Anda di halaman 1dari 2

Pada pemeriksaan fisik, dokter fokus dengan adanya pembesaran kelenjar limfe, melihat apakah ada tanda-tanda

infeksi. Pemeriksaan abdomen juga merupakan pemeriksaan yang penting untuk melihat apakah adanya
pembesaran hati atau limpa.

Tes darah

Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan perifer. Pemeriksaan darah dilakukan
untuk melihat kadar hematologi pasien.Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi
dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel
darah merah dan platelet yang sedikit.

Aspirasi sumsum tulang dan biopsi

Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi ini dilakukan
untuk mendiagnosa leukemia dan diulangi kembali untuk melihat respon dari pengobatan.

Aspirasi sumsum tulang merupakan “gold standard” dari diagnosa leukemia. Tidak hanya indikasi diagnosa, namun
indikasi menentukan jenis sel dan monitoring pengobatan seperti gangguan limfoblastik

Pungsi lumbal

Pungsi lumbal dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada cairan serebrospinalis. Pada anak dengan
leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi metastasis ke susunan saraf pusat untuk kemoterapi. Melalui
lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal sehingga mencegah sel-sel leukemia ada
di sistem saraf pusat.

Biopsi kelenjar limfe

Biopsi kelenjar limfe penting untuk mendiagnosa limfoma. Pada anak dengan leukemia hal ini jarang dilakukan.
Biopsi kelenjar limfe dilakukan bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan atas indikasi tertentu.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

a.Pemeriksaan darah tepi.

1.Kadar Hb menunjukkan penurunan ringan hingga berat dengan morfologi normokromik


normositer. Kadar Hb yang rendah menunjukkan durasi leukemia yang lebih panjang, sedangkan
kadar Hb yang tinggi menunjukkan leukemia dengan proliferasi yang lebih cepat

(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzkowsky, 2011).

2.Sel darah putih dapat normal, menurun atau meningkat (Lanzkowsky, 2011).

3.Sebanyak 92% dengan kadar trombosit dibawah normal (Lanzkowsky, 2011)

4.Pada hapusan darah tepi dapat ditemukan adanya sel blas. Sel blas pada pasien dengan
leukopenia umumnya hanya sedikit atau bahkan tidak tampak. Sel blas banyak ditemukan pada pasien
denganjumlah leukosit lebih dari 10 x 103/μL

(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzkowsky, 2011).


b.Sumsum tulang

Jumlah normal sel blas pada sumsum tulang adalah kurang dari 5%. Sediaan hapusan sumsum
tulang pada LLA menunjukkan peningkatan kepadatan sel dengan trombopoesis, eritropoesis dan
granulopoesis yang tertekan, disertaijumlah sel blas >25%

(Pui dkk., 2012; Vikramijit, 2014; Gupta dkk., 2015).

Berdasarkan morfologi blas pada hapusan sumsum tulang, French-American-British (FAB)


membedakan LLA menjadi(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky, 2011):

1. L1 : terdiri dari sel-sel limfoblast kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya
tidak tampak dan sitoplasma sempit.
2. L2 : terdiri dari sel-sel limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin
lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
3. L3 : terdiri dari sel limfoblas besar, homogendengan kromatin berbercak, banyak ditemukan
anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi.

Sebanyak 90% kasus dapat didiagnosis dengan cara tersebut, namum sebagian kasus memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu imunologi,sitokimia, sitogenetika ataupun biologi molekuler
(Permono dan Ugrasena, 2010).

Pemeriksaan imunologi atau sering disebut dengan imunophenotyping digunakan untuk identifikasi
dan kuantifikasi antigen seluler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel darah
perifer dan sumsum tulang untuk membedakan leukemia sel T atau sel B

(Rowan dkk., 1994; Lanzcowsky, 2011; Gupta dkk., 2015).

Anda mungkin juga menyukai