Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 3

SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH


Joni Orba
015650245
UPBJJ Pontianak

PELAYANAN PUBLIK

A. PENDAHULUAN
Pelayanan publik merupakan salah satu tanggung jawab dari instansi
pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, maupun di desa. Pelaksanaan pelayanan
publik ini merupakan salah satu fungsi pemerintah dalam melakukan kemudahan
pada masyrakat dalam menggunakan hak dan kewajibannya. Dalam
penyelenggaraan pelayanan oleh pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila
apa yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang
mereka harapkan, dengan memperhatikan kualitas dan pelayanan itu diberikan
relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, dalam pelayanan itu
sendiri harus transparansi, partisipasi, dan akuntabilitasi.
Pada era reformasi ini, masyarakat terbuka dalam memberikan kritikan
pada pemerintah dalam pelayanan publik. Maka dari pada itu pemerintah sangat
berperan dalam mengatur dan mengarahkan seluruh kegiatan dalam mencapai
tujuan meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat. Pada saat ini
pelayanan publil desa banyak mendapat sorotan dari masyarakat. Dengan adanya
kebebasan menyampaikan pendapat ,banyak ditemukan kritikan terhadap kinerja
pemerintah,baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hal ini terjadi
karna masih rendahnya produktifitas kerja dan disiplin dari aparat daerah, serta
masih kurangnya sarana kerja yang memadai. Pelayanan yang berkualitas
seringkali mengalami kesulitan untuk dapat di capai karna aparat seringkali
belum mengetahui dam memahami bagaimana cara memberikan pelayanaan
yang baik, hal ini disebabkan oleh masi rendahnya kemampuan professional
aparat daerah.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang di laksanakan oleh birokrasi
pemerintah yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil serta kebutuhan dasar
masyarakat, belum nyata di lihat dari kinerja birokrasi pemerintah selama ini.
Karena jika melihat fenomena dewasa ini masih banyak keluhan dan pengaduan
dari masyarakat, seperti cara kerja pelayanan yang berbelit-belit, tidak adanya
transparansi dan akuntabilitas, terbatasnya fasilitas, kurangnya sarana dan
prasarana pelayanan. Secara teoritis pemerintah daerah dapat meningkatkan
pelayanan publik, ini karena semua kreativitas telah diberikan kepada daerah
untuk menyelenggarakan pelayanan publik dalam rangka mensejahterakan
masyarakat, ternyata dalam perjalanan roda pemerintahan banyak mengalami
kendala seperti misalnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah dalam
rangka pelayanan public sangat terbatas, mindset dari birokrat cenderung
menempatkan dirinya sebagai agent kekuasaan dari pada agent pelayanan.
Kondisi-kondisi tersebut yang membuat masa depan kehidupan masyarakat
menjadi suram, hal ini karena masyarakat sangat tergantung pada pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah (Pramusinto & Kumorotomo, 2009 : 168,218).
Kondisi tersebut, menyebabkan sering kali para aparat birokrasi tidak
mampu menemukan problem-problem khusus dalam masyarakat karena
kapasitas yang terbatas, dan seringnya terjebak ke dalam masalah atau fenomena
sosial yang tampak di permukaan kemudian di pandang sebagai masalah yang
sebenarnya, sehingga kesalahan dalam mengidentifikasikan masalah ini akan
berakibat juga salahnya keputusan yang diambil (William N. Dunn, 2003 : 209).
