

FAKULTAS MPM BAAK

LKM

HMPS UKM

14
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

BAB II

KONSEPSI PM UNPAR

A. Latar Belakang

OK merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki sebuah Perguruan
Tinggi, sebab keberadaannya akan sangat berkaitan dengan proses pendidikan yang dijalani oleh
mahasiswa. OK ini, sesuai amanat pasal 14 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakat,
minat, dan kemampuan dirinya melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler sebagai bagian
dari proses pendidikan yang dijalaninya di kampus. Meskipun OK adalah lembaga non-
struktural, tetapi karena eksistensinya berkaitan dengan pengembangan diri mahasiswa maka OK
akan turut mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan di lingkungan perguruan
tinggi.

Keberadaan OK yang begitu penting tersebut memperlihatkan bahwa OK harus diatur


dengan sebaik dan sejelas mungkin agar implementasinya tidak justru merusak proses
pendidikan yang sesungguhnya. Lebih lanjut, OK dengan statusnya sebagai lembaga non-
struktural harus diselenggarakan dalam kepastian peraturan yang tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku di negara dan perguruan tinggi yang menyelenggarakan. Pengaturan
tentang OK penting agar kepastian hukum dapat terjamin dan pelaksanaan dari penyelenggaraan
seluruh kegiatan OK dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Pada dasarnya, seperti sudah dibahas secara komprehensif di bab sebelumnya, OK adalah
sarana bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai insan akademis di lingkungan
perguruan tinggi. Melalui OK, setiap mahasiswa berhimpun dan mengambil sikap bersama.
Keberadaannya bukan hanya sebagai wadah, melainkan fungsi yang harus dijalankan. Oleh

15
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

karena itu sebuah OK diharapkan memiliki sistem yang partisipatif, aspiratif dan representatif
bagi mahasiswa itu sendiri.

Pengaturan tentang OK di Universitas Katolik Parahyangan sudah dimulai sejak


diberlakukannya Surat Keputusan Rektor Universitas Katolik Parahyangan Nomor
III/PRT/2003-09/205 tentang Panduang OK Universitas Katolik Parahyangan. Kemudian
peraturan tersebut dinyatakan tidak berlaku setelah ditetapkannya Peraturan Rektor Universitas
Katolik Parahyangan Nomor III/PRT/2008-01/04 tentang OK pada tanggal 15 Januari 2008.

Seiring perkembangan dan dinamika kemahasiswaan yang terus berkembang, maka


Peraturan Rektor tahun 2008 tersebut sudah dirasa tidak bisa mewadahi kebutuhan OK di
lingkungan Universitas Katolik Parahyangan. Peraturan ini juga dirasa memiliki banyak
kelemahan yang pada pelaksanaannya membuat OK tidak dapat berkembang dan berproses
dengan baik. Lebih lanjut, dengan melihat berbagai fenomena persoalan yang terjadi hingga saat
ini, dirasa perlu untuk menata ulang konsep PM Unpar secara keseluruhan. Hal ini penting, agar
OK di lingkungan Unpar dapat mencapai tujuannya baik yang diamanatkan adalam peraturan
perundang-undangan maupun tujuan pendidikan Unpar itu sendiri.

B. Peran dan Fungsi

Disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi kemahasiswaan di Unpar dan dengan tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berkaitan, OK (selanjutnya ditulis PM Unpar)
diharapkan dapat berperan sebagai sebagai sarana yang memfasilitasi mahasiswa untuk
berhimpun, berdiskusi, dan bekerjasama. Dengan peran yang strategis dan penting itu maka, PM
Unpar memiliki fungsi-fungsi:

1. Melakukan pembentukkan anggota kepengurusan (rekrutmen).


2. Melaksanakan pendidikan keorganisasian kepada seluruh mahasiswa.

16
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

3. Menyerap, menghimpun dan menyalurkan aspirasi mahasiswa.


4. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan kemahasiswaan.
5. Membangun iklim yang kondusif bagi mahasiswa.

C. Prinsip dan Kedudukan

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi


khususnya Pasal 2 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
155/U/1998 tentang Pedoman Umum OK di Perguruan Tinggi, PM Unpar harus berlandaskan
prinsip dari, oleh, dan untuk mahasiswa, dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih
besar kepada mahasiswa. Sehingga PM Unpar harus berlandaskan prinsip dari, oleh, dan untuk
mahasiswa Unpar dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa
Unpar.

Hal ini tetap harus didasarkan pada kesadaran bahwa PM Unpar merupakan lembaga
non-struktural di Unpar, namun bukan berarti tidak memiliki peranan penting dan krusial.
Dengan ketentuan bahwa PM Unpar adalah lembaga non-struktural di PM Unpar, pola
berpikirnya adalah bahwa PM Unpar harus berkoordinasi dengan lembaga struktural di Unpar.
Hal ini secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa antara pengurus PM Unpar memiliki
kedudukan yang setara dan saling berkoordinasi dalam hal OK di Unpar.

D. Struktur Lembaga PM Unpar

Falsafah, prinsip, fungsi, dan kedudukan yang sudah diuraikan di bagian sebelumnya
mengindikasikan perlu adanya penyesuaian struktur PM Unpar di kondisi yang sudah dirangkum

17
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

tersebut. Pansus Pengkajian Struktur PM Unpar menghasilkan kajian berkenaan dengan hal
tersebut yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kongres PM Unpar

Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (PM Unpar) berprinsipkan „dari,


oleh, dan untuk mahasiswa‟ dalam rangka mencapai tujuannya. Atas dasar itu, munculah konsep
keterwakilan yang ketat dalam Majelis Mahasiswa (MM) dan pemisahan fungsi maupun
kewenangan yang tegas bagi lembaga-lembaga dalam PM Unpar guna menghindari pemusatan
kekuasaan yang menjurus pada penyelewengan kekuasaan guna menindas mahasiswa itu sendiri.
Namun di lapangan, tidak pernah tertutup kemungkinan terjadinya penyelewengan maupun
kesalahan dalam penyelenggaraan kegiatan kemahasiswaan oleh bagian dari PM Unpar itu
sendiri, baik disengaja maupun tidak disengaja, yang mampu menghambat jalannya PM Unpar
itu sendiri secara keseluruhan. Belum lagi bila terjadi suatu kondisi yang tidak terdapat
rujukannya dalam AD/ART sekalipun sehingga tidak bisa serta merta diputuskan begitu saja
secara sepihak oleh MM terkait pemecahannya, terutama bila terdapat indikasi bahwa kondisi
tersebut disebabkan secara sengaja oleh lembaga-lembaga di PM Unpar termasuk MM sekalipun.
Pada kondisi tersebut, mengingat konsep kekeluargaan yang diusung, maka dibutuhkan suatu
wadah bernama Kongres di mana para pimpinan lembaga PM Unpar berkumpul, berunding, dan
menghasilkan keputusan tertinggi dalam lingkup PM Unpar. Sehingga AD/ART selaku hukum
dasar pun hanya bisa dirumuskan dan disahkan oleh Kongres ini pula.

