Anda di halaman 1dari 4

Konsep Inovasi dan Kreativitas pada Era Digital

Pada tahun 1934, Schumpeter mengemukakan konsep inovasi untuk pertama


kalinya. “Inovasi” didefinisikan sebagai kombinasi baru dari factor-faktor produksi
oleh seorang pengusaha sebagai pendorong penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Dalam konsep ini melibatkan inovasi produk, inovasi pasar, inovasi penggunaan
bahan baku, dan inovasi pada organisasi. Konsep Schumpeter tetang inovasi inilah
yang menjadi pondasi dasar bagi para peneliti selanjutnya untuk lebih
mengembangkan. Hingga dikemukakan suatu konsep inovasi yang terbagi secara
mikro dan makro pada tahun 2006 oleh Xu dkk.

Inovasi makro yaitu melibatkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan ekonomi


mikro melibatkan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan. Inovasi juga dibagi dua
fase yaitu penemuan dan eksploitasi. Fase pertama penemuan melibatkan ide-ide atau
gagasan dari generasi terbaru. Dan fase kedua eksplotasi merupakan implementasi
ide-ide ini dalam arti nilai inovasi atau berproses. Setelah kedua fase-fase ini dilalui
maka akan memunculkan suatu kreativitas atau bisa juga diartika inovasi yang sukses
atau berhasil. Konsep ini dikemukakan oleh Isaksen pada tahun 2000. Konsep kreatif
dalam manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan manusia dalam bidang
manajemen.

Dikatakan inovasi dan kreativitas saling bergandengan atau mirip dalam


prosesnya. Hal ini bertentangan dengan hal yang diungkapkan oleh Haner pada tahun
2005, ia menekankan bahwa ada tumpeng tindih dia antara inovasi dan kreativitas,
saling berbeda tetapi menampilkan karakteristik dan pola umum yang memungkinkan
untuk saling berefleksi bersama. Dan kreativitas tidak identic dengan inovasi tetapi
memang membentuk elemen yang sangat diperlukan dari masing masing seperti
penjelasan tadi.

Peters pada tahun 2004 menyatakan bahwa kreatif harus sesuai dengan
kemampuan inovasi dan ketrampilan dalam mengelola potensi lokal yang ada
termasuk sumber daya manusia Kualitas sumber daya manusia dalam menggali
inovasi untuk mendorong kreativitas. Pentingnya di berbagai proses yang relevan
kategori termasuk input proses dan pengetahuan manajemen untuk inovasi yang
sukses ataupun kreativitasPengetahuan manajemen disini adalah proses dalam sebuah
organisasi yang merupakan kombinasi sinergis antara data, kapasitas pemrosesan
informasi dari teknologi dan kapasitas inovatif dan kreatif dari pikiran manusia, ini
diungkapkan oleh Yogesh Malhotra. Disini ditekankan perlunya langkah-langkah
proses termasuk ukuran proses kreatif untuk melacak kualitas ide, sementara kinerja
produk focus pada peringkat produk dan pesaing.

Orang yang terlibat dalam proses invasi dan kreativitas atau disebut juga
manajemnen memerlukan cara menilai kreativitas. Dalam konteks nyata pada zaman
sekarang atau disebut juga era digital, atau era menuju revolusi industry 4.0.
Kreativitas dan inovasi dalam manajemen ini sangatlah dibutuhkan karena pada era
inilah teknologi dan industry berlomba-lomba untuk berkembang. Pengembangan ini
dilakukan untuk menarik minat dan menarik bagi generasi Z. Generasi Z ialah
generasi dimana mereka paling berbeda diantara generasi sebelumnya. Generasi
dimana ingin segalanya menjadi instan dan cepat. Maka dari itu pengembangan
teknologi dan industry pasti akan lebih berkembang kedepannya.

Seperti yang ditekankan oleh Crhistenseen pada tahun 1999 bahwa kunci
kreativitas dalam proses inovasi itu sendiri adalah tentang cara menemukan ide untuk
produk atau layanan baru agar pasar mereka unik dan dihargai. Pengembangan untuk
memunculkan suatu hal baru yang dapat berguna di masa depan. Pengembangan
dalam fase inovasi yang pertama yaitu fase eksploitasi. Para pengusaha, penemu,
maupun mahasiswa atau pelajar berlomba-lomba untuk saling mengemukakan
gagasan atau ide-ide terbaru yang kiranya sangatlah berintregasi dengan konsep
inovatif dan kreatif. Mereka menerapkan konsep manajemen diiringi dengan inovasi
dan kreativitas dalam proses organisasi agar tidak tergurus zaman.

Masing-masing perusahaan atau organisasi berusaha untuk membuat sesuatu


yang baru. Untuk memunculkan sesuatu yang baru baik di teknologi, sistem,
program, maupun lainnnya dibutuhkan sumber daya manusia yang baik dari kuantitas
dan kualitas. Kualitas sumber daya manusia dalam menggali kreativitas sebagai
inovasi dalam mengembangkan proses kreatifitas. Perkembangan ini juga dituntut
harus berorientasi pada aspek budaya masyarakat agar menguntungkan dan
berdampak pada bangkitnya peluang-peluang . Karena itu generasi terdahulu dituntut
untuk memahami gaya piker generasi terbaru atau generasi z. Mereka dituntut untuk
mengikuti arus agar tidak terdiam di satu tempat.

Karena perkembangan zaman dan perubahan sikap dari generasi ke generasi


inilah mendorong munculnya manajemen inovasi. Dimana manajemen inovasi ini
sendiri merupakan alat yang digunakan oleh manajer maupun organisasi atau
perusahaan untuk mengembangkan produk dan inovasi organisasi atau dengan kata
lain manajemen inovasi adalah pengelolaan dan pengorganisasian sebuah proses,
perkembangan konsep manajemen inovasi ini diawali perang dunia ke II yang terus
berkembang sampai sekarang. Karena ini dari tahun ke tahun inovasi pasti terjadi di
lingkup manajemen untuk memunculkan sebuah kreativitas baru.

Poin pertanyaan atas inovasi nya suatu produk, layanan, sistem, ataupun
program dapat diamati dari mana?. Hal ini menunjuk pada indicator kreativitas.
Timbangan yang menunjukan atau mengungkapkan keeradaan hal ini. Timbangan
untuk menilai kreativitas untuk mengembangkannya secara relative yaitu fungsional
produk, layanan atau program. Skala semantik produk kreatif mendefinisikan
kreativitas produk dalam tiga dimensi : kebaruan ( barunya gagasan atau ide dari
produk, layanan, ataupun program), resolusi (produk berharga, logis, bermanfaat dan
dapat dimengerti ), dan elaborasi sintesis (produk organic, elegan atau estetika,
kompleks dan pembuatnnya).

Goldenberg dan Mazursky pada tahun 2002 mengungkapkan hasil


penelitiannya bahwa karakteristik yang dapat diamati kreativitas dalam produk untuk
memasukkan unsur unsur asli, bernilai, novel, menarik, elegan, unik dan diperkirakan
akan mendapat reaksi terkejut atau kagum dari orang lain. Seperti contohnya banyak
terjadi perkembangan dibidang program dari tahun ke tahun. Perubahan atau
perkembangan ide baru tentang produk, layanan, program dengan terobosan atau
inovasi baru yang dapat diterapkan.

Contohnya membuat model bisnis baru, membuat inovasi administrasi,


mengembangkan layanan baru, dan lain-lainnya. Seperti muncunya layanan antar
barang online, ruang les atau pembelajaran berbentuk aplikasi, televisi digital, dan
banyak lainnya. Hal hal tersebut muncul karena adanya penggantian kebutuhan atau
layanan, berganti nya kebutuhan ini mendorong munculnya inovasi. Baik dari
perusahaan atau organisasi besar untuk mengembangkan produknya. Hal ini juga
berpengaruh atas manajemen dia dalamnya.

Mereka berpendapat bahwa hal baru tampaknya secara intuitif didahulukan


dari kegunaan dalam menentukan kreativitas. Namun dalam dunia praktis produk,
proses, sistem dan layanan aspek terpenting adalah kekaguman pada yang melihatnya
adalah kemampuan produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau
efektivitasnya. Mobil misalnya, harus mengangkut orang dengan cepat dan
pergerakan mulus agar orang-orang nyaman, menggantikan tekonologi computer
dengan laptop yang lebiih mudah dibawa kemana-mana. Jika suatu inovasi baru atas
produk, layanan, sistem ataupun program gagal mengikuti atau memenuhi
persyaratan ini, maka kurang efektif dan karenanya inovasi ini tidak dianggap kreatif.
Tidak peduli seberapa novel atau hayalan itu.
Perubahan generasi menyebabkan berubahnya kebutuhan dan budaya. Yang
menyebabkan manajemen didalamnya ikut ter-evolusi agar perusahaan ataupun
organisasi dapat tetap bertahan atau tidak digusur zaman. Hal ini juga tidak
dilewatkan oleh pemerintahan, karena munculnya inovasi-inovasi baru ini otomatis
akan memunculkan sebuah kebijakan baru didalamnya agar aman ungtuk
diimplementasikan di lingkungan sosial.

Inilah pentingnya inovasi dan kreativitas pada zaman sekarang, baik di bidang
ekonomi maupun manajemen. Dengan seiring perkembangan zaman, segala hal akan
semakin berorientasi ke depan mengikuti pola piker generasi terbaru. Bukan generasi
Z bukan juga milenial. Tapi kita ditargetkan untuk mampu menerapkan konsep
kreativitas dan inovasi ini di segala bidang termasuk manajemen.

Kita harus bisa mengoorganisasikan orang-orang dari semua kalangan. Dari


segala perbedaan budaya, ras, aspek lainnya. Mengoorganisasikan manajemen yang
kreatif untuk mencapai suatu target yang akan berhasil di konsep inovasi dan
kreativitas. Tidak hanya mencaoai target, kita harus terbiasa pada perubahan zaman
yang sangat cepat. Kita tidak boleh berpatokan pada pola piker yang sama, pola piker
inilah yang akan mendorong kebutuhan menjadi berubah dan membuat pemikiran
manusia akan menjadi lebih inovatif dan kreatif.

Anda mungkin juga menyukai