Anda di halaman 1dari 5

Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung: Solusi atau Masalah?


Warsito Utomo

The succes of general election either is carried out in direct system or Indirect sys-
tem, will be determinedby allof election components such as society, politic al elites
and powerelites. The elections is the instrument of democracy to reach the good
governance to achieve the good society, state and regional autonomy. The direct
presidential election will showthatpeople'choice is themanifestation ofsoveregnity
of the people to determine who will be the chiefof the nation. In the modern democ
racy. the mostimportant aspect oftheintegration ofnation is constitution. The presi
dential direct election isjust one themechanisme tomeasure howgood thedemocration
system run.

Sejak bergulirnya reformasi di tahun Reformasi Struktur. Banyak hal yang


1998 banyak perubahan yang terjadi menyeleweng dari maknadicanangkannya
didalam perpolitikan maupun pemerintahan Reformasi, sehingga pelaksanaan
di Indonesia. Di bidang politik, Era Reformasi Reformasi dianggap tidak mengenai
diawali dengan "ditumbangkannya" Presiden sasaran, amburadul dan tidak mengarah.
Soeharto yang kemudian digantikan oleh BJ Reformation much discussed but seldom
Habibie sebagai Presiden yang ke III. Pada enacted.
pemerintahan Habibie dilaksanakan
PEMILU yang ke Vill yang sangat berbeda Proses Demokratisasi
dengan Pemilu-Pemilu di Era Orde Baru Meskipun tanpa disertai dengan
yang berlangsung mulai tahun 1971 sampai planned change yang matang, perubahan
dengan 1997 yang hanya didominir oleh 2 di bidang politik berjalan terus dengan
Partaidan 1 Golongan. Pemilu 1999diikutl diubahnya Undang-Undang Dasar 1945
oleh 48 Partai dengan cara pembagian kursi sebagai UUD45Amandemen. Reformasidi
yang sangat berbeda dengan Pemilu-Pemilu bidang politik bergulir terus dengan
sebelumnya. Dengan digantikannya diundangkannya UU Politik, UU Partai
Presiden BJ Habibie oleh Abdurrachman
Politik, demikian jugaUU Nomor 12 Tahun
Wahid di tahun 1999 sebagai Presiden ke 2003 Tentang Pemilu. Perubahan paradigms
IV, dan dalam waktu sangatsingkat2 tahun dari sistem politik dan pemerintahan di Era
kemudian di tahun 2001 digantikan oleh Orde Baru yang selama itu cenderung
Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden monolitik sentralistik yang lebih menge-
Indonesia yang keV, nampaksekalibahwa depankan nuansa otoritarian diganti dengan
Reformasi di Indonesia hanyalah sebatas sistem politik dan pemerintahan di Era

