Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MANAJEMEN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT


“Impelemtasi Mutu Pelayanan di Puskesmas”
Disusun Oleh :
Kelompok 5
A.MuhYusril P101 18 258
Nuraeni P101 18 246
Rasmayanti R. Unggu P101 18 254
Putu Pebryanti P101 18 273
Oktavira Sangadji P101 18 253
Dewi Sartik P101 18 270
Zainah Chairunnisah P101 18 266
Putri Anggraeni P101 18 277
Nurfadhillah Gafar Nursi P101 18 271
Ni Luh Novia Sari P101 18 269
Asmaul Husna P10117179
Nuryah Fatima N20115062

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
UniversitasTadulako
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga, makalah yang
bertemakan “Impelemtasi Mutu Pelayanan di Puskesmas” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Selanjutnya penulis sampaikan shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, pada keluarganya,
sahabatnya, dan kita sebagai umatnya.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah manajemen
puskesmas dan rumah sakit sebagai pengetahuan untuk kita semua dan sebagai
langkah untuk mengetahui dan mempelajari.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
manajemen puskesmas dan rumah sakit yang telah banyak memberikan
petunjuk dalam pembuatan makalah ini, Selanjutnya kepada orang tua dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan materil maupun moril.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna,
tetapi mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam
mencari ilmu dan untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.

Palu, 3 Maret 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan..............................................................4

2.2 Dimensi Mutu Pelayanan...................................................................................5

2.3 Standar Mutu Pelayanan Kesehatan...................................................................6

2.4 Cara Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan......................................................9

2.5 Ciri-Ciri Mutu Pelayanan Puskesmas..............................................................11

2.6 Pengertian Akreditasi Puskesmas....................................................................11

2.7 Tujuan dan Manfaat Akreditasi Puskesmas....................................................12

A. Tujuan.........................................................................................................12

B. Manfaat.......................................................................................................12

2.8 Pelaksana Akreditasi di Puskesmas.................................................................13

2.9 Proses Akreditasi Puskesmas...........................................................................14

2.10 Standar Akreditasi Puskesmas.......................................................................15

BAB III..................................................................................................................17

iii
PENUTUP..............................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.................................................................................................17

3.2 Saran............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat pentingnya pelayanan kesehatan bagi setiap penduduk,
menjadikan sebuah puskesmas mempunyai peranan yang penting dalam
menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan haruslah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Peran
Puskesmas sebagai pelayanan primer dan pemberi pelayanan kuratif,
rehabilitatif, promotif, dan preventif, menempati peran penting dalam
sistem pelayanan kesehatan. Karena pentingnya peran puskesmas dalam
system pelayanan kesehatan, maka berbagai upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan puskesmas menjadi prioritas dalam pembangunan bidang
kesehatan. Hal ini layak untuk diupayakan agar seluruh masyarakat dapat
menikmati pelayanan kesehatan secara terjangkau dan terlayani secara
merata.
Salah satu permasalahan yang membuat ketidakpuasan pasien adalah
pelayanan kesehatan di puskesmas. Kualitas pelayanan puskesmas dapat
diketahui dari penampilan professional personil puskesmas,efisiensi dan
efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh
keseluruhan pelayanan seperti : pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan,
obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik puskesmas.
Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling
sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas
puskesmas, antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter
sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses
masuk rawat, aspek pelayanan di puskesmas, sertaketertiban dan kebersihan
lingkungan puskesmas, perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan
petugas, serta kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi
menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan pasien puskesmas.
Tidak jarang walaupun pasien atau keluarganya merasa outcome tak sesuai

1
dengan harapannya merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang
menghargai perasaan dan martabatnya.
Dalam memberikan pelayanannya puskesmas harus cepat tanggap
terhadap kebutuhan pasien baik itu dari segi pengobatan, administrasi
maupun ketepatan dalam bertindak. Tidak semua puskesmas akan kita
dapatkan mutu pelayanan yang maksimal untuk pasiennya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis bersama tim
merumuskan sebuah makalah dengan judul “ Implementasi Konsep Mutu di
Puskesmas”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan?
2. Apa saja dimensi mutu pelayanan?
3. Bagaimana standar mutu pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana cara mengukur mutu pelayanan kesehatan?
5. Apa ciri-ciri mutu pelayanan puskesmas?
6. Apa yang dimaksud dengan akreditasi puskesmas?
7. Apa tujuan dan manfaat akreditasi puskesmas?
8. Bagaimana pelaksana akreditasi di puskesmas?
9. Bagaimana proses akreditasi puskesmas?
10. Bagaimana standar akreditasi puskesmas?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian mutu pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui dimensi mutu pelayanan
3. Untuk mengetahui standar mutu pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui cara mengukur mutu pelayanan kesehatan
5. Untuk mengetahui ciri-ciri mutu pelayanan puskesmas
6. Untuk mengetahui pengertian akreditasi puskesmas

