PERSATUAN MAHASISWA
Hasil Kajian
2015
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
DAFTAR ISI
2
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 43
Lampiran 1: ................................................................................................................................... 44
Lampiran 2: ................................................................................................................................... 45
Lampiran 3: ................................................................................................................................... 47
3
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
BAB I
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi sebagai house of values adalah lembaga yang bertugas untuk
membentuk insan akademis. Dalam kehidupan kampus, mahasiswa adalah mereka yang
berproses menjadi insan akademis. Tentunya dalam insan akademis melekat sifat kritis dan
akademik, dalam arti seorang mahasiswa akan selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah.
Tujuan perguruan tinggi membentuk insan akademis ini dijabarkan oleh Mohammad Hatta
melalui pendapatnya bahwa kampus bertugas membentuk manusia susila dan demokrat yang:
Dalam upaya mencapai insan akademis itu, tentunya mahasiswa membutuhkan ruang
untuk dapat mengorganisir dan menyistemasi dirinya sendiri. Ruang itu adalah Organisasi
Kemahasiswaan (OK). Dalam hal ini, OK muncul karena adanya kebutuhan dari mahasiswa
sendiri untuk menjamin efektivitas dan efisiensi upaya-upayanya dalam mendidik diri sendiri
dan mengembangkan ide serta gagasannya.
4
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
dijalankan. Oleh karena itu sebuah OK idealnya memiliki sistem yang partisipatif, aspiratif dan
representatif bagi mahasiswa.
Sebuah OK harusnya bersifat administratur dan mengakomodasi. Dalam organ inilah, ide
dan gagasan mahasiswa harusnya dapat diekskalasikan. Si pengemban jabatan dalam organ ini
harus dapat melayani ide dan gagasan tadi dan bukan malah menjadi elit kekuasaan sendiri.
Maka dari itu, program kerja dan tingkat partisipasi atau keterlibatan mahasiswa dalam wacana
kehidupan kampus menjadi penilaian utama untuk mengukur baik atau tidaknya suatu OK itu.
Di samping juga menjadi laboratorium bernegara bagi mahasiswa demi tercapainya cita-cita
kampus: Membentuk insan akademis.
Upaya membentuk sebuah tatanan OK yang ideal tentunya memerlukan berbagai macam
pandangan dan partisipasi aktif dari mahasiswa. Membangun struktur yang ideal tentu harus
didasarkan pada bangunan visi dari lembaga tersebut dan tentunya hakikat dari OK itu sendiri.
5
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Persatuan Mahasiswa Unpar (PM Unpar) lahir sebagai penyempurnaan dari Keluarga
Mahasiswa Unpar (KM Unpar) sebagai suatu student government yang beranggotakan
mahasiswa Unpar itu sendiri. Dalam perjalanannya, struktur dan sistem PM Unpar berganti
beberapa kali menyesuaikan tuntutan zaman. Sistem Majelis Perwakilan Mahasiswa-Dewan
Mahasiswa (MPM-DeMa) sebagai bentuk awal berubah menjadi sistem Senatoris di tahun 80-an
6
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Dampak jangka panjang yang kemungkinan besar terjadi adalah hilangnya ego sebagai
mahasiswa Unpar karena tergerus oleh identitas dan kepentingan tiap-tiap golongan (dalam hal
ini Himpunan Mahasiswa Program Studi). Lalu lahirnya generasi mahasiswa yang sebagian
besarnya tercetak sebagai penurut dan pro status quo. Kemampuan berargumen, pengetahuan
luas, manajemen konflik, hingga kepiawaian pemimpin hanya didapat oleh mereka para “aktivis”
kampus yang mau berusaha lebih dan memahami tujuan utama dari oraganisasi kemahasiswaan.
Masuk ke tahun 1998, NKK/BKK memang telah dicabut tapi PM Unpar sudah terlalu
lama membusuk dan para petingginya dianggap sebagai antek rektorat. Walhasil? Perubahan
sistem dan struktur yang terjadi tidak berjalan mulus. MPM dan DeMa (kemudia Lembaga
Kepresidenan Mahasiswa; LKM) kembali terlahir dengan satu tambahan berupa Lembaga
Yudikatif (LY) sebagai respon akan keharusan pemisahan kekuasaan. Di sini MPM merupakan
lembaga tertinggi sebagai respon atas permintaan mahasiswa bahwa OK haruslah dipimpin oleh
lembaga yang “umumnya” netral melihat kondisi saat itu dimana politik praktis parpol masuk ke
kampus-kampus. MPM sebagai wadah perwakilan tiap-tiap fakultas jelas memenuhi syarat ini.
Berbeda dengan LKM yang dipimpin oleh Presiden Mahasiswa yang merupakan pesanan
satu golongan tertentu. Ini juga yang dijadikan pembenaran oleh MPM untuk mengadakan
7
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
pemilu. Seiring berjalannya waktu, LY yang kemudian berganti nama menjadi Internal Inspector
(II) digabung kedalam MPM sebagai tindak lanjut dari ketidakpastian pekerjaan II yang hanya
menunggu kasus. Di awal eranya ketika masih terpisah dengan MPM, II melakukan sidang
penjatuhan sanksi dihadiri oleh perwakilan Rektorat. Ini sebagai respon bahwa penjatuhan sanksi
seharusnya dilakukan oleh Rektorat, bukan oleh mahasiswa.
Di tahun 2002-2003, PM Unpar mulai menganut sistem dan struktur yang telah lama kita
kenal. Kini, PM Unpar merupakan OK dengan potensi yang besar dari tersedianya mahasiswa
dalam jumlah banyak maupun sokongan dana dari pihak rektorat yang begitu besar dan relatif
mudah. Namun potensi ini sia-sia ketika kini kita melihat bahwa sistem yang ada tidak berjalan
sebagaimana semestinya. LKM tidak mampu menjadi patron bagi HMPS dan UKM karena
warisan masa lalu berupa ego golongan yang begitu besar, sehingga terjadi bentuk pemerintahan
federalis dimana dalam berbagai kasus, HMPS dan UKM jauh lebih menonjol baik dari segi
program kerja (proker), prestasi maupun pengakuan.
Seiring berjalannya waktu, sementara HMPS berbenah untuk kembali menjadi wadah
pencetak pemimpin bangsa, LKM justru kembali ke zaman batu dengan hanya dikenal sebagai
event organizer. MPM yang ada pun bukan justru menjadi wadah diolahnya aspirasi semua
golongan mahasiswa, malah menjadi wadah mengolah aspirasi elit MPM semata. Muncul gap
yang besar antara MPM dan mahasiswa. Lantas kemana mahasiswa bersandar? Lagi-lagi kepada
HMPS walaupun justru akibatnya HMPS berperan ganda sebagai penyalur aspirasi, pelaksana
aspirasi, dan juga pendidik mahasiswa, namun himpunan bisa lebih responsif.
MPM yang seyogianya merupakan lembaga legislatif dan semi-yudikatif justru berubah
menjadi lembaga yudikatif semi-legislatif karena semua orang justru mengerjakan peran II dalam
hal pengawasan lembaga. TAP yang dihasilkan hanya produk copy-paste, tanpa manfaat yang
berarti. Hal ini terjadi karena mereka para anggota MPM hanya dididik berdasarkan pengalaman
di dalam lembaga eksekutif tanpa pernah mendapatkan pendidikan legislatif. MPM pada
dasarnya tidak pernah memiliki proses regenerasi. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) hanya
8
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
mewariskan pemahaman yang salah akan dunia legislatif dan semi-yudikatif. Jangan salahkan
keadaan bahwa pengurusnya berorientasi hanya pada aspek akademis maupun perilaku hedonis.
Fenomena ini merupakan dampak dari para elit lembaga yang tidak mencoba memahami sistem,
menjalankan sistem, ataupun memperbaiki sistem secara signifikan.
E. Fenomena di PM Unpar
Berdiri sejak 1972 PM Unpar merupakan satu-satunya wadah yang mendukung segala
aktivitas mahasiswa di lingkungan kampus Unpar. Selama perjalanannya dari tahun ke tahun PM
Unpar selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari segi sistem, struktur, maupun pola
kerja. Sejak akhir tahun 1990-an sampai saat ini PM UNPAR terdiri atas empat (4) jenis lembaga
kemahasiswaan yaitu MPM, LKM, HMPS dan UKM.
Konsep terakhir PM Unpar ini menuai banyak kritikan. Sejak awal terbentuknya, konsep
PM Unpar 2005 memang telah banyak menuai perdebatan. Berbagai masalah ditemukan baik
dalam konsep OK yang dibawa hingga persoalan legalitas aturannya di level universitas. Dengan
keadaan seperti itu, terjadi banyak fenomena-fenomena di lingkungan Unpar terkait OK. Adapun
fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkungan PM UNPAR antara lain:
9
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
10
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
3. Jalur aspirasi bagi seluruh mahasiswa Unpar melalui lembaga di PM Unpar yang
tidak jelas.
Permasalahan lainnya adalah tidak adanya alur aspirasi yang jelas. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, pada hakikatnya OK adalah representasi mahasiswa dalam kehidupan
universitas. Tingkat partisipasi/keterlibatan mahasiswa dalam wacana kehidupan kampus
menjadi penilaian utama untuk mengukur baik atau tidaknya suatu OK itu.
Melihat fenomena kehidupan kampus Unpar ke belakang, keterlibatan mahasiswa dalam
wacana kehidupan kampus sangat minim. Berbagai peraturan kampus seperti penentuan biaya
SKS, semester pendek (SP), hingga larangan merokok tidak melibatkan mahasiswa dalam
pembentukannya. Maka pertanyaannya adalah, di manakah peran OK?
Dalam struktur, tidak ada satu lembaga yang memang bertugas menyalurkan aspirasi dan
menindak lanjutinya baik dengan lobbying rektorat ataupun pembentukan peraturan. Idealnya
fungsi ini dipegang oleh lembaga legislasi, namun pada kenyataannya setiap lembaga dapat
menerima aspirasi tersebut. Di sini permasalahannya adalah berarti tidak ada pemisahan yang
jelas antara fungsi legislasi dan eksekusi. Pemisahan ini tentu saja diperlukan agar setiap
lembaga mempunyai fokus dan capaian yang maksimal.
11
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
dalam konsep yang dibawa sehingga mengakibatkan tidak adanya check and balances di antara
lembaga-lembaga yang ada.
6. Kedudukan HMPS dengan pihak fakultas dan program studi yang sering kali
kurang diakui eksistensinya.
Hal ini seringkali terjadi dalam banyak pengalaman HMPS. Pihak fakultas bisa serta-
merta menolak program kerja HMPS dengan alasan yang dibuat sepihak oleh pihak fakultas. Hal
ini sangat menghambat konerja HMPS karena selain kebebasan mahasiswa dalam HMPS
dikekang, pengurus HMPS akan kesulitan mengembangkan fungsi lembaganya sehingga tujuan
yang sudah dibuat tidak dapat dicapai.
7. MPM Fakultas yang sering melupakan tanggung jawabnya terhadap fakultas yang
diwakilkan.
Keadaan bahwa wakil dari fakultas di MPM cenderung lupa mewakili kepentingan
fakultasnya dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, urusan MPM di tingkat universitas
12
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
terbilang cukup rumit dan krusial. Dengan mengacu pada kondisi tersebut, sangat mudah untuk
anggota MPM mencari alasan untuk tidak bisa dengan baik menjadi wakil atas kepentingan
fakultasnya di MPM.
Kedua, jalur aspirasi yang cukup rumit karena mereka yang sudah terpilih di fakultas
sudah berada di tingkat universitas. Selain alur birokrasi yang rumit, seluruh aspirasi menjadi
tercampur-baur di MPM sehingga tidak dapat diakomodir dengan baik.
Seluruh fenomena tersebut menjadi landasan dibentuknya PM UNPAR yang lebih baik
lagi dengan adanya pengkajian struktur PM UNPAR. Melihat berbagai dinamika yang terjadi
dalam PM Unpar ke belakang yang dipenuhi dengan berbagi masalah, upaya pengkajian kembali
organisasi kemasiswaan PM Unpar tentunya adalah penantian panjang mengingat sejak awal
terbentuknya konsep terakhir PM Unpar pada 2005, konsep ini sudah menuai banyak perdebatan.
Dalam merumuskan seperti apa konsep baru dan struktur keorganisasian PM Unpar tentu
saja kita tidak dapat berpaling dari tujuan dan hakikat dari OK itu sendiri. Berbagai masalah
yang terjadi dalam konsep PM Unpar 2005 pun harus dijadikan pertimbangan.
13
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
REKTOR
u.p
W.R. Bidang
Kemahasiswaan
LKM
HMPS UKM
14
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
BAB II
KONSEPSI PM UNPAR
A. Latar Belakang
OK merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki sebuah Perguruan
Tinggi, sebab keberadaannya akan sangat berkaitan dengan proses pendidikan yang dijalani oleh
mahasiswa. OK ini, sesuai amanat pasal 14 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakat,
minat, dan kemampuan dirinya melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler sebagai bagian
dari proses pendidikan yang dijalaninya di kampus. Meskipun OK adalah lembaga non-
struktural, tetapi karena eksistensinya berkaitan dengan pengembangan diri mahasiswa maka OK
akan turut mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan di lingkungan perguruan
tinggi.
Pada dasarnya, seperti sudah dibahas secara komprehensif di bab sebelumnya, OK adalah
sarana bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai insan akademis di lingkungan
perguruan tinggi. Melalui OK, setiap mahasiswa berhimpun dan mengambil sikap bersama.
Keberadaannya bukan hanya sebagai wadah, melainkan fungsi yang harus dijalankan. Oleh
15
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
karena itu sebuah OK diharapkan memiliki sistem yang partisipatif, aspiratif dan representatif
bagi mahasiswa itu sendiri.
Disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi kemahasiswaan di Unpar dan dengan tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berkaitan, OK (selanjutnya ditulis PM Unpar)
diharapkan dapat berperan sebagai sebagai sarana yang memfasilitasi mahasiswa untuk
berhimpun, berdiskusi, dan bekerjasama. Dengan peran yang strategis dan penting itu maka, PM
Unpar memiliki fungsi-fungsi:
16
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Hal ini tetap harus didasarkan pada kesadaran bahwa PM Unpar merupakan lembaga
non-struktural di Unpar, namun bukan berarti tidak memiliki peranan penting dan krusial.
Dengan ketentuan bahwa PM Unpar adalah lembaga non-struktural di PM Unpar, pola
berpikirnya adalah bahwa PM Unpar harus berkoordinasi dengan lembaga struktural di Unpar.
Hal ini secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa antara pengurus PM Unpar memiliki
kedudukan yang setara dan saling berkoordinasi dalam hal OK di Unpar.
Falsafah, prinsip, fungsi, dan kedudukan yang sudah diuraikan di bagian sebelumnya
mengindikasikan perlu adanya penyesuaian struktur PM Unpar di kondisi yang sudah dirangkum
17
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
tersebut. Pansus Pengkajian Struktur PM Unpar menghasilkan kajian berkenaan dengan hal
tersebut yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kongres PM Unpar
1. Sidang Istimewa (SI) Kongres: dilaksanakan dalam kondisi darurat dimana salah satu
lembaga atau lebih dirasa sudah tidak dapat menjalankan fungsinya ataupun terdapat
suatu permasalahan yang tidak terdapat rujukannya pada AD/ART sekalipun. SI dipimpin
18
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
oleh presidium berjumlah lima orang yang dicapai melalui kesepakatan anggota Kongres
itu sendiri. SI sendiri hanya bisa dilaksanakan bila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3
anggota Kongres yang berasal dari sekurang-kurangnya dua lembaga. SI Kongres juga
bisa memutuskan untuk membekukan suatu lembaga atau tidak.
2. Sidang Umum (SU) Kongres: dilaksanakan guna memenuhi agenda-agenda umum
Kongres seperti perumusan dan pengesahan AD/ART serta tata tertib Kongres. SU
Kongres dipimpin oleh Majelis Mahasiswa.
3. Referendum: dalam keadaan dimana Kongres tidak mampu menghasilkan keputusan
bahkan setelah melalui sidang berkali-kali dan mahasiswa Unpar dirasa mampu oleh
anggota Kongres untuk menentukan nasib PM Unpar secara langsung, Referendum bisa
dilaksanakan oleh Kongres atas persetujuan 2/3 anggota Kongres.
Kewenangan MPM selaku lembaga tertinggi di PM Unpar pun begitu luas dan krusial.
Mulai dari perumusan dan pengesahan dua peraturan tertinggi secara berturut-turut yaitu
AD/ART dan Ketetapan (TAP) MPM. Di samping itu juga melantik semua pimpinan lembaga
dan melaksanakan Pemilihan Umum PM Unpar (PUPM Unpar) serta memperjuangkan aspirasi
mahasiswa Unpar. II sendiri memberikan sanksi kepada mahasiswa atas suatu pelanggaran
hukum PM Unpar, mengawasi seluruh kegiatan kemahasiswaan di PM Unpar dan melakukan
audit berupa pemeriksaan semua proposal dan laporan pertanggungjawaban kegiatan PM Unpar
karena MPM merupakan penanggungjawab tertinggi atas semua kegiatan PM Unpar.
19
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Terdapat begitu banyak celah untuk konflik kepentingan disini. Ketika PUPM, lembaga
ini juga merangkap sebagai Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu). Lagi-lagi konflik kepentingan bisa terjadi disini karena sebagai pelaksana PUPM,
MPM tidak memiliki pengawas dalam memastikan independensi, sebab tidak ada prosedur untuk
mengawasi maupun menghukum anggota MPM.
Atas trifungsi ini (karena ditambah sebagai pelaksana pemilu), pihak MPM menjelaskan
bahwa sebagai lembaga dengan perwakilan dari tiap-tiap fakultas, MPM merupakan lembaga
paling tidak memihak atau netral. Kelemahan argumen ini ialah ketika MPM sendiri selama
beberapa tahun terakhir antara selalu mengalami ketiadaan perwakilan dari salah satu fakultas
ataupun tiap-tiap perwakilan hanya membawa kepentingan himpunannya (mahasiswa program
studinya secara keseluruhan ataupun fakultasnya) yang terlihat dari rendahnya penyerapan
aspirasi dari tiap-tiap anggota MPM.
Penyelewengan lainnya adalah ketika seluruh anggota MPM ikut mengawasi semua
kegiatan PM Unpar ketika jelas-jelas dalam deskripsi kerjanya, hanya II yang memiliki
kewenangan tersebut. Mereka yang dipilih untuk menjadi MPM bertujuan memperjuangkan
aspirasi sehingga minimnya minat untuk menjadi II dan melakukan pengawasan. Tetapi setelah
dilantik, seluruh anggota MPM justru ikut melakukan pengawasan.
Dalam ranah PUPM, MPM sebagai pelaksana sekaligus penghasil keputusan tertinggi di
PM Unpar bisa berlaku sewenag-wenang ketika terjadi permasalahan dalam proses PUPM.
Bentuk tindakan sewenang-wenang ini ialah menghasilkan keputusan dalam sidang istimewa
secara mendadak, tidak transparan dan gegabah. Alat kelengkapan di dalam lembaga ini pun
tidak mencerminkan struktur suatu lembaga legislatif dikarenakan komisi yang ada memiliki
program kerja untuk dijalankan di luar ranah legislatif sehingga lebih mirip dengan departemen-
departemen yang umumnya ada di lembaga eksekutif. Sementara produk lembaga legislatif
umumnya berupa peraturan (ataupun bila berbentuk program kerja hanyalah pendidikan
legislasi).
20
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Maka dibutuhkan suatu reformasi atas lembaga MPM ini untuk bertransformasi menjadi
suatu lembaga legislatif seutuhnya bernama Majelis Mahasiswa (MM). Lembaga ini bukanlah
lembaga tetap sebagaimana Lembaga Kepresidenan Mahasiswa (LKM) maupun Komisi Disiplin
Mahasiswa (KDM), karena MM hanya terbentuk ketika sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
program studi yang ada di Unpar memiliki perwakilannya sebagai anggota di MM. Yang berhak
menjadi anggota lembaga ini adalah mereka para senator di Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)
yang mewakili kepentingan program studi yang ada di Unpar. Setiap program studi hanya boleh
mewakili kepentingannya kepada satu orang senator, sementara satu orang senator hanya boleh
mewakili maksimal dua program studi baik yang berada di fakultasnya maupun lintas fakultas.
Dalam kondisi ideal, setiap fakultas memiliki lima (5) orang senator yang tergabung
dalam SMF dimana terdapat mahasiswa dari setiap program studi (maksimal 35 senator seluruh
fakultas dimana terdapat mahasiswa dari semua program studi yang berjumlah 16). Maka 16
orang dari setiap program studi ini, dilengkapi dengan “surat mengetahui” dari tiap-tiap Ketua
HMPS-nya, menjadi anggota Majelis Mahasiswa untuk menyerap aspirasi, terkait permasalahan
di ranah universitas, dari seluruh mahasiswa program studi yang diwakilinya untuk
diperjuangkan.
Ketika dalam SMF terdapat kendala wajar mulai dari tidak adanya senator dari program
studi tertentu ataupun permasalahan di tingkat fakultas membutuhkan perhatian penuh dari
sejumlah senator (ketakutan terabaikan bila sebagian besar senatornya merangkap sebagai
anggota MM), maka SMF tersebut bermusyawarah bersama dengan para Ketua HMPS di
fakultasnya untuk memutuskan siapa saja senator yang akan menjadi anggota MM. Contoh:
Lima (5) Senator SMF Ekonomi hanya berasal dari Program Studi Manajemen total empat
program studi yang ada. Selain membutuhkan perhatian penuh dari senator di SMF, terdapat
program studi (prodi) yang tidak memiliki perwakilan. Maka melalui musyawarah bisa dicapai
empat kemungkinan:
21
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Empat orang mewakili masing-masing satu program studi, walaupun tiga orang
lintas prodi;
Hanya tiga orang yang menjadi anggota MM, dimana satu dari tiga orang tersebut
mewakili dua prodi, sehingga masih ada dua orang senator untuk fokus secara
penuh di SMF;
Hanya dua orang yang menjadi anggota MM, dimana masing-masing mewakili
dua prodi, sehingga masih ada tiga orang senator untuk fokus secara penuh di
SMF;
Hanya satu orang yang diajukan untuk menjadi anggota MM mewakili maksimal
dua prodi. Sisa dua prodi bisa mewakili kepentingannya kepada senator lintas
fakultas setelah sebelumnya dimusyawarahkan.
Bila poin keempat terjadi ataupun satu fakultas tidak memiliki senator sama sekali,
program studi di fakultas tersebut bisa mewakili kepentingannya kepada senator lintas fakultas
melalui “Surat Menyetujui” dari ketua HMPS yang membutuhkan. Hak suara yang bisa
diberikan oleh seorang anggota MM sejumlah dengan prodi yang diwakilinya. Dengan kata lain,
seorang senator di MM bisa memberikan hak suara maksimal dua (2). Aspirasi setiap mahasiswa
dikontrol melalui surat dari Ketua HMPS yang harus dibawa anggota MM sebagai bukti sah hak
suara prodi tersebut.
Dari penjelasan sebelumnya, terdapat dua jenis surat yaitu “Surat Mengetahui” untuk
senator yang mewakili prodi di fakultas si senator dan “Surat Menyetujui” untuk senator yang
mewakili prodi lintas fakultas. Perbedaan kedua surat ini terdapat pada mekanisme pemberian
dan pencabutannya. “Surat Mengetahui” harus melalui mekanisme musyawarah antara para
senator di SMF dengan para Ketua HMPS untuk dapat diberikan maupun dicabut.
Sementara “Surat Menyetujui” merupakan hak prerogatif Ketua HMPS bersangkutan
untuk diberikan maupun dicabut bila tidak memiliki Senator di fakultasnya (bila kasusnya adalah
poin 4 yang ada diatas, maka Ketua HMPS tersebut tetap harus bermusyawarah terlebih dahulu
22
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
dengan SMF-nya). Konsep sistem keanggotaan ini demi menjamin agar semua yang dihasilkan
lembaga ini berdasarkan aspirasi dari seluruh mahasiswa di Unpar dan tidak terjadi penumpukan
suara di satu golongan sehingga terjadi “Tirani Mayoritas.”
Dengan kondisi tersebut, MM memiliki kewenangan-kewenangan sebagai berikut:
1. Memimpin Sidang Umum Kongres PM Unpar;
2. Meyelenggarakan Sidang Umum MM;
Sidang Umum MM I setelah terbentuk menghasilkan:
a. Tata Tertib MM;
b. Tap MM tentang Kepengurusan MM;
c. Garis Besar Kegiatan Kemahasiswaan (GBKK);
d. TAP Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa;
e. TAP pengangkatan Ketua Himpunan;
f. TAP pengangkatan Ketua UKM.
3. Merancang GBKK dan TAP MM;
4. Melantik Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa;
5. Menentukan anggota Pansel KDM berdasarkan AD/ART;
6. Menentukan Ketua KPU dan Ketua Bawaslu melalui proses yang transparan dan terbuka
bagi seluruh mahasiswa Unpar;
7. Memakzulkan Presiden Mahasiswa maupun anggota KDM (sebagaimana kongres
Amerika Serikat memakzulkan Jaksa Agung) melalui Mosi Tidak Percaya yang ditindaklanjuti
dalam Sidang Istimewa MM;
8. Memberikan pertimbangan kepada LKM;
9. Memperjuangkan aspirasi mahasiswa kepada universitas melalui Presiden Mahasiswa
(MM tidak boleh memperjuangkan aspirasi mahasiswa secara langsung kepada universitas,
karena bisa terjadi konflik kepentingan dimana seorang senator hanya dipilih oleh mahasiswa di
fakultasnya, tidak seperti Presiden Mahasiswa);
10. Menerima dan menilai pertanggungjawaban dari LKM dan KDM;
11. Bertanggungjawab atas penyelenggaraan PUPM;
23
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
12. TAP MM yang dihasilkan bisa diveto oleh Presiden Mahasiswa, namun bisa digagalkan
ketika TAP yang bersangkutan diajukan kembali dalam sidang istimewa dan mendapatkan
persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 anggota MM;
13. Mengaudit LKM dan KDM.
Komisi yang ada di dalam MM pun mencerminkan lembaga legislatif, di mana tugas tiap-
tiap komisi adalah mengkaji ataupun merumuskan TAP MM berkaitan dengan ranah tiap-tiap
komisi. Karena aspirasi merupakan kewajiban tiap-tiap anggota berdasarkana prodi yang
diwakilinya dan merupakan kewajiban tiap-tiap komisi terkait dengan ranah komisi tersebut.
Dalam OK, kedaulatan tertinggi dipegang oleh mahasiswa. Ini didasarkan pada hakikat
dan prinsip OK itu sendiri sebagai entitas yang berasal dari, oleh, dan untuk kepentingan
mahasiswa. Senat merupakan perwujudan dari kedaulatan tertinggi mahasiswa dalam OK PM
Unpar. Konsep lembaga representatif mahasiswa di tingkat fakultas tentunya bukan konsep baru.
Dalam sistem PM Unpar sebelumnya, dikenal sebuah lembaga representatif di tingkat fakultas
yaitu Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan di tingkat universitas Senat Mahasiswa Universitas
(SMU).
Senat mahasiswa adalah organisasi mahasiswa yang dibentuk pada saat pemberlakuan
kebijakan NKK/BKK pada tahun 1978. Sejak 1978-1989. Senat mahasiswa hanya ada di tingkat
fakultas, sedangkan di tingkat universitas ditiadakan. Di tingkat jurusan keilmuan dibentuk
keluarga mahasiswa jurusan atau himpunan mahasiswa jurusan, yang berkoordinasi dengan senat
mahasiswa dalam melakukan kegiatan intern. Pada umumnya senat mahasiswa dimaksudkan
sebagai lembaga eksekutif, sedangkan fungsi legislatifnya dijalankan organ lain bernama Badan
Perwakilan Mahasiswa (BPM).
24
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Keanggotaan SMF:
1. Anggota senat mahasiswa fakultas disebut senator yang terbagi dalam komisinya masing-
masing dengan masa jabatan selama 1 tahun periode kepengurusan;
2. SMF dapat menerapkan mekanisme staffing untuk membantunya dalam menjalankan tugas di
SMF;
3. Anggota tetap dapat menduduki jabatan Senator di Senat Mahasiswa Fakultas sebanyak-
banyaknya selama 2 periode;
4. Senator adalah perwakilan tiap jurusan atau prodi yang dipilih melalui Pemilu;
5. Jumlah Senator adalah 5 orang (Jumlah ganjil dipilih untuk memungkinkan pengambilan
keputusan dan jumlah 5 juga dipilih dengan kebutuhan berjalanannya keorganisasian Senat
Fakultas. Melihat fungsi legislatif dalam senat, setidaknya akan terdapat 4 komisi di dalam
Senat yang ditentukan berdasarkan penjabaran fungsinya: aspirasi dan advokasi,
pengaturan dan pembinaan).
25
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
26
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Kepengurusan SMF
1. Ketua SMF yang berfungsi sebagai koordinator;
2. Koordinator yang terbagi dalam komisi:
a. Komisi Akademik
Komisi yang bertugas menampung, menyalurkan dan menindaklanjuti aspirasi
mahasiswa berkaitan dengan kegiatan akademik baik di level program studi
maupun di level Fakultas.
b. Komisi Administrasi dan Keuangan
Komisi yang bertugas merancang Anggaran kegiatan mahasiswa di Fakultas
bersama dengan HMPS serta menindaklanjuti rancangan tersebut kepada MM
dan pihak universitas. Komisi ini juga bertugas mengawal alur birokrasi dan
pencaairan DKM bagi kegiatan mahasiswa di fakultasnya.
c. Komisi Kesejahteraan Mahasiswa
d. Komisi Pembinaan dan Pengembangan Organisasi
Komisi dapat ditambahkan/ digabungkan sesuai kebutuhan tiap SMF;
Kesekretariatan yang terdiri dari non-senator.
MM dengan fungsi legislasinya akan membuat peraturan yang sesuai dan dapat
mengakomodasi kebutuhan mahasiswa Unpar yang nantinya akan diwujudkan dalam program
27
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
kerja dan kerja fungsional LKM. KDM akan mengawasi kinerja LKM sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku. Aspirasi yang masuk ke LKM lewat program kerja dan fungsionalnya,
akan diteruskan kepada MPM. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya LKM adalah efektivitas
dan efisiensi fungsi eksekusi dari peraturan yang berlaku.
Berkenaan dengan pembahasan fungsi LKM itu sendiri, kiranya perlu diuraikan sekilas
mengenai beberapa teori keilmuan yang turut melandasi munculnya pemikiran tentang LKM di
PM Unpar. Meski demikian teori yang digunakan ini tetap disesuaikan dengan kebutuhan di
tubuh PM Unpar. Dengan kata lain, teori-teori ini hanya menjadi gambara umum atau ideal
untuk membantu pemahaman yang komprehensif untuk melihat LKM di PM Unpar.
Dalam studi ilmu hukum administrasi negara dikenal pula adanya pembagian kekuasaan
yang dibagi dalam dua fungsi yaitu fungsi pembuatan kebijakan (policy making function) dan
fungsi pelaksanaan kebijakan (policy executing function). Semua pembagian kekuasaan ini tidak
lain bertujuan sebagai telah dikemukakan dalam awal tulisan ini yaitu untuk menghindari
terjadinya kesewenang-wenangan oleh penguasa. Maka dalam istilah hukum itu pula kata
kekuasaan kemudian direduksi menjadi kewenangan. Sebagaimana dikenalnya asas dalam
hukum tata negara yaitu “tidak ada kekuasaan tanpa kewenangan, dan tidak ada kewenangan
tanpa undang-undang yang memberikannya”.
28
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Hadirnya LKM dalam lembaga PM Unpar sangatlah penting. Dalam pemerintahan, sudah
barang tentu terdapat suatu lembaga yang melaksanakan fungsi eksekutif atau menjalankan
peraturan. Peraturan yang dibuat pun juga harus diawasi oleh pelaksananya. LKM hadir di PM
Unpar sebagai wadah partisipasi, informasi, serta penampung aspirasi. Terkait dengan fungsi
penampung aspirasi, LKM sebagai lembaga yang seringkali turun langsung berhadapan dengan
mahasiswa mempunyai akses dan frekuensi interaksi terbesar ketimbang lembaga lainnya. Akses
dan frekuensi itu yang nantinya akan sangat membantu MM dalam membuat peraturan terkait
dengan aspirasi konstituen.
Terkait posisi LKM dengan HMPS dan UKM, akan diatur dalam AD/ART yang
ditentukan dalam kongres. LKM mempunyai beberapa kewenangan yang tidak mengganggu
otonomi dari HMPS dan UKM. Kewenangan tersebut yaitu:
1. Administratif. LKM berwenang untuk menetapkan dan mewajibkan HMPS dan UKM untuk
menaati ketentuan administratif seperti proposal dan surat izin;
2. Birokrasi. LKM berwenang untuk mengetahui segala bentuk kegiatan yang dilakukan antar
UKM dan antar HMPS, antara UKM dengan HMPS, serta antara UKM dan HMPS dengan
lembaga lainnya;
3. LKM berwenang untuk mewajibkan kehadiran UKM dan HMPS pada forum-forum
komunikasi;
4. LKM berwenang untuk mendesak UKM dan HMPS untuk menyelesaikan kewajiban
administratif dan birokratis yang telah disepakati sebelumnya;
5. LKM berwenang untuk mengambil keputusan dalam sengketa antar UKM dan antar HMPS,
antara UKM dengan HMPS, serta antara UKM dan HMPS dengan lembaga lainnya dengan
ketentuan kedua belah atau lebih pihak yang bersengketa memberikan kewenangan kepada
LKM.
29
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Hingga saat ini HMJ/HMPS menemui berbagai persoalan. Persoalan yang dihadapi ini
membuat kinerja HMJ/HMPS terkendala dan tidak dapat berjalan dengan baik. Setidaknya ada
beberapa persoalan yang selama ini dihadapi, yaitu:
Birokrasi yang cukup sulit terkait tentang proposal, LPJ dan surat yang harus melalui
persetujuan dari LKM.
Koordinasi yang dilakukan berulang kali karena harus dilakukan terhadap LKM
maupun prodi.
Kedudukannya yang sering kali tidak diperhitungkan oleh pihak Fakultas maupun
prodi.
Perbaikan yang dilakukan untuk menyikapi hal ini tidak perlu dilakukan secara
menyeluruh. Rancangan perbaikan yang sangat krusial untuk dilakukan ada pada alur birokrasi.
Pada proposal, LPJ dan surat setiap HMPS tetap harus disetujui oleh LKM. Hal ini dikarenakan
adanya berbagai lembaga di PM Unpar yang membutuhkan sarana prasarana ataupun dukungan
terhadap program kerjanya. Berdasarkan hal tersebut pihak LKM harus turut bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan program kerja yang dilakukan lembaga lain dengan menyetujui
program tersebut.
Sulitnya koordinasi terkait masih harus dilakukannya dengan hubungan dengan fakultas
akan dilakukan terkait dengan surat menyurat yang tidak perlu diketahui oleh LKM. Perihal surat
pencairan dana ataupun izin di tingkat fakultas, HMPS cukup menyelesaikan hingga tahap
persetujuan di tingkat fakultas dan tidak perlu melalui LKM.
30
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
I. Tujuan
Adanya lembaga kemahasiswaan yang menjadi wadah mahasiswa di tingkat program studi
yang berfungsi untuk menghimpun serta melaksanakan program yang menjadi kebutuhan
mahasiswa di tingkat program studi tersebut.
Representasi dari program studi yang berada di Unpar.
II. Prinsip
Setiap populasi masyarakat yang memiliki suatu karakteristik ataupun ciri khas dapat
berhimpun untuk melanjutkan kelangsungan dan kesejahteraan populasinya.
HMPS merupakan lembaga eksekutif di tingkat program studi yang berfungsi untuk
menghimpun seluruh mahasiswa aktif dan terdaftar di tingkat program studi. Proses
menghimpun ini dilakukan dengan dilakukannya program kerja yang mengikut-sertakan seluruh
anggotanya sebagai panitia maupun peserta program tersebut.
1. Pengurus HMPS merupakan anggota yang dipilih dengan mekanisme yang ditentukan Ketua
HMPS
2. Melaksanakan program kerja ditingkat program studi
3. Bekerjasama dengan lembaga lain di lingkup PM UNPAR dengan pemberitahuan kepada
LKM
4. Mengadakan hubungan dengan instansi atau lembaga di luar PM UNPAR
5. Membentuk kepanitiaan
6. Melaksanaan pembinaan bagi mahasiswa baru
7. Menyelenggarakan rapat
31
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Hingga saat ini UKM menemui berbagai persoalan. Persoalan yang dihadapi ini membuat
kinerja UKM terkendala dan tidak dapat berjalan dengan baik. Setidaknya ada beberapa
persoalan yang selama ini dihadapi, yaitu:
Birokrasi yang cukup sulit terkait tentang proposal, LPJ, surat dan dana yang harus melalui
persetujuan dari LKM.
Koordinasi yang dilakukan berulang kali karena harus dilakukan terhadap LKM maupun
BKA.
Kinerja Dirjen UKM dipengaruhi oleh periode kerja LKM sehingga kurang mengikat dengan
UKM.
Sama halnya dengan HMPS, perbaikan yang dilakukan untuk menyikapi hal ini tidak
perlu dilakukan secara menyeluruh. Rancangan perbaikan yang sangat krusial untuk dilakukan
ada pada alur birokrasi. Hanya proposal program kerja yang harus disetujui dengan LKM
sedangkan surat pencairan dana dan proposal serta dana latihan rutin langsung diajukan ke BKA.
Hal ini dilakukan agar mempermudah UKM untuk melaksanakan kegiatan rutinnya,
namun jadwal latihan rutin yang digunakan memang harus dikoordinasikan sebelumnya dengan
UKM lain melalui mediasi dirjen UKM.
32
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Pada rancangan kedudukannya dalam struktur PM UNPAR, UKM tetap berada dibawah
dan berkoordinasi dengan LKM. Alasan ini dikarenakan UKM melaksanakan program kerja
yang bersifat eksekutif dan sama-sama bergerak secara ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.
Disamping itu dengan adanya LKM sebagai koordinator lembaga eksekutif akan menjaga
kestabilan dan netralitas pelaksanaan program kerja UKM dan HMPS.
I. Tujuan
II. Prinsip
Setiap mahasiswa dan manusia pada umumnya dapat berkreasi untuk mengembangkan minat
dan bakatnya asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai tanggung jawab.
OK merupakan organisasi yang bergerang dalam lingkup ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.
UKM merupakan lembaga yang menjadi wadah kegiatan dan kreasi mahasiswa dalam
bidang minat, bakat dan kegemaran di tingkat universitas.
33
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
KDM adalah lembaga baru yang merupakan hasil kajian Panitia Khusus Pengkajian
Struktur PM Unpar. KDM adalah manifestasi dari perlunya lembaga tersendiri yang menjalankan
fungsi yudikatif. Namun begitu, lembaga ini kelak tidak hanya akan menjalankan fungsi
yudikatif (memeriksa dan menjatuhkan sanksi) melainkan juga melakukan pengawasan dalam
hal-hal tertentu dengan tetap berkoordinasi dengan lembaga lain di PM Unpar.
KDM menjalankan fungsi dan kewenangannya dalam ruang lingkup PM Unpar dan tidak
melebihi batas itu. Pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi hanya dapat dilakukan
selama berkaitan dengan dinamika yang terjadi di PM Unpar. Sehingga konsekuensinya adalah
KDM hanya memiliki kewenangan terbatas pada seluruh pengurus lembaga dan/atau panitia
acara di PM Unpar.
34
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
I. Tujuan
Dalam hal tugas dan kewenangan, beberapa catatan yang sekiranya dapat dijadikan
landasan untuk berdirinya KDM dapat dilihat dari tiga (3) ranah kyang krusial. Diantaranya:
3. Menerima gugatan suatu ketentuan dari peraturan yang berlaku di PM Unpar oleh suatu
lembaga di PM Unpar. (Jika mahasiswa non-lembaga ingin mengajukan gugatan seperti
tersebut di atas, maka yang bersangkutan memintanya kepada HMJ/HMPS, agar
HMJ/HMPS yang akan mengajukan gugatan kepada KDM).
35
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
2. Berwenang memeriksa pengurus, panitia dan program kerja yang dianggap tidak sesuai
dengan proposal yang diajukan kepada MM berdasarkan laporan atau pemanggilan
langsung hasil koordinasi dengan lembaga yang bertanggung jawab.
36
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Pada dasarnya tidak tertutup kemungkinan akan terjadi bentuk pelanggaran-pelanggaran lain
yang mungkin bisa terjadi, sehingga bentuk pelanggaran lainnya dapat disesuaikan dengan
kondisi PM Unpar setiap periodenya.
Berkenaan dengan sanksi yang dapat diterapkan kepada pengurus lembaga, lembaga di
PM Unpar dan/atau panitia oleh KDM tidak serta merta mengatakan bahwa pihak lain yang
berwenang untuk menjatuhkan sanksi menjadi tidak berlaku. Dalam hal pelanggaran yang
dilakukan melanggara banyak peraturan, kepadanya tetap bisa dikenakan sanksi sesuai ketentuan
dari peraturan yang dilanggar.
V. Kepengurusan KDM
Kepengurusan KDM terdiri dari sembilan (9) anggota dimana ketua dan wakil ketua
merangkap menjadi anggota. Seluruh pengurus KDM merupakan mahasiswa yang diajukan oleh
setiap program studi yang kemudian menjalani proses seleksi yang diselenggarakan oleh MM
dengan membentuk panitia seleksi (pansel) KDM sesuai amanat AD/ART dan kemudian dilantik
oleh Presiden Mahasiswa. (Skema pemilihan KDM dilampirkan).
37
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Persatuan Rektorat
Mahasiswa (PM)
Kongres
Pemilihan ini meliputi pemilihan Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) setiap fakultas
sebanyak 5 individu, Presiden dan Wakil Presiden LKM Unpar, serta Ketua Himpunan dalam
setiap program studi di Unpar. PUPM turut memberikan kontribusi bagi mahasiswa Unpar untuk
38
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
berdemokrasi dalam kampus melalui hak pilihnya. Tentunya dalam jalannya kegiatan ini KPU-
PM tidak berjalan sendiri. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) PUPM pun dibentuk sebagai
lembaga pengawas jalannya PUPM agar dapat berjalan dengan baik dan sanggup mencapai
tujuannya.
Masalah yang selalu diperdebatkan adalah fungsi ganda MPM yang berperan sebagai
KPU dan Bawaslu dalam penyelenggaraan PUPM jika menghadapai segala bentuk pelanggaran
dan/atau tuntutan dalam pemilu. Secara khusus apabila tuntutan pada pelanggaran tersebut
ditujukan untuk KPU-PM, bagaimana mungkin MPM akhirnya mengadili dirinya sendiri? Selain
itu kerap kali independensi PUPM dirasa kurang karena dijalankan oleh orang-orang yang
mungkin memiliki kepentingan lain di dalam jalannya rangkaian PUPM.
Kurangnya sumber daya manusia pun turut menjadi kendala tersendiri dalam kegiatan
PUPM sehingga sampai sekarang penyelenggaraan PUPM masih menjadi tanggung jawab MPM
sebagai pelaksananya. “Masalah yang selalu diperdebatkan adalah fungsi ganda MPM yang
berperan sebagai KPU dan Bawaslu dalam penyelenggaraan PUPM jika menghadapai segala
bentuk pelanggaran dan/atau tuntutan dalam pemilu. Secara khusus apabila tuntutan pada
pelanggaran tersebut ditujukan untuk KPU-PM, bagaimana mungkin MPM akhirnya mengadili
dirinya sendiri? Selain itu kerap kali independensi PUPM dirasa kurang karena dijalankan oleh
orang-orang yang mungkin memiliki kepentingan lain di dalam jalannya rangkaian PUPM.”
Mengutip dari paragraf di atas, jelas hal ini menjadi satu akar permasalahan utama
mengapa selalu ada yang terasa ganjil dari penyelenggaraan PUPM Unpar. Tradisi yang melekat
bahwa MPM adalah penyelenggara pemilu harus segera dibenarkan. Ke depan KPU dan
Bawaslu PUPM harus menjadi lembaga yang independen, lepas dari kestrukturan lembaga yang
ada di dalam PM Unpar. Maka dari itu KPU dan Bawaslu PUPM akan bersifat ad-hoc.
Ke depannya, KPU dan Bawaslu PUPM tidak akan mengalami perubahan tujuan kegiatan
namun harus dilakukan pembetulan otoritas pemegang jalannya kegiatan oleh pihak independen
39
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
di luar struktural lembaga. Namun alur pertanggungjawaban dan pengesahan hasil PUPM tetap
menjadi tanggungan Majelis Mahasiswa ke depannya. Bursa pemilihan ketua KPU dan Bawaslu
PUPM akan dibuka Majelis Mahasiswa membuka screening dalam pemilihan bursa ketua KPU
dan Bawaslu PUPM yang kemudian akan disahkan oleh LKM Unpar.
PUPM akan dijalankan oleh lembaga Ad Hoc (dibentuk saat dibutuhkan) sehingga
PUPM dijalankan oleh lembaga yang independen. Hal ini menjadi sangat penting untuk
dilakukan agar netralitas dalam proses PUPM dapat dicapai. MM akan membuka open
recruitment untuk memilih Ketua KPU dan Bawaslu. MM sendiri akan membentuk panitia
seleksi dalam penentuan Ketua KPU dan Bawaslu tersebut. Setelah Ketua KPU dan Bawaslu
terbentuk, kemudian dibuka open recruitment kembali untuk kepanitian KPU dan Bawaslu. KPU
dan Bawaslu yang sudah terbentuk kemudian dilantik oleh Presiden Mahasiswa. (Skema proses
pembentukan kepanitian PUPM dilampirkan).
1. Mengenai kasus pelanggaran (baik berupa black campaign, vandalisme, dan lain-lain) yang
dilakukan oleh mahasiswa non-lembaga dapat diperkarakan oleh kandidat yang bersangkutan
kepada KDM di dalam PM Unpar.
2. Mengenai screening kandidat.
40
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
3. KPU dan Bawaslu tingkat bawah (fakultas dan/atau jurusan) dilaksanakan dengan prinsip
dinamis. Maksudnya adalah KPU dan Bawaslu ditingkat fakultas dan jurusan disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan fakultas dan jurusan tersebut dengan ketentuan bahwa
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan PUPM dan peraturan PM;
4. Bawaslu hanya berwenang memberikan laporan dan/atau rekomendasi jika terjadi suatu
pelanggaran kepada KPU. Penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran tersebut dijatuhkan oleh
KPU;
5. KPU dan Bawaslu pusat bertanggung jawab kepada MM; sementara KPU dan Bawaslu
fakultas dan/atau jurusan bertanggung jawab kepada KPU dan Bawaslu pusat;
7. Mahasiswa yang tidak berkaitan langsung dengan jalannya proses pemilu yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan PUPM, diperiksa dan dijatuhkan sanksi oleh KDM.
41
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
BAB III
PENUTUP
Grand design yang dihasilkan oleh Panitia Khusus Pengkajian Struktur (Pansus) PM
Unpar ini merupakan pertanda bahwa organisasi kemahasiswa di Unpar memiliki permasalahan
yang cukup serius yang karenanya perlu segera diperbaiki. Dari persoalan-persoalan yang
dihadapi, Pansus dapat mengatakan bahwa persoalan tentang OK muncul pertama-tama
disebabkan oleh minimnya keterlibatan mahasiswa Unpar sendiri dalam pengaturan tentang OK.
Grand design ini ingin memperlihatkan keseriusan mahasiswa Unpar untuk turut terlibat
langsung dalam pengaturan dinamika OK di Unpar dalam Persatuan Mahasiswa Universitas
Katolik Parahyangan (PM Unpar). Oleh karenanya, kesimpulan yang paling logis adalah grand
design ini diharapkan segera dimanifestasikan ke dalam peraturan dari universitas agar OK
diakui dan semakin baik untuk dijalankan. Lebih lanjut, pengurus PM Unpar periode di masa
mendatang (khusunya periode 2015/2016) dapat melandaskan tugas dan kewenangannya seperti
yang sudah dijabarkan dalam grand design ini.
Bagaimanapun, grand design ini memiliki kekurangan di berbagai sisi oleh karena
keterbatasan Pansus itu sendiri. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa setiap penjelasan
yang diputuskan dalam grand design ini akan tidak relevan pada suatu waktu tertentu dan
perubahan terhadapnya sangat terbuka. Meski begitu, Pansus tetap menyakini untuk jangka
pendek, apa yang sudah diputuskan Pansus dalam grand design ini cocok dan relevan untuk di
terapkan dalam PM Unpar.
Untuk semua kerja sama Anda sekalian, Pansus mengucapkan banyak terima kasih.
42
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
LAMPIRAN
43
Lampiran 1:
Struktur PM Unpar
PERSATUAN MAHASISWA REKTORAT
Kongres
Lampiran 2:
dilantik oleh
Presiden Mahasiswa
45
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Keputusan Kongres
46
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Lampiran 3:
47
Grand Design Persatuan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Anggota Anggota
Anggota Anggota
Anggota Koordinator
48