KERACUNAN PSIKOTROPIKA
OLEH :
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya yang
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam perkuliahan
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon dengan
segala kerendahan hati, pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi mahasiswa
pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB 1 ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
BAB 2 ................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
BAB 3 ............................................................................................................................... 28
KESIMPULAN ................................................................................................................. 28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Kemenkes RI, 2012). Didunia kedokteran dikenal adanya obat-obat tertentu yang
dapat menghilangkan penyakit atau rasa sakit ditubuh, ada pula obat tertentu yang
luar biasa, rasa mengantuk yang berat sehingga ingin tidur saja, atau bayangan
yang memberi nikamat ( Halusinasi ). Obat-obat semacam itu disebut dengan zat-
zat psikoaktif yang bermanfaat bagi ilmu kedokteran sebagai obat penyakit mental
dan saraf. Akan tetapi bila disalahgunakan maka dapat menyebabkan masalah
serius karena dapat mempengaruhi otak atau pikiran serta tingkah laku
tersebut. Salah satu contoh zat –zat psikoaktif yang menyebabkan ketagihan
merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintesis dan kini terkenal
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Zat Amfetamin ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari zat amfetamin
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Psikotropika
Menurut Undang-undang Psikotropika nomor 5 tahun 1997, Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
6
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
golongan IV, masih terdapat psikotropika lainnya yang tidak mempunyai potensi
yang telah ada. Artinya walaupun berbeda hal yang diatur, dalam hal ini
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
7
Golongan I menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
dengan Permenkes nomor 2 tahun 2017, maka terkait juga dengan perubahan
Pada Permenkes nomor 3 tahun 2017 ini mengubah jenis Psikotropika golongan II
digolongkan menjadi:
3. Antidepresan
a. Depresan
8
menghasilkan beberapa konsekuensi terburuk dari klasifikasi obat
b. Halusinogen
Periset belum yakin bahwa kimia otak berubah secara permanen pada
9
potensi ketergantungan fisik yang rendah. Sebagian besar risiko yang
c. Opiat
Opiat adalah obat penghilang rasa sakit yang sangat kuat. Opiat terbuat
perasaan senang yang cepat dan intens diikuti oleh rasa nyaman dan
dengan mengubah cara sel saraf berkomunikasi satu sama lain. Jika
opiat diambil dari sel otak yang bergantung opiat, banyak dari mereka
akan menjadi terlalu aktif. Akhirnya, sel akan bekerja normal lagi jika
d. Stimulan
mengubah cara sel saraf berkomunikasi satu sama lain. Seperti banyak
10
obat lain, stimulan memiliki potensi adiktif yang sangat tinggi.
bubuk atau tablet warna putih dan keabu- abuan, dapat berupa kapsul atau cairan.
psikotropika golongan II. Digunakan dengan cara oral, injeksi, rektal, inhalasi,
2.1.1 Amfetamin
Amfetamin ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak itu, obat ini telah
berubah dari obat yang tersedia secara bebas tanpa resep sebagai obat mujarab
untuk berbagai gangguan menjadi Obat Terkontrol yang sangat terbatas dengan
11
dan orang dewasa. Rute metabolisme yang tidak biasa untuk pengiriman
lisdexamfetamine.
Sebagai molekul dengan pusat kiral tunggal, amfetamin terdapat dalam dua
bentuk optik aktif, yaitu dekstro- (atau d-) dan levo- (atau l-) isomer atau
enansiomer.
