Anda di halaman 1dari 3

Terapi cairan pada luka bakar

Resusitasi cairan didefiniskan sebagai terapi cairan yang dilakukan untuk


mengganti volume cairan intravaskular (perfusi) atau volume cairan interstitial
(dehidrasi), atau untuk memperbaiki abnormalitas elektrolit dengan pemberian cairan
pengganti dapat bersifat kristaloid ataupun koloid secara agresif (Stewart, 2003).

Resusitasi cairan sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka
bakar, Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena
yang adekuat harus ada. Luka bakar perlu diberikan cairan resusitasi karena adanya
akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh
tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena
keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,
kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan
terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema
adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama
kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang
terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer
laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5
sampai 1.5mL/kgBB/jam (Kurniawan, 2017).

Pada penatalaksanaan pasien luka bakar resusitasi jalan nafas dan resusitasi
cairan merupakan hal yang penting, pasien datang dengan keadaan sesak dan
diberikan O2 3-4 L/menit untuk meningkatkan asupan oksigen. Tujuan resusitasi
cairan pada syok luka bakar adalah: 1) Preservasi reperfusi yang adekuat dan
seimbang diseluruh pembuluh vaskuler regional sehingga tidak terjadi iskemia
jaringan; 2) Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak
diperlukan; 3) Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk
menjamin survival seluruh sel; 4) Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik
dan mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis
(Doherty, 2014).
Pasien luas luka bakar penatalaksanaan 24 jam pertama untuk menghitung
jumlah cairan yang masuk dapat menggunakan rumus baxter. Pada dewasa yaitu 4 ml
x kgBB x % luas luka bakar yang terbagi dalam 8 jam pertama dan 16 jam
berikutnya. Setengah dari cairan diberikan 8 jam pertama, dihitung dari awal
terjadinya luka bakar. Sisanya diberikan 16 jam berikutnya. Pantau adekuatnya
resusitasi dengan melihat urin output, EKG, nadi, tekanan darah, laju pernafasan dan
saturasi. Tambah resusitasi cairan jika dibutuhkan (Kurniawan, 2017). Hari pertama
terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Larutan
RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraselular. RL dapat
diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti
hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio dan sindroma syok
(Wirjoatmodjo, 2000).
Dapus

Doherty, G.M. 2014. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi ke-12. New
York; Graw-Hill Companies.
Kurniawan, S.W., dan Susianti. 2017. Luka Bakar Derajat II-III 90% karena Api pada
Laki-laki 22 Tahun di Bagian Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek
Lampung. Jurnal Medula Unila. Vol. 7 (2) : 140-143.
Stewart, J. V. 2003. Vital Sign and Resuscitation. USA: Landes Bioscience

Anda mungkin juga menyukai