Anda di halaman 1dari 13

NOTULENSI

KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)

Acara : Kuliah
Hari, tanggal : Selasa, 8 Desember 2020
Waktu : 10.00 – 10.50 WIB
Media : Google Meeting
Pembimbing : Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK
Materi : Evaluasi Program Puskesmas
Nama Mahasiswa :
1. Maulana Achsan K. NIM G4A016052
2. Fildzah Khodizah S. NIM G4A017018
3. Fajar Budi Pratomo NIM G4A018025
4. Maulita Zulfiani NIM G4A020015
5. Alifia Weni B. NIM G4A020024
6. Jarwati NIM G4A020029
7. Ananda Anggi A.M. NIM G4A020030
8. Anggita Larasati P. NIM G4A020035
9. Mochammad Iqbal A. NIM G4A020036
10. Gusti Rama Dwitya NIM G4A020039
11. Padang Dwika A. NIM G4A020041
12. Yahya Khairyhanif NIM G4A020044
13. Dhiesty Kusuma P. NIM G4A020046
14. Cayla Viestania S. NIM G4A020047
15. Fani Rudiyanti NIM G4A020052

NOTULENSI :
Evaluasi program puskesmas menggunakan pendekatan sistem, sistem merupakan kumpulan
dari faktor.
 Unsur sistem kesehatan terdiri dari Unsur Internal dan Unsur Eksternal
A. Unsur Internal (Puskesmas)
1. Input :
 Man: berapa jumlah tim puskesmas dan bagaimana kualitas tim puskesmas ?
 money: berapa besar anggaran untuk suatu program ?, apakah ada anggaran
atau tidak?
 matterials: alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu
program
 method: cara yang digunakan untuk melaksanakan program ? aktif atau pasif ?
 market: sasaran program
 minute: alokasi waktu program berapa lama ? ada berapa kali pelaksanaan
program dalam 1 tahun?
2. Proses :
 P1 (planning): perencanaan suatu program
 P2 (penggerakan dan pengorganisasian): dapat juga dilakukan dengan
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sector
 P3 (penilaian, pengawasan, pengendalian).
3. Output : medical service dan health service
4. Feedback : umpan balik
5. Outcome : dampak merupakan akibat lebih jauh dari output (Contoh: angka kematian,
angka kesakitan)
B. Unsur Eksternal
 Unsur eksternal terbagi lagi menjadi
 Fisik (wilayah geografis, sarana transportasi)
 Non fisik (pendidikan, sosial, ekonomi)
 Analisis unsur internal (Input, Proses, dan Feedback)
 Strength / Kekuatan: kelebihan yang dimiliki pemegang program (Puskesmas)
 Weaknes/ Kelemahan : kekurangan yang dimiliki pemegang program (Puskesmas)
 Analisis unsur eksternal
 Opportunity / Kesempatan: peluang yang ada dari unsur eksternal fisik dan non
fisik
 Threat / Ancaman: kendala bersifat negatif atau kelemahan yang ada dari unsur
eksternal fisik dan non fisik
 4 macam strategi pemecahan masalah
1) S-O: memanfaatkan peluang untuk mendayagunakan kekuatan. Misal dalam hal
kekuatan puskesmas mempunyai tenaga terlatih sedangkan peluangnya ada kader
posyandu maka strategi yang bisa dipakai adalah melatih kader posyandu tersebut.
2) W-O: memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan. Misal dalam hal
peluang suatu puskesmas memiliki fasilitas kesehatan lain seperti klinik dan
praktek dokter swasta, kelemahan yang dimiliki adalah puskesmas cenderung
bekera pasi maka strateginya adalah mengajak faskes lain bekerja sama
3) S-T: mengatasi ancaman dengan mendayagunakan kekuatan.
4) W-T: menghindari ancaman sekaligus melindungi kelemahan.
DISKUSI

1. Apakah pengambilan latar belakang masalah hanya berasal dari output suatu program
atau dapat ditambahkan dari kendala unsur eksternal seperti contoh jalan rusak ?
Jawab : pengambilan masalah disarankan berasal dari output suatu program dan yang
unsur eksternal itu bukan suatu malah, melainkan penyebab suatu masalah. Jadi untuk
masalah seperti kendala jalan rusak itu dimasukkan dalam penyebab masalah

Dokumentasi
Acara : Kuliah
Hari, tanggal : Selasa, 8 Desember 2020
Waktu : 11.00 – 11.50 WIB
Media : Google Meeting
Pembimbing : Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK
Materi : Penelitian Epidemiologi
Nama Mahasiswa :
1. Maulana Achsan K. NIM G4A016052
2. Fildzah Khodizah S. NIM G4A017018
3. Fajar Budi Pratomo NIM G4A018025
4. Maulita Zulfiani NIM G4A020015
5. Alifia Weni B. NIM G4A020024
6. Jarwati NIM G4A020029
7. Ananda Anggi A.M. NIM G4A020030
8. Anggita Larasati P. NIM G4A020035
9. Mochammad Iqbal A. NIM G4A020036
10. Gusti Rama Dwitya NIM G4A020039
11. Padang Dwika A. NIM G4A020041
12. Yahya Khairyhanif NIM G4A020044
13. Dhiesty Kusuma P. NIM G4A020046
14. Cayla Viestania S. NIM G4A020047
15. Fani Rudiyanti NIM G4A020052

Penelitian Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-determinan
penyakit dan kesehatan pada populasi manusia. Penelitian epidemiologi adalah penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi penyakit berdasar orang, waktu,
dan tempat, dan memperoleh penjelasan tentang berbagai faktor penyebab penyakit dan
menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan terhadap berbagai permasalahan kesehatan
yang ada di masyarakat.
Secara garis besar, rancangan studi epidemiologi dibagi menjadi dua, yaitu penelitian
observasional dan penelitian eksperimental.
1. Penelitian Observasional
Penelitian observasional hanya mengamati suatu fenomena ataupun kejadian dan
sama sekali tidak melakukan intervensi. Penelitian observasional dibagi menjadi
dua, yaitu penelitian deskriptif dan penelitian analitik.
a. Penelitian Deskriptif
Sesuai namanya, penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau
menggambarkan situasi permasalahan kesehatan. Bertujuan untuk
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit berdasar
populasi, letak geografik, dan waktu.
Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio-dermografik seperti
umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaaan, maupun variabel-
variabel lain seperti gaya hidup (life style) dan sosial seperti jenis makanan,
pemakaian obat-obatan tertentu, perilaku seksual, dsb.
Penelitian ini hanya akan memberikan sebuah gambaran tentang keadaan
kesehatan yang terjadi di masyarakat, dan biasanya merupakan langkah awal
dari sebuah penelitian epidemiologi yang lebih mendalam. Manfaat dari
penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada para pemberi
pelayanan kesehatan, perencana kesehatan, administrator kesehatan tentang
pengalokasian sumberdaya dalam rangka perencanaan kesehatan yang lebih
efisien di masa mendatang juga memberikan petunjuk awal untuk
merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor risiko penyakit
sehingga kelak akan diuji lebih lanjut pada studi analitik.
Pada penelitian ini, eksposur dan outcome diukur pada waktu yang bersamaan.
Contoh dari penelitian deskriptif adalah case report, case series, dan cross-
sectional.
1) Case Report
Case report adalah studi yang menggambarkan pengalaman dari sebuah
kelompok pasien dengan diagnosa yang sama / mirip. Case report
mengambil laporan kejadian (kasus penyakit) yang tidak biasa. Case report
dapat menggambarkan atau sebagai petunjuk awal untuk identifikasi
penyakit baru / efek paparan.
2) Case Series
Case series adalah rancangan studi yang bertujuan mendeskripsikan dan
mempelajari frekuensi penyakit/status kesehatan dari sebuah atau
beberapa populasi berdasar serangkaian pengamatan pada beberapa sekuen
waktu. Case series berbentuk kumpulan dari laporan atau studi kasus yang
terjadi dalam suatu periode waktu. Literatur menyebutkan bahwa case
series terdiri dari minimal lima laporan kasus.
Manfaat : meramalkan kejadian / penyakit berikutnya berdasarkan
perjalanan yg lampau (melihat variasi penyakit secara kronologis)
Case series dapat berfungsi sebagai cara awal untuk mengidentifikasi
munculnya epidemi
3) Cross-sectional
Cross-sectional adalah studi prevalensi maka status eksposur (paparan) dan
status penyakit diukur pada waktu yang bersamaan pada suatu populasi .
Cross-sectional dilakukan untuk mempelajari kemungkinan faktor risiko
dari suatu penyakit yang onsetnya lambat dan durasinya panjang. Cross-
sectional tidak dapat digunakan untuk menjawab hubungan sebab-akibat
karena variabel diamati hanya dalam satu waktu dan tidak memenuhi
kaidah sebab mendahului akibat.
Kelebihan dari studi cross-sectional adalah dapat dilakukan dengan hanya
sekali pengamatan, lebih murah di banding dengan penelitian lainnya,
dapat digunakan untuk informasi perencanaan dan pengamatan
kemungkinan hubungan berbagai variabel yang ada.
Kekurangannya adalah tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
yg terjadi dengan berjalannya waktu dan informasi yg diperoleh tidak
mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang dicari tidak
diperoleh.
Analisi hasil pada penelitian cross-sectional menggunakan Prevalence
Ratio atau Rasio Prevalens.
Rasio Prevalens : Prevalensi pada kelompok dengan faktor risiko
dibanding prevalensi pada kelompok tanpa faktor risiko
Rasio Prevalens : RP = a/(a+b) : c/(c+d)
RP = 1  tidak berefek ( netral)
RP > 1  variabel merupakan faktor risiko
RP < 1  variabel merupakan faktor protektif

Hasil akhirnya hanya dapat menyebutkan faktor risiko dan tidak dapat
memberitahu hubungan sebab akibat.

b. Penelitian Analitik
Penelitian analitik bertujuan untuk memberikan jawaban atas adanya
hubungan sebab-akibat antara 2 variabel. Penelitian ini dapat dilakukan
dengan 2 pendekatan, yaitu case-control study atau studi kasus-kontrol dan
cohort study.
1) Case Control Study
Case control selalu dimulai dari outcome (variabel dependen) dan
dikelompokkan menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol. Case
control biasanya mengambil insidensi yang relatif jarang. Studi ini rentan
terhadap risiko bias. Studi ini bersifat retrospektif.
Kelebihan dari case control adalah sangat sesuai dengan penelitian 
penyakit yang jarang terjadi atau penyakit yang kronik, relatif cepat dan
tidak mahal, relatif efisien, memerlukan waktu yang kecil, dan sedikit
masalah pengurangan  periode investigasi.
Kekurangan dari studi ini adalah tidak dapat incidence rate, sangat sulit
memperoleh informasi biar periode terlalu lama, alur metodologi inferensi
kausal yang bertentangan dengan logika normal, rawan terhadap bias,
tidak cocok untuk paparan langka, tidak dapat menghitung laju insidensi,
validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan, dan kelompok untuk
kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah.
Beberapa jenis bias adalah:
 Selection bias, yaitu bias yang terjadi pada saat seleksi subyek
 Measurement bias, yaitu bias yang terjadi pada saat pengukuran
eksposur
 Information bias, yaitu bias yang terjadi pada saat peneliti
menggali informasi dari subyek
 Recall bias, yaitu bias dalam menjaring informasi dari responden
 Confounder, yaitu variable lain yang mempengaruhi outcome

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan bias adalah:

 Restriksi, yaitu membatasi populasi penelitian agar tidak terlalu


banyak memiliki faktor-faktor risiko untuk terjadinya outcome
 Randomisasi  setiap subyek mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih dan menjamin agar heterogenitas kedua populasi
(kasus dan kontrol) dapat terjaga
 Matching  setiap 1 kasus dipadankan (matched) dengan 1 atau
lebih kontrol dengan risiko yang hampir sama
 Stratifikasi  analisis berdasarkan faktor risiko
Analisis yang digunakan untuk Case Control adalah Odds Ratio (OR).
Rumus OR adalah sebagai berikut:
Contoh: OR= 2,25 berarti orang obese mempunyai risiko 2,25 kali
menderita osteoarthritis dibandingkan orang tidak obese.
2) Cohort Study
Cohort study bermula dari eksposur (variabel independen) kemudian
diikuti sampai menemukan akibat (penyakit). Studi ini harus banyak
memperhitungkan segi logistic. Studi ini bersifat prospektif.
Kelebihan dari cohort adalah adanya kesesuaian dengan logika normal
dalam membuat inferensi kausal (subjek mendahului akibat), dapat
menghitung laju insidensi, dapat digunakan untuk meneliti paparan langka,
dan dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan.
Kekurangan dari studi ini adalah lebih mahal dan butuh waktu lama, pada
kohort retrospektif dibutuhkan data sekunder yang lengkap dan handal,
tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka, juga terdapat
risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal.
Studi kohort retrospektif adalah studi yang dilakukan dengan
menggunakan dua kelompok yaitu kelompok studi (sekelompok orang
yang terpajan pada faktor risiko) dan kelompok kontrol (sekelompok orang
yang tidak terpajan faktor risiko). Kedua kelompok itu selanjutnya diikuti
terus-menerus selama periode waktu tertentu untuk memastikan apakah
individu yang terpajan atau tidak terpajan faktor risiko itu terjadi keluaran
atau tidak. Kegunaan studi kohort adalah untuk memberikan informasi
yang pasti mengenai faktor etiologi, terutama pada penyakit yang kronik,
dan untuk mengukur asosiasi berbagai tingkatan faktor risiko dengan
penyakit.
Analisis hasil yang digunakan adalah Relative Risk (RR) dengan rumus: a/
(a+b) : c/(c+d)
Contoh: RR = 2 berarti orang obese mempunyai risiko 2 kali menderita
osteoarthritis dibandingkan orang tidak obese
2. Penelitian Eksperimental
Pada penelitian ini, peneliti secara sengaja melakukan intervensi. Intervensi yang
dilakukan dapat berupa pemberian terapi pada suatu kelompok dibandingkan
dengan kelompok lain yang mendapat terapi yang berbeda. Ada 3 macam studi
eksperimental yaitu randomized controlled trial yang menggunakan pasien
sebagai subyek penelitian, dan penelitian uji lapangan dan intervensi komunitas
yang menggunakan orang sehat dan komunitas sebagai subyek penelitian.

a = true positive. Artinya hasil tes positif dan menderita sakit.

b = false positive. Artinya hasil tes positif tetapi tidak menderita sakit.

c = false negative. Artinya hasil tes negative tetapi menderita sakit.

d = true negative. Artinya hasil tes negative dan tidak menderita sakit.

Semakin tinggi nilai true positive berarti semakin tinggi sensitivitas suatu alat
tes. Alat tes yang baik adalah alat tes yang memiliki nilai sensitivitas dan
spesifitas yang tinggi. Jika digunakan untuk tujuan screening sebaiknya gunakan
alat yang sensitivitasnya tinggi. Jika digunakan untuk tujuan pengobatan
sebaiknya gunakan alat yang spesifitasnya tinggi.

Desain Eksperimental Komunitas terdiri dari Pra Eksperimental, Quasi


Eksperimental, dan True Experiment.

a. Pra Eksperimental
Penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa
menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondon tidak
dilakukan randomisasi.
b. Quasi Eksperimental
Penelitian ini sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun
pengambilan responden belum dilakukan secara randomisasi.
c. True Experiment
Penelitian eksperimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol
pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok
studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol
tidak dilakukan intervensi.
Untuk menghindari bias dapat dilakukan dengan cara blinding, yang dapat
dilakukan baik pada tahap treatment, pasien, dokter, hingga penilai outcome.

Epidemiologi klinik

1. Uji diagnosis

2. Therapi RCT
3. Prognosis
Prognostic studies
• Patient sample
• Zero time
• Follow up
• Outcomes of disease

4. Pencegahan
Level of prevention :
DOKUMENTASI:

Anda mungkin juga menyukai