UNISIA NO. 51/XXVJ1/1/2004 33


Topik: Pemilu dan Pemilihan Presiden & Wakil Presiden

Reformasi yang lebih bertumpu pada dengan Pemerintahan Daerah maupun antar
suasana demokratis khususnya di tingkat Pemerintahan di daerah, nampak sekaii
lokal {local democracy). Penonjolan otoritas lebih berperspektif the process of political
diganti dengan penonjolan kompatibilitas Interaction daripada technical administration
didalam kerangka penerapan sistem politik atau practical administration. Dengan
dan pemerintahan yang governance. Dimana banyaknya pasai-pasai yang muititafsir atau.
pemerintahan tidak lag! merupakan. agen mis-interpretation, maka penerapan Undang-
tunggal, tetapl shan'ng kewenangan dengan Undang ini menjadi agak kacau. Lebih-iebih
private dan juga community. Undang-Undang ini masih harus diiengkapi
Di bidang pemerintahan disepakati dengan peraturan ataupun ketentuan
perubahan formulasi dan implementasi pelengkapnya yang berjumlah puiuhan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Keadaan ini menjadikan makna otonomi.
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan DI atau desentraiisasi menjadi bergeser, antara
Daerah menjadi Undang-Undang Nomor22 lain hanya bertitik tekan kepada Uang atau
Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. PAD dan/atau DAU, ataupun sekedar
Didaiam suasana penerapan seiama 25 perebutan kewenangan atau tarik menarik
tahun, Undang-Undang NomorSTahun 1974 kepentingan diantara pusat, propinsi,
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di kabupaten dan kota. Tumbuhnya arogan-
Daerah, dimana penerapan dekonsentrasi isme daerah yang menjadikan daerah agak
iebih overshadowing terhadap desentraiisasi tertutup dan juga menimbulkan exclusivisme
atau otonomi, maka nampak sekali daerah yang menjurus kepada terjadinya
kurangnya suasana demokratis pemerin disintegrasi. Demikian pula dikarenakan
tahan di daerah-daerah. Dimana, kewe sosialisasi Undang-Undang ini yang teriaiu
nangan rakyat yang disaiurkan meiaiui pendek dan cepat, berakibat adanya
badan legisiatip iaiah DPRD baik tingkat i anggapan bahwa Undang-Undang ini
maupun tingkat ii tidak memiliki makna hanyaiah Undang-Undangnya Departemen
adanya demokrasl dikarenakan kekuasaan Daiam Negerl. Akibatnya iebih jauh
dan kekuatan eksekutif (daiam hai iniKepaia Departemen atau instansi Vertikal lainnya
Daerah) menjadi sangat kuat sekaii. tidak merasa terikat dengan diundang-
Dengan diterapkannya dekonsentrasi sama kannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
pentingnya dengan desentraiisasi, maka 1999 dan 25 Tahun 1999 ini. Disamping juga
kedudukan Gubernurdan/atau Bupati serta formulas! Undang - Undang dan makna
Waiikota seba^^a! Wakil Pemerintah Pusat desentraiisasi atau otonomi yang kurang
menjadi lebih besar dan kuat daripada mengakar di daerah. Desentraiisasi sekedar
sebagal Kepaia Daerah. Dengan diundang- diketahui sebagai- devolution .atau
kannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun kebebasan, kemerdekaan tanpa adanya
1999 Tentang Pemerintahan Daerah, dan keterikatan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Didaiam suasana reformasi yang
Tentang Perimbangan Keuangan Antara "demokratis" dengan dikeiuarkannya
Pusat dan Daerah, dimaksudkan agar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
supaya demokrasipun terjadi di daerah tidak Tentang Pemerintahan Daerah dan juga
hanya demokrasi di tingkat nasional. Tetapi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
didaiam impiementasinya terjadi bahwa Tentang Perimbangan Keuangan Antara
hubungan diantara Pemerintah Pusat Pusat dengan Daerah serta Peraturan

34 UNJSIA NO. 51/XXVn/I/2004


Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung..., Warsito Utomo

Pemerintah (PR) Nomor 84 Tahun 2000 Kabupaten dan Kota. Masing-masing


Tentang Pedoman Organisasi Perangkat pemerintahan daerah memiliki kebijak-
Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) sanaannya sendiri-sendiri, dan sering tanpa
Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan. memperhatikan sebagai komponen NKRI.
Pemerintah Daerah, maka keberadaan Ketiga, makna otonomi sebagai
Implementasi politik dan pemerintahan di pemberian kewenangan pengelolaandaerah
daerah menampakkan hal-hal sebagai dipersempit oleh DPRD menjadi sekedar
berikut: pengelolaan keuangan. Akibatnya ruang
Pertama, suasana yang demokratis lingkup permasalahan dan aktivitas selalu
yang mengarah ke suasana euphoria rakyat, dikaltkan dengan income. Disinilah praktek
menjadikan makna kekuasaan ditangan money po////csmu!ai mempengaruhi DPRD
rakyat yang selama ini kurang dimiliki mulaidari pencaionan sampai nantinya pada
rakyat, menjadikan rakyat bersuasana tahap pemberhentian sebagai anggota
anarkhis. Rakyat sering tidak mengakui dan DPRD ataupun juga aktivitas-aktivitas
mengabaikan peraturan, hukum, pranata- lainnya yang berkaitan dengan adanya
pranata bahkan keberlangsungan kewenangan di Badan Legislatif DPRD ini.
lingkungan yang kondusif.
Kedua, secara kelembagaan rakyat Pemahaman Demokrasi
khususnya Badan Legislatif atau Dewan Dengan ditetapkannya dan diundang-
Perwakilan Rakyat Daerah menjadikan kannya Undang-Undang Dasar 1945
lembaga yang sarat dengan kekuasaan dan Amandemen khususnya Pasal 6A Ayat 1
penguasa-penguasa lokal. Dandengan latar dimana Pemilihan Presiden dan Wakil
beiakang pengetahuan yang minim Presiden dilakukan dalam satu pasangan
mengenai fungsi legislatifmaka tugas utama secara langsung oleh rakyat, mesklpun
yang dilakukan bukannya legislasi tetapi masih dalam ruang lingkup dan makna
lebih ke pengawasan dan penganggaran. demokrasi, tetap juga menlmbulkan
Apabila di Era Orde Baru dikenal adanya kebimbangan dan pertanyaan dari sebagian
"penguasa tunggal" yang terletak pada masyarakat terutama yang mendalami
penguasaan dan kewenangan eksekutif demokrasi. Apakah bagi Negara Indonesia
yang demikianbesar, maka di Era Reformasi sebagai negara kepulauan dengan
ini, DPRD-lah yang menggantikan suasana kemajemukan SARA, melakukan pemilihan
tersebut. Sebagai "mitra sejajar" seperti langsung seperti inimerupakan solusi keluar
yang dirumuskan didalam Undang-Undang dari permasalahan kemelut politik-
22 Tahun 1999 diantara Badan Eksekutif pemerintahan ataukah justru akan
dengan Badan Legislatif dengan fungsinya menimbulkan permasalahan konstitusional
masing-masing menjadi hambar. Dan ini atau leblh-leblh teknis administratif
lebih disebabkan oleh hingar bingarnya operasionalnya? Bagaimanakah mengaitkan
perumusan dan penerapan demokrasi yang ketentuan didalam Undang-Undang Dasar
keluardari track rules ofthe gamesnya. Dan 1945 Amandemen yang menyatakan bahwa
suasana ini dapat terjadi karena terlalu Indonesia menganut presidensiii (Kabinet
lamanya penerapan politik dan peme Presidensiil) dengan prinsip atau azas
rintahan yang sentralistik monolitik. pariementerl Apakah Civic Education dan
Akibatnya pemerintahan di daerah tanpa Voter information yang selama inidilakukan
kendali dalam kestrukturan Pusat, Propinsi,

UNISIA NO. 51/XXVII/1/2004 35


Topik: Pemilu dan PemilihanPresiden & Wakil Presiden

telah membuat masyarakat "melek " sekedar untuk membatasi kekuasaan,


Pemilihan Umum? kewenangan Badan Legislatip di daerah?
Belum sampai terjawab pertanyaan- Proses demokrasi akan menjadi mulus
pertanyaan dimuka demlklan juga dengan dan tangguh dengan peningkatan kesadaran
telah dimulainya proses peiaksanaan Pemilu masyarakat apabila civic education dan
secara naslonal muncullah desakan dan informasi-informasi perpolitikan tersosiali-
keinginan untuk juga terjadinya Pemilihan sasikan ke seluruh masyarakat. Politik
secara langsung oleh masyarakat daerah bukanlah sekedar milik elit penguasa dan
bagi Kepala Daerahnya. Karena pemilihan elit politik saja, tetapi juga harus menjadi
Presiden dan Wakil Preside'h akan milik masyarakat pula. Kematangan
dilakukan secara langsung pada Pemilu keseluruhan masyarakat dalam berpolitik
2004, maka sebaglan politisi menganggap khususnya Pemilu dan Pemilihan Kepala
pula sudah pada tempatnya penentuan Daerah, tidak akan mempersoalkan
Kepala Daerahpun dilakukan pemilihan pemilihan secara langsung ataupun tidak
secara langsung. Desakan dan tuntutan ini langsung. Tetapi dengan keberadaan
patut dipertanyakan pula, apakah sekedar masyarakat Indonesia terutama di daerah-
reaksioner, emosional, situasional ataukah daerah yang belum sadar berpolitik,
memang benar-benar telah dipikirkan dan pemilihan secara langsung akan
dianalisa secara masak? menumbuhkan permasalahan. Dengan
Situasi atau keberadaan tuntutan ini tingkat illiteracy yang tinggi dan tingkat
diperkuat juga oleh merebaknya dugaan sosiologis kebencian yang tinggi pula yang
permainan money politics yang terjadi tidak ada didalam masyarakat, maka akan terjadi
saja pada Pemilihan dan Penentuan Kepala permainan-permainan politik yang keluar
Daerah yang selama ini diputuskan oleh dari tracks demokrasi. Antara lain
DPRD, tetapi juga dalam pengangkatan- pemaksaan, money politics dan kekerasan
pengangkatan ataupun aktivitas-aktivitas serta ancaman. Disamping keberadaan
yang berkaitan diperiukannya persetujuan geografis dan administratif yang akan
DPRD. Disamping juga aktivitas elite politik menyulitkan operasional pemilihan secara
dan kekuasaan di daerah yang sangat langsung.
mengkhawatirkan persatuan dan kesatuan Faktor lain yang harus dipertimbangkan
sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik adalah bahwa dalam pemilihan langsung
Indonesia). Kepala Daerah maka rakyatlah yang akan
Pertanyaan yang dapat dikemukakan bertambah bingung, yang justru akan
lag! dalam hal ini adalah: pemilihan Kepala menyebabkan rakyat terpecah belah. Di
Daerah secara langsung sesungguhnya satu sisi akan membela DPRD-nya dimana
didalam kerangka apa? Apakah agar supaya rakyat yang memilihnya, tetapi disisi lain
kelihatan adanya proses demokrasi yang rakyat juga akan membela Kepala
mantap dan Viable] apakah sekedar agar Daerahnya yang mereka pilih secara
supaya dapat meningkatkan partisipasi dan langsung. Disini keberadaan rakyat dapat
kesadaran masyarakat daerah untuk dimainkan dan dipermainkan oleh DPRD dan
menggunakan haknya; ataukah sekedar Kepala Daerah. Demokrasi langsung malah
untuk menghilangkan money politics yang akan menumbuhkan kesengsaraan rakyat
seat ini merebak dalam pemilihan dan daerah. Pemilihan Kepala Daerah secara
pengangkatan pejabat daerah; ataukah langsung bukanlah solusi atau jalan keluar

36 UNISIA NO. 51/XXVII/I/2004


Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung..., Warsito Utomo

untuk memecahkan kemelut permasalahan kekuasaan, dengan kedewasaan berpolitik


politik dan pemerintahan didaerah. Ataupun dan berpemerintahan melalui rules of the
juga untuk memecahkan permasalahan games yang disepakati didalam tingkatetika
hubungan kekuasaan dan kewenangan yang tiriggi, hal-hal tersebut dapat
diantara Pusat, Propinsi dengan Kabupaten dihindarkan, •
ataupun Kota. Pemilihan secara langsung
yang sekedar ditujukan untuk memper- Daftar Pustaka
iihatkan suasana demokratis ataupun untuk
menghilangkan money politics atau juga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
sekedar karena ditingkat nasional juga Tentang !^emerintahan Daerah
diiakukan pemilihan Presiden dan Wakil
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
Presiden secara langsung, malahan akan
Tentang Perimbangan Keuangan
menimbuikan kesulitan-kesulitan teknis,
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
administratifdan operasional. Pada akhirnya
nanti akan terjadinya juga penyelewengan
Peraturan Pemerintah Nomor25Tahun2000
dan pengingkaran akan makna demokrasi Tentang Kewenangan Daerah
dan proses demokrasi (demokratisasi).
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000
Penutup Tentang Organisasi Perangkat
Saat ini, yang paling penting adalah Daerah
kesadaran dari elit politik maupun elit
kekuasaan didalam Etika Berpolitik, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003
kembalinya mereka kepada Core (misi, inti, Tentang Organisasi Perangkat
fungsi)nyamasing-masing. Disamping tidak Daerah
menutup mata untuk menyadarkan
masyarakat berpolitik dan berpemerintahan Undang-Undang Dasar1945Amandemen
melalui kampanye CivicEducation.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
Bila kesemuanya ini disadari dan
Tentang Pemilihan Umum Dewan
dimantapkan oleh semua pihak, meskipun
Perwakilan Rakyat, Dewan
pemilihan Kepala Daerah ataupun Pimpinan
Perwakilan Daerah dan Dewan
Nasional diiakukan secara tidak langsung,
Perwakilan Rakyat Daerah
maka makna dan wujud demokrasi akan
tetap nampak. Sehingga yang selama ini
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003
diduga bahwa didalam pemilihan secara
Tentang Pemilihan Umum Presiden
tidak langsung terjadinya patgulipat, main
dan Wakii Presiden.
sabun, dagang sapi, pembagian roti

•••

UNJSIA NO: 51/XXVI1/U2004 37

Anda mungkin juga menyukai