Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA BISNIS

DOSEN PEMBIMBING:
Alam Surya Wijaya,S.E,M.M.

DISUSUN OLEH:
LINDRI YANI ( 18030044 )
NADIA INSANI ( 18030047)
VIVIANTY DEVINDA NOVA ( 18030058 )
DESI OKTAVIANI ( 18030033)
FIRMAN SYAHYUDI (18030138P )

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIBA


PERGURUAN TINGGI BANGKA BELITUNG 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

 Segala puji bagi Allah SWT.dzat yang MahaSempurna, Maha Pencipta dan Maha


Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkanya itu tentang “Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Konvensional”. Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kewirausahan dan Etika Bisnis dalam Islam”.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk
social penulis tidak bias berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa
adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari–Nya.
Penulis berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat
memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan Makalah ini.

Pangkal pinang, 30 November 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I        PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
B.           Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C.           Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1
BAB II       PEMBAHASAN
A.           Definisi Etika Bisnis............................................................................................ 2
B.           Etika Bisnis dalam Suatu Perusahaan.................................................................. 3
C.           Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Konvensional.......................................................... 5
D.           Perbedaan Bisnis Konvensional dan Non Konvensional..................................... 7
BAB III     PENUTUP
A.           Kesimpulan........................................................................................................... 8
B.           Saran .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar
tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Sebagai  bagian dari masyarakat, tentu bisnis
tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat
yang tidak bisa dipisahkan, hal tersebut membawa serta etika-etika tertetu dalam kegiatan
bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap
masyarakat, baik itu dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa
prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami akan membahas mengenai “Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Konvensional”.

B.           Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan hal-hal apa saja yang akan dikaji oleh penulis.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.            Apa teori prinsip Etika Bisnis?
2.            Bagaimana prinsip-prinsip etika bisnis?
3.            bagaimana konsep an sistem pemasaran etika bisnis?
4.            Bagaimana konsep periklanan etika bisnis?
5. bagaimana konsep etika pemasaran?
6. bagaimana konsep etika prouksi?
7. bagaimana konsep etika sdm?
8. bagaimana konsep etika manajemen keuangan?
9. bagaimana konsep lingkungan?
10. bagaimana etika bisnis dalam bisnis internasional?

C.          Tujuan Penulisan
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas Mata
Kuliah Kewirausahaan dan Etika Bisnis Islam juga sebagai berikut :
1.            Mendefinisikan Etika Bisnis.
2.            Menjelaskan prinsip-prinsip etika.
3.            Menjelaskan konsep an sistem pemasaran etika bisnis.
4.            Menjelaskan konsep periklanan etika bisnis.
5. menjelaskan konsep etika pemasaran.
6. menjelaskan konsep etika produksi.
7. menjelaskan konsep etika SDM.
8. menjelaskan konsep etika manajemen keuangan.
9. menjelaskan konsep linskungan.
10. menjelaskan etika bisnis dalam bisnis internasional.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI-TEORI ETIKA BISNIS