12
Smith, Kline dan French mensintesis kedua isomer tersebut, dan pada tahun
1937 mulai memasarkan d- amfetamin, yang lebih kuat dari dua isomer, dengan
apotek tidak dibatasi sampai 1939, ketika obat-obatan ini hanya bisa diperoleh
dengan resep dari seorang praktisi medis terdaftar. Sifat amfetamin yang
dan kinerja intelektual oleh akademisi, pelajar dan profesional medis. Dalam
ulasannya pada tahun 1946, Bett mengomentari penggunaan luas 'pil energi' oleh
pasukan sekutu dalam Perang Dunia II, memperkirakan bahwa 150 juta tablet
medismenggambarkan efek sentral yang kuat dari obat-obatan baru ini, potensi
bahwa, paling baik, kurang dari sepertiga pasien dengan diagnosis mendapatkan
ditetapkan sebagai pengobatan yang efektif untuk ADHD, serta gangguan sistem
13
penggunaannya di Inggris (dan dalam konteks Eropa yang lebih luas) agak
Alasannya rumit dan terkait dengan sikap sosial dan medis terhadap
penggunaan obat dalam indikasi pediatrik yang dianggap berpotensi tinggi untuk
psikoterapi karena sesuai dengan latar belakang psikiater anak dan psikolog yang
psikiater anak juga mulai berperan sebagai resep, sebagian besar menggunakan
Dunia II, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi yang besar
yang mengakibatkan surplus besar obat-obatan ini setelah perang. Banyak dari
saham ini masuk ke 'pasar gelap', dan pada tahun 1950-an penyalahgunaan
amfetamin menjadi diakui. Dalam studi klasik periode itu, Connell dari Institute
paranoid (Connell, 1966). Ini menandai potensi bahaya psikiatri dari obat ini dan
methylphenidate.
Ada kasus penyalahgunaan oleh pasien, dan juga tingkat pengalihan yang
14
penyalahgunaan remaja yang mungkin juga telah berkontribusi pada kewaspadaan
kerusakan sel. Efek ini tampak jelas terutama di dalam sitosol. Hal ini dapat
jangka panjang karena terdapat banyak sekali daerah kaya dopamin di bagian-
bagian penting otak terutama area yang mengatur gerakan, belajar, dan memori.
dopamin ini menunjukkan adanya penurunan jumlah dopamin di dalam akson dan
akson terminal. Hal ini diperkuat dengan terjadinya penurunan penanda terminal
transporter serotonin pada area talamus, nukleus kaudatus, putamen, otak tengah,
15
serebellum, dan korteks serebral pada pengguna amfetamin. Semakin lama
menimbulkan efek akut berupa gangguan sistem simpatetik saraf otonom seperti
Efek penggunaan amfetamin dengan rokok atau injeksi akan lebih cepat
dibandingkan dengan secara oral atau hirup. Pemberian secara oral atau hirup
menimbulkan efek yang lebih lambat dan diserap di dalam tubuh lebih lambat.
Waktu paruh amfetamin mencapai 8-13 jam. Penggunaan dosis yang lebih tinggi
kebingungan. Gejala putus obat akan terjadi pada penghentian amfetamin antara
mengonsumsi amfetamin.
16
Pengguna amfetamin juga dapat mengalami overdosis. Overdosis
merupakan suatu keadaan emergensi yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat
kematian. Gejala yang muncul pada kondisi hiperdosis amfetamin antara lain
ialah:
2. Nyeri kepala
3. Nyeri dada
4. Gangguan berjalan
6. Panik, gelisah
7. Sulit bernapas
pindahkan pasien pada tempat yang tenang tanpa cahaya berlebih dengan suhu
ruangan yang baik, ganti pakaian pasien yang tebal dan kompres dengan es jika
pasien demam tinggi, jika pasien kejang miringkan ke kiri dan longgarkan bagian
leher pasien untuk mencegah aspirasi dan tercekik. Dilarang meninggalkan pasien
Tatalaksana khusus yang harus dilakukan sesuai dengan gejala overdosis yang
muncul. Jika pasien mengalami sindrom koroner akut maka harus diberikan nitrat,
aspirin, opioat, dan oksigen. Jika pasien mengalami agitasi maka harus diberikan
17
benzodiazepin. Jika kejang dan hipertensi maka diberikan benzodiazepin. Jika
obat penyekat beta, obat pilihan untuk hipertensi berat pada pasien dengan
gangguan mental komorbid dengan asosiasi kompleks dan dua arah. Amfetamin
makan).