2
7. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat akreditasi puskesmas
8. Untuk mengetahui pelaksana akreditasi di puskesmas
9. Untuk mengetahui proses akreditasi puskesmas
10. Untuk mengetahui standar akreditasi puskesmas

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang, yang
didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan
kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1986). Menurut Crosby (1984)
mutu adalah kepatuhan terhadap standart yang telah ditetapkan. Pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik dan standart
profesi yang telah ditetapkan. Mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada
unsur keluaran, maka yang dimaksud dengan standart adalah keluaran yang
pengukurannya dapat dilakukan dengan mempergunakan indikator keluaran
(Azwar, 1995).
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan
akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah
sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara
aman dan memuaskan norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
konsumen (Herlambang, 2016).
Menurut Fahmi (2015), mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan
yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari
suatu intervensi yang diketahui aman yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan
kekurangan.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan
kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan.

4
2.2 Dimensi Mutu Pelayanan
Ada 5 (lima) dimensi yang mewakili persepsi konsumen terhadap
suatu kualitas pelayanan jasa. Berikut dimesi mutu pelayanan kesehatan
menurut Pasuraman (2005);
a. Keandalan (reliability) adalah dimensi yang mengukur keandalan suatu
pelayanan jasa kepada konsumen. Keandalan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
secara akurat dan terpercaya.
b. Ketanggapan (responsiveness) adalah kemampuan untuk membantu
konsumen dan memberikan pelayanan dengan cepat kepada konsumen.
Dimensi ketanggapan merupakan dimensi yang bersifat paling dinamis.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor perkembangan teknologi. Salah satu
contoh aspek ketanggapan dalam pelayanan adalah kecepatan.
c. Jaminan (assurance) adalah dimensi kualitas pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan dan
keyakinan kepada konsumen. Dimensi jaminan meliputi kemampuan
tenaga kerja atas pengetahuan terhadap produk meliputi kemampuan
karyawan dan kesopanan dalam memberi pelayanan, ketrampilan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan
kemampuan di dalam menanamkan kepercayaan konsumen terhadap jasa
yang ditawarkan.
d. Empati (emphaty) adalah kesediaan untuk peduli dan memberikan
perhatian yang tulus dan bersifat pribadi kepada konsumen (pengguna
jasa). Dimensi empati adalah dimensi yang memberikan peluang besar
untuk menciptakan pelayanan yang ―surprise‖ yaitu sesuatu yang tidak
diharapkanpengguna jasa tetapi ternyata diberikan oleh penyedia jasa.
e. Berwujud (tangible) didefinisikan sebagai penampilan fasilitasperalatan
dan petugas yang memberikan pelayanan jasa karena suatu service jasa
tidak dapat dilihat, dicium, diraba atau didengar maka aspek berwujud
menjadi sangat penting sebagai ukuran terhadap pelayanan jasa. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pemberian pelayanan kesehatan

5
khususnya di puskesmas perlu melakukan pengukuran tingkat kepuasan
pasien (pelanggan).
2.3 Standar Mutu Pelayanan Kesehatan
Untuk menjaga pelaksanaan program pelayanan kesehatan agar tetap
berpedoman kepada standar yang telah ditetapkan maka disusunlah pedoman
petunjuk pelaksanaan, yaitu penyataan tertulis yang disusun secara
sistematis dan yang dipakai sebagai pedoman oleh pelaksanaan dalam
mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
(Herlambang, 2016).
Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar yang telah ditetapkan
maka dipergunakan indikator, yaitu ukuran kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan. Semakin sesuai suatu yang diukur dengan indikator,
semakin sesuai keadaanya dengan standar yang telah ditetapkan
(Herlambang, 2016).
Menurut Herlambang (2016), sesuai dengan peranan yang dimiliki
oleh masing-masing unsur pelayanan kesehatan, standar dalam program
menjaga mutu secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Standar Persyaratan Minimal

Standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk kepada keadaan


minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan bermutu.
a. Standar Masukan

Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur


masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, yaitu jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga
pelaksana, jenis, jumlah dan spesifikasi pada tenaga pelaksana, serta
jumlah dana (standar tenaga, standar sarana).
b. Standar Lingkungan

6
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, yaitu garis-garis besar kebijakan, pola
organisasi serta sistem manajemen yang harus dipenuhi oleh setiap
pelaksana pelayanan (standar organisasi dan manajemen)
c. Standar Proses

Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses


yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggaran pelayanan kesehatan
yang bermutu yaitu tindakan medis dan tindakan nonmedis pelayanan
kesehatan (standar tindakan)
2. Standar Penampilan Minimal

Standar penampilan minimal adalah yang menunjuk kepada


penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini,
karena menunjuk kepada unsur keluaran, disebut dengan nama standar
keluaran atau standar penampilan.
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan keempat
standar ini perlulah dipantau serta dinilai secara obyektif dan
berkesinambungan. Apabila ditemukan penyimpangan, perlu segera
diperbaiki. Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator yang
sesuai, yang secara umum dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
indikator masukan, indikator proses, indikator lingkungan, serta indikator
keluaran.
Menurut Azwar (1996) dalam Herlambang (2016), menyatakan
bahwa syarat pokok dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah:
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat

7
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang
dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar
(appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan
bersifat wajar.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang
dimaksud disini terutama dalam sudut lokasi. Dengan demikian untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana
kesehatan menjadi sangat penting.
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang keempat adalah mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan disini
terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini
harus diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya
kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang
bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik serta standar yang telah ditetapkan.

8
2.4 Cara Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan
Untuk mengukur suatu pelayanan Kesehatan diperlukan suatu
petunjuk atau tolak ukur yang dinamakan indicator. Indicator adalah
petunjuk atau tolak ukur suatu fenomena. Indicator pelayanan Kesehatan
dapat mengacu pada indicator yang relevan berkaitan dengan struktur ,
proses dan outcome:
1. Indikator Struktur / Input :

• Tenaga kesehatan profesional, Sebagai contoh dari Indikator ini


adalah : tersedianya jumlah tenaga kesehatan tertentu per jumlah
penduduk, (misal: Jumlah dokter setiap 300.000 penduduk).

• Biaya yang tersedia, Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya


sejumlah dana atau anggaran yang tersedia untuk pemberantasan
penyakit tertentu.
• Obat-obatan dan alat kesehatan, Contoh dari Indikator ini adalah :
tersedianya sejumlah obat-obatanuntuk pemberantasan penyakit
tertentu.
• Metode atau standard operation, Contoh dari Indikator ini adalah :
tersedianya Standar Operating Procedur untuk yang sesuai untuk
kegiatan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan.
2. Indikator proses

Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan


kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan tugasnya. Dipandang dari sudut manajemen yang
diperlukan adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengoorganisasian, penggerakan, pemantauan,
pengendalian dan penilaian. Sebagai contoh dari indikator proses ini
adalah :
• Terbentuknya satgas / panitia penanggulangan penyakit menular,

9
• Terselenggaranya gerakan Cuci Tangan pake sabun di setiap sekolah
• Adanya rapat evaluasi untuk menilai keberhasilan

10
3. Indikator Output

Merupakan ukuran-ukuran khusus (kuantitas) bagi output program


seperti sejumlah puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kader kesehatan
yang dilatih, jumlah MCK yang dibangun, jumlah pasien yang sembuh dsb.

4. Indikator Outcome (Dampak Jangka Pendek)


Adalah ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti
meningkatnya derajat kesehatan anak balita, menurunkan angka kesakitan.
Indikator Impact (Dampak jangka panjang). Seperti meningkatnya umur
harapan hidup, meningkatnya status gizi, atau indikator di pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit seperti : BOR, LOS, TOI dan Indikator
klinis lain seperti : angka kesembuhan penyakit, angka kematian 48 jam,
angka infeksi nosokomial, dsb. Berikut ini adalah beberapa contoh indikator
yang berkaitan dengan bidang kesehatan:
a) Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu dan
anak-anak
b) Pertolongan persalinan oleh petugas terlatih
c) Prosentase anak terancam risk yang telah di imunisasi terhadap
penyakit infeksi masa kanak-kanak
d) Tersedianya obat-obatan esensial
sepanjang tahun
e) Aksesbilitas lembaga-lembaga rujukan
f) Rasio jumlah penduduk terhadap berbagai jenis tenaga kesehatan di
pelayanan kesehatan dasar dan di tingkat-tingkat rujukan.
5. Indikator Status Kesehatan :
a) Prosentase bayi-bayi yang dilahirkan dengan berat badan pada
waktu lahir paling sedikit 2500 g
b) Prosentase anak berat badannya menurut umur dengan norma-
norma tertentu c. Indikator-indikator perkembangan psikososial
anak-anak
c) Angka kematian bayi

11
d) Angka kematian anak
e) Angka kematian anak dibawah lima tahun
f) Harapan hidup pada umur tertentu
g) Angka kematian ibu
h) Angka kematian menurut jenis penyakit tertentu
i) Angka cacat tubuh
j) Indikator-indikator patologi sosial dan mental, seperti angka-
angka bunuh diri, kecanduan obat, kejahatn, kenakalan remaja,
minum minuman keras, merokok, kegemukan, penggunaan obat-
obat terlarang.
Mengukur mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat primer seperti
Puskesmas dan tingkat lanjut seperti rumah sakit memerlukan indikator mutu
yang jelas. Namun menyusun indikator yang tepat tidaklah mudah. Kita
perlu mempelajari pengalaman berbagai institusi yang telah berhasil
menyusun indikator mutu pelayanan kesehatan yang kemudian dapat
digunakan secara efektif mengukur mutu dan meningkatkan mutu.
2.5 Ciri-Ciri Mutu Pelayanan Puskesmas
Ciri-ciri mutu pelayanan Puskesmas yang baik antara lain:
1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan, melalui standar
struktur, standar proses, dan standar hasil.
2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif.
3. Aman bagi pasien dan perawat pemberi jasa pelayanan.
4. Memuaskan bagi pasien dan perawat pemberi jasa pelayanan.
5. Memperhatikan dan menghormati aspek sosial, ekonomi,
agama, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat.
2.6 Pengertian Akreditasi Puskesmas
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah
memenuhi standar Akreditasi (PMK No.46 Tahun 2015).

12
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 pasal 39 ayat 1
yang berbunyi bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas
wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya
peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun
sistem manajemen mutu, penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, dan
sistem pelayanan klinis untuk memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan
dan peraturan perundangan serta pedoman yang berlaku (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Akreditasi bertujuan menilai sistem mutu dan sistem
pelayanan di Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
lainnya, tetapi juga bertujuan untuk membina fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut dalam upaya berkelanjutan untuk memperbaiki sistem pelayanan dan
kinerja yang berfokus pada kebutuhan masyarakat, keselamatan, dan
manajemen risiko.
2.7 Tujuan dan Manfaat Akreditasi Puskesmas
A. Tujuan
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan
peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan
terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem
penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen
risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat
akreditasi (PMK No.46 Tahun 2015).
B. Manfaat
Akreditasi puskesmas memiliki beberapa manfaat, antara lain
:
1) Memberikan keunggulan kompetitif.
2) Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan.
3) Menjamin diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer kepada
pasien dan masyarakat.

13
4) Meningkatkan pendidikan pada staf fasilitas pelayanan kesehatan
primer untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
5) Meningkatkan pengelolaan risiko baik pada pelayanan pasien baik di
puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya, dan
penyelenggaraan upaya puskesmas kepada masyarakat.
6) Membangun dan meningkatkan kerja tim antarstaf fasilitas pelayanan
kesehatan primer.
7) Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban
pendokumentasian, dan konsistensi dalam bekerja.
8) Meningkatkan keamanan dalam bekerja.
2.8 Pelaksana Akreditasi di Puskesmas
Komisi Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama adalah Lembaga Independen yang dibentuk oleh Menteri
Kesehatan untuk melaksanakan penilaian akreditasi Puskesmas dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, yang selanjutnya disebut
sebagai Komisi Akreditasi.
a. Tim Akreditasi Puskesmas
Tim akreditasi puskesmas dibentuk oleh kepala puskesmas.Tim
akreditasi puskesmas yang telah terbentuk bertanggungjawab untuk
menyiapkan puskesmas dalam memperoleh akreditasi puskesmas.
b. Tim Pendamping Dinas kesehatan Kabupaten/Kota
Tim pendamping Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibentuk oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan anggota yang berasal dari
pejabat fungsional atau struktural Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
pihak ketiga atau lembaga lain. Tim yang telah dilatih kemudian akan
ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
mendampingi puskesmas dalam penyelenggaraan akreditasi.
Pendampingan dilakukan baik praakreditasi maupun pascaakreditasi.
Pendampingan praakreditasi merupakan rangkaian kegiatan penyiapan
puskesmas agar memenuhi standar akreditasi.Sedangkan Pendampingan
pascaakreditasi merupakan kegiatan untuk memelihara serta

14
meningkatkan pencapaian standar Akreditasi secara berkesinambungan
sampai dilakukan penilaian Akreditasi berikutnya.
c. Tim Akreditasi Dinas Kesehatan Provinsi
Tim akreditasi Dinas Kesehatan Provinsi adalah Tim Pelatih
Calon Pendamping Akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Tim
terdiri dari widyaiswara dan staf Dinas Kesehatan Provinsi atau peserta
dari individu atau pihak ketiga yang diusulkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi dengan persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan. Setelah
tim terbentuk selanjutnya tim tersebut akan mendapatkan pelatihan untuk
kemudian menjadi Tim Pelatih Pendamping Akreditasi Puskesmas.
d. Tim Surveior
Tim Surveior merupakan tim penilaian akreditasi puskesmas yang
ditugaskan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Tim tersebut terdiri dari widyaiswara dan staf Dinas Kesehatan Provinsi
atau peserta dari individu atau pihak ketiga yang diusulkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dengan persyaratan dan kriteria yang telah
ditetapkan.Tim surveior mempunyai tugas untuk melakukan survei
akreditasi terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sesuai
dengan standar yang berlaku.Tim surveior mempunyai kewajiban dan
kewenangan untuk memberikan rekomendasi status pencapaian akreditasi
kepada Komisi Akreditas.
2.9 Proses Akreditasi Puskesmas
1) Pengajuan Penilaian Akreditasi
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan permintaan
penilaian akreditasi Kepada Komisi Akreditasi melalui Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi berdasarkan hasil penilaian Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi membuat surat rekomendasi dan
meneruskan permintaan akreditasi kepada Komisi akreditasi (maks 5
hari kerja) dalam bentuk surat elektronik dan surat asli.

15
c. Komisi Akreditasi menugaskan Koordinator Surveior di Provinsi untuk
merencanakan dan melaksanakan survei penilaian akreditasi dengan
tembusan Kadinkes Prov (maks 5 hari kerja).
d. Koordinator melakukan pembahasan internal untuk menyusun jadual
penilaian termasuk penentuan surveiornya (maks 3 hari kerja).
e. Surat jawaban dari Koordinator beserta jadwal disampaikan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (maks 5 hari kerja).
2. Pelaksanaan Survei Akreditasi
Survei akreditasi dilakukan selama 3 (tiga) hari sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan, jumlah surveior yang ditugaskan tergantung dari
banyaknya upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas.
3. Penetapan dan Rekomendasi Hasil Audit
Dilaksanakan pada hari ketiga survei.
a. Rapat tim surveior
b. Kesimpulan dan rekomendasi (dalam rekomendasi harus disebutkan
prioritas pendampingan oleh tim pendamping kabupaten/kota dalam
melakukan pembinaan 6 bulan).
c. Laporan hasil survei dikirim langsung oleh Ketua tim surveyor kepada
Komisi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
dengan tembusan kepada koordinator surveior di provinsi (maksimum
7 hari setelah pelaksanaan Survei Akred) melalui surel dan surat
dengan menggunakan software pelaporan.
d. Penentuan Kelulusan Akreditasi melalui Rapat Komisioner dalam
waktu maksimum 10 hari kerja. Penerbitan sertifikat Akreditasi oleh
Komisi Akreditasi dalam waktu 10 hari kerja, untuk kemudian
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dalam waktu 5 hari kerja
untuk diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
2.10 Standar Akreditasi Puskesmas
Prinsip yang digunakan dalam akreditasi puskesmas yaitu
menggunakan pendekatan keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan

16
tetap memperhatikan hak petugas pelayanan kesehatan. Prinsip tersebut
digunakan unutuk meningkatan kualitas dan keselamatan pelayanan. Prinsip
akreditasi puskesmas yang mengutamakan hak asasi manusia digunakan
sebagai standar akreditasi puskesmas unutk menjamin agar semua pasien
mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik-baiknya sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien, tanpa memandang golongan sosial, ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, ras, maupun suku. Terdapat 9 Bab Standar
Akreditasi puskesmas dengan 772 Elemen Penilaian.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan norma, etika, hukum, dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah
dan masyarakat konsumen
2. Ada 5 (lima) dimensi yang mewakili persepsi konsumen terhadap suatu
kualitas pelayanan jasa, yaitu: keandalan (Realibility), ketanggapan
(responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty) dan berwujud
(tangible).
3. Standar dalam program menjaga mutu secara umum dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu: Standar persyaratan minimal dan standar
penampilan minimal.
4. Untuk mengukur suatu pelayanan Kesehatan diperlukan suatu petunjuk
atau tolak ukur yang dinamakan indicator.. Indikator pelayanan
Kesehatan dapat mengacu pada indicator yang relevan berkaitan dengan
struktur , proses dan outcome
5. Ciri-ciri mutu pelayanan Puskesmas yang baik antara lain; (a).
Memenuhi standar profesi yang ditetapkan, melalui standar struktur,
standar proses, dan standar hasil; (b). Sumber daya untuk pelayanan
asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif; (c).
Aman bagi pasien dan perawat pemberi jasa pelayanan ; (d). Memuaskan
bagi pasien dan perawat pemberi jasa pelayanan ; (e).Memperhatikan dan
menghormati aspek sosial, ekonomi, agama, budaya, etika, dan tata nilai
masyarakat.

18
6. Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri
setelah memenuhi standar Akreditasi. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2014 pasal 39 ayat 1 yang berbunyi bahwa dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara
berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
7. Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan
pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan
sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
8. Komisi Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama adalah Lembaga Independen yang dibentuk oleh Menteri
Kesehatan untuk melaksanakan penilaian akreditasi Puskesmas dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, yang selanjutnya
disebut sebagai Komisi Akreditasi.
9. Proses Akreditasi Puskesmas dimulai dari pengajuan penilaian akreditasi
Pelaksanaan Survei Akreditasi kemudian penetapan dan Rekomendasi
Hasil Audit
10. Prinsip yang digunakan dalam akreditasi puskesmas yaitu menggunakan
pendekatan keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap
memperhatikan hak petugas pelayanan kesehatan. Prinsip tersebut
digunakan unutuk meningkatan kualitas dan keselamatan pelayanan.
Prinsip akreditasi puskesmas yang mengutamakan hak asasi manusia
digunakan sebagai standar akreditasi puskesmas unutk menjamin agar
semua pasien mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik-baiknya
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, tanpa memandang golongan
sosial, ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, ras, maupun suku. Terdapat 9
Bab Standar Akreditasi puskesmas dengan 772 Elemen Penilaian.

19
3.2 Saran
Mutu pelayanan Kesehatan adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan sehingga pelayanan Kesehatan harus dapat melihat bagaimana
perspektif mutu pelayanan Kesehatan, standar mutu pelayanan Kesehatan
yang baik dan memadai sehingga dapat memberikan yang dibutuhkan oleh
pasien atau masyarakat dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pelayanan Kesehatan

20
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, N. N. A. (2015). Menerapkan Penjaminan Kualitas dalam Mutu Upaya


dalam Meningkatkan Budaya Organisasi di Perusahaan. eJournal, 4, 1–10.

Herlambang, Susatyo. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.


Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 1


Tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan. tullah Jakarta.
Kurnia, S., Hastuti, W., Mudayana, A. A., & Nurdhila, A. P. (2017). Hubungan
Mutu Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Peserta BPJS di Rumah Sakit
Umum Daerah Yogyakarta. 11(2), 161–168.

Murtiana, E., Majid, R., & Jufri, N. (2016). Hubungan Mutu Pelayanan
Kesehatan Kepada

Azwar, A. (1996) Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Lebih Bermutu. Jakarta:


Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.

Maghfiroh, L. and Rochmah, T. N. (2017) ‘Analisis Kesiapan Puskesmas


Demangan Kota Madiun Dalam Menghadapi Akreditasi’, Jurnal MKMI,
13(4), pp. 329–336. Available at:
http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/1665.

Sumarni (2017) ‘Analisis Implementasi Patient Safety Terkait Peningkatan Mutu


Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit’, Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia, 5(2), pp. 91–99. doi:
http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(2).91-99.

Shobirin (2016) ‘Hubungan Penerapan Manajemen Puskesmas dan Komitmen


Kerja Petugas dengan Mutu Pelayanan Pengobatan di Poli Umum
Puskesmas Kabupaten Bangkalan’, Jurnal Penelitian Administrasi Publik,

21
2(2), pp. 513–526. Available at: jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/jpap/article/download/1006/898.

22
23

Anda mungkin juga menyukai