Keanggotaan Kongres PM-Unpar itu sendiri berjumlah maksimal sebanyak 53 orang


yang terdiri dari 35 orang Senator, 16 Ketua HMPS, Presiden Mahasiswa, dan Wakil Presiden
Mahasiswa. Kongres sendiri memiliki tiga instrumen dalam menjalankan fungsinya, yaitu:

1. Sidang Istimewa (SI) Kongres: dilaksanakan dalam kondisi darurat dimana salah satu
lembaga atau lebih dirasa sudah tidak dapat menjalankan fungsinya ataupun terdapat
suatu permasalahan yang tidak terdapat rujukannya pada AD/ART sekalipun. SI dipimpin

18
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

oleh presidium berjumlah lima orang yang dicapai melalui kesepakatan anggota Kongres
itu sendiri. SI sendiri hanya bisa dilaksanakan bila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3
anggota Kongres yang berasal dari sekurang-kurangnya dua lembaga. SI Kongres juga
bisa memutuskan untuk membekukan suatu lembaga atau tidak.
2. Sidang Umum (SU) Kongres: dilaksanakan guna memenuhi agenda-agenda umum
Kongres seperti perumusan dan pengesahan AD/ART serta tata tertib Kongres. SU
Kongres dipimpin oleh Majelis Mahasiswa.
3. Referendum: dalam keadaan dimana Kongres tidak mampu menghasilkan keputusan
bahkan setelah melalui sidang berkali-kali dan mahasiswa Unpar dirasa mampu oleh
anggota Kongres untuk menentukan nasib PM Unpar secara langsung, Referendum bisa
dilaksanakan oleh Kongres atas persetujuan 2/3 anggota Kongres.

2. Majelis Mahasiswa (MM)

Dalam menjalankan tugasnya, lembaga eksekutif di PM Unpar membutuhkan suatu


lembaga legislatif guna merancang peraturan-peraturan bagi OK di PM Unpar. Berdasarkan
PROK 2008, peran itu dipegang oleh lembaga bernama Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM).
Persoalan timbul ketika lembaga ini juga memegang fungsi yudikatif yang dimanifestasikan
dalam komite di dalam MPM yang bernama Internal Inspector (II).

Kewenangan MPM selaku lembaga tertinggi di PM Unpar pun begitu luas dan krusial.
Mulai dari perumusan dan pengesahan dua peraturan tertinggi secara berturut-turut yaitu
AD/ART dan Ketetapan (TAP) MPM. Di samping itu juga melantik semua pimpinan lembaga
dan melaksanakan Pemilihan Umum PM Unpar (PUPM Unpar) serta memperjuangkan aspirasi
mahasiswa Unpar. II sendiri memberikan sanksi kepada mahasiswa atas suatu pelanggaran
hukum PM Unpar, mengawasi seluruh kegiatan kemahasiswaan di PM Unpar dan melakukan
audit berupa pemeriksaan semua proposal dan laporan pertanggungjawaban kegiatan PM Unpar
karena MPM merupakan penanggungjawab tertinggi atas semua kegiatan PM Unpar.

19
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Terdapat begitu banyak celah untuk konflik kepentingan disini. Ketika PUPM, lembaga
ini juga merangkap sebagai Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu). Lagi-lagi konflik kepentingan bisa terjadi disini karena sebagai pelaksana PUPM,
MPM tidak memiliki pengawas dalam memastikan independensi, sebab tidak ada prosedur untuk
mengawasi maupun menghukum anggota MPM.

Atas trifungsi ini (karena ditambah sebagai pelaksana pemilu), pihak MPM menjelaskan
bahwa sebagai lembaga dengan perwakilan dari tiap-tiap fakultas, MPM merupakan lembaga
paling tidak memihak atau netral. Kelemahan argumen ini ialah ketika MPM sendiri selama
beberapa tahun terakhir antara selalu mengalami ketiadaan perwakilan dari salah satu fakultas
ataupun tiap-tiap perwakilan hanya membawa kepentingan himpunannya (mahasiswa program
studinya secara keseluruhan ataupun fakultasnya) yang terlihat dari rendahnya penyerapan
aspirasi dari tiap-tiap anggota MPM.

Penyelewengan lainnya adalah ketika seluruh anggota MPM ikut mengawasi semua
kegiatan PM Unpar ketika jelas-jelas dalam deskripsi kerjanya, hanya II yang memiliki
kewenangan tersebut. Mereka yang dipilih untuk menjadi MPM bertujuan memperjuangkan
aspirasi sehingga minimnya minat untuk menjadi II dan melakukan pengawasan. Tetapi setelah
dilantik, seluruh anggota MPM justru ikut melakukan pengawasan.

Dalam ranah PUPM, MPM sebagai pelaksana sekaligus penghasil keputusan tertinggi di
PM Unpar bisa berlaku sewenag-wenang ketika terjadi permasalahan dalam proses PUPM.
Bentuk tindakan sewenang-wenang ini ialah menghasilkan keputusan dalam sidang istimewa
secara mendadak, tidak transparan dan gegabah. Alat kelengkapan di dalam lembaga ini pun
tidak mencerminkan struktur suatu lembaga legislatif dikarenakan komisi yang ada memiliki
program kerja untuk dijalankan di luar ranah legislatif sehingga lebih mirip dengan departemen-
departemen yang umumnya ada di lembaga eksekutif. Sementara produk lembaga legislatif
umumnya berupa peraturan (ataupun bila berbentuk program kerja hanyalah pendidikan
legislasi).

20
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Maka dibutuhkan suatu reformasi atas lembaga MPM ini untuk bertransformasi menjadi
suatu lembaga legislatif seutuhnya bernama Majelis Mahasiswa (MM). Lembaga ini bukanlah
lembaga tetap sebagaimana Lembaga Kepresidenan Mahasiswa (LKM) maupun Komisi Disiplin
Mahasiswa (KDM), karena MM hanya terbentuk ketika sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
program studi yang ada di Unpar memiliki perwakilannya sebagai anggota di MM. Yang berhak
menjadi anggota lembaga ini adalah mereka para senator di Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)
yang mewakili kepentingan program studi yang ada di Unpar. Setiap program studi hanya boleh
mewakili kepentingannya kepada satu orang senator, sementara satu orang senator hanya boleh
mewakili maksimal dua program studi baik yang berada di fakultasnya maupun lintas fakultas.

Dalam kondisi ideal, setiap fakultas memiliki lima (5) orang senator yang tergabung
dalam SMF dimana terdapat mahasiswa dari setiap program studi (maksimal 35 senator seluruh
fakultas dimana terdapat mahasiswa dari semua program studi yang berjumlah 16). Maka 16
orang dari setiap program studi ini, dilengkapi dengan “surat mengetahui” dari tiap-tiap Ketua
HMPS-nya, menjadi anggota Majelis Mahasiswa untuk menyerap aspirasi, terkait permasalahan
di ranah universitas, dari seluruh mahasiswa program studi yang diwakilinya untuk
diperjuangkan.

Ketika dalam SMF terdapat kendala wajar mulai dari tidak adanya senator dari program
studi tertentu ataupun permasalahan di tingkat fakultas membutuhkan perhatian penuh dari
sejumlah senator (ketakutan terabaikan bila sebagian besar senatornya merangkap sebagai
anggota MM), maka SMF tersebut bermusyawarah bersama dengan para Ketua HMPS di
fakultasnya untuk memutuskan siapa saja senator yang akan menjadi anggota MM. Contoh:
Lima (5) Senator SMF Ekonomi hanya berasal dari Program Studi Manajemen total empat
program studi yang ada. Selain membutuhkan perhatian penuh dari senator di SMF, terdapat
program studi (prodi) yang tidak memiliki perwakilan. Maka melalui musyawarah bisa dicapai
empat kemungkinan:

21
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

 Empat orang mewakili masing-masing satu program studi, walaupun tiga orang
lintas prodi;
 Hanya tiga orang yang menjadi anggota MM, dimana satu dari tiga orang tersebut
mewakili dua prodi, sehingga masih ada dua orang senator untuk fokus secara
penuh di SMF;
 Hanya dua orang yang menjadi anggota MM, dimana masing-masing mewakili
dua prodi, sehingga masih ada tiga orang senator untuk fokus secara penuh di
SMF;
 Hanya satu orang yang diajukan untuk menjadi anggota MM mewakili maksimal
dua prodi. Sisa dua prodi bisa mewakili kepentingannya kepada senator lintas
fakultas setelah sebelumnya dimusyawarahkan.

Bila poin keempat terjadi ataupun satu fakultas tidak memiliki senator sama sekali,
program studi di fakultas tersebut bisa mewakili kepentingannya kepada senator lintas fakultas
melalui “Surat Menyetujui” dari ketua HMPS yang membutuhkan. Hak suara yang bisa
diberikan oleh seorang anggota MM sejumlah dengan prodi yang diwakilinya. Dengan kata lain,
seorang senator di MM bisa memberikan hak suara maksimal dua (2). Aspirasi setiap mahasiswa
dikontrol melalui surat dari Ketua HMPS yang harus dibawa anggota MM sebagai bukti sah hak
suara prodi tersebut.
Dari penjelasan sebelumnya, terdapat dua jenis surat yaitu “Surat Mengetahui” untuk
senator yang mewakili prodi di fakultas si senator dan “Surat Menyetujui” untuk senator yang
mewakili prodi lintas fakultas. Perbedaan kedua surat ini terdapat pada mekanisme pemberian
dan pencabutannya. “Surat Mengetahui” harus melalui mekanisme musyawarah antara para
senator di SMF dengan para Ketua HMPS untuk dapat diberikan maupun dicabut.
Sementara “Surat Menyetujui” merupakan hak prerogatif Ketua HMPS bersangkutan
untuk diberikan maupun dicabut bila tidak memiliki Senator di fakultasnya (bila kasusnya adalah
poin 4 yang ada diatas, maka Ketua HMPS tersebut tetap harus bermusyawarah terlebih dahulu

22
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

dengan SMF-nya). Konsep sistem keanggotaan ini demi menjamin agar semua yang dihasilkan
lembaga ini berdasarkan aspirasi dari seluruh mahasiswa di Unpar dan tidak terjadi penumpukan
suara di satu golongan sehingga terjadi “Tirani Mayoritas.”
Dengan kondisi tersebut, MM memiliki kewenangan-kewenangan sebagai berikut:
1. Memimpin Sidang Umum Kongres PM Unpar;
2. Meyelenggarakan Sidang Umum MM;
Sidang Umum MM I setelah terbentuk menghasilkan:
a. Tata Tertib MM;
b. Tap MM tentang Kepengurusan MM;
c. Garis Besar Kegiatan Kemahasiswaan (GBKK);
d. TAP Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa;
e. TAP pengangkatan Ketua Himpunan;
f. TAP pengangkatan Ketua UKM.
3. Merancang GBKK dan TAP MM;
4. Melantik Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa;
5. Menentukan anggota Pansel KDM berdasarkan AD/ART;
6. Menentukan Ketua KPU dan Ketua Bawaslu melalui proses yang transparan dan terbuka
bagi seluruh mahasiswa Unpar;
7. Memakzulkan Presiden Mahasiswa maupun anggota KDM (sebagaimana kongres
Amerika Serikat memakzulkan Jaksa Agung) melalui Mosi Tidak Percaya yang ditindaklanjuti
dalam Sidang Istimewa MM;
8. Memberikan pertimbangan kepada LKM;
9. Memperjuangkan aspirasi mahasiswa kepada universitas melalui Presiden Mahasiswa
(MM tidak boleh memperjuangkan aspirasi mahasiswa secara langsung kepada universitas,
karena bisa terjadi konflik kepentingan dimana seorang senator hanya dipilih oleh mahasiswa di
fakultasnya, tidak seperti Presiden Mahasiswa);
10. Menerima dan menilai pertanggungjawaban dari LKM dan KDM;
11. Bertanggungjawab atas penyelenggaraan PUPM;

23
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

12. TAP MM yang dihasilkan bisa diveto oleh Presiden Mahasiswa, namun bisa digagalkan
ketika TAP yang bersangkutan diajukan kembali dalam sidang istimewa dan mendapatkan
persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 anggota MM;
13. Mengaudit LKM dan KDM.

Komisi yang ada di dalam MM pun mencerminkan lembaga legislatif, di mana tugas tiap-
tiap komisi adalah mengkaji ataupun merumuskan TAP MM berkaitan dengan ranah tiap-tiap
komisi. Karena aspirasi merupakan kewajiban tiap-tiap anggota berdasarkana prodi yang
diwakilinya dan merupakan kewajiban tiap-tiap komisi terkait dengan ranah komisi tersebut.

3. Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)

Dalam OK, kedaulatan tertinggi dipegang oleh mahasiswa. Ini didasarkan pada hakikat
dan prinsip OK itu sendiri sebagai entitas yang berasal dari, oleh, dan untuk kepentingan
mahasiswa. Senat merupakan perwujudan dari kedaulatan tertinggi mahasiswa dalam OK PM
Unpar. Konsep lembaga representatif mahasiswa di tingkat fakultas tentunya bukan konsep baru.
Dalam sistem PM Unpar sebelumnya, dikenal sebuah lembaga representatif di tingkat fakultas
yaitu Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan di tingkat universitas Senat Mahasiswa Universitas
(SMU).

Senat mahasiswa adalah organisasi mahasiswa yang dibentuk pada saat pemberlakuan
kebijakan NKK/BKK pada tahun 1978. Sejak 1978-1989. Senat mahasiswa hanya ada di tingkat
fakultas, sedangkan di tingkat universitas ditiadakan. Di tingkat jurusan keilmuan dibentuk
keluarga mahasiswa jurusan atau himpunan mahasiswa jurusan, yang berkoordinasi dengan senat
mahasiswa dalam melakukan kegiatan intern. Pada umumnya senat mahasiswa dimaksudkan
sebagai lembaga eksekutif, sedangkan fungsi legislatifnya dijalankan organ lain bernama Badan
Perwakilan Mahasiswa (BPM).

24
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Pada tahun 1990, pemerintah memperbolehkan dibentuknya senat mahasiswa tingkat


perguruan tinggi namun model student government ala dewan mahasiswa tidak diperbolehkan.
Senat mahasiswa yang dimaksudkan adalah kumpulan para ketua organisasi mahasiswa
intrakampus yang ada: ketua umum senat mahasiswa fakultas, ketua umum BPM, dan ketua
umum unit kegiatan mahasiswa. Model seperti ini di beberapa perguruan tinggi kemudian
ditolak, dan dipelopori oleh Universtias Gadjah Mada (UGM), senat mahasiswa memakai model
student government.

Senat mahasiswa kemudian menjelma menjadi lembaga legislatif, termasuk di tingkat


fakultas. Lembaga eksekutifnya adalah badan pelaksana senat mahasiswa. Belakangan nama
badan pelaksana diganti dengan istilah yang lebih praktis, badan eksekutif mahasiswa (BEM).
Awalnya BEM dipilih, dibentuk dan bertanggung jawab kepada sidang umum senat mahasiswa
namun sekarang pengurus kedua lembaga sama-sama dipilih langsung dalam suatu pemilihan
umum.

Keanggotaan SMF:

1. Anggota senat mahasiswa fakultas disebut senator yang terbagi dalam komisinya masing-
masing dengan masa jabatan selama 1 tahun periode kepengurusan;
2. SMF dapat menerapkan mekanisme staffing untuk membantunya dalam menjalankan tugas di
SMF;
3. Anggota tetap dapat menduduki jabatan Senator di Senat Mahasiswa Fakultas sebanyak-
banyaknya selama 2 periode;
4. Senator adalah perwakilan tiap jurusan atau prodi yang dipilih melalui Pemilu;
5. Jumlah Senator adalah 5 orang (Jumlah ganjil dipilih untuk memungkinkan pengambilan
keputusan dan jumlah 5 juga dipilih dengan kebutuhan berjalanannya keorganisasian Senat
Fakultas. Melihat fungsi legislatif dalam senat, setidaknya akan terdapat 4 komisi di dalam
Senat yang ditentukan berdasarkan penjabaran fungsinya: aspirasi dan advokasi,
pengaturan dan pembinaan).

25
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Tugas dan Wewenang Senat Mahasiswa Fakultas:


1. Menyerap dan merumuskan aspirasi mahasiswa Fakultas dan/atau jurusan serta
menyalurkannya kepada MM;
2. Membuat rancangan anggaran Fakultas bersama HMPS dalam fakultas teresbut untuk
diajukan kepada MM sebagai Rancangan anggaran kegiatan mahasiswa;
3. Memilih dan menetapkan Ketua dan Koordinator Komisi dalam SMF melalui mekanisme
internal SMF;
4. Menyelenggarakan (bukan melaksanakan tetapi bertanggung jawab atas pelaksanaannya)
Pemilu di tingkat fakultas dan jurusan sekaligus mengesahkan Ketuan HMPS;
5. Menginformasikan segala bentuk ketetapan dan/atau keputusan dan/atau peraturan lainnya
yang telah disahkan kepada MM;
6. Mengawasi dan meminta pertanggung jawaban dari HMPS dalam melaksanakan
AD/ART/GBKK/Peraturan/Ketetapan MM serta melaporkannya kepada MM;
7. Membuat ketetapan dan peraturan yang diperlukan di tingkat fakultas untuk dapat
melaksanakan asas dan tujuan PM Unpar.

Hak dan Kewajiban Anggota SMF:


1. Senator wajib menjalankan tugas dan fungsinya sebagai wakil mahasiswa di tingkat fakultas
dan jurusan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab;
2. Senator wajib menyerap dan merumuskan aspirasi anggota mahasiswa Fakultas serta
menyalurkannya kepada pihak-pihak terkait;
3. Setiap senator mempunyai Hak inisiatif, hak angket, hak bertanya, hak interpelasi, hak petisi
dan hak budget di tingkat fakultas;
4. Setiap senator mempunyai hak memilih dan dipilih serta hak mengeluarkan pendapat;
5. Setiap senator hanya mempunyai hak satu suara;
6. Setiap senator mempunyai hak untuk menarik staff di luar senator;
7. Staff tidak mempunyai hak-hak yang melekat pada senator;

26
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Kepengurusan SMF
1. Ketua SMF yang berfungsi sebagai koordinator;
2. Koordinator yang terbagi dalam komisi:
a. Komisi Akademik
Komisi yang bertugas menampung, menyalurkan dan menindaklanjuti aspirasi
mahasiswa berkaitan dengan kegiatan akademik baik di level program studi
maupun di level Fakultas.
b. Komisi Administrasi dan Keuangan
Komisi yang bertugas merancang Anggaran kegiatan mahasiswa di Fakultas
bersama dengan HMPS serta menindaklanjuti rancangan tersebut kepada MM
dan pihak universitas. Komisi ini juga bertugas mengawal alur birokrasi dan
pencaairan DKM bagi kegiatan mahasiswa di fakultasnya.
c. Komisi Kesejahteraan Mahasiswa
d. Komisi Pembinaan dan Pengembangan Organisasi
 Komisi dapat ditambahkan/ digabungkan sesuai kebutuhan tiap SMF;
 Kesekretariatan yang terdiri dari non-senator.

4. Lembaga Kepresidenan Mahasiswa (LKM)

LKM merupakan lembaga eksekutif tertinggi yang berada di PM Unpar. LKM


membawahi HMPS dan UKM dengan garis koordinasi. LKM berdiri sejajar dengan lembaga
tertinggi lainnya yang mempunyai fungsi yang berbeda yaitu Majelis Mahasiswa (MM) dengan
fungsi legislasi, dan Komisi Disiplin Mahasiswa (KDM) dengan fungsi yudisial dan penjatuhan
sanksi. Kesejajaran ini dimaksudkan untuk dapat memaksimalkan fungsi check and balances di
dalam PM Unpar.

MM dengan fungsi legislasinya akan membuat peraturan yang sesuai dan dapat
mengakomodasi kebutuhan mahasiswa Unpar yang nantinya akan diwujudkan dalam program

27
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

kerja dan kerja fungsional LKM. KDM akan mengawasi kinerja LKM sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku. Aspirasi yang masuk ke LKM lewat program kerja dan fungsionalnya,
akan diteruskan kepada MPM. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya LKM adalah efektivitas
dan efisiensi fungsi eksekusi dari peraturan yang berlaku.

Berkenaan dengan pembahasan fungsi LKM itu sendiri, kiranya perlu diuraikan sekilas
mengenai beberapa teori keilmuan yang turut melandasi munculnya pemikiran tentang LKM di
PM Unpar. Meski demikian teori yang digunakan ini tetap disesuaikan dengan kebutuhan di
tubuh PM Unpar. Dengan kata lain, teori-teori ini hanya menjadi gambara umum atau ideal
untuk membantu pemahaman yang komprehensif untuk melihat LKM di PM Unpar.

Montesquieu membagi kekuasaan pemerintahan dalam tiga cabang, yaitu kekuasaan


membuat undang-undang (legislatif), kekuasaan untuk menyelenggarakan undang-undang yang
oleh Montesquieu diutamakan tindakan di bidang politik luar negeri (eksekutif) dan kekuasaan
mengadili terhadap pelanggaran undang-undang (yudikatif). Tegasnya Montesquieu mengatakan,
kekuasaan itu harus terpisah satu sama lain, baik mengenai tugas (fungsi) maupun mengenai alat
perlengkapan (lembaga) yang menyelenggarakannya. Konsep ini lebih dikenal dengan ajaran
Trias Politica.

Dalam studi ilmu hukum administrasi negara dikenal pula adanya pembagian kekuasaan
yang dibagi dalam dua fungsi yaitu fungsi pembuatan kebijakan (policy making function) dan
fungsi pelaksanaan kebijakan (policy executing function). Semua pembagian kekuasaan ini tidak
lain bertujuan sebagai telah dikemukakan dalam awal tulisan ini yaitu untuk menghindari
terjadinya kesewenang-wenangan oleh penguasa. Maka dalam istilah hukum itu pula kata
kekuasaan kemudian direduksi menjadi kewenangan. Sebagaimana dikenalnya asas dalam
hukum tata negara yaitu “tidak ada kekuasaan tanpa kewenangan, dan tidak ada kewenangan
tanpa undang-undang yang memberikannya”.

28
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Hadirnya LKM dalam lembaga PM Unpar sangatlah penting. Dalam pemerintahan, sudah
barang tentu terdapat suatu lembaga yang melaksanakan fungsi eksekutif atau menjalankan
peraturan. Peraturan yang dibuat pun juga harus diawasi oleh pelaksananya. LKM hadir di PM
Unpar sebagai wadah partisipasi, informasi, serta penampung aspirasi. Terkait dengan fungsi
penampung aspirasi, LKM sebagai lembaga yang seringkali turun langsung berhadapan dengan
mahasiswa mempunyai akses dan frekuensi interaksi terbesar ketimbang lembaga lainnya. Akses
dan frekuensi itu yang nantinya akan sangat membantu MM dalam membuat peraturan terkait
dengan aspirasi konstituen.

Terkait posisi LKM dengan HMPS dan UKM, akan diatur dalam AD/ART yang
ditentukan dalam kongres. LKM mempunyai beberapa kewenangan yang tidak mengganggu
otonomi dari HMPS dan UKM. Kewenangan tersebut yaitu:

1. Administratif. LKM berwenang untuk menetapkan dan mewajibkan HMPS dan UKM untuk
menaati ketentuan administratif seperti proposal dan surat izin;
2. Birokrasi. LKM berwenang untuk mengetahui segala bentuk kegiatan yang dilakukan antar
UKM dan antar HMPS, antara UKM dengan HMPS, serta antara UKM dan HMPS dengan
lembaga lainnya;
3. LKM berwenang untuk mewajibkan kehadiran UKM dan HMPS pada forum-forum
komunikasi;
4. LKM berwenang untuk mendesak UKM dan HMPS untuk menyelesaikan kewajiban
administratif dan birokratis yang telah disepakati sebelumnya;
5. LKM berwenang untuk mengambil keputusan dalam sengketa antar UKM dan antar HMPS,
antara UKM dengan HMPS, serta antara UKM dan HMPS dengan lembaga lainnya dengan
ketentuan kedua belah atau lebih pihak yang bersengketa memberikan kewenangan kepada
LKM.

29
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

5. Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS)

Hingga saat ini HMJ/HMPS menemui berbagai persoalan. Persoalan yang dihadapi ini
membuat kinerja HMJ/HMPS terkendala dan tidak dapat berjalan dengan baik. Setidaknya ada
beberapa persoalan yang selama ini dihadapi, yaitu:

 Birokrasi yang cukup sulit terkait tentang proposal, LPJ dan surat yang harus melalui
persetujuan dari LKM.
 Koordinasi yang dilakukan berulang kali karena harus dilakukan terhadap LKM
maupun prodi.
 Kedudukannya yang sering kali tidak diperhitungkan oleh pihak Fakultas maupun
prodi.

Perbaikan yang dilakukan untuk menyikapi hal ini tidak perlu dilakukan secara
menyeluruh. Rancangan perbaikan yang sangat krusial untuk dilakukan ada pada alur birokrasi.
Pada proposal, LPJ dan surat setiap HMPS tetap harus disetujui oleh LKM. Hal ini dikarenakan
adanya berbagai lembaga di PM Unpar yang membutuhkan sarana prasarana ataupun dukungan
terhadap program kerjanya. Berdasarkan hal tersebut pihak LKM harus turut bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan program kerja yang dilakukan lembaga lain dengan menyetujui
program tersebut.

Sulitnya koordinasi terkait masih harus dilakukannya dengan hubungan dengan fakultas
akan dilakukan terkait dengan surat menyurat yang tidak perlu diketahui oleh LKM. Perihal surat
pencairan dana ataupun izin di tingkat fakultas, HMPS cukup menyelesaikan hingga tahap
persetujuan di tingkat fakultas dan tidak perlu melalui LKM.

30
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

I. Tujuan

 Adanya lembaga kemahasiswaan yang menjadi wadah mahasiswa di tingkat program studi
yang berfungsi untuk menghimpun serta melaksanakan program yang menjadi kebutuhan
mahasiswa di tingkat program studi tersebut.
 Representasi dari program studi yang berada di Unpar.

II. Prinsip

 Setiap populasi masyarakat yang memiliki suatu karakteristik ataupun ciri khas dapat
berhimpun untuk melanjutkan kelangsungan dan kesejahteraan populasinya.

III. Fungsi dan Kewenangan

HMPS merupakan lembaga eksekutif di tingkat program studi yang berfungsi untuk
menghimpun seluruh mahasiswa aktif dan terdaftar di tingkat program studi. Proses
menghimpun ini dilakukan dengan dilakukannya program kerja yang mengikut-sertakan seluruh
anggotanya sebagai panitia maupun peserta program tersebut.

Dengan fungsi tersebut, HMPS memiliki kewenangan:

1. Pengurus HMPS merupakan anggota yang dipilih dengan mekanisme yang ditentukan Ketua
HMPS
2. Melaksanakan program kerja ditingkat program studi
3. Bekerjasama dengan lembaga lain di lingkup PM UNPAR dengan pemberitahuan kepada
LKM
4. Mengadakan hubungan dengan instansi atau lembaga di luar PM UNPAR
5. Membentuk kepanitiaan
6. Melaksanaan pembinaan bagi mahasiswa baru
7. Menyelenggarakan rapat

31
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

8. Mengajukan berbagai usulan terhadap lembaga di PM Unpar


9. Mengajukan keberatan mengenai peraturan yang dibuat di PM Unpar
10. Mencari, menampung, mempertimbangkan, dan menindaklanjuti segala aspirasi anggotanya
11. Melaksanakan program kerja dengan bekerjasama dengan pihak program studi ataupun
dekanat.

6. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Hingga saat ini UKM menemui berbagai persoalan. Persoalan yang dihadapi ini membuat
kinerja UKM terkendala dan tidak dapat berjalan dengan baik. Setidaknya ada beberapa
persoalan yang selama ini dihadapi, yaitu:

 Birokrasi yang cukup sulit terkait tentang proposal, LPJ, surat dan dana yang harus melalui
persetujuan dari LKM.
 Koordinasi yang dilakukan berulang kali karena harus dilakukan terhadap LKM maupun
BKA.
 Kinerja Dirjen UKM dipengaruhi oleh periode kerja LKM sehingga kurang mengikat dengan
UKM.