Karena keterbatasan - keterbatasan yang dimiliki oleh para pelaku dalam
organisasi birokrasi tersebut mengakibatkan kecenderungan dalam keputusannya
ke arah penyeragaman dan mengabaikan pluralitas, sehingga menyebabkan
banyak kebijakan dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh birokrasi
pemerintah kurang dapat memenuhi aspirasi masyarakat banyak. Mengenai hal
tersebut maka pemerintah daerah perlu merubah kinerjanya yakni pertama, harus
membuka lebih banyak partisipasi, yang sekaligus terkandung didalamnya
peningkatan dalam hal transparansi dan akuntabilitas pelayanan, kedua, adanya
ketersambungan, karena semakin masyarakat dapat membandingkan dan
memberikan penilaian atas kinerja pemerintah daearah, maka semakin terhubung
dan terorganisir dalam jaringan, sehingga masyarakat lebih percaya diri dalam
merumuskan tuntutan dan dalam mendorong reformasi pelayanan publik. Ketiga,
harus adanya akses informasi dari masyarakat mengenai pelayanan public yang
diberikan oleh pemerintah.

B. PEMBAHASAN
1. Standar Pelayanan Publik di Daerah Bagi Masyarakat Desa
Dalam konteks pelayanan publik di daerah, kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah ditujukan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah, kesejahteraan rakyat dan pemberdayaan masyarakat.
Karena itu pemerintah daerah harus menyediakan pelayanan publik yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan pasal 11 UU No. 32
Tahun 2004 menyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi
berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
Penggunaan kriteria-kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dalam
pembagian urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan dilaksanakan
secara kumulatif sebagai satu kesatuan. Urusan wajib didefinisikan sebagai
urusan daerah otonom yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh pemerintah.
Hal ini berarti pemerintah menetapkan urusan mana yang merupakan urusan
dasar yang menjadi prioritas penyelenggaraan dan mana yang merupakan
urusan pilihan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, baik untuk
pemerintahan propinsi maupun untuk pemerintahan kabupaten dan kota
sebagaimana disebutkan di atas harus berpedoman pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Urusan yang bersifat pilihan tersebut meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulan daerah yang bersangkutan. Dalam penyelenggaraan urusan pilihan
tersebut, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dapat memilih bagian urusan pemerintahan pada bidang-
bidang tertentu seperti pertanian, kelautan, pertambangan dan energi,
kebutanan dan perkebunan, perindustrian dan perdagangan, perkoperasian,
kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan berbagai bidang lainnya.
Sesuai dengan deskripsi di atas, UU No. 32 Tahun 2004
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib dilaksanakan dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang dilaksanakan secara bertahap. Hingga saat ini pemerintah sedang
menyusun RPP tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal. Bila sudah diterapkan, maka SPM akan dijabarkan oleh
masing-masing kementerian/lembaga terkait untuk menyusun SPM masing-
masing. Standar pelayanan minimal didefinisikan sebagai tolok ukur untuk
mengukur kinerja penyelenggaraan urusan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Kriteria penentuan biaya dengan metode Standar Pelayanan Minimum
sangat mendukung konsep anggaran berbasis kinerja yang juga mengacu
kepada input, output, outcome, benefit dan impact. Standar Pelayanan
Minimum merupakan alat untuk mengukur kinerja pemerintahan daerah
dalam penyelenggaraan pelayanan dasar. Tingkat kesejahteraan masyarakat
akan sangat tergantung pada tingkat pelayanan publik yang disediakan oleh
pemerintah daerah. Standar Pelayanan Minimum sangat diperlukan oleh
pemerintah daerah dan masyarakat sebagai konsumen pelayanan itu sendiri.
Bagi pemerintah daerah suatu Standar Pelayanan Minimum dapat dijadikan
sebagai tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk
menyediakan pelayanan tertentu. Sedangkan bagi masyarakat Standar
Pelayanan Minimum akan menjadi acuan dalam menilai kinerja pelayanan
publik, yakni kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan
oleh pemerintah daerah. Penerapan Standar Pelayanan Minimum (SPM) akan
memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Dengan SPM akan lebih terjamin penyediaan pelayanan publik yang
disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
2. SPM akan bermanfaat untuk menentukan Standar Analisis Biaya (SAB)
yang sangat dibutuhkan pemerintah daerah untuk menentukan jumlah
anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan publik.
3. SPM akan menjadi landasan dalam penentuan perimbangan keuangan
yang lebih adil dan transparan (baik DAU maupun DAK).
4. SPM akan dapat dijadikan dasar dalam menentukan anggaran kinerja dan
membantu pemerintah daerah dalam melakukan alokasi anggaran yang
lebih berimbang.
5. SPM akan dapat membantu penilaian kinerja (LPJ) Kepala Daerah secara
lebih akurat dan terukur sehingga mengurangi kesewenang-wenangan
dalam menilai kinerja pemerintah daerah.
6. SPM akan dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas
pemerintah daerah kepada masyarakat, karena masyarakat akan dapat
melihat keterkaitan antara pembiayaan dengan pelayanan publik yang
dapat disediakan pemerintah daerah.
7. SPM akan menjadi argumen dalam melakukan rasionalisasai
kelembagaan pemerintah daerah, kualifikasi pegawai, serta korelasinya
dengan pelayanan masyarakat.
2. Kinerja Ideal Birokrasi Dalam Pelayanan Publik
Intervensi negara atau lebih tepatnya intervensi birokrasi publik, dengan
beragam variasinya, sangat diperlukan dalam pelayanan public sebagian
disebabkan oleh ketidak sempurmaan berlakunya teori pasar. Markel failures
tidak dapat bekerja secara sempuma jika terjadi economic of scaie, monopoli
dan ketimpangan informasi mengenai harga. Alasan lain kenapa birokrasi
publik diperlukan dalam pelayanan publik, karena mekanisme pasar tidak
dapat memberikan pelayanan dengan baik dan efisien manakala jenis
pelayanannya termasuk kedalam kategori public goods and services, yaitu
barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh setiap orang pada saat yang
bersamaan (non rivalry) tanpa melihat peran sertanya dalam penyediaan
barang tersebut (non excludability). Dalam kondisi seperti ini maka kehadiran
birokrasi publik sangat diperlukan untuk membetulkan mekanisme pelayanan
dan menghalangi mekanisme pelayanan yang merugikan publik.
Pertimbangan lain yang sering dipakai sebagai justifikasi keterlibatan
birokrasi publik dalam pelayanan publik adalah pertimbangan politik.
Pertimbangan ini dipakai untuk menghindari kemungkinan masyarakat
dirugikan oleh penyelenggaraan pelayanan di pasar bebas yang acapkali
kepentingannya berbenturan dengan kepentingan publik. Sekalipun
keterlibatan birokrasi publik tidak dapat dihindarkan dan dalam batas-batas
tertentu mempunyai makna besar dalam pelayanan publik, yang menurut
Osborne and Gaebler (1991:13) birokrasi publik diperlukan untuk manajemen
kebijakan, regulasi, keadilan, mencegah eksploitasi, menjamin kontinyuitas
dan stabilitas jasa serta menjamin keakraban sosial, namun bukan berarti ia
merupakan satu-satunya lembaga yang paling baik dalam memberikan
pelayanan kepada publik.
Pelayanan publik yang diberikan pemerintah dewasa ini perlu diarahkan
pada pemberdayaan masyarakat dan bukan untuk menyuburkan
ketergantungan. Dalam situasi dimana sumber-sumber publik semakin langka
keberadaannya, perlu dikembangkan pemberdayaan di kalangan masyarakat
dan aparatur, karena dapat mengurangi beban pemerintah dalam pelayanan
publik. Sebagaimana dikatakan oleh Thoha “.... Peran dan posisi birokrasi
dalam pelaksanaan pelayanan publik harus diubah. Peran yang selama ini suka
mengatur dan minta dilayani, menjadi suka melayani, suka mendengarkan
tuntutan, kebutuhan dan harapan-harapan masyarakat (Thoha : 2009:13).
Dalam perkembangan berikutnya temyata hakekat pelayanan publik bukan
semata-mata persoalan administratif belaka seperti pemberian ijin dan
pengesahannya, atau pemenuhan kebutuhan fisik seperti pengadaan pasar dan
puskesmas, tetapi mencakup persoalan yang lebih mendasar yakni pemenuhan
keinginan/kebutuhan pelanggan, seperti kepuasan dalam pelayanan kesehatan
dirumah sakit atau pun pelayanan di puskesmas - puskesmas.
Hal ini wajar karena dalam setiap organisasi, pemenuhan dan pemberian
pelayanan kepada masyarakat merupakan suatu tuntutan. kualitas pelayanan
dan kepuasan masyarakat sangat diutamakan mengingat keduanya mempunyai
pengaruh yang besar kepada keberlangsungan dan berkembangnya misi suatu
organisasi. Di dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003 disebutkan
bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai
berikut :
a. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelitbelit, mudah dipahami dan mudah
dilaksnakaan.
b. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal:
 Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik;
 Unit Kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
Memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/
sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;
 Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran;
 Kepastian Waktu
c. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan;
d. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan public memberikan rasa aman dan kepastian
hukum;
f. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan public atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;
g. Kelengkapan sarana dan prasana
Tersediannya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika (telematika);
h. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika;
i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas;
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi
dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah
dan lain-lain.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam praktek pelayanan publik di berbagai daerah seperti desa,
seharusnya birokrasi selalu memberi perhatian terhadap permasalahan yang
di timbulkan dari pengaduan masyarakat. Keterlibatan birokrasi publik dalam
pelayanan publik di samping menunjukkan manfaat dan keunggulan tertentu,
sekaligus juga menunjukkan kelemahannya. Masyarakat selalu menginginkan
kepuasan dalam pelayanan, tetapi kelemahan birokrat dareah terletak pada
ketiadaan atau terbatasnya sumber daya yang mumpuni serta di tambah denga
peraturan-peraturan yang membuat birokrat daerah bekerja dengan kaku.
Sehingga berbagai kritik di lontarkan kepada birokrasi publik seperti boros,
kaku, berbelit-belit dan semacamnya, namun pada saat yang sama masih
diperlukan karena mampu melindungi kepentingan publik dan menciptakan
keadilan.
Kadang-kadang, birokrasi juga masih membiarkan diri untuk
mendahulukan kepentingan tertentu tanpa memperhatikan konteks atau
dimana birokrat bekerja atau berada. Mendahulukan orang atau suku sendiri
merupakan tindakan yang biasa dilakukan dan diterapkan dalam konteks
organisasi publik namun birokrat harus melayani dengan perlakuan yang
sama kepada semua masyarakat. Oleh karena itu, harus ada kedewasaan
untuk melihat di mana birokrat berada dan tingkatan hirarki etika manakah
yang paling tepat untuk diterapkan. Hal ini karena kualitas layanan tidak
hanya diukur dan sudut kualitas produk, tetapi juga dilihat dan sudut kualitas
layanan.
2. Rekomendasi
Berdasarkan keadaan tersebut maka penulis memberikan rekomendasi
untuk memperbaiki kualitas palayanan publik bagi masyarakat desa,
rekomendasi tersebut antaralain :
1. Pemerintah harus lebih memperhatikan orang-orang yang bekerja
dibirokrat. Pemerintah harus benar-benar mencari orang yang mau
bekerja dan juga mau turun ke desa untuk membantu masyarakatnya.
2. Kualitas pelayanan harus diperbaiki dan disamaratakan. Jangan karena
masyarkatnya dari desa dan kurang mampu lalu kualitas pelayanannya
kurang.
3. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tegas apabila ada oknum
birokrat yang suka mempersulit pelayanan bagi para masyarakat.
4. Pemerintah harus memantau dan mengawasi keadaan pelayanan publik
agar tetap berjalan denga baik, apa lagi palayanan publik untuk
masyrakaat desa yang sering diselewengkan.
5. Masyarakat desa juga harus menjaga sarana-sarana yang diberikan dalam
pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai