Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PETERNAKAN LAHAN KERING

“Usaha Penggemukan Sapi Lokal Dan penggunaan bahan pakan

Di Soe kabupaten Timur tengah selatan”

NAMA : NOVALDY IMANUEL TOTO

NIM : 1905030054

KELAS : E-30

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, berkat serta hidayahnya dan tentunya nikmat sehat sehingga penyusunan Laporan ini
selesai sesuai dengan apa yang diharapkan.Semoga apa yang saya sampaikan melalui Laporan
ini dapat member pengaruh baik itu untuk saya pribadi sebagai penyusun maupun dunia
pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan Laporan praktikum ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pembuatan Laporan praktikum
ini kedepanya.

Soe, 27 februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia


B. Metode Penggemukan Sapi Potong
C. Perkandangan
D. Pemilihan Bibit Sapi Potong
E. Penyakit
F. Pakan
G. Penanganan Limbah

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu pelaksanaan Praktikum


3.2 Metode praktikum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
3.3 Foto situasi usaha ternak sapi potong

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

A. Usaha penggemukan sapi potong


B. Berdasarkan analysis table
BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang
secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha peternakan harus
memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan ternak sapi
yaitu 1) breed, 2) feed, dan 3) manajemen, ketiga hal tersebut harus berkaitan dan berhubungan
satu sama lain. Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah
berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha
peternakan harus memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha
penggemukan ternak sapi yaitu 1) breed, 2) feed, dan 3) manajemen, ketiga hal tersebut harus
berkaitan dan berhubungan satu sama lain.

Seiring dengan laju pertambahan penduduk dan semakin membaiknya tingkat


kesejahteraan masyarakat mengakibatkan permintaan konsumen terhadap komoditas hasil ternak
khususnya daging dari tahun ke tahun cendrung meningkat pula, baik dari segi jumlah maupun
mutunya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah terjadi pemasukan ternak sapi potong dari
luar desa Oeletsala, kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. setiap tahun juga menunjukkan
peningkatan. Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa
depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak
kecil, menengah maupun swasta atau komersial. Penggemukan sapi pada dasarnya adalah
mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang
efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan
nilai tambah usaha yang ekonomis. Dengan demikian kita perlu membandingkan teori dengan
realita yang ada di masyarakat.

1.4 Tujuan

Untuk mengetahui bahan pakan yang digunakan dalam proses penggemukan sapi potong
di Soe kabupaten Timur Tengah selatan..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia

Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan
semakin banyaknya masyarakat diberbagai daerah yang mengusahakan penggemukan sapi
potong. Perkembangan usaha penggemukan sapi ini di dorong oleh permintaan daging yang
terus meningkat dari tahun ketahun.
Menurut Anonimus (2004) kebutuhan daging sapi dalam negri pada tahun 1998-2003
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan data kebutuhan daging
pada tahun 1998 sebesar 405.000kg sedangkan pada tahun 2003 kebutuhan daging meningkat
menjadi 441.000kg.

B. Metode Penggemukan Sapi Potong

Di Indonesia sistem penggemukan sapi dikenal dengan sistem kereman. Dalam


penggemukan sapi sistem kereman ini sapi yang dipelihara didalam kandang terus menerus
dalam periode tertentu. Sapi tersebut diberi makan dan minum di dalam kandang, tidak
digembalakan ataupun dipekerjakan (Sugeng, 2002).

Menurut Siregar (2003), sistem penggemukan terdiri dari tiga macam penggemukan 1)Dry
Lot Fattening yaitu pemberian ransum dengan pemberian biji-bijian atau kacang-kacangan, 2)
Pasture Fattening yaitu sapi yang diternakan digembalakan dipadang pengembalaan,
3)Kombinasi anatara Dry Lot Fattening dan Pasture Fattening yaitu system ini dilakuakn dengan
pertimbangan musim dan ketersedian pakan. Di daerah tropis pada saat musim produksi hijauan
tinggi penggemukan dilakukan dengan Pasture Fattening sedangkan pada saat hijauan berkurang
penggemukan dilakukan dengan cara Dry Lot Fattening.

C. Perkandangan

Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi


supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang,
pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan
kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun
pekerja kandang.
b. Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
c. Mempunyai ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna.
d. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya.
e. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga
efisiensi kerja dapat tercapai
f. Bahan - bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya
relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar.
g. Tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.

D. Pemilihan Bibit Sapi Potong

Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-
bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan
keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4
yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang
terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yagn sempurna sebab setiap ternak
memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan
tertentu pula. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan
lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui
anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)

E. Penyakit

Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus
dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare
pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan
(nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare
berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan
dapat berjalan dengan normal kembali.
Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa ukuran pedet yang terlalu besar pada waktu partus,
menyebabkan kontraksi dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik keluar,
sedang serviks masih dalam keadaan terbuka lebar (kendor).
Toelihere (1985) menyatakan bahwa pada dasarnya retensio secundinae diakibatkan oleh
kegagalan pelepasan kotiledon selaput dari karangkula induk. Pengobatannya adalah plasenta
yang masih tertinggal dikeluarkan dengan cara enukleasi. Selain itu juga penyakit yang sering
menyerang induk adalah prolapsus uteri.

Prolapsus uteri atau pembalikan uterus terjadi sesudah patrus dan jarang terjadi beberapa
jam setelah itu, apabila pembalikan uterus paling tinggi hanya mencapai canalis cervicalis
keadaan ini disebut inversion uteri.Inversio uteri jarang terjadi tanpa prolapsus uteri oleh karena
itu disebut prolapsus uteri, dimana seluruh uterus membalik dan menggantung keluar dari vulva
(Toelihere, 1985).

F. Pakan

Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan
dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap. Menurut Murtidjo (1990) bahan
pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan
hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat
diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan
penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan
mudah dicerna.

Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung
giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang
berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai
nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan
tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam
kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral
terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).

Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya
bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan
kebutuhan zat pakannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena
kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan
bobot badan tidak maksimal (Tillman, 1998).
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung
kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak. Pakan menurut cullison (1982) memiliki fungsi
utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama bagi ternak adalah;

• Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.


• Sebagai sumber energi.
• Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.

Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu,
daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu
tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian
atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai,
bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat
mengandung protein yang tinggi (Darmono, 1992).

Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya
bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan
kebutuhan zat makanannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena
kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan
bobot badan tidak maksimal (Tillman, dkk; 1998).

G. Penanganan Limbah

Limbah dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola
dengan baik. Kotoran cair dan padat dari etrnak pada umumnya digunakan sebagai pupuk
organic bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.3 Tempat dan Waktu pelaksanaan Praktikum

Di Soe kabupaten Timur Tengah selatan pada hari Sabtu, 27 februari 2021 Pukul 09-selesai.

3.4 Metode praktikum


Dalam praktikum ini kami menggunakan ‘kuisoner” dalam memperoleh data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Profile responden:
Nama: Melkianus Lenama
Alamat: Soe Timor tengah selatan
Pendidikan Responden: SMA sederajat

NO Pertanyaan Jawaban
1. Pengalaman beternak
• Lama menjadi peternak 5 tahun
• Jumlah ternak sapi o ≥1
o ≥5
o 10
• Luas lahan o ≥ 1 ha
o ˃ 2 ha
2. Bahan pakan
• Jenis bahan pakan o Hijauan
o Leguminosa
• Berapa kali pemberian pakan per o 1 kali
hari o 2 kali
o 3 kali
• Jarak kandang dengan lahan o 500 m
sumber pakan o 1 km
o ≥ 2 km
• System pemberian pakan o Digembalakan
o Cut and carry
• Jumlah pemberian pakan per hari o ≥ 1 kg
o ˃ 2 kg
3 Analisis ekonomi
• Berapakah skala usaha o Kecil
o Sedang
o besar
• Berapakah jumlah bibit awal 2 ekor ternak
usaha penggemukan sapi
• Berapakah harga bibit sapi Rp. 5.000.000;-
penngemukan per ekor
• Berapakah biaya yang diperlukan Pakan yang digunakan umumnya diperoleh
untuk membeli pakan dari lahan sendiri
• Berapakah biaya tambahan selain Rp. 200.000
biaya pakan
• Berapakah harga per satuan Rp. 7.000.000;- / ekor
ternak hasil penggemukan
• Berapakah pendapatan peternak ± Rp. 10.000.000;- / tahun
dari hasil pengemukan sapi per
tahunnya

4.2 Pembahasan

No Pertanyaan Jawaban
1. Pengalaman Beternak

• Lama Menjadi Peternak 5 Tahun


• Jumlah Ternak Sapi ✓ ≥1
≥5
10

• Luas Lahan ≥ 1 Ha

✓ ˃ 2 Ha
2. Bahan Pakan

• Jenis Bahan Pakan ✓ Hijauan


Leguminosa
• Berapa Kali Pemberian Pakan 1 Kali
Per Hari 2 Kali

✓ 3 Kali
• Jarak Kandang Dengan Lahan 500 M
Sumber Pakan
✓ 1 Km
≥ 2 Km
• System Pemberian Pakan Digembalakan

✓ Cut And Carry


• Jumlah Pemberian Pakan Per ≥ 1 Kg
Hari ✓ ˃ 2 Kg

3 Analisis Ekonomi

• Berapakah Skala Usaha ✓ Kecil


Sedang
Besar
• Berapakah Jumlah Bibit Awal 2 Ekor Ternak
Usaha Penggemukan Sapi
• Berapakah Harga Bibit Sapi Rp. 5.000.000;-
Penngemukan Per Ekor
• Berapakah Biaya Yang Pakan Yang Digunakan Umumnya
Diperlukan Untuk Membeli Diperoleh Dari Lahan Sendiri
Pakan
• Berapakah Biaya Tambahan Rp. 200.000
Selain Biaya Pakan
• Berapakah Harga Per Satuan Rp. 7.000.000;- / Ekor
Ternak Hasil Penggemukan
• Berapakah Pendapatan ± Rp. 10.000.000;- / Tahun
Peternak Dari Hasil
Pengemukan Sapi Per
Tahunnya
FOTO SITUASI USAHA TERNAK SAPI POTONG
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

A. Usaha penggemukan sapi potong


Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah
berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesia. Dalam setiap usaha
peternakan harus memperhatikan 3 hal yang sangat penting untuk keberhasilan usaha
penggemukan ternak sapi yaitu:
1) Breed,
2) Feed, dan
3) Manajemen

Ketiga hal tersebut harus berkaitan dan berhubungan satu sama lain.

B. Berdasarkan analysis table


Berdasarkan analysis table diatas, dapat disimpulkan bahwa, system peternakan
yang dilakukan di Soe nusa Tenggara Timur, masih bersifat peternakan lokal. Hal ini
dikarenakan dilihat dari skala usaha dan cara peternak mendapatkan suatu bahan pakan
masih tergantung pada ketersediaan alam. Selain itu, penggunaan pakan juga sanggat
tergantung pada hijauan, tanpa menggunakan pakan tambahan berupa pakan konsentrat.

Anda mungkin juga menyukai