Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ DIMENSI ISLAM & ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM”

METODOLOGI STUDI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
AKUNTANSI

KELOMPOK G ( MATERI 10 )
Syaiful Azis. 12070313689
Khairani wiza Ardina 12070327433

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF


KASIM RIAU

DOSEN PENGAMPU
Deprizon,M.Pd.l
KATA PENGANTAR

Asslamumua’laikumwrwb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT zatd
yang mahasempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya
dengan ridhonya penulis dapat mengelesaikan tugas ini sesuai apa yang
diharap semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua.
tak pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar
sebagai makhluk sosial penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa ada
interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan
karunia darinya .
Dan taklupa pula kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pengajar matakuliah yaitu Deprizon,M.Pd.I penulis mengadari
bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, maka
dari itu keritik dan saran demi penyempurnaan lebih lanjut sangat
diharapkan, semoga makalah ini lebih bermafaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi yang berminat membacanya. Aamiinallahummaaamiin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi yaitu
penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT. Beribadah tanpa
ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan
sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang
menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah
Iman, Islam, dan Ihsan.

Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah ta’ala
tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat
serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan
kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat
merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya
segala yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.

Sebagai umat Islam kita harus mengetahui aliranaliran dalam pemikiran islam, seperti :
aliranaliran kalam, alirana fiqh, aliran tasawuf. Pada kesempatan kali ini, kami membicarakan
tiga bidang pemikiran tersebut dengan pendekatan kronologis yang terdapat dalam sejarah
IslamTiaptiap aliran pasti memiliki pandangan tersendiri mengenai suatu hal, satu hal yang
harus kita tahu, walaupun pandangan mereka berbedabeda, tapi mereka tetap menggunakan
dasar AlQur’an dan Sunnah. Dengan mempelajari aliranaliran pemikiran Islam, diharapkan kita
mampu mengambil hikmah dan lebih mengerti akan keberbedaan pandangan tiap aliran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Iman, Islam, dan Ihsan?

2. Bagaimana Munculnya pemikiran Islam ?


3. Bagaimana Aliran Pemikiran Islam ( Aliran Teologi, Fiqh dan Tasawuf ) ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan

1. Pengertian Iman

Iman adalah kepercayaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Syahadatain (dua persaksian:
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah)
merupakan suatu pernyataan sebagai kunci dalam memasuki gerbang Islam. Pernyataan bahwa
hanya Allah (Yang Esa) satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, merupakan pokok ajaran yang
menjadi misi segala Nabi yang pernah diutus oleh Allah ke bumi di sepanjang sejarah kehidupan
manusia.

Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran terkadang
digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati dan
perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada
perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang
digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan
dalam perbuatan sehari-hari.[1]

Iman itu perkataan dan perbuatan, yaitu perkataan hati dan lisan, dan perbuatan hati, lisan,
dan anggota badan. Ia bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat, dan orang
yang beriman itu bertingkat keimanannya.

Firman Allah

‫ ولكن هللا حبب اليكم اال يمان و زينه في قلوبكم‬...

“… tetapi Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam
hatimu…” (al-hujurat: 7)
Perkataan dan perbuatan adalah makna syahadatain (persaksian tidak ada tuhan selain Allah
dan Muhammad utusan Allah), yang seseorang tidak sah memeluk agama Islam tanpa dua
kalimat syahadat ini. Ia merupakan amalan hati dengan mengitikadkannya dan amalan lisan
dengan mengucapkannya dengan segala konsekuensi. Allah berfirman,

… ‫وماكان هللا ليضيع ايما نكم‬

“… dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu…” (al- Baqarah: 143)

Yang dimaksudkan oleh “imanmu” dalam ayat ini adalah shalat yang dilaksanakan dengan
menghadap ke Baitul Maqdis sebelum diciptakannya perubahan kiblat.

Di sini, shalat secara keseluruhan disebut iman, karena shalat menghimpun perbuatan hati,
lisan, dan anggota badan. Nabi Muhammad SAW juga menjadikan jihad, ibadah lailatul qadar,
puasa Ramadhan, shalat tarawih, dan shalat lima waktu sebagai iman. Ketika beliau ditanya
tentang amalan yang paling utama, beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasul-Nya.”

Berikut ini dalil yang menunjukkan bertambah dan berkurangnya iman

… ‫المؤمنين ليزدادوا ايمانا مع ايمانهم‬

“… supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)…” (al-
Fath: 4)

2. Pengertian Islam

Secara genetik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari kata “salima” yang berarti
selamat sentosa. Dari kata itu dibentuk kata “aslama” yang berarti menyerah, tunduk, patuh,
dan taat. Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam. Sebab itu orang yang melakukan “aslama”
atau masuk islam dinamakan Muslim. Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata
“silmun” dan “salamun” yang berarti damai. Karenanya seorang yang menyatakan dirinya
muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.

Islam artinya penyerahan diri kepada Allah, tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, dan Maha
Esa. Penyerahan itu diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan untuk menerima dan melakukan
apa saja perintah dan larangan-Nya. Tunduk pada aturan dan undang-undang yang diturunkan
kepada manusia melalui hamba pilihan-Nya (para rasul). Aturan dan undang-undang yang
dibuat oleh Allah itu dikenal dengan istilah “Syari’ah”. Kadang-kadang syari’ah itu disebut juga
din (agama). Innaddina ‘indallahi al-islam (sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam QS.
3:19), karena memang agama di sisi Allah ialah penyerahan yang sesunggguhnya kepada Allah.
Maka walaupun seseorang mangaku memeluk agama Islam, kalau tidak menyerah yang
sesungguhnya kepada Allah, tidak mau mematuhi suruhan dan larangannya, belumlah dia
Islam.

3. Pengertian Ihsan

Ihsan, menurut kamus berasal dari kata: ahsana-yuhsinu-ihsan berarti, baik, bagus, kebajikan
atau saleh. Menurut makna istilah, seperti dikemukakan dalam hadits nabi di permulaan tulisan
ialah: “engkau menyembah Allag seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat
melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”[4]

4. Rukun-rukun Iman dan Islam

1). Rukun Iman

a. Iman Kepada Allah

b. Iman Kepada Malaikat-malaikat Allah

c. Iman Kepada Kitab-kitab Allah

d. Iman Kepada Rasul Allah

e. Iman Kepada Hari Akhir

f. Iman Kepada Qadha’ dan Qadar

2). Rukun Islam

a. 2 Kalimat Syahadat

b. Shalat

c. Puasa

d. Zakat

e. Haji
5. Tingkatan-tingkatan dalam Iman dan Islam dan pencapaian muhsin

1. Tingkatan iman

a) tingkatan iman pertama disebut dengan ilathitsu, yaitu iman yang dimiliki oleh para
malaikat, dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan tidak pula bertambah

b) tingkatan iman kedua disebut dengan iman ma’sum yaitu iman yang dimiliki oleh para
Nabi dan Rasul Allah WST. Dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan selalu
bertambah ketika wahyu datang kepadaNya.

c) Tingkatan iman ketiga disebut dengan makbul yaitu iman yang dimiliki oleh muslim
dimana iman pada tingkatan ini selalu bertambah jika mengerjakan amal kebaikan dan akan
berkurang jika melakukan maksiat.

d) Tingkatan iman yang keempat disebut iman maohuf yaitu iamn yang dimiliki oleh ahli
bid’ah, yaitu iman yang ditangguhkan diaman jika berhenti melakukan bid’ah maka iman akan
diterima, diantaranya kaum rafidhoh, atau dukun, sihir, dan sejenisnya.

e) Tingkatan iman yang kelima disebut dengan iman mardud, yaitu iman yang ditolak,
dimana iman ini yang dimiliki oleh orang-orang musyrik, murtad, munafik, kafir, dan sejenisnya.

2. Tingkatan islam

a) Islam muslim

b) Muslim, adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti orang Islam atau orang yang
patuh dan tunduk menurut perintah Allah SWT.
c) Kata Muslim berasal dari kata salima yaslamu yang berarti selamat, sentosa atau aslama
yang berarti tunduk patuh atau beragama Islam. Sehingga orang Muslim berarti orang yang
patuh, taat dan berserah diri kepada sang penciptaNYA.

d) Dari akar kata yang sama, lahir pula kata salam atau salama yang artinya memberi salam
atau menyelamatkan. Orang yang mengucapkan salam berarti mendoakan orang lain agar
selamat.

e) Islam kaffah

3. Mencapai muhsin

Allah berfirman,

‫المحسنين يحب اللهان اواحسبو‬

“… dan berbuat baiklah karena sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(al-Baqarah: 195)

Dan Rasulullah SAW bersabda:

“sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu.” (HR Ahmad,
Muslim, Imam Empat)

Adapun tiga tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajad yang berbeda-beda.

2. Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah dengan derajat yang berbeda-beda.

3. Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling atas dengan derajat yang berbeda-beda.

6. Korelasi antara Iman, Islam, dan Ihsan

Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits yang meriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim yang yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan malaikat
Jibril tentang trilogy ajaran Ilahi:

“Nabi Muhammad SAW keluar dan (berada di sekitar sahabat) seseorang datang menghadap
beliau dan bertanya: “Haai Rasul Allah, apakah yang dimaksud dengan iman?” beliau
menjawab: “Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan
dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian
bertanya lagi: “apakah yang dimaksud dengan Islam?” beliau menjawab: “Islam adalah engaku
menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan
zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi:
“apakah yang dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad SAW menjawab: “engkau sembah
Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engaku tidak melihat-Nya, maka (engkau
berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu…”(Buhkari, I, t.th: 23).

Hadits di atas memberikan ide kepada umat Islam sunni tentang rukun iman yang enam, rukun
Islam yang lima, dan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha hadir dalam hidup. Sebenarnya,
ketiga hal itu hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara yang satu dengan
yang lainnya memiliki keterkaitan.

Ibnu Timiah menjelaskan bahwa din itu terdiri dari tiga unsure, yaitu iman, Islam, dan ihsan.
Dalam tiga unsure itu terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang yang memulai dengan
Islam, kemudian berkembang kea rah iman, dan memuncak dalam ihsan.

Islam, Iman & Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman
adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui
pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dangan cara
ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama mengelompokkannya
lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriyah disusun dalam
ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriyah manusia sebagai hamba Allah. Iman
dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan.
Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu
Tasawuf.

B. Munculnya Pemikiran Islam

Di Indonesia, semenjak tahun 1970-an sampai tahun 1990-an wacana keagamaan telah
berkembang menuju wacana kultural. Islam di Indonesia tidak luput dari dinamika pemikiran
Islam. Ide-ide baru telah mewarnai corak pemikiran islam di Indonesia. Antusiasme kalangan
intelektual islam dalam wacana pemikiran Islam sosial-keagamaan begitu tinggi sehingga sering
disebut sebagai masa “antusiasme intelektual”. Para intelektual aktivis ini diakui oleh para
pemikir sesudahnya sebagai intelektual yang memiliki kepedulian yang besar pada
problematika umat Islam Indonesia dan segenap anak bangsa. Akan tetapi, di antara para
Intelektual aktivis Indonesia ini terdapat perbedaan isu-isu khas yang dikembangkan, seperti isu
Abdurrahman Wahid tentang pribumisasi islam, Nurkholis Majid mengembangkan sekularisasi,
Kuntowijoyo juga mengembangkan Islam peradaban (teologi pembangunan) M. Amin Rais
justru menganjurkan dilakukannya upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, reislamisasi bangsa
Indonesia, demokrasi Islam, dan rekonstruksi system zakat menuju terciptannya keadilan sosial.
Sedangakan A. Syafi’I Ma’arif lebih menekankan pada gagasan “membumikan Islam”. Pasca
generasi pemikir muslim ini, pemikiran di Indonesia terus bergerak dan berkembang.

Gerakan Islam kultural yang menekankan dialog dan keterbukaan telah memunculkan
kebangkitan Islam yang ditopang dengan munculnya berbagai pemikiran pembaruan dari para
intelektual aktivis Islam. Peran pemikir muslim sangat diperlukan dalam melakukan reorganisasi
internal umat islam sehingga pola-pola religiositas yang mereka wariskan tetap menjadi
kekuatan besar dalam upaya membangun terbentuknya masyarakat muslim kontemporer yang
memahami dan dapat beradaptasi dengan budaya modernitas.

Ada dua penyebab utama yang mempengaruhi pemikiran Islam di Indonesia, antara lain:

1. Faktor internal, munculnya kelompok-kelompok Islam sebagai respon umat terhadap


perkembangan kehidupan, dimana kelompok-kelompok ini dengan semangat memperjuangkan
Islam syariah atau Islam politik.

2. Faktor eksternal, terjadinya perubahan global akibat perkembangan teknologi dan


informasi. Akibatnya menjadikan batas-batas dunia semakin tipis, hampir seluruh kejadian yang
terjadi dibelahan dunia dapat dinikmati dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, bahkan
secara langsung. Seperti peristiwa pengeboman WTC, perang irak, perang mujahidin di
Afghanistan, pengeboman moro dan sebagainya. Hal ini menyebabkan semakin berkembang
wacana tentang demokrasi, pluralisme, HAM, gender, globalisasi baik lewat lembaga-lembaga
swadaya masyarakat maupun perguruan tinggi.

Sedangkan menurut A.Mukti Ali penyebab munculnya pemikiran Islam di Indonesia antara lain :

1. Ketidakbersihan dan campur aduknya kehidupan agama islam.

2. Ketidakefisiennya lembaga-lembaga pendidikan agama.

3. Aktivitas misi katolik dan protestan.

4. Sikap acuh tak acuh, malah kadang-kadang merendahkan daripada golongan intelegensia
terhadap islam.

5. Keadaan politis ekonomi dan sosial sebagai akibat keadaan Indonesia sebagai negeri
jajahan.

C. Aliran – aliran Pemikiran Islam


1. Aliran Teologi (Kalam)

Menurut Ibnu Kaldum, sebagaimana dikutip A. Hanafi, ilmu kalam adalah ilmu yang berisi
alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan=kepercayaan iman dengan menggunakan
dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.

Sungguh kenyataan yang ironi, Islam agama yang diyakini sebagai agama yang rahmat lil alamin
oleh penganutnya ternyata tidak selamanya bersifat positif. Salah satu buktinya adalah tahkim.
Peristiwa ini membuat bencana bagi umat Islam sehingga terpecah.

Pada awalnya, Khawarij merupakan aliran atau fraksi politik, karena pada dasarnya, kelompok
itu terbentuk karena persoalan kepemimpinan umat islam. Akan tetapi, mereka membentuk
suatu ajaran yang kemudian menjadi ciri utama aliran mereka, yaitu ajaran tentang pelaku dosa
besar (murtakib al-akba’ir).

Menurut Khawarij, orang yang terlibat dan menyetujui hasil tahkim telah melakukan dosa
besar, dalam pandangan mereka, berarti telah kafir, kafir setelah memeluk Islam berarti
murtad, dan orang murtad (keluar dari Islam) halal dibunuh berdasarkan sebuah hadis yang
menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW bersabda “man baddala dinah faktuluh”.

Atas dasar premispremis yang dibangunnya, Khawarij berkesimpulan bahwa orang yang terlibat
dan menyetujui tahkim harus dibunuh. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membunuh
Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sofyan, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Ash, dan sahabat-
sahabat lain yang menyetujui tahkim. Disamping itu, mereka juga mencela Usman bin Affan,
orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal, dan perang Shiffin.

Dengan mempertimbangkan kesimpulan dan premispremis yang mereka bentuk, mereka


beranggapan bahwa membunuh Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sofyan, Abu Musa
AlAsy’ari, Amr bin Ash sebagai kegiatan yang diperintahkan oleh agama. Bagi mereka,
pembunuhan terhadap orang-orang yang dinilai telah kafir adalah ibadah.

Secara umum, alSyahrastani menjelaskan bahwa Khawarij pecah menjadi 8 subsekte : Al-
Muhakkimah al-Ula, Al-Azariqah, Al-Najdat, al-Baihassiyah, al-Ajaridah, al-Tsa’alahah, al-
Ibadiyyah, dan al-Shufriyah.

Sebagian umat Islam khawatir terhadap gagasan Khawarij yang mengkafirkan Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah bin Abi Sofyan, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Ash. Oleh karena itu, sebagian ulama
mencoba bersikap netral secara politik dan tidak mau mengkafirkan para sahabat yang terlibat
dan menyetujui tahkim. Umat Islam yang tergabung dalam kelompok ini kemudian dikenal
sebagai Murji’ah.
Dalam ajaran utama aliran murji’ah, orang Islam yang melakukan dosa besar tidak boleh
dihukumi kedudukannya dengan hukum dunia, mereka tidak boleh ditentukan akan tinggal di
neraka atau di surga, kedudukan mereka di tentukan dengan hukum akhirat. Sebab bagi
mereka, perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagaimana perbuatan taat tidak bermanfaat
bagi yang kufur. Disamping itu, bagi mereka, iman adalah pengetahuan tentang Allah secara
mutlak. Sedangkan kufur adalah ketidaktahuan tentang Tuhan secara mutlak. Oleh karena itu,
menurut Murji’ah iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang Imam alSyahrastani
menjelaskan bahwa murji’ah terbagi menjadi enam subsekte, yaitu al-Yunussiyah, al-
Ubaidiyyah, al-Ghasaniyyah, al-Tsaubaniyyah, al-Tumaniyyah, dan al-Shalihiyah.

Selain dua aliran diatas, terdapat ajaran yang mencoba menjelaskan kedudukan manusia dan
Tuhan dengan penjelasan yang sangat berbeda. Menurut aliran pertama, manusia memiliki
kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham ini,
manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Oleh karena itu, aliran ini kemudian dikenal dengan nama Qadariyah karena
memandang bahwa manusia memiliki kekuatan (qadrah) untuk menentukan perjalanan
hidupnya dan untuk mewujudkan perbuatannya.

Aliran kedua berpendapat sebaliknya. Bahwa dalam hubungan manusia, Tuhan Mahakuasa.
Karena itu, Tuhanlah yang menentukan perjalanan hidup manusia dan yang mewujudkan
perbuatannya. Menurut aliran ini, mereka tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan
perjalanan hidup dan mewujudkan perbuatannya. Mereka hidup dalam keterpaksaan (jabbar).
Oleh karena itu, aliran ini kemudian dikenal dengan nama Jabariyah.

Ajaran Qadariyah ini pertama kali dikenalkan oleh Ma’bad al-Juhani dan Ghilan al- Damasyiqi.
Ghilan mengajarkan Qadariyah di Damaskus, akan tetapi ia mendapat tantangan dari Umar bin
Abdul Aziz. Ghilan pun akhirnya dihukum mati oleh Hisyam. Sedangkan ajaran Jabariyah,
diajarkan pertama kali oleh al-Ja’d bin Dirham. Selain penyebar aliran Jabariyah, ia juga dikenal
dengan pemuka Murji’ah.Dengan demikian, kita sudah mengenal empat aliran kalam, yaitu
Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, dan Jabariyah. Qadariyah dan Jabariyah pada dasarnya lebih
mendekati gagasan (paham) bukan aliran, sebab kedua ajaran yang ekstremitu. Karena yang
pertama bersifat antroposentris dan yang kedua bersifat teosentris, diajarkan dan disebarkan
oleh penganut Khawarij.

Setelah empat aliran itu muncul, kemudian berkembang lagi satu aliran yang banyak
menggunakan akal, sehingga mereka sering digelari “kaum rasionalis Islam”.Mereka dikenal
dengan nama Mu’tazilah. Aliran ini didirikan pertama kali oleh Washil bin Atha.Ajaran pokok
aliran Mu’tazilah ada lima, yaitu :

1. Keesaan Tuhan (al-Tauhid).


2. Keadilan Tuhan (al-’adl).

3. Janji dan Ancaman (al-wa’d wa al-waid)

4. Posisi diantara dua tempat (al manzilah baina manzilatain).

5. Amar ma’ruf nahi munkar.

Akan tetapi, aliran Mu’tazilah ini ditentang oleh orang Mu’tazilah itu sendiri yang kemudian
membentuk aliran Ahlu Sunnah wal Jama’ah, yaitu Imam Al-Asy’ari (penganut Mu’tazilah
selama 40tahun). Kemudian ia menyatakan diri keluar dari Mu’tazilah. Setelah itu, ia
mengembangkan ajaran Mu’tazilah, yang kemudian dikenal dengan Ahlu Sunnah wal Jama’ah.

Dalam perkembangannya, aliran Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak sepenuhnya sejalan dengan
gagasan Imam Asy’ari. Abu Mansur al-Maturidi adalah salah satunya, yang kemudian
mendirikan aliran Maturidiyah yang ajarannya, menurut Harun Nasution lebih dekat dengan
Mu’tazilah.

Imam Maturidi pun juga memiliki pengikut, yaitu alBazdawi, yang pemikirannya tidak sejalan
dengan gurunya. Oleh karena nya, Maturidiyah terbagi menjadi dua,golongan, yaitu golongan
Samarkand yaitu pengikut Imam Maturidi, dan golongan Bukhara yaitu pengikut Imam a-
Bazdawi.

Dengan demikian kita telah mengenal sejumlah aliran kalam, yaitu Khawarij, Murji’ah,
Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Ahlu Sunnah wal Jama’ah yang terdiri dari Maturidiah
Samarkand dan Maturidiah Bukhara.

2. Aliran Madzhab Fikih

Secara historis, hukum Islam telah menjadi dua aliran pada zaman sahabat Nabi Muhammad
saw. Dua aliran tersebut adalah Madrasat al-Madinah dan Madrasat al-Baghdad.

Aliran Madinah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di Madinah, dan aliran Baghdad atau
Kufah juga terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di Baghdad.

Atas jasa Nabi Muhammad yang tinggal di Madinah, terbentuklah fuqaha sab’ah yang juga
mengajarkan dan mengembangkan gagasan-gagasan gurunya dari kalangan sahabat. Diantara
fuqaha sab’ah adalah Sa’ad bin al-Musayyab. Salah satu muridnya adalah Ibnu Syihab al-Zuhri.
Sedangkan diantara murid Ibnu Syihab al-Zuhri adalah Imam Malik, pendiri aliran Maliki.
Diantara ajaran Imam Malik yang paling terkenal adalah ia menjadikan ijmak dan amal ulama
madinah sebagai hujah.
Atas jasa Rasulullah yang tinggal di Bagdad, terbentuklah aliran Ra’yu, sahabat yang tinggal
disana ialah Abd Allah bin Mas’ud, ia memiliki murid yang bernama alAswad bin Yazid alNakha’i,
kemudian alAswad memiliki murid yang bernama Amir bin Syarahil, lalu Amir memiliki murid
yang bernama Abu Hanifah, pendiri aliran Hanafi.

Murid Imam Malik adalah Muhammad bin Idris alSyafi’i, pendiri aliran alSyafi’i. Imam ini sangat
terkenal dalam pembahasan hukum Islam karena pendapatnya ia golongkan menjadi qaul
qadim dan qaul jadid.

Salah satu murid Imam Syafi’i adalah Ahmad bin Hambal, pendiri aliran Hanabilah. Disamping
itu masih ada aliran Zhahiriyah yang didirikan oleh Imam Daud al-Zhahiri, dan aliran Jaririyah
yang didirikan oleh Ibnu Jarir al-Thabari.

Dengan demikian, kita telah mengenal sejumlah aliran Fikih, diantaranya Madrasah Madinah,
Madrasah Baghdad, Aliran Hanafi, Aliran Maliki, Aliran Syafi’i, Aliran Hanbali, Aliran Zhahiriyah,
dan Aliran Jaririyah. Tidak terdapat informasi yang lengkap mengenai aliran-aliran hukum islam,
karena banyak aliran yang muncul dan kemudian menghilang karena tidak ada yang
mengembangkannya.

3. Aliran Tasawuf

Pada dasarnya tasawuf merupakan ajaran yang membicarakan kedekatan antara sufi dengan
Allah. Dalam AlQur’an terdapat beberapa ayat yang menunjukkan kedekatan manusia dengan
Allah, antara lain bahwa Allah itu dekat dengan manusia (Q.S Al-Baqarah : 186), dan Allah lebih
dekat kepada manusia dibanding urat nadi itu sendiri

(Q.S Qaf : 16)

Pada awalnya tasawuf merupakan ajaran tentang alzuhd. Oleh karena itu, pelakunya disebut
zahid. Namun kemudian diubah menjadi tasawuf dan pelakunya disebut sufi. Zahid pertama
yang termasyhur adalah Hasan alBashri. Dia pernah berdebat dengan Washil bin Atha dalam
bidang teologi. Ajaran dari Hasan al-Basri yang terkenal adalah al-khauf dan alraja’. Diantara
pendapatnya yang terkenal adalah “orang mukmin tidak akan bahagia sebelum berjumpa
dengan Tuhan”.

Zahid lainnya adalah Ibrahim bin Adham dari Khurasan. Dia pernah berkata “Cinta kepada dunia
menyebabkan orang menjadi tuli dan buta serta membuat manusia menjadi budak”. Kemudian
Rabi’ah al-Adawiyah yang terkenal dengan ajaran tentang cinta kepada Tuhan. Dia menyatakan
bahwa ia tidak bisa membenci orang lain, bahkan ia tidak dapat mencintai Nabi, karena
cintanya hanya untuk Tuhan. Disamping itu, masih ada Sufyan alTasuri dan Abu Nasr bisyr al-
Hafi.

Metode tasawuf ada tiga, ,yakni tahalli, takhalli, dan tajalli. Tahalli adalah pengasingan diri
untuk mendekatkan diri kepada Allah; takhalli adalah pengosongan diri sufi; tajalli adalah
mengisi diri dengan perbuatan-perbuatan baik.

Disamping itu, dalam ajaran sufi dikatakan bahwa Tuhan pun berkehendak untuk menyatu
dengan manusia. Suatu keadaan mental yang di peroleh manusia tanpa bisa di usahakan,
disebut hal atau ahwal. Ahwal adalah suatu keadaan mental sufi yang sangat dekat dan bahkan
menyatu dengan Tuhan. Kedekatan sufi dengan Tuhan dirumuskan oleh sufi dengan rumusan
yang berbeda. Rabi’ah merumuskan kedekatannya dengan Tuhan dalam muhabbah, Yazid al-
Bustami merumuskannya dengan al-ittihad, Al-Hallaj merumuskannya dengan hulul. Al-Gazali
merumuskannya dalam Ma’rifat.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Dimensi Islam

Iman yang sebenarnya adalah hakikat yang tersusun dari: (1) pemahaman tentang semua
perkara yang dibawa oleh Rasulullah dari segi pengetahuan (2) pembenaran terhadap semua
itu dalam bentuk akidah (3)pengakuan terhadap semua itu dalam bentuk ucapan (yaitu
syahadat) (4) ketaatan terhadap semua itu dalam bentuk cinta dan ketundukan (5) pengamalan
terhadap semua itu secara lahir dan batin (6) melaksanakan dan menyerukaan semua itu sesuai
kemampuan.

Dalam iman terdapat terdapat 5 tingkatan yaitu tingkatan iman pertama disebut dengan
ilathitsu, tingkatan iman kedua disebut dengan iman ma’sum, Tingkatan iman ketiga disebut
dengan makbul, Tingkatan iman yang keempat disebut iman maohuf, Tingkatan iman yang
kelima disebut dengan iman mardud.

Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah
haji ke Baitullah jika telah mampu menunaikannya.

2. Aliran Pemikiram Islam


Pemikiran Islam adalah pemikiran yang khas, lain dari pada yang lain. Ini wajar, sebab
pemikiran Islam berasal dari wahyu atau bersandarkan pada penjelasan wahyu, sedangkan
pemikiran-pemikiran yang lain yang berkembang di antara manusia, baik itu berupa agama-
agama non samawi, ideologi-ideologi politik dan ekonomi, maupun teori-teori sosial sekedar
muncul dari kejeniusan berfikir manusia yang melahirkannya

Secara garis besar, kita dapat membedakan tiga bidang pemikiran islam, yaitu ; a. aliran kalam
(teologis).

b. aliran fikih.

c. aliran tasawuf.

Aliranaliran Pemikiran Kalam : Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilahAhlu Sunnah


wal Jama’ah yang terdiri dari Maturidiah Samarkand dan Maturidiah Bukhara.

Aliranaliran Pemikiran Fikih : Madrasah Madinah, Madrasah Baghdad, Aliran Hanafi, Aliran
Maliki, Aliran Syafi’i, Aliran Hanbali, Aliran Zhahiriyah, dan Aliran Jaririyah

B. Saran

Semoga Allah memberikan keberkahan terhadap makalah yang telah kami susun ini. Tentunya
kami juga berharap partisipasi dari para pemabaca untuk memberikan keritikan dan saran demi
perbaikan karya kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Syekh Hafizh Hakimi, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1998, hlm: 37-
39

Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm: 71-72
Qodir, Zuly, Gerakan Sosial Islam, ( Yogyakarta:, pustaka belajar, 2009), Cet. 1

_________, Islam Liberal : Paradigma Baru Wacana dan aksi Islam Indonesia ( Yogjakarta :
Pustaka Pelajar, 2003 ), Cet 1,

_________, Pembahruan Pemikiran Islam:Wacana dan Aksi Islam Indonesia, (yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2006),

http://www.mozaikislam.com/608/pengertian-dan-hubungan-antara-iman-islam-dan-
ihsan.htm Diakses tanggal 14-11-16, 05:15 PM

Anda mungkin juga menyukai