Pada abad ke-5 dan ke-6 M, agama Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa AS
telah menjadi ajaran yang sangat kaku. Ia telah menjadi tradisi tanpa ruh.
Kitab “Taurat” telah mengalami aneka perubahan. Di samping kitab
Taurat, mereka juga memiliki kitab Talmud yang mereka sucikan melebihi
kitab Taurat. Padahal dalam Talmud ini, yang beredar sejak abad ke-6 M,
terdapat sekian banyak informasi yang sungguh tidak dapat dicerna akal.
Kepercayaan tentang keesaan Tuhan yang diajarkan oleh Nabi Musa AS,
luntur akibat pengaruh budaya dan adat kebiasaan masyarakat sekitarnya.
Para pemuka agama Yahudi tidak lagi melaksanakan tugas bimbingan
ruhani. Kaum Yahudi tenggelam dalam materialisme, sehingga mereka
menjadi lintah darat dan menghalalkan suap-menyuap.2
Ajaran Kristen yang dibawa oleh Nabi Isa AS adalah ajaran yang mengakui
keesaan Allah SWT, menekankan sisi keruhanian dan akhlak yang luhur.
Akan tetapi, ajaran yang demikian luhur itu sedikit demi sedikit
menyimpang. Puncak dari kesesatan itu adalah beralihnya keesaan Tuhan
yang diajarkan oleh Nabi Isa AS, menjadi kepercayaan tentang Trinitas.
Persoalan Trinitas ini baru muncul setelah empat ratus tahun dari
kelahiran al-Masih, karena itu kepercayaan Trinitas tidak disinggung
dalam keempat Injil yang diakui oleh umat Kristen, karena kitab-kitab
tersebut ditulis jauh sebelum munculnya paham Trinitas di kalangan umat
Kristen. Kitab Injil itu ditulis antara 70-150 tahun setelah kelahiran al-
Masih. 3
Di India, Jepang, Nepal, Tibet, Cina dan beberapa wilayah Asia lainnya,
Budhisme tersebar luas. Agama Budha diajarkan oleh Sidhartha Gautama
yang lahir di Lumbini (Nepal saat ini). Beliau adalah seorang pangeran dari
suku Sakya, lahir pada 563 SM dan wafat di Kusinara (saat ini bernama
Kushinagar, India) pada usia 80 tahun (483 SM). Budha tidak
mengajarkan tentang wujud tuhan, namun kekaguman pengikut-
pengikutnya kepada pribadi ini menjadikan mereka membuat patung-
patung beliau yang mereka bawa ke manapun mereka pergi. Di samping
itu, mereka juga membangun bangunan-bangunan untuk
mengultuskannya. Sementara pakar menyatakan bahwa pada mulanya
kepercayaan ini menafikan wujud tuhan, tetapi lama-kelamaan mereka
mengultuskan Budha (Sidhartha Gautama) dan menempatkannya sebagai
manusia yang tidak serupa dengan manusia yang lain, karena pencapaian
dan kesempurnaan ruhaninya. Ini yang menjadikan sementara orang
menduga bahwa Budha adalah tuhan, dan karena pengultusan itu dan
pembuatan patung-patung Budha sehingga penganut-penganutnya serupa
dengan penyembah-penyembah berhala. 6
2. Agama dan Kepercayaan di Jazirah Arab
Kondisi politik Arab pra-Islam saat itu dikuasai oleh dua kekaisaran, yaitu
Persia dan Romawi. Masing-masing kekaisaran memiliki kebudayaan,
perdaban, perundang-undangan dan keyakinan yang mereka imani. 9
Lebih dari itu, seperempat Jazirah Arab saat itu dipenuhi oleh berbagai
jenis ritual. Ketika Rasulullah SAW diutus, beliau menghadapi problem
banyaknya berhala yang diletakkan di sekitar Kabah oleh bangsa Arab.
Mereka menyembah dan bersujud kepada berhala-berhala itu. Dalam
konteks inilah Tasyrîʻ di Makkah ditujukan, yaitu untuk membersihkan
Jazirah Arab dari penyembahan berhala. Problem spiritual lain yang
menjangkiti kaum musyrikin Makkah adalah penalaran mereka tidak dapat
menjangkau ajaran Islam yang meyakini bahwa jasad-jasad yang sudah
membusuk (meninggal dunia) dapat dihidupkan kembali pada hari
kebangkitan kelak. 13
B. MASA KENABIAN
Masa kenabian dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu periode Mekah dan
Madinah. Karena di Mekah mendapat tantangan dari kaum Quraisy, Nabi
SAW dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Di Madinah, Nabi SAW
membangun ‘negara’ Islam dengan masyarakat yang lebih mencerminkan
keutamaan dibandingkan masyarakat Arab waktu itu. Masyarakat Islam
yang menekankan nilai kesetaraan, keadilan dan demokrasi ini telah
memberi landasan bagi kehidupan sosial-politik Islam pada masa
berikutnya. Dari Madinah, Nabi SAW kemudian memperluas dakwahnya
hingga ke seluruh Jazirah Arab. 14
Pada Periode Makkah (Tahun 601-622 M), Nabi SAW menerima wahyu al-
Qur’an. Mayoritas pengikut Nabi SAW berasal dari kalangan ‘menengah ke
bawah’, sehingga menjadi sasaran berbagai tindakan intimidasi. Nabi SAW
sendiri terlindungi mengingat status beliau sebagai kemenakan Abu Thalib,
ketua suku Quraisy saat itu.
Pada Periode Madinah (Tahun 622-632 M), Nabi SAW bersama sekitar 70
keluarga berhijrah ke Madinah yang dilakukan secara berangsur-angsur;
dan Nabi SAW hijrah terakhir. Adapun Program-program Nabi SAW di
Madinah adalah: Mendirikan Masjid; Pasar; Membentuk Ukhuwwah
Islamiyyah antara Muhajirin-Anshar; Piagam Madinah; Perang dengan
sistem Ghazwu (serangan mendadak dengan korban seminimal mungkin;
korban jiwa ‘hanya’ mencapai 1000-an).
C. MASA KEKHALIFAHAN
D. MASA KEDINASTIAN
Hasan, putra Ali, yang diangkat oleh sekelompok pengikut Ali yang setia
untuk menggantikan Ali, segera mengundurkan diri. Mu’awiyah memang
mendesak Hasan untuk mengundurkan diri. Pada tahun 41 H / 661 M,
Mu’awiyah bertemu dengan Amr dan Husein (saudara Hasan) di Kufah. Di
kota ini, Hasan dan Husein beserta orang banyak membaiat Mu’awiyah
menjadi khalifah. Tahun tersebut dinamakan ‘Am al-Jama’ah (Tahun
Persatuan), karena umat muslim bersatu kembali dari bahwa pimpinan
seorang khalifah. Sejak saat itu, mulai satu fase baru dalam sejarah
pemerintahan Islam. Periode Khulafa’ al-Rasyidinberganti dengan Dinasti
Umayyah yang berkuasa dari tahun 41-132 H / 661-750 M. Yang menjadi
khalifah dalam Dinasti Umayyah berasal dari dua keluarga, yaitu 3 orang
dari keluarga Harb dan 11 dari keluarga Abu al-‘Ash. Jadi, khalifah Dinasti
Umayyah di Suriah berjumlah 14 orang. 16
Khalifah Hasan ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (661 M). Figur yang tidak tergiur
dengan politik, sehingga menyerahkan kekhalifahan kepada Mu’awiyyah.
Itulah tahun perdamaian antar dua kubu yang berseteru, sehingga disebut
‘Amul Jama’ah [Tahun Persatuan]
Penaklukan Spanyol
Spanyol kemudian menjadi salah satu provinsi kerajaan Islam. Nama Arab
yang disandangnya adalah al-Andalus yang secara etimologiss terkait
dengan nama orang-orang Vandal yang telah menduduki dataran ini
sebelum umat muslim. Dalam waktu singkat, kurang lebih 7 (tujuh) tahun,
penaklukan Spanyol sepenuhnya rampung. 24
Puncak kejayaan Dinasti Fatimiyah adalah pada masa Abu Manshur Nizar
al-‘Aziz (975-996 M). Ia adalah khalifah Fatimiyah kelima dan khalifah
pertama yang memulai pemerintahan di Mesir. Di bawah kekuasaannya,
Dinasti Fatimiyah telah menenggelamkan Dinasti Abbasiyah di Baghdad
dan berhasil menempatkan Dinasti Fatimiyah sebagai negaa Islam terbesar
di kawasan Mediterania Timur. 30
Mogul adalah dinasti Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke-16
hingga abad ke-19. Dinasti ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad
Babur yang merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal
Mongol. Dinasti Mogul berperan besar bagi pengembangan agama Islam di
India, mulai dari bidang sastra hingga arsitektur. 32
Safawi, kerajaan yang didirikan Syah Isma’il (907 H / 1501 M), dinisbatkan
kepada Tareka Safawiyah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ishaq (650-
735 H / 1252-1334 M) di Ardabil pada 1300-an. Dalam perkembangan-nya,
Tareka Safawiyah cenderung beralih dari lembaga tasawuf menjadi aliran
agama yang cenderung kepada geraka politik dan kekuasaan. Setelah
berkuasa selama lebih dari 2 (dua) abad, Dinasti Safawi semakin melemah.
Wilayah propinsi yang demikian luas menimbulkan proses pelemahan
sistem pertahanan militer. Akhirnya pasukan Afghan menguasai Dinasti
Syafawi pada 1722 M. 37
Safi al-Din adalah keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa al-
Kazhim. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 H.
Setelah berkembang menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya
di Persia, Syiria dan Anatolia; para murid tarekat Safawiyah berubah
menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang
setiap orang yang bermazhab selain Syi’ah. Kencenderungan memasuki
dunia politik dapat terwujud pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460
M). Kemudian Juneid terbunuh dalam pertempuran untuk merebut
Sircassia (1460) melawan tentara Sirwan. Setelah itu gerakan Safawi
diserahkan kepada putranya, Haidar. Dari perkawinan Haidar dan putri
Uzun Hasan, lahirlah Isma’il yang di kemudian hari menjadi pendiri
Dinasti Safawi di Persia. 39
Di bawah pimpinan Isma’il, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash (baret
merah) menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur, dekat
Nakhchivan. Pasukan itu akhirnya berhasil menaklukkan Tabriz, ibu kota
AK Koyunlu. Di kota inilah Isma’il (disebut juga Isma’il I)
memproklamirkan diri sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Isma’il I
selama 23 tahun (1501-1524 M). Pada sepuluh tahun pertama, Isma’il
berhasil memperluas kekuasaannya hingga ke Baghdad, Sirwan dan
Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun saja, wilayah kekuasaannya
sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile
Crescent). 40
Pendiri Dinasti Utsmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka
waktu tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Irak.
Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika
mereka menetap di Asia Tengah. Di dataran tinggi Asia Kecil, di bawah
pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II,
Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat
bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik
itu, Alauddin memberi hadiah sebidah tanah di Asia Kecil yang berbatasan
dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibu kota. 44
8. Era Penjajahan
Hubungan antara Islam dan Barat telah menjadi bagian dari proses sejarah
Islam. Hubungan itu terkadang berlangsung dalam suasana damai, seperti
dalam dunia ilmu pengetahuan, terkadang pula menampilkan banyak
konflik. Para sejarawah sering mengemukakan adanya kesinambungan dan
perubahan dalam kedatangan Barat ke dunia Islam, baik pada Zaman
Pertengahan maupun Zaman Modern. 49
E. MASA KEBANGKITAN