Sama halnya dengan HMPS, perbaikan yang dilakukan untuk menyikapi hal ini tidak
perlu dilakukan secara menyeluruh. Rancangan perbaikan yang sangat krusial untuk dilakukan
ada pada alur birokrasi. Hanya proposal program kerja yang harus disetujui dengan LKM
sedangkan surat pencairan dana dan proposal serta dana latihan rutin langsung diajukan ke BKA.

Hal ini dilakukan agar mempermudah UKM untuk melaksanakan kegiatan rutinnya,
namun jadwal latihan rutin yang digunakan memang harus dikoordinasikan sebelumnya dengan
UKM lain melalui mediasi dirjen UKM.

32
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Pada rancangan kedudukannya dalam struktur PM UNPAR, UKM tetap berada dibawah
dan berkoordinasi dengan LKM. Alasan ini dikarenakan UKM melaksanakan program kerja
yang bersifat eksekutif dan sama-sama bergerak secara ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.
Disamping itu dengan adanya LKM sebagai koordinator lembaga eksekutif akan menjaga
kestabilan dan netralitas pelaksanaan program kerja UKM dan HMPS.

I. Tujuan

 Adanya lembaga kemahasiswaan yang menjadi wadah mahasiswa untuk mengembangkan


minat, bakat dan kegemarannya di lingkungan kampus Universitas Katolik Parahyangan.

II. Prinsip

 Setiap mahasiswa dan manusia pada umumnya dapat berkreasi untuk mengembangkan minat
dan bakatnya asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai tanggung jawab.
 OK merupakan organisasi yang bergerang dalam lingkup ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.

III. Fungsi dan Kewenangan

UKM merupakan lembaga yang menjadi wadah kegiatan dan kreasi mahasiswa dalam
bidang minat, bakat dan kegemaran di tingkat universitas.

Dengan fungsi tersebut, UKM memiliki kewenangan:

1. Anggota UKM merupakan mahasiswa Unpar yang tergabung secara sukarela


2. Pengurus UKM merupakan anggota yang dipilih dengan mekanisme yang ditentukan Ketua
UKM
3. Melaksanakan program yang sesuai dengan minat, kegemaran dan bakat yang menjadi ruang
lingkupnya.

33
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

4. Bekerjasama dengan lembaga lain di lingkup PM Unpar dengan pemberitahuan kepada


LKM
5. Mengadakan hubungan dengan instansi atau lembaga di luar PM Unpar
6. Membentuk kepanitiaan
7. Menyelenggarakan rapat
8. Mengadakan pembinaan dan pendidikan dasar terhadap anggota muda
9. Mengajukan berbagai usulan terhadap lembaga di PM Unpar
10. Mengajukan keberatan mengenai peraturan yang dibuat di PM Unpar
11. Melaksanakan latihan rutin terkait dengan minat, kegemaran dan bakatnya.
12. Mendapatkan dan mempertanggungjawabkan dana kepada BKA
13. Berkoordinasi dengan UKM lain dan Direktorat Jenderal (Dirjen) UKM terkait jadwal
latihan.

7. Komisi Disiplin Mahasiswa (KDM)

KDM adalah lembaga baru yang merupakan hasil kajian Panitia Khusus Pengkajian
Struktur PM Unpar. KDM adalah manifestasi dari perlunya lembaga tersendiri yang menjalankan
fungsi yudikatif. Namun begitu, lembaga ini kelak tidak hanya akan menjalankan fungsi
yudikatif (memeriksa dan menjatuhkan sanksi) melainkan juga melakukan pengawasan dalam
hal-hal tertentu dengan tetap berkoordinasi dengan lembaga lain di PM Unpar.

KDM menjalankan fungsi dan kewenangannya dalam ruang lingkup PM Unpar dan tidak
melebihi batas itu. Pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi hanya dapat dilakukan
selama berkaitan dengan dinamika yang terjadi di PM Unpar. Sehingga konsekuensinya adalah
KDM hanya memiliki kewenangan terbatas pada seluruh pengurus lembaga dan/atau panitia
acara di PM Unpar.

34
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

I. Tujuan

 KDM bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kedisiplinan di dalam dinamika PM


Unpar sehingga dengan begitu diharapkan visi-misi setiap lembaga dapat dicapai. Ketertiban dan
kedisiplinan pada dasarnya akan menyangkut tidak adanya tindakan sewenang-wenang dari
setiap lembaga serta tidak adanya pertentangan di antara lembaga baik dari segi peraturan dan
birokrasi.

II. Tugas dan Kewenangan

Dalam hal tugas dan kewenangan, beberapa catatan yang sekiranya dapat dijadikan
landasan untuk berdirinya KDM dapat dilihat dari tiga (3) ranah kyang krusial. Diantaranya:

A. Berkenaan dengan peraturan:

1. Berwenang menafsirkan AD/ART apabila terdapat sengketa antar lembaga PM Unpar


mengenai ketentuan di AD/ART;

2. Berwenang membatalkan peraturan di bawah AD/ART yang bertentangan dengan


AD/ART;

3. Menerima gugatan suatu ketentuan dari peraturan yang berlaku di PM Unpar oleh suatu
lembaga di PM Unpar. (Jika mahasiswa non-lembaga ingin mengajukan gugatan seperti
tersebut di atas, maka yang bersangkutan memintanya kepada HMJ/HMPS, agar
HMJ/HMPS yang akan mengajukan gugatan kepada KDM).

35
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

B. Berkenaan dengan pengawasan dan pemeriksaan:

1. Berwenang melakukan pengawasan terhadap sebuah program kerja yang dilaksanakan


suatu lembaga di PM Unpar dengan berkoodinasi dengan lembaga yang bertanggung
jawab atas program kerja tersebut;

2. Berwenang memeriksa pengurus, panitia dan program kerja yang dianggap tidak sesuai
dengan proposal yang diajukan kepada MM berdasarkan laporan atau pemanggilan
langsung hasil koordinasi dengan lembaga yang bertanggung jawab.

C. Berkenaan dengan pemberian sanksi:

Berwenang menjatuhkan sanksi terhadap pengurus lembaga, lembaga di PM Unpar dan/atau


panitia dari sauatu program kerja.

III. Kemungkinan Pelanggaran yang Terjadi

Pelanggaran-pelanggaran yang kemungkinan akan terjadi oleh pengurus lembaga, lembaga


di PM Unpar dan/atau panitia adalah sebagai berikut:

 Melakukan tindakan tercela, kekerasan/kriminal terhadap sesama pengurus lembaga atau


kepanitian;
 Melakukan pengerusakan terhadap fasilitas kampus yang berkaitan dengan kedudukannya
sebagai pengurus lembaga;
 Mengabaikan aspirasi yang disuarakan mahasiswa kepadanya dan/atau lembaganya;
 Dengan sengaja, diduga merusak program kerja lembaganya atau lembaga lain;

36
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

 Melakukan tindakan tercela/kriminal yang melanggara peraturan perundang-undangan


dan/atau peraturan universitas.

Pada dasarnya tidak tertutup kemungkinan akan terjadi bentuk pelanggaran-pelanggaran lain
yang mungkin bisa terjadi, sehingga bentuk pelanggaran lainnya dapat disesuaikan dengan
kondisi PM Unpar setiap periodenya.

IV. Sanksi yang Bisa Diterapkan

1. Pemberhentian secara tidak hormat dari lembaganya di PM Unpar;


2. Melakukan permintaan maaf secara terbuka melalui majalah dinding (mading) dan/atau
media kampus.

Berkenaan dengan sanksi yang dapat diterapkan kepada pengurus lembaga, lembaga di
PM Unpar dan/atau panitia oleh KDM tidak serta merta mengatakan bahwa pihak lain yang
berwenang untuk menjatuhkan sanksi menjadi tidak berlaku. Dalam hal pelanggaran yang
dilakukan melanggara banyak peraturan, kepadanya tetap bisa dikenakan sanksi sesuai ketentuan
dari peraturan yang dilanggar.

V. Kepengurusan KDM

Kepengurusan KDM terdiri dari sembilan (9) anggota dimana ketua dan wakil ketua
merangkap menjadi anggota. Seluruh pengurus KDM merupakan mahasiswa yang diajukan oleh
setiap program studi yang kemudian menjalani proses seleksi yang diselenggarakan oleh MM
dengan membentuk panitia seleksi (pansel) KDM sesuai amanat AD/ART dan kemudian dilantik
oleh Presiden Mahasiswa. (Skema pemilihan KDM dilampirkan).

37
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

E. Bagan Struktur PM Unpar Hasil Kajian Pansus

Persatuan Rektorat

Mahasiswa (PM)

Kongres

MM LKM KDM Biro Fakultas

SMF HMJ/HMPS UKM

F. Pemilihan Umum PM Unpar (PUPM)

KPU-PM Unpar adalah panitia penyelenggara kegiatan pemilihan umum yang


mengakomodir regenerasi kepengurusan seluruh lembaga kemahasiswaan kecuali UKM.
Kegiatan ini secara resmi diakui dalam AD/ART PM Unpar sehingga keberlangsungannya
dipegang oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa Unpar (MPM Unpar). Adapun tujuan dari PUPM
antara lain adalah menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkompeten, berkualitas, dan
berintegritas tinggi dalam bidang kemahasiswaan dan kepengurusan PM Unpar di masa depan.

Pemilihan ini meliputi pemilihan Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) setiap fakultas
sebanyak 5 individu, Presiden dan Wakil Presiden LKM Unpar, serta Ketua Himpunan dalam
setiap program studi di Unpar. PUPM turut memberikan kontribusi bagi mahasiswa Unpar untuk

38
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

berdemokrasi dalam kampus melalui hak pilihnya. Tentunya dalam jalannya kegiatan ini KPU-
PM tidak berjalan sendiri. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) PUPM pun dibentuk sebagai
lembaga pengawas jalannya PUPM agar dapat berjalan dengan baik dan sanggup mencapai
tujuannya.

Masalah yang selalu diperdebatkan adalah fungsi ganda MPM yang berperan sebagai
KPU dan Bawaslu dalam penyelenggaraan PUPM jika menghadapai segala bentuk pelanggaran
dan/atau tuntutan dalam pemilu. Secara khusus apabila tuntutan pada pelanggaran tersebut
ditujukan untuk KPU-PM, bagaimana mungkin MPM akhirnya mengadili dirinya sendiri? Selain
itu kerap kali independensi PUPM dirasa kurang karena dijalankan oleh orang-orang yang
mungkin memiliki kepentingan lain di dalam jalannya rangkaian PUPM.

Kurangnya sumber daya manusia pun turut menjadi kendala tersendiri dalam kegiatan
PUPM sehingga sampai sekarang penyelenggaraan PUPM masih menjadi tanggung jawab MPM
sebagai pelaksananya. “Masalah yang selalu diperdebatkan adalah fungsi ganda MPM yang
berperan sebagai KPU dan Bawaslu dalam penyelenggaraan PUPM jika menghadapai segala
bentuk pelanggaran dan/atau tuntutan dalam pemilu. Secara khusus apabila tuntutan pada
pelanggaran tersebut ditujukan untuk KPU-PM, bagaimana mungkin MPM akhirnya mengadili
dirinya sendiri? Selain itu kerap kali independensi PUPM dirasa kurang karena dijalankan oleh
orang-orang yang mungkin memiliki kepentingan lain di dalam jalannya rangkaian PUPM.”

Mengutip dari paragraf di atas, jelas hal ini menjadi satu akar permasalahan utama
mengapa selalu ada yang terasa ganjil dari penyelenggaraan PUPM Unpar. Tradisi yang melekat
bahwa MPM adalah penyelenggara pemilu harus segera dibenarkan. Ke depan KPU dan
Bawaslu PUPM harus menjadi lembaga yang independen, lepas dari kestrukturan lembaga yang
ada di dalam PM Unpar. Maka dari itu KPU dan Bawaslu PUPM akan bersifat ad-hoc.

Ke depannya, KPU dan Bawaslu PUPM tidak akan mengalami perubahan tujuan kegiatan
namun harus dilakukan pembetulan otoritas pemegang jalannya kegiatan oleh pihak independen

39
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

di luar struktural lembaga. Namun alur pertanggungjawaban dan pengesahan hasil PUPM tetap
menjadi tanggungan Majelis Mahasiswa ke depannya. Bursa pemilihan ketua KPU dan Bawaslu
PUPM akan dibuka Majelis Mahasiswa membuka screening dalam pemilihan bursa ketua KPU
dan Bawaslu PUPM yang kemudian akan disahkan oleh LKM Unpar.

PUPM akan dijalankan oleh lembaga Ad Hoc (dibentuk saat dibutuhkan) sehingga
PUPM dijalankan oleh lembaga yang independen. Hal ini menjadi sangat penting untuk
dilakukan agar netralitas dalam proses PUPM dapat dicapai. MM akan membuka open
recruitment untuk memilih Ketua KPU dan Bawaslu. MM sendiri akan membentuk panitia
seleksi dalam penentuan Ketua KPU dan Bawaslu tersebut. Setelah Ketua KPU dan Bawaslu
terbentuk, kemudian dibuka open recruitment kembali untuk kepanitian KPU dan Bawaslu. KPU
dan Bawaslu yang sudah terbentuk kemudian dilantik oleh Presiden Mahasiswa. (Skema proses
pembentukan kepanitian PUPM dilampirkan).

Beberapa usulan terkait pemilu lainnya adalah sebagai berikut:

1. Mengenai kasus pelanggaran (baik berupa black campaign, vandalisme, dan lain-lain) yang
dilakukan oleh mahasiswa non-lembaga dapat diperkarakan oleh kandidat yang bersangkutan
kepada KDM di dalam PM Unpar.
2. Mengenai screening kandidat.

a. Screening kandidat hanya dilakukan oleh lembaga legislatif.


b. Mengenai hasil screening disarankan tidak menjadi halangan seseorang untuk melaju ke
dalam PUPM Unpar karena pemilu diharapkan menjadi sarana yang bebas bagi
mahasiswa untuk mengembangkan diri di dalam ranah OK.

40
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Hal-hal Berkenaan PUPM

1. Kepanitian PUPM (KPU dan Bawaslu) dilaksanakan oleh Kepanitian Ad Hoc;

2. Yang dipilih untuk KPU dan Bawaslu pusat adalah Ketua;

3. KPU dan Bawaslu tingkat bawah (fakultas dan/atau jurusan) dilaksanakan dengan prinsip
dinamis. Maksudnya adalah KPU dan Bawaslu ditingkat fakultas dan jurusan disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan fakultas dan jurusan tersebut dengan ketentuan bahwa
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan PUPM dan peraturan PM;

4. Bawaslu hanya berwenang memberikan laporan dan/atau rekomendasi jika terjadi suatu
pelanggaran kepada KPU. Penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran tersebut dijatuhkan oleh
KPU;

5. KPU dan Bawaslu pusat bertanggung jawab kepada MM; sementara KPU dan Bawaslu
fakultas dan/atau jurusan bertanggung jawab kepada KPU dan Bawaslu pusat;

6. Hasil pemilu seluruhnya disahkan dalam Sidang Majelis Mahasiswa;

7. Mahasiswa yang tidak berkaitan langsung dengan jalannya proses pemilu yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan PUPM, diperiksa dan dijatuhkan sanksi oleh KDM.

41
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

BAB III

PENUTUP

Grand design yang dihasilkan oleh Panitia Khusus Pengkajian Struktur (Pansus) PM
Unpar ini merupakan pertanda bahwa organisasi kemahasiswa di Unpar memiliki permasalahan
yang cukup serius yang karenanya perlu segera diperbaiki. Dari persoalan-persoalan yang
dihadapi, Pansus dapat mengatakan bahwa persoalan tentang OK muncul pertama-tama
disebabkan oleh minimnya keterlibatan mahasiswa Unpar sendiri dalam pengaturan tentang OK.

Grand design ini ingin memperlihatkan keseriusan mahasiswa Unpar untuk turut terlibat
langsung dalam pengaturan dinamika OK di Unpar dalam Persatuan Mahasiswa Universitas
Katolik Parahyangan (PM Unpar). Oleh karenanya, kesimpulan yang paling logis adalah grand
design ini diharapkan segera dimanifestasikan ke dalam peraturan dari universitas agar OK
diakui dan semakin baik untuk dijalankan. Lebih lanjut, pengurus PM Unpar periode di masa
mendatang (khusunya periode 2015/2016) dapat melandaskan tugas dan kewenangannya seperti
yang sudah dijabarkan dalam grand design ini.

Bagaimanapun, grand design ini memiliki kekurangan di berbagai sisi oleh karena
keterbatasan Pansus itu sendiri. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa setiap penjelasan
yang diputuskan dalam grand design ini akan tidak relevan pada suatu waktu tertentu dan
perubahan terhadapnya sangat terbuka. Meski begitu, Pansus tetap menyakini untuk jangka
pendek, apa yang sudah diputuskan Pansus dalam grand design ini cocok dan relevan untuk di
terapkan dalam PM Unpar.

Untuk semua kerja sama Anda sekalian, Pansus mengucapkan banyak terima kasih.

42
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

LAMPIRAN

43
Lampiran 1:

Struktur PM Unpar
PERSATUAN MAHASISWA REKTORAT
Kongres

Majelis Mahasiswa Lembaga Kepresidenan Komisi Disiplin Biro-Biro Fakultas


(MM) Mahasiswa Mahasiswa
(LKM) (KDM) Dalam hal pelanggaran pemilu dilakukan pihak
yang tidak berkaitan dengan proses pemilu,
sanksi terhadapnya dijatuhkan oleh KDM.
Senat Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Unit Kegiatan
Fakultas (SMF) Program Studi/Jurusan Mahasiswa
(HMPS/HMJ) (UKM)

Pemilihan Umum PM (PUPM)


Kepanitiaan PUPM dilaksanakan oleh Kepanitiaan Ad Hoc.

KETUA Komisi Pemilihan Umum


Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Majelis Mahasiswa Pansel Ketua dilantik oleh
(MM) KPU dan Bawaslu Presiden Mahasiswa
KETUA Badan Pengawas Pemilu
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

(Pertanggung-jawaban KPU dan Bawaslu)


Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Lampiran 2:

Pemilihan Komisi Disiplin Mahasiswa (KDM)


AD/ART

Himpunan Mahasiswa Satu (1) Calon Pansel Sembilan (9)


Program Studi/Jurusan WAJIB mengusulkan dari Setiap Himpunan DISELEKSI KDM Pengurus KDM
(HMPS/J) (ada 16 calon KDM) (1 periode)

dilantik oleh
Presiden Mahasiswa

45
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Hierarki Peraturan yang berlaku di PM Unpar

Keputusan Kongres

AD/ART Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

TAP MM Ketetapan Majelis Mahasiswa

PerPres/KepPres/ Peraturan Presiden/Keputusan Presiden


TAP SMF Ketetapan Senat Mahasiswa Fakultas

PerHim/KepKahim/ Peraturan Himpunan/Keputusan Ketua Himpunan


PerUKM/KepKUKM Peraturan UKM/Keputusan Ketua UKM

PerPan Peraturan Kepanitian

46
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Lampiran 3:

Hal-hal Berkenaan Jangka Waktu


1. Senator fakultas menentukan kepengurusan Majelis Mahasiswa kemudian melaksanakan
Sidang Umum I Majelis Mahasiswa, selambat-lambatnya empat belas (14) hari setelah
LPJ MM periode sebelumnya diselesaikan;
2. Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa dan seluruh Ketua Himpunan
dilaksanakan selambat-lambatnya tujuh (7) hari setelah Sidang Umum I Majelis
Mahasiswa dilaksanakan;
3. Sidang Umum Kongres dalam hal penyusunan AD/ART mulai dilaksanakan dihari yang
sama dihari pelantikan Presiden dan Wakil Presiden dan Ketua Himpunan dan disahkan
selambat-lambatnya empat belas (14) hari;
4. Majelis Mahasiswa menentukan keanggotaan Panitia Seleksi (Pansel) KDM selambat-
lambatnya tujuh (7) hari setelah AD/ART disahkan dalam Sidang Umum Kongres;
5. Setiap Ketua Himpunan wajib mengusulkan satu nama calon sebagai anggota KDM
selambat-lambatnya tujuh (7) hari setelah Pansel KDM terbentuk;
6. Lama tugas Pansel KDM adalah empat hari (14) hari (mencakup tahap persiapan hingga
keputusan hasil seleksi);
7. KDM dilantik oleh Presiden Mahasiswa selambat-lambatnya tujuh (7) hari setelah
keputusan Pansel KDM dikeluarkan.

47
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

PANITIA KHUSUS PENGKAJIAN STRUKTUR PM UNPAR

Kreeshna Manganju Senjaya Setianto

Hubungan Internasional - 2010330167 Teknik Sipil - 2011410144

Anggota Anggota

Christian Yoga Cahyo Wicaksono Charlie Albajili

Akuntansi - 2011130012 Hukum - 2011200235

Anggota Anggota

Ernest C. Layman Richard

Teknik Industri - 2011610070 Hukum - 2012200303

Anggota Koordinator

48

Anda mungkin juga menyukai