Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN

Disusun oleh

Abdurrohman Nugroho

11130076

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2010
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Ketenagakerjaan........................................................................................................6
2.2 Macam-Macam Tenaga Kerja......................................................................................................6
2.3 Pengertian pengangguran............................................................................................................8
2.4 Macam-macam pengangguran....................................................................................................9
2.5 Sebab-sebab pengangguran......................................................................................................10
2.6 Dampak pengangguran..............................................................................................................12
2.7 Solusi mengatasi pengangguran...............................................................................................14
2.8 Masalah ketenagakerjaan dan pengagguran di Indonesia.........................................................16
BAB III.....................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Penyusun makalah yang berjudul “Ketenagakerjaan dan Pengangguran” ini, bertujuan


untuk mengetahui pengaruh dan dampak dari Permasalahan ketenagakerjaan dan
pengangguran masyarakat Indonesia pada umumnya.

Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu


dikarenakan kemampuan penyusun yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta
bimbingan dari Dosen mata Kuliah Perekonomian Indonesua, serta berbagai bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Malang, 25 Maret 2010

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang harus dihadapi oleh
negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Jumlah penduduk yang terus
meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan pekerjaan selalu menjadi pemicu
menjamurnya pengangguran.
Pada kenyataannya saat ini Indonesia sangat membutuhkan generasi penerus yang
terampil, mandiri dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber daya manusia
berkualitas yang berfungsi sebagai tenaga pembangun Indonesia. Dalam perencanaan
pembangunan, data mengenai ketenagakerjaan memegang peranan yang sangat penting.
Tanpa tenaga kerja tidak mungkin proses pembangunan dapat terlaksana. Makin lengkap
dan akurat data ketenagakerjaan yang tersedia makin jelas dan tepatlah rencana
pembangunan dapat dibuat.
Menyelasaikan masalah kekurangan lapangan pekerjaan bukanlah hal yang mudah
tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Salah satu langkah awal yang seharusnya
dilakukan adalah meneliti seberapa besar lapangan pekerjaan yang harus disediakan untuk
menampung para angkatan kerja. Untuk itu perlu diperkirakan jumlah tenaga kerja yang
akan didayagunakan dalam pembangunan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian ketenagakerjaan dan tenaga kerja?
2. Apa saja macam-macam tenaga kerja?
3. Apakah pengertian pengangguran?
4. Apa penyebab terjadinya pengangguran ?
5. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
6. Bagaimana dampak pengangguran?
7. Bagaimana cara mengatasi pengangguran
8. Bagaimana data dan analisis masalah pengangguran di indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa arti ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui pengertian tenaga kerja.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari pengangguran.
4. Untuk mengetahui apa arti pengangguran.
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pengangguran.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pengangguran.
7. Untuk mengetahui dampak dari pengangguran.
8. Untuk mengetahui cara mengatasi pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketenagakerjaan


Ketenagakerjaan, menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berhubungan dengan masalah tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja.
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk
suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.
Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
2.2 Macam-Macam Tenaga Kerja
Pada dasarnya ketenagakerjaan dapat diklasifikasikan minimal menjadi tiga macam
yakni tenaga kerja terdidik (skill labour), tenaga kerja terlatih (trainer labour), tenaga
kerja tidak terlatih (unskill labour).
1. Tenaga kerja terdidik (skill labour)
Tenaga kerja terdidik (skill labour) adalah tenaga kerja yang pernah memperoleh
pendidikan formal dalam bidang tertentu tetapi mereka belum pernah dilatih dalam
bidang tersebut. Tenaga kerja terdidik ini diidentikkan dengan tenaga kerja yang belum
berpengalaman.
Keuntungan di dalam memilih tenaga kerja yang belum berpengalaman ini antara lain:
 Tenaga kerja yang belum berpengalaman relatif lebih murah harganya karena tidak
mempunyai kekuatan posisi tawar yang tinggi terhadap balas jasa atau upah yang
diinginkan.
 Tenaga kerja yang belum berpengalaman relatif banyak tersedia di masyarakat
sehingga perusahaan akan lebih leluasa memilih tenaga kerja yang dianggap
memenuhi persyaratan dan berpotensi untuk bisa ikut memajukan perusahaan.
 Tenaga kerja yang belum berpengalaman lebih mudah untuk dibentuk dan diarahkan
sesuai dengan tujuan perusahaan.
Sedangkan kelemahannya adalah:
 Perusahaan harus merencanakan membuat program pelatihan tertentu kepada tenaga
kerja yang belum berpengalaman agar benar-benar terampil dan menguasai di
bidangnya.
 Perusahaan harus rela mengeluarkan sejumlah uang guna membiayai jalannya
program pelatihan yang telah direncanakan.
Untuk menjadikan tenaga kerja terdidik menjadi terlatih memerlukan proses waktu yang
lama sehingga hasil yang dicapai oleh perusahaan tentu tidak seperti ketika merekrut
tenaga kerja terlatih.
2. Tenaga kerja Terlatih (trained labour)
Yang dimaksud tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang telah bekerja dan pernah
mengikuti latihan sesuai dengan bidangnya, misalnya seorang yang telah menamatkan
studinya dalam bidang akuntansi, maka mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja
terlatih. Tenaga kerja terlatih ini dapat disamakan dengan tenaga kerja yang sudah
berpengalaman.
Keuntungan dalam memilih tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini antara lain:
 Tenaga kerja yang sudah berpengalaman mempunyai tingkat produktivitas tinggi
sehingga dapat secara langsung memberikan sumbangan yang besar bagi perusahaan.
 Tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini tidak memerlukan pelatihan khusus dan
hanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian tertentu sehingga perusahaan tidak perlu
membuat program pelatihan seperti yang terjadi pada tenaga kerja yang belum
berpengalaman.
 Sebagai akibatnya perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya untuk pelatihan khusus
bagi tenaga kerja yang sudah berpengalaman tersebut.
Sedangkan kelemahannya adalah :
 Tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini pada dasarnya lebih sulit diperoleh atau
didapat karena jumlahnya tidak banyak.
 Tenaga kerja yang sudah berpengalaman mempunyai daya tawar tinggi terhadap balas
jasa atau upah yang diinginkan. Dengan demikian untuk mendapatkannya perusahaan
harus siap memberikan imbalan yang cukup besar.
 Tenaga kerja yang sudah berpengalaman pada umumnya sudah terbentuk karakternya
dan sudah jadi sehingga jika terjadi ketidaksesuaian dengan keinginan perusahaan
biasanya sulit untuk diarahkan dan dibelokkan.
3. Tenaga kerja tidak terlatih (unskill labour)
Yang dimaksud tenaga kerja tidak terlatih adalah tenaga kerja di luar tenaga kerja
terdidik dan juga tenaga kerja terlatih. Tenaga kerja tidak terlatih ini merupakan bagian
terbesar dari seluruh tenaga kerja yang ada. Mereka umumnya hanya mengenyam
pendidikan formal pada tataran tingkat bawah dan tidak mempunyai keahlian yang
memadai karena memang belum ada pengalaman kerja, sehingga pekerjaan yang
dikerjakannyapun umumnya tidak memerlukan keahlian secara spesifik. Misalnya
seorang pelajar (Tingkat Sekolah Dasar, Tingkat Sekolah Menengah, Tingkat Sekolah
Lanjutan Atas) droup out, maka mereka dapat digolongkan pada tenaga kerja tidak
terlatih.
Keuntungan di dalam memilih tenaga kerja yang tidak terlatih antara lain:
 Tenaga kerja yang tidak terlatih ini sangat murah harganya karena di samping tidak
mempunyai pendidikan formal tingkat tinggi juga keterampilan yang dimiliki tidak
ada. Dengan demikian posisi kekuatan tawar menawar menjadi sangat lemah
dibanding dengan tenga kerja terdidik dan tenaga kerja terlatih.
 Tenaga kerja yang tidak terlatih ini paling banyak tersedia di masyarakat, bahkan
melebihi dari kapasitas tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga perusahaan akan
sangat leluasa sekali untuk memilih tenaga kerja yang dianggap benar-benar
memenuhi persyaratan dan berkomitmen untuk ikut mengembangkan perusahaan.
 Tenaga kerja yang tidak terlatih ini sangat mudah untuk diarahkan sesuai tujuan
perusahaan.
Sedangkan kelemahannya adalah :
 Tenaga kerja yang tidak terlatih ini hanya dapat menjalankan perkerjaan yang bersifat
umum dan tidak memerlukan keahlian.
 Tenaga kerja tidak terlatih ini hanya dapat menjalankan pekerjaan yang bersifat rutin
dan umunya tingkat inisiatif daya kreativitasnya rendah sehingga bila terjadi kendala
di lapangan mereka akan merasa kesulitan untuk mencari jalan keluarnya
 Tenaga kerja tidak terlatih ini kurang bisa menjalankan tugas dan tanggungjawabnya,
sehingga perlu pengawasan yang lebih teratur dari pihak perusahaan.
2.3 Pengertian pengangguran
Definisi pengangguran menurut para ahli:
menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia
angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
2.4 Macam-macam pengangguran
Secara garis besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut
lama waktu kerja dan menurut penyebabnya.
1) Jenis pengangguran menurut waktu kerja
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak
bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
 Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu
kantor mempekerjakan 10 orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu
dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan 8 orang karyawan
saja,sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam ini
yang disebut dengan pengangguran terselubung.
 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga
kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari
35 jam selama seminggu. Contoh : seorang buruh bangunan yang telah
menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara menganggur sambil
menunggu proyek berikutnya.
 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal.
2) Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
 Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
 Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja
yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar belakang
ketidakcocokan itu.
 Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja
(pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul
dari kemauan tenaga kerja yang bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara
waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang lebih baik, menantang dan
menunjang karirnya. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
 Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian
musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
 Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
 Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan
oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat
perekonomian suatu negara mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat lain,
mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi.Pada saat krisis ekonomi, daya
beli masyarakat menurun sehingga tingkat permintaan terhadap barang dan jasa
juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
memaksa produsen untuk menurunkan kegiatan produksi.Produsen melakukan ini
antara lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk tenaga
kerja.
2.5 Sebab-sebab pengangguran
Pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab diantaranya:
1. Pengaruh Musim
Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja. Tetapi sektor terjadi
juga pada sektor lain. Pada liburan dan tahun baru, misalnya suasana sektor jasa
tansportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu
pula hari menjelang, sedang dan bulan suci Ramadhan, nampak permintaan antara barang
dan jasa meningkat dan selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap
permintaan tenaga kerja disektor yang bersangkutan.
2. Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu
dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak mendapat informasi yang lengkap tentang
lowongan kerja. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan
pekerjaan tersebut. Pilihannya adalah tidak bekerja. Karena kondisi sudah tidak kondusif
lagi.
3. Rendahnya Aliran Investasi
Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit
terhadap perluasan tenaga kerja. Perubahan investasi membawa dampak output
(pendapatan). Secara otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya
untuk proses produksi (modal, tenaga kerja, dan input lainnya). Dengan demikian
permintaan tenaga kerja akan meningkat dengan adanya peningkatan dan pengeluaran
otonom tadi.
4. Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki keahlian akan
memiliki produktifitas tinggi karena ia mampu memanfaatkan dirinya pada aktivitas
ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan dengan cara
diantaranya adalah melalui pendidikan, atihan, magang, pendidikan formal,
membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motifasi kerja.
5. Diskriminasi
Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada tingkat pendidikan,
ekonomi, hukum, agama dan lainnya. Misalnya bila pendidikan dan pengembangan SDM
tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya
sumber SDM. Dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.
6. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada
kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi
7. Budaya pilih-pilih pekerjaan
Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di
Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang
didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
8. Pemalas
Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di
Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang
ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
9. Tidak mau ambil resiko
“Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di kantor bapak.
Dengan demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan hasil kerja saya
selama 3 bulan tersebut, bapak bisa pecat saya.” Adakah yang berani mengambil resiko
seperti itu? Kami yakin sedikit sekali. Padahal kalau dipikir-pikir itu justru
menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan tersebut ia bisa menimba pengalaman
sebanyak-banyaknya. Meskipun akhirnya dipecat juga, toh dia sudah mendapat
pengalaman kerja 3 bulan.

2.6 Dampak pengangguran


Dampak yang ditimbulkan dari adanya pengangguran di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa
memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp
7.500 perharinya (berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan standar
kemiskinan PBB yaitu pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila
$1=Rp 8.700).
2. Pengangguran Dapat Menghilangkan Keterampilan, Karena Tidak Digunakan
Apabila Tidak Bekerja / Produktivitas. Tenaga kerja akan menurun produktivitasnya
jika tidak dimanfaatkan. Peningkatan rasa frustasi, patah semangat, dan perasaan
tidak berdaya, yang terjadi pada pengangguran, dalam jangka panjang akan
menimbulkan sikap masa bodoh. Para penganggur tidak mampu mengelola dirinya
dan tidak mampu menangkap peluang secepatnya . mereka “tidak siap bekerja”, jadi
pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh sebelumnya , apalagi dengan biaya
yang besaar pula menjadi sia-sia. Jadi keterampilan yang diperoleh hilang, karena
tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3. Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup.
Namun seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan
criminal seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi
mendapat sesuap nasi.
4. Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan
sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para
pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga.
Karena mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila
tidak diberi uang.
5. Pengangguran akan Menimbulkan Ketidakstabilan Sosial dan Politik. Hal ini terjadi
karena adanya ketidaksinambungan antara pemerintah itu sendiri dengan
masyarakatnya, sehingga kontak social dan politik yang ada, tidak berlangsung
dengan baik. Dalam arti pemerintah mengabaikan aspirasi masyarakat atau tidak
menanggulangi pengangguran yang ada dalam masyarakat, sehingga masyarakat
menginginkan turun tangan dari pemerintah. Tetapi pemerintah itu sendiri tidak
memikirkan beban yang ditanggung masyarakat. Sehingga terjadi perbedaan antara
pemeritah dengan masyarakat. Masalah seperti bisa memunculkan kekacauan sosial
dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
6. Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat
masalah ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi,
rendahnya tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung
lapar.
7. Penurunan Pendapatan Perkapita / Penerimaan Negara. Semakin besar jumlah
pengangguran maka, semakin menurun pendapatan perkapita Negara dari pajak
penghasilan. Begitu pendapatan menurun , semakin menurun pula kemampuan
pemerintah melayani kebutuhan warganya. Pengangguran yang semakin tinggi
membuat pendapatan dan pengeluaran mereka tidak seimbang, pastilah pengeluaran
akan semakin tinggi sedangkan pendapatan rendah bahkan mungkin tidak ada
pendapatan.sehingga,Penurunan Pendapatan Pemerintah yang berasal dari sektor
pajak.
8. Meningkatnya Biaya Sosial Yang Harus Dikeluarkan Oleh Pemerintah.
Pengangguran mengakibatkan masyarakat harus menanggung sejumlah biaya social ,
antara lain ada kaitan erat antara peningkatan pengangguran dan kejahatan. Selain
itu, masyarakat harus menanggung biaya social biaya pengangguran melalui
peningkatan tugas-tugas medis yang berkaitan dengan perawatan psikologis,
peningkatan kualitas pengamanan wilayah, dan peningkatan volume peradilan karena
meningkatnya tindak kejahatan.

2.7 Solusi mengatasi pengangguran


Pengangguran dapat dihambat pertumbuhannya dengan melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
1. Memperluas dan membuka lapangan pekerjaan. Salah satunya bisa diwujudkan
dengan memberdayakan sektor informal padat karya, home industry.
2. Menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Diharapkan dengan demikian para lulusan
sekolah ataupun perguruan tinggi tidak hanya memiliki tujuan sebagai pegawai saja,
namun lebih baik apabila mereka membuat usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga
kerja sehingga dengan demikian membantu pemerintah dalam mengatasi jumlah
pengangguran yang kian banyak. Dan bisa kita lihat akhir-akhir ini, sudah banyak
sekali lulusan muda berbakat yang sukses melakukan kegiatan usaha.
3. Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah
keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.
4. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke
tempat atau sector ekonomi yang kekurangan
5. Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis
dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar.
Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing
di bidangnya.Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan
usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan menengah
yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi pasar dan
peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD, BUMS dan pihak lainnya.
6. Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun
fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para
penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya
potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia.
7. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun
lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat
perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.
8. Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak
jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun
Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan
sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan
lapangan kerja.
9. Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-
daerah yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi
keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor
untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan
kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
10. Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut
maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena
pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau
Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan
baku berupa pelat baja.
11. Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada
usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru
atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke
daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau
peternakan oleh pemerintah.
12. Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu
seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat
dan Daerah.
13. Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).
Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang
berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan
perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
14. Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia
mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan
pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi
kelautan dan pertanian Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional supaya
dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif.

2.8 Masalah ketenagakerjaan dan pengagguran di Indonesia


A. Data dan Analisis
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2016
Agustus 2016: Tingkat Pengangguran Terbuka (Tpt) Sebesar 5,61 Persen

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2016 Dibanding Agustus 2015


 Pada Agustus 2016, jumlah angkatan kerja sebesar 125,44 juta orang naik
sebanyak 3,06 juta orang dibandingkan Agustus 2015.
 Jumlah penduduk bekerja meningkat sebanyak 3,59 juta orang.
 Jumlah penganggur turun sebanyak 530 ribu orang.
 Hampir semua sektor mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja, kecuali
Sektor Konstruksi turun sebanyak 230 ribu orang (2,80 persen). Kenaikan
jumlah tenaga kerja terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 1,52
juta orang (8,47 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 1,01 juta orang
(3,93 persen), dan Sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
sebanyak 500 ribu orang (9,78 persen).
 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan sebesar
0,58 persen poin.
 TPT mengalami penurunan sebesar 0,57 persen poin.

1. Angkatan Kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Angakatan kerja mencerminkan jumlah penduduk yang secara aktual siap
memberikan kontribusi terhadap produksi barang dan jasa si suatu wilaya/negara.
Pada Agustus 2016 terdapat 125,44 juta orang angkatan kerja, terdiri dari 118,41 juta
orang penduduk berkerja dan 7,03 juta orang penganggur. Dibandingkan Agustus
2016, jumlah penduduk bekerja naik sebesar 3,59 juta orang dan jumlah penganggur
turun sebesar 530 ribu orang, sehingga jumlah angkatan kerja naik sebanyak 3,06 juta
orang.

Tabel 1
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2014-2016
2014 2015 2016

Jenis Kegiatan Utama Satuan


Agustus Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Angkatan Kerja Juta orang 121,87 128,30 122,38 127,67 125,44


Bekerja Juta orang 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41
Penganggur Juta orang 7,24 7,45 7,56 7,02 7,03
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 66,60 69,50 65,76 68,06 66,34
Laki-laki % 83,05 84,58 82,71 83,46 81,97
Perempuan % 50,22 54,48 48,87 52,71 50,77
3. Tingkat Pengangguran Terbuka % 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61
Perkotaan % 7,12 7,02 7,31 6,53 6,60
Perdesaan % 4,81 4,32 4,93 4,35 4,51

Berita Resmi Statistik No. 103/11/Th. XIX, 07 November 2016 1


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menggambarkan persentase
penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang berpartisipasi aktif di pasar kerja.
TPAK pada Agustus 2016 sebesar 66,34 persen diartikan bahwa dari 100 penduduk
usia kerja masih menunjukkan adanya kesenjangan antara penduduk laki-laki dan
perempuan. Pada Agustus 2016, TPAK laki-laki sebesat 81,97 persen sementara
TPAK perempuan hanya sebesar 50,77 persen. Dibanding kondidi setahun lalu,
TPAK laki-laki mengalami penurunan sebesar 0,74 persen poin sedangkan TPAK
perempuan mengalami kenaikan sebesar 1,90 persen poin.

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2016 sebesar 5,61 persen
yang berarti dari 100 angkatan kerja terdapat sekitar 5 hingga 6 orang pengangguran.
Jika dibandingkan kondisi setahun yang lalu (Agustus 2015) TPT mengalami
penurunan sebesar 0,57 persen poin.
Pola yang ada hingga saat ini, TPT di daerah perkotaan selalu lebih tinggi
daripada di daerah pedesaan. Pada Agustus 2016, TPT perkotaan sebesar 6,60 persen
dan TPT pedesaan sebesar 4,51 persen. Dalam setahun terakhir, TPT perkotaan
maupun TPT pedesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,71 persen
poin dan 0,42 persen poin (tabel 1)
Tabel 2
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2014-2016
2014 2015 2016
PendidikanTertinggi yang Ditamatkan
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
SD ke bawah 3,04 3,61 2,74 3,44 2,88
Sekolah Menengah Pertama 7,15 7,14 6,22 5,76 5,75
Sekolah Menengah Atas 9,55 8,17 10,32 6,95 8,73
Sekolah Menengah Kejuruan 11,24 9,05 12,65 9,84 11,11
Diploma I/II/III 6,14 7,49 7,54 7,22 6,04
TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas Kejuruan menempati posisi
tertinggi(11,11 persen), disusul oleh TPT Sekolah Mengah Atas (8,73
persen).Sementara TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah
yaitu sebesar 2,88 persen. Hal ini dikarenakan mereka yang berpendidikan rendah
cenderung mau menerima pekerjaan apapun, sementara mereka yang berpendidikan
lebih tinggi cenderung memilih pekerjaan yang sesuai. Apabila dibandingkan
keadaan Agustus 2015, TPT mengalami penurunan hampir di semua jenjang
pendidikan kecuali pada tingkat pendidikan SD ke bawah meningkat sebesar 0,14
persen poin.

3. Karakteristik Penduduk Bekerja


3.a. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Kualitas penduduk bekerja dapar dilihat dari tingkat pendidikan yang


ditamatkan. Pada Agustus 2016, penduduk bekerja paling banyak berpendidikan
rendah (SMP kebawah) yaitu mencapai 60,24 persen. Perbaikan kualitas penduduk
bekerja ditunjukkan oleh cenderung menurunnya penduduk bekerja berpendidikan
rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan
menengah (SMA dan SMK) dan tinggi (Diploma dan Universitas). Dalam setahun
terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) turun
dari 62,30 persen pada Agustus 2015 menjadi 60,24 persen pada Agustus 2016.
Sementara persentasu penduduk bekerja bependidikan menengah dan tinggi
meningkat masing-masing sebesar 0,83 persen poin dan 1,23 persen poin.
3.b. Lapangan Pekerjaan

Struktur lapangan pekerjaan hingga Agustus 2016 tidak mengalami


perubahan. Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Sektor Jasa Kemasyarakatan, dan
Sektor Industri masih menjadi penyumbang terbear penyerapan tenaga kerja di
Indonesia.
Grafik 2
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (Juta Orang) Agustus 2015 dan
Agustus 2016

agustus
agustus2015
2016
1%
2%
16%
16%

33%
32%
3%
3%
4%
5%

22%
23%
13%
13%
7% 7%
Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2015, jumlah penduduk bekerja
mengalami kenaikan pada hampir semua sektor, kecuali sektor Kontruksi.
Peningkatan jumlah tenaga kerja terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak
1,52 juta orang (8,47 persen), sektor Perdagangan sebanyak 1,01 juta orang (3,39
persen), dan sektor Transportasi, pergudangan, dan Komunikasi sebanyak 500 ribu
orang (9,78 persen). Sedangkan Sektor Konstruksi berkurang sebanyak 230 ribu
orang (2,80 persen).
3.c. Kegiatan Formal/Informal

Secara sederhana kegiatan formal dan Informal dari pendidik bekerja dapat
diindentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status
berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja
informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2016 sebesar 42,40
persen penduduk bekerja pada kegiatan formal dan 57,60 persen bekerja pada
kegiatan informal. Dibandingkan kondisi Agustus 2015 persentase pekerja informal
turun dari 57,76 persen menjadi 57,60 persen pada Agustus 2016.

Grafik 3

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Informal 2014-2016


3.d. Pekerja Penuh/Tidak Penuh

Jumlah penduduk bekerja menurut jam kerja dari waktu ke waktu tidak
mengalami perubahan berarti. Pada Agustus 2016, jumlah pekerja penuh dengan jam
kerja lebih besar atau sama dengan 35 jam sebesar 86,18 juta orang (72,78 persen).
Sisanya merupakan pekerja tidak penuh dengan jam kerja kurang dari 35 jam, terdiri
dari 23,26 juta orang (19,64 persen) pekerja paruh waktu dan 8,97 juta orang (7,58
persen) adalah setengah penganggur. Setengah penganggur adalah mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan mereka masih mencari atau menerima
pekerjaaan tambahan. Dibandingkan setahun yang lalu (Agustus 2015), jumlah
setengah penganggur mengalami penurunan sebesar 770 ribu orang.

Grafik 4

Jumlah Pekerja Penuh, Paruh Waktu, dan Setengah Penganggur (juta orang), 2014-2016
Lampiran 1

Tabel Karekteristik Penduduk Bekerja, 2014-2016

2014 2015 2016


Karakteristik Penduduk Bekerja Satuan
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
SD ke Bawah Juta orang 53,96 54,61 50,83 52,43 49,97
Sekolah Menengah Pertama Juta orang 20,35 21,47 20,70 21,48 21,36
Sekolah Menengah Atas Juta orang 18,58 19,81 19,81 20,71 20,41
Sekolah Menengah Kejuruan Juta orang 10,52 11,80 10,84 12,34 12,17
Diploma I/II/III Juta orang 2,96 3,14 3,08 3,20 3,41
Universitas Juta orang 8,26 10,02 9,56 10,49 11,09
Jumlah Juta orang 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41

Lapangan Pekerjaan Utama


Pertanian Juta orang 38,97 40,12 37,75 38,29 37,77
Industri Juta orang 15,26 16,38 15,25 15,97 15,54
Konstruksi Juta orang 7,28 7,72 8,21 7,71 7,98
Perdagangan Juta orang 24,83 26,65 25,68 28,50 26,69
Transportasi, Pergudangan, dan
Juta orang 5,11 5,19 5,11 5,19 5,61
Komunikasi
Keuangan Juta orang 3,03 3,65 3,27 3,48 3,53
Jasa Kemasyarakatan Juta orang 18,42 19,41 17,94 19,79 19,46
Lainnya Juta orang 1,73 1,73 1,61 1,72 1,83
Jumlah Juta orang 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41

Status Pekerjaan Utama


Berusaha sendiri Juta orang 20,49 21,65 19,53 20,39 20,01
Berusaha dibantu buruh tidak
Juta orang 19,27 18,80 18,19 21,00 19,45
tetap
Berusaha dibantu buruh tetap Juta orang 4,18 4,21 4,07 4,03 4,38
Buruh/Karyawan/Pegawai Juta orang 42,38 46,62 44,43 46,30 45,83
Pekerja bebas di pertanian Juta orang 5,09 5,08 5,09 5,24 5,50
Pekerja bebas di nonpertanian Juta orang 6,41 6,80 7,45 7,00 6,97
Pekerja keluarga/tak dibayar Juta orang 16,81 17,69 16,06 16,69 16,27
Jumlah Juta orang 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41

Jumlah Jam Kerja per Minggu


1–7 Juta orang 1,50 1,99 1,39 2,38 1,70
8–14 Juta orang 5,19 5,55 5,07 6,16 5,04
15–24 Juta orang 13,72 13,16 13,05 13,10 11,77
25–34 Juta orang 15,36 14,98 14,80 14,69 13,72
1–34 Juta orang 35,77 35,68 34,31 36,33 32,23
≥ 35 1) Juta orang 78,86 85,17 80,51 84,32 86,18
Jumlah Juta orang 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41

1)
Catatan: termasuk sementara tidak bekerja
Lampiran 2

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi (persen). 2014-2016

2014 2015 2016


Provinsi
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 9,02 7,73 9,93 8,13 7,57
Sumatera Utara 6,23 6,39 6,71 6,49 5,84
Sumatera Barat 6,50 5,99 6,89 5,81 5,09
Riau 6,56 6,72 7,83 5,94 7,43
Jambi 5,08 2,73 4,34 4,66 4,00
Sumatera Selatan 4,96 5,03 6,07 3,94 4,31
Bengkulu 3,47 3,21 4,91 3,84 3,30
Lampung 4,79 3,44 5,14 4,54 4,62
Bangka Belitung 5,14 3,35 6,29 6,17 2,60
Kepulauan Riau 6,69 9,05 6,20 9,03 7,69
DKI Jakarta 8,47 8,36 7,23 5,77 6,12
Jawa Barat 8,45 8,40 8,72 8,57 8,89
Jawa Tengah 5,68 5,31 4,99 4,20 4,63
DI Yogyakarta 3,33 4,07 4,07 2,81 2,72
Jawa Timur 4,19 4,31 4,47 4,14 4,21
Banten 9,07 8,58 9,55 7,95 8,92
Bali 1,90 1,37 1,99 2,12 1,89
Nusa Tenggara Barat 5,75 4,98 5,69 3,66 3,94
Nusa Tenggara Timur 3,26 3,12 3,83 3,59 3,25
Kalimantan Barat 4,04 4,78 5,15 4,58 4,23
Kalimantan Tengah 3,24 3,14 4,54 3,67 4,82
Kalimantan Selatan 3,80 4,83 4,92 3,63 5,45
Kalimantan Timur 7,38 7,17 7,50 8,86 7,95
Kalimantan Utara - 5,79 5,68 3,92 5,23
Sulawesi Utara 7,54 8,69 9,03 7,82 6,18
Sulawesi Tengah 3,68 2,99 4,10 3,46 3,29
Sulawesi Selatan 5,08 5,81 5,95 5,11 4,80
Sulawesi Tenggara 4,43 3,62 5,55 3,78 2,72
Gorontalo 4,18 3,06 4,65 3,88 2,76
Sulawesi Barat 2,08 1,81 3,35 2,72 3,33
Maluku 10,51 6,72 9,93 6,98 7,05
Maluku Utara 5,29 5,56 6,05 3,43 4,01
Papua Barat 5,02 4,61 8,08 5,73 7,46
Papua 3,44 3,72 3,99 2,97 3,35

Total 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bertambahnya
pertumbuhan manusia, maka semakin banyak manusia membutuhkan lapangan pekerjaan
untuk kelangsungan hidup sedangkan ketenagakerjaan tidak memadai dalam pengalokasian
potensi dari tenaga kerja sehingga mengakibatkan pengangguran. Maka dari itu, sangat
diperlukan untuk negara berkembang meningkatkan sumber daya manusia melalui berbagai
pendidikan dan pelatihan.

3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan tertentu yang dapat mengurangi
jumlah pengangguran dan memberikan penyuluhan, pembinaan serta pelatihan kerja kepada
masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari pemerintah, masyarakat juga harus
ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim,Zain. 2013. Pengantar Ekonomi Makro . Serang: LP2M IAIN.

Sukirno,Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Todaro, Michael P. 1994. Ekonomi Untuk Negara Berkembang. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
https://www.academia.edu/7148920/Menganalisis_Permasalahan_Ketenagakerjaan_di_Indon
esia
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab/article/view/326/244

Anda mungkin juga menyukai