hati, bertambanya inisiatif, keyakinan diri dan daya konsentrasi, rasa gembira
berlebihan, peningkatan aktivitas motorik dan aktivitas bicara. Oleh sebab itu
digunakan untuk obat menunda kelelahan. Dalam hal ini mengurangi hilangnya
18
2.4 Analisa Zat Amfetamin
1. Pengumpulan sampel
2 plasma/serum 5 ml
1) Penanganan sampel
19
Namun, jika senyawa tidak ditemukan sampai batas tertentu dalam eritrosit
maka menggunakan seluruh darah utuh akan menghasilkan sekitar dua kali
lipat dari spesimen. Darah dengan antikoagulan heparin atau EDTA akan
menghasilkan darah utuh atau plasma yang sesuai. Obat-obat
immunosuppressive ciclosporin, sirolimus, dan tacrolimus adalah kasus
khusus karena redistribusi antara plasma dan eritrosit dimulai setelah
sampel dikumpulkan dan penggunaan seluruh darah hemolitik
diindikasikan untuk pengukuran senyawa ini.
2. Urin
20
berwarna kalsium oksalat dapat terbentuk pada pH netral setelah tertelan
etilenaglikol, asam oksalat, atau oksalat yang larut dalam air. Fluore
sensiurin mungkin karena fluorescein ditambahkan keantibekumobil
(sering mengandung etil englikol dan / atau metanol) dan mungkin untuk
produk lain untuk membantu deteksi kebocoran.
a. Wadah spesimen urin, serum, darah, cairan lambung, harus dari bahan
yang tidak mudah pecah, seperti dari polietilen yang kuat, tidak bocor,
bersih dan kering.
21
b. Pengambilan sampel
5 Serum
3. JenisPemeriksaan
1. PemeriksaanKonvensional
a. TES WARNA (COLOUR TEST)
Tes warna (kadang-kadang disebut tes kimia) digunakan oleh ahli
toksikologi dan analis obat-obatan sebagai salah satu cara pertama untuk
identifikasi obat-obatan dan racun. Tes warna ini paling banyak digunakan
untuk obat-obatan dan residu, serta cairan biologis seperti isi perut, dan
urin. Tes ini digunakan untuk menempatkan senyawa yang tidak diketahui
kedalam kelas senyawa tertentu. Tes warna ini tetap popular karena
berbagai alasan, mudah dilakukan, penggunaan reagen minimal, murah dan
member hasil yang bias dilihat dengan mata telanjang (tidak memerlukan
alat khusus). Beberapa tes juga dapat digunakan sebagai penanda bercak
kromatografi lapis tipis (KLT). Pereaksi diaplikasikan dengan cara
menyemprot atau mencelupkan (Moffat, 2011).
A. Metode Marquis
a. Prinsip: Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang
diperiksa dengan formal dehid dalam suasana asam sulfat pekat
b. Alat : 1) Plate tetes 2) Pipet 3) Vortex mixder 4) Sentrifus
c. Reagen :
22
1) Pereaksi Marquis (Formaldehid 34-38% dan asam sulfat
pekat 1:9 v/v)
2) Eter
3) Natrium hidroksida (NaOH) 4N
4) Etanol 95%
d. Cara Kerja untuk sampel urin :
1) Masukkan 2 ml urin kedalam tabung sentrifus
2) Tambahkan NaOH 4N sampai pH 9-10
3) Ekstraksidengan 5 ml eter, masukkan dalam vortex mixer dan
di sentrifus
4) Ekstraketer dipisahkan dan diuapkan sampai kering
5) Residu dilarutkan dalam 1 ml etanol 95% (secukupnya),
keringkan lagi
6) Tambahkan 1 tetes larutan perekasi
e. Interpretasi Hasil :Oranye/ Coklat
B. Metode Frohde
a. Prinsip Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang
diperiksa dengan asam molibdat/natrium molibdat dalam
suasana asam sulfat pekat
b. Alat : pipet tetes, pipet, vortex mixer, sentrifus
c. Reagen:
1) Pereaksi Frohde : 1,0 gram asam molibdat/natrium molibdat
larutkan dalam 100 mL asam sulfat pekat panas, larutan akhir
harus tak berwarna
2) Eter
3) Natrium hidroksida (NaOH) 4 N
4) Etanol 95 %
d. Cara Kerja untuk sampel urin :
1) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung sentrifus
2) Tambahkan NaOH 4N sampai pH 9-10
3) Ekstraksidengan 5 ml eter, masukkan dalam vortex mixer dan
disentrifus
23
4) Ekstra keter dipisahkan dan diuapkan sampai kering
5) Residu dilarutkan dalam 1 ml etanol 95% (secukupnya),
keringkan lagi
6) Tambahkan 1 tetes larutan perekasi
e. Interpretasi Hasil : Merah
2. Pemeriksaan Modern :
A. Tes Immunoassay
Perangkat yang lebih baru untuk skrining obat terlarang
didasarkan pada immunoassays aliran lateral (immunoassays lateral
flow=ILF) (Gambar 4.1). Bentuk strip biasanya memiliki sumbu untuk
dicelupkan kedalam sampel atau reservoir (sumur) kedalam sampel
yang dipipetisasi. Saat sampel bermigrasi di sepanjang jalur, antibodi
yang diberi label dengan emaskoloid, manik-manik lateks atau label
visualisasi lainnya yang sesuai, dibawa dalam aliran cairan. Antigen yang
diimobilisasi, yang biasanya terikat sebagai garis pada strip pada jarak
yang sesuai dari titik asal, akan menangkap antibody terikat non drug
untuk menghasilkan garis antibody berlabel yang terlihat. Intensitas
garis akan maksimal bila tidak ada obat dalam sampel. Bila ada cukupan
analit dalam sampel untuk mengikat semua antibodi, tidak ada garis
yang akan terlihat. Dengan demikian, dengan menentukan jumlah
antibodi yang tepat, perangkat dapat diproduksi untuk memberikan nilai
cut-off yang dibutuhkan.
Prinsip ILF didasarkan pada 2 pendekatan utama yaitu format
pengujian langsung (sandwich) dan format uji kompetitif.
1) Format sandwich : analit ditangkap di antara dua antibody
komplementer. Salah satu antibody ini dikonjugasikan kereagen
deteksi dan ditahan di pad pelepasan konjugasi, sedangkan antibody
lainnya diimobilisasi pada garis uji pada membran. Setiap kelebihan
antibody berlabel akan ditangkap pada garis kontrol. Intensitas
warna yang terlihat pada garis uji dapat menunjukkan jumlah analit
yang ada dalam sampel. Jenis tes ini umumnya digunakan untuk
analisis yang lebih besar dengan beberapa sisi antigenik.
24
2) Format kompetitif digunakan untuk analit yang lebih kecil yang
memiliki satu determinan antigenic tunggal dan oleh karena itu tidak
dapat mengikat dua antibody secara bersamaan. Dalam jenis format
assay ini, antigen biasanya diimobilisasi pada garis uji. Jika analit ada
dalam sampel akan bereaksi dengan antibody pendeteksi yang
kemudian tidak dapat mengikat pada garis uji. Oleh karena itu,
kurangnya sinyal pada garis uji mengindikasikan hasil
25
positif.
26
b) Tunggu beberapa saat sesuai dengan petunjuk manual.
B. Pembacaan Hasil :
1) Card Test
a) Hasil - (negatif) bilatampak 2 garis pada huruf C dan T
b) Hasil + (positif) bilatampak 1 garis pada huruf C
c) Atau sesuai petunjuk manualnya
2) Strip Test
Catatan:
27
BAB 3
KESIMPULAN
1. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Penggolongan psikotropika meliputi psikotropi
kagolongan I, psikotropi kagolongan II, psikotropi kagolongan III, dan
psikotropika golongan IV, masih terdapat psikotropika lainnya yang tidak
mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan, tetapi
digolongkan sebagai obat keras.
2. Amphetamin merupakan senyawa sintetis dengan rumus kimia C9H13N
yang termasuk Psikotropika golongan II. Amphetamin biasanya berupa
bubuk atau tablet warna putih dan keabu-abuan, dapat berupa kapsul atau
cairan. Biasanya digunakan dengan cara oral, injeksi, rektal, inhalasi.
3. Amphetamin termasuk dalam obat yang dapat digunakan sebagai
antidepresi. Amphetamin sebagai pengobatan sering digunakan pada orang
yang memiliki gangguan mental komorbid dengan asosiasi kompleks dan
dua arah. Amphetamin kelas d-amphetamin dan methamphetami juga
digunakan beberapa negara untuk mengobati penyakit attention-deficit
hyperactive disorder (ADHD), narkolepsi, dan obesitas karena mampu
memberikan efek anoreksi (berkurangnya nafsu makan), sering digunakan
untuk obat menunda kelelahan. Dalam hal ini mengurangi hilangnya
perhatian akibat kurang tidur sehingga dapat berkonsentrasi terus-menerus.
4. Penggunaan amfetamin menimbulkan efek akut berupa gangguan system
simpatetik saraf otonom seperti hipertensi, takikardia, hipertermia,
takipnea, dan vasokonstriksi. Selain itu penggunaan akut amfetamin dapat
menyebabkan euforia, meningkatnya energi dan kewaspadaan,
meningkatnya libido dan kepercayaan diri, perasaan meningkatnya
kapasitas fisik dan mental, serta peningkatan produktivitas. Pada
penghentian amphetamin, gejala putus obat akan terjadi antara lain
28
disforia, depresi, mudah marah, cemas, sulit konsentrasi, hipersomnia,
kelelahan, paranoia, akatisia, dan keinginan yang kuat untuk kembali
mengonsumsi amfetamin.
5. Dalam analisa zat Amphetamin, sampel yang dapat digunakan yaitu
darah/serum dan urine. Dalam toksikologi analitis, plasma atau serum
biasanya digunakan untuk pengujian kuantitatif. Urine berguna untuk 'uji
penyaringan racun' (screening test) karena sering tersedia dalam volume
besar dan mungkin mengandung konsentrasi obat atau racun lain yang
lebih tinggi, atau metabolitnya, dari pada darah. Keberadaan metabolitme
mbantu identifikasi racun jika pemeriksaannya menggunakan teknik
kromatografi.
6. Pemeriksaan Amphetamine ada yang secara konvensional (tes warna) dan
secara modern (tes ImmunoAssay). Tes warna (kadang-kadang disebut tes
kimia) digunakan oleh ahli toksikologi dan analis obat-obatan sebagai
salah satu cara pertama untuk identifikasi obat-obatan dan racun.
7. Dalam tes warna pemeriksaan Amphetamin, terdapat 2 metode yaitu
- Metode Marquis dengan prinsip pembentukan senyawa berwarna
antara zat yang diperiksa dengan formal dehid dalam suasana asam
sulfat pekat dan Amphetamine (+) ditandai dengan senyawa berubah
warna menjadi oranye/coklat.
- Metode Frohde dengan prinsip pembentukan senyawa berwarna antara
zat yang diperiksa dengan asam molibdat/natrium molibdat dalam
suasana asam sulfat pekat dan Amphetamine (+) ditandai dengan
senyawa berubah warna menjadi merah.
8. Dalam Tes ImmunoAssay, didasarkan pada immunoassays aliran lateral
(immunoassays lateral flow = ILF). Prinsip ILF didasarkan pada 2
pendekatan utama yaitu format pengujian langsung (sandwich) dan format
uji kompetitif. Format sandwich: analit ditangkap di antara dua antibody
komplementer. Format kompetitif digunakan untuk analit yang lebih kecil
yang memiliki satu determinan antigenic tunggal dan oleh karena itu tidak
dapat mengikat dua antibody secara bersamaan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30