Etika tidak akan bisa dipahami jika seseorang mengesampingkan nilai-nilai moral. Teori etika bisnis juga
memiliki latar belakang nilai-nilai moral. Berikut ini akan membahas teori etika bisnis dari berbagai bentuk
teori:
1. Teori Etika Deontologis Deontologi
berasal dari bahasa Yunani, deon (kewajiban atau deuty). Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu
baik bukan dinilai dan dibenarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan
tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Kewajiban yang dilakukan oleh seseorang, dimana
kewajiban tersebut layak dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab yang telah diperintakan kepadanya.
Dalam dunia bisnis jika kewajiban yang dibebankan pada seseorang maka yang bersangkutan layak
untuk mengerjakannya, terutama jika ia tidak ingin mengecewakan pihak konsumen. Misalnya;
memberikan pelayanan yang baik pada semua konsumen, menawarkan barang dan jasa dengan mutu
yang sebanding dengan harganya, dsb. Seorang konsumen selalu menginginkan kepuasan pada saat ia
berhubungan dengan suatu produk.
2. Teori Etika Teleologis Teologis
berasal dari bahasa Yunani, yaitu telos, artinya tujuan. etika teology mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan
dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik
dan berguna. Dari teori teologis berkembang pembahasan pada munculnya dua kajian yaitu;
1). Egoism Teori ini memandang bahwa perilaku moral dianggap baik manakala lebih menguntungkan
dibandingkan dengan merugikan bagi individu yg melakukan tindakan moral, meskipun tidak selalu
harus mengabaikan kesejahteraan orang lain.
2). Utiliatiarisme Teori turunan dari teori teologi (teori konsekuensialis), dimana suatu kegiatan bisnis
adalah baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar masyarakat atau konsumen
dalam konteks bisnis. Bisa dikatakan pula bahwa “Perbuatan yang baik adalah yang bermanfaat bagi
banyak orang” (Jeremy Bentham)
3. Teori Etika dan Hak Asasi
Pendekatan dari teori ini adalah bahwa tuntutan-tuntutan moral seseorang yaitu haknya ditanggapi
dengan serius. Dalam teori hak dibahas tentang segala sesuatu yang menjadi hak seseorang, dan
bagaimana hak tersebut harus dihargai. Secara realita disebutkan bahwa setiap manusia yang lahir di atas
muka bumi ini memiliki hak. Dan hak tersebut layak untuk diperoleh dan diperjuangkan. Diantara hak
yang harus diperjuangkan adalah hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak (seperti; memperoleh
pendidikan, kesejahtera an, pelayanan kesehatan, dll) sama di mata hukum. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak wajar oleh sebuah perusahaan atau dirugikan maka ia layak untuk menuntut
haknya.
4. Teori Keutamaan
Pada teori ini konsep kepuasan menjadi dominan untuk dibahas, karena setiap orang merasa ingin
diutamakan dalam memenuhi kepentingan yang diinginkan. Usaha untuk memenuhi kepentingan
seseorang sering menimbulkan atau tumbuhnya sikap egoism pada individu yang bersangkutan.
5. Teori Relatif Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif. Masalah yang timbul dalam
praktiknya adalah self- centered (egois), fokus pada diri manusia individu mengabaikan interaksi dengan
pihak luar sistem dan pembuat keputusan tidak berfikir panjang, semua tergantung kreterianya sendiri.
Dalam teori relatif ini jelaskan jika pandangan dan pendapat seseorang bersifat sangat subjektif, artinya
jika si A berfikir ini yang terbaik belum tentu si B memiliki pandangan yang sama, dan begitu seterusnya.
Ini dikarenakan pandangan dan pemikiran setiap orang bisa berbeda-beda.
6. Etika dan Agama Agama sebagai dasar pijakan bagi setiap umat dalam menjalani kehidupan. Tanpa
agama tidak akan memiliki landasan dalam berfikir. Ada hubungan erat antara agama dan filsafat begitu
pula sebaliknya. Sering pandangan- pandangan filsafat bersendikan pada nilai- nilai agama. Sehingga
banyak karya filsuf jika ditilik secara dalam mendasarkan pendangan dari nilai-nilai agama.

B. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


Tentunya setiap bisnis yang dijalankan memiliki aturan dan perjanjian tersendiri. Dimana kejujuran
merupakan hal yang paling krusial dalam etika berbisnis. Misalnya saja, dalam diperlukan kejujuran dalam
hubungan kerja yang terjalin. Orientasi dan kerjasama antara penggiat bisnis perlu ditumbuh
kembangkan untuk mencapai tujuan dan untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin.

Prinsip Keadilan
Dari prinsip ini semua pelaku usaha diwajibkan untuk berlaku adil terhadap hak-hak pribadi yang dimiliki
oleh setiap orang. Prinsip keadilan ini tidak hanya berlaku dalam ruang eksternal saja, namun juga harus
berlaku dan wajib dipenuhi bagi setiap anggota tubuh internal perusahaan.Keadilan dalam berbisnis
dapat dicapai bila negara memperlakukan semua pelaku bisnis secara setara tanpa adanya asas
perbedaan kasta maupun jenis dari bisnis yang dilakoni.Selain itu, ada juga keadilan yang berlaku di
perusahaan. Pemilik perusahaan dituntut untuk berlaku adil terhadap semua karyawan tanpa
membedakan status atau tingkatan pekerjaan yang dilakukan.

Prinsip Saling Menguntungkan


Pada dasarnya, seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin,
disamping kita pun harus memenuhi dan menyediakan barang dan jasa bagi para konsumen.Namun di
era ini, banyak sekali generasi muda yang sukses di bidang ini. Kemudian setelah itu, bisnis merupakan
usaha yang dapat dikatakan sangat menguntungkan bagi para pelaku bisnis. Dari capaian yang luar biasa
ini, generasi muda kini berbondong-bondong melakukan inovasi serta kreasi dalam meramaikan dunia
perbisnisan Indonesia.

Prinsip Integritas Moral


Dalam tahap ini para pelaku bisnis, haruslah memiliki kesadaran yang telah menjadi tuntutan dalam diri
pelaku bisnis. Hal ini dikatakan sebagai tahapan mendasar dan wajib dimiliki oleh setiap orang yang
berkecimpung di dunia ini.Kesadaran untuk berbuat adil dan memenuhi setiap prinsip dalam bisnis,
merupakan dasar dari etika dalam berbisnis.

C. KONSEP DAN SISTEM PEMASARAN ETIKA BISNIS

Konsep Etika Dalam Pemasaran. Etika adalah prinsip atau standar yang mengatur perilaku suatu
komunitas, kelompok, organisasi, dan individu. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada
diri seseorang maupun pada suatu kelompok masyarakat. Etika juga berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara
hidup yang baik serta segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Bertolak dari prinsip etika bisnis tersebut, John R. Boatright menjelaskan bahwa terdapat tiga konsep
etika dalam pemasaran, yaitu :
 Fairness (Justice). Fairness menjadi kebutuhan yang paling dasar dari transaksi pasar. Setiap
pertukaran atau transaksi dianggap fair atau adil ketika satu sama lain memberikan keuntungan
(mutually beneficial) dan memberikan informasi yang memadai.
 Freedom. Freedom berarti memberikan jangkauan pada pilihan konsumen. Freedom dapat
dikatakan tidak ada apabila produsen atau pemasar melakukan praktik manipulasi, serta mengambil
keuntungan dari konsumen yang tidak berdaya, seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan orang-orang
miskin.
 Well-being. Suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak sosial dari produk dan juga
periklanan dan juga product safety. 

D. KONSEP PERIKLANAN ETIKA BISNIS

Iklan dibagi menjadi 2 macam , yaitu iklan yang persuasif dan iklan yang informatif. Iklan yang
persuasif biasanya ditemukan pada produk-produk yang bukan kebutuhan umum. Iklan tersebut
berusaha untuk menarik hati dan membujuk konsumen untuk membeli  produknya. Sedangkan
iklan yang informatif adalah iklan yang menyediakan informasi dan memperkenalkan suatu hal.
Namun di dalam dunia periklanan tidak ada yang namanya murni iklan persuasif ataupun iklan
yang informatif. Iklan selau mengandung unsur dari keduanya. Ketika mengiklankan sesuatu,iklan
tersebut pasti di buat se informatif dan semenarik mungkin.

Seperti halnya dalam periklanan, iklan yang baik harus dapat dimengerti oleh  pembaca iklan. Kita
telah mengenal retorika iklan. Retorika merupakan seni berbicara yang  baik yang digunakan untuk
proses komunikasi antar manusia. Dalam retorika iklan berbicara  bukan sembarang bicara, tetapi
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memberikan informasi. Bicara dalam periklanan tidak hanya
melalui mulut, tetapi bisa juga melalui gambar.

Berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan bagian dari identitas bangsa. Berbicara yang
baik seharusnya disosialisasikan di kalangan anak muda, publik figur, selebritis dan politikus di
negeri ini. Rusaknya kaidah berbahasa tampaknya didominasi oleh  bahasa iklan di media masa,
baik media cetak maupun elektronik. Penggunaan bahasa dan istilah asing dalam periklanan di
Indonesia sudah sangat banyak ditemui. Akan tetapi  penggunaan bahasa asing menjadi tren dalam
periklanan. Penggunaan bahasa asing yang  berlebihan menurut saya juga tidak baik karena di
Indonesia tidak banyak masyarakat yang mengerti bahasa asing.

Industri periklanan merupakan suatu tuntutan kebutuhan komunikasi dan pemasaran dunia. Usaha
periklanan akan berperan dalam menentukan pembangunan sesuai cita-cita dan falsafah bangsa.
Oleh karena itu periklanan di Indonesia harus senantiasa aktif, positif dan kreatif. Itu sebagai
pemicu pembangunan di Indonesia. Periklanan harus beretika dan sesuai nilai luhur bangsa ini.
Periklanan di Indonesia seharusnya tidak hanya memperoleh manfaat dari perkembangan ekonomi
dunia. Tetapi, iklan harus mengimbangi pengaruh negatif dalam iklan tersebut yang mungkin saja
akan timbul. Antara iklan satu sama lain harus saling menghormati agar tercipta periklanan yang
sehat, jujur dan bertanggung jawab.
Iklan merupakan bentuk komunikasi antara produsen dan konsumen. Iklan bertujuan untuk
menggunakan produk yang ditawarkan produsen. Iklan atau periklanan merupakan  bagian yang tak
terpisahkan dari bisnis modern. Dulu, iklan hanya mulut ke mulut saja, namun seiring
perkembangan jaman, iklan di Indonesia juga berkembang. Sekarang  penayangan iklan sangat
beraneka ragam, baik dari media cetak maupun elektronik seperti koran, televisi, radio, baliho dan
lain-lain. Dibalik banyaknya iklan yang ditawarkan ternyata menyimpan suatu persoalan yaitu etika
dalam beriklan. Iklan di Indonesia banyak kasus  penipuan terhadap konsumen bahkan
pembodohan. Semakin berkembangnya iklan di Indonesia maka semakin banyak permasalahannya.
Dalam periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk menarik konsumen.
Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi suatu negara.
Sudah saatnya iklan di Indonesia bermoral dan beretika. Berkurangnya etika dalam beriklan
membuat keprihatinan banyak orang. Tidak adanya etika dalam beriklan akan sangat merugikan
bagi masyarakat, selain itu juga bagi ekonomi suatu negara. Secara tidak sadar iklan yang tidak
beretika akan menghancurkan nama mereka sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak kita
jumpai iklan-iklan di media cetak dan media elektronik menyindir dan menjelek-jelekkan produk
lain. Memang iklan tersebut menarik, namun sangat tidak pantas karena merendahkan produk
saingannya.
Di Indonesia iklan-iklan yang dibuat seharusnya sesuai dengan kebudayaan kita dan  bisa
memberikan pendidikan bagi banyak orang. Banyak sekali iklan yang tidak beretika dan tidak
sepantasnya untuk di iklankan. Makin tingginya tingkat persaingan menyebabkan  produsen lupa
atau bahkan pura-pura lupa bahwa iklan itu harus beretika. Banyak sekali yang melupakan etika
dalam beriklan. Iklan sangat penting dalam menentukan posisi sebuah  produk. Sekarang ini
banyak ditemukan iklan yang terlalu vulgar dan liar dalam memberikan informasi kepada
masyarakat.
 
Iklan yang ditawarkan kepada masyarakat umumnya tidak mendidik. Dalam iklan terdapat sifat
yang menunjukan sifat matrealisme, konsumerisme dan hedonisme. Iklan yang disampaikan
seharusnya mengutamakan prinsip kebenaran. Sesuatu yang disampaikan seharusnya memang
benar-benar terjadi. Banyak produk yang memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, namun dalam
pengiklanan terhadap masyarakat di manipulasi sehingga terlihat sempurna di mata konsumen.
Tindakan manipulasi iklan sangat merugikan konsumen. Berbagai permasalahan tersebut yang
bersinggungan dengan etika contohnya sebagai berikut:
         Iklan yang ditampilkan tidak mendidik Beberapa iklan banyak yang tidak memberikan nilai
edukasi kepada masyarakat. Banyak sekali iklan-iklan yang tidak logis. Banyak juga iklan yang
menojolkan seksualitas dan kekerasan dalam penayangannya. Sebenarnya iklan tersebut tidak layak
untuk ditampilkan.
         Iklan yang ditampilkan menyerang produk lain Banyak produk iklan yang berusaha
menjatuhkan produk lain, biasanya produk ini sejenis. Tentunya tindakan ini sangat tidak etis dan
tidak seharusnya dilakukan karena tindakan tersebut merugikan pihak lain.

Lalu dimana fungsi iklan yang seharusnya memberikan informasi kepada masyarakat? Mereka
tidak memperhatikan nilai edukasi atau hiburan kepada masyarakat. Iklan tersebut sangat jelas
bahwa menyerang produk lainnya. Oleh karena itu dalam membuat iklan harus beretika agar tidak
merugikan masyarakat atau  pihak lain, bahkan lebih baik bisa memberikan nilai edukasi dan
manfaat bagi pembaca iklan. Banyak sekali ditemui iklan yang seharusnya tidak pantas diiklankan
dan tidak jarang ditemui iklan yang membodohi masyarakat.
Untuk menyikapi hal ini, kita sebagai masyarakat seharusnya lebih berhati-hati dalam membaca
iklan, jangan mudah terpengaruh terhadap iklan yang membodohi kita. Produsen  juga
memperhatikan nilai edukasi dan nilai manfaat bagi masyarakat, bukan sebagai keuntungan saja.
Selain itu pemerintah juga turut memperhatikan perkembangan periklanan di Indonesia agar tidak
terlalu membawa dampak negatif bagi konsumen atau masyarakat. Iklan dari luar negeri yang
masuk ke Indonesia seharusnya bisa disaring mana yang memberikan dampak baik dan mana yang
memberikan dampak buruk. Untuk kedepannya semoga lebih banyak iklan-iklan di Indonesia yang
dapat memberi manfaat. Iklan juga harus dapat melindungi dan menghargai khalayak, tidak
merendahkan agama, budaya, negara dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku.

E. KONSEP ETIKA PEMASARAN

Fairness (Justice)Fairness menjadi pusat perhatian karena menjadi kebutuhan yang paling dasar
daritransaksi pasar. Setiap pertukaran atau transaksi dianggap fair atau adil ketika satusama lain
memberikan keuntungan (mutually beneficial) dan memberikaninformasi yang memadai. Namun,
pemberian informasi dalam transaksi ini masih diragukan. Hal inidisebabkan karena penjual tidak
memiliki kewajiban untuk menyediakan semua informasi yang relevan kepada
pembeli/pelanggan, dan pembeli memiliki suatukewajiban untuk diinformasikan mengenai apa
yang dibelinya.Pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kewajiban menyangkut informasi
initerbagi menjadi 2 doktrin tradisional dalam pemasaran, yaitu caveat emptor (biarkan pembeli
berhati ± hati) dan caveat venditor (biarkan penjual berhati ± hati) FreedomFreedom berarti
memberikan jangkauan pada pilihan konsumen. Freedom dapatdikatakan tidak ada apabila
pemasar melakukan praktik manipulasi, danmengambil keuntungan dari populasi yang tidak
berdaya seperti anak ± anak,orang ± orang miskin, dan kaum lansia. Well-beingSuatu
pertimbangan untuk mengevaluasi dampak social dari produk dan juga periklanan, dan juga
product safety.

F. KONSEP ETIKA PRODUKSI


Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha untuk
menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya. Dalam
upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak hal untuk
memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam keselamataan
konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen, produsen tidak akan
berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga konsumen sebagai tanda
terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang mereka tawarkan. Namun
banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih mementingkan laba. Seperti
banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan konsumen karena dalam
memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang mungkin terjadi pada
konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal yang mereka butuhkan, tapi
pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka butuhkan mereka tidak
memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.
Contohnya produk produk tembakau telah menewaskan 400.000 warga amerika setiap tahun.
Jumlahnya lebih banyak daripada jumlah total penderita AIDS, korban kecelakaan, pembunuhan,
bunuh diri, narkoba, dan kebakaran. Kasus produk Korek (geretan) BIC corporation yang tidak
layak digunakan tapi tetap dijual dan akhirnya digunakan konsumen, akhirnya terjadi kecelakaan
kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.banyak kecelakaan kecelakaan lain terjadi diakibatkan
barang yang diproduksi tidak sesuai standar, produk yang sekali pakai langsung rusak, produk
cacat dan garansi yang tidak ditepati. Kecelakaan kecelakaan ini tentunya merugikan konsumen,
karena dengan membeli produk yang dihasilkan produsen tersebut, mereka harus mengeluarkan
biaya lebih yaitu untuk membiayai pengobatan jika sakit dan luka, dan megalami kerugian karena
kegunaan barang yang diharapkan tidak tercukupi.

G. KONSEP ETIKA SUMBER DAYA MANUSIA

7
BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Etika bisnis merupakan penerapan tanggungjawab social suatu bisnis yang
timbul dari dalam perusahaan itu sendiri.
Etika bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang
berlaku secara universal dan secara ekonomi. Dalam penerapan etika bisnis,
bisnis harus memper-timbangkan unsure norma dan moralitas yang berlaku di masyarakat.
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Konvensional meliputi: Prinsip Otonomi,
Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip Saling Menguntungkan, Prinsip Integritas Moral
dan Prinsip Laba.
Perbedaan Bisnis Konvensional dan Non
Konvensional yaitu, bisnis konvensioal kesepakatan antara dua belah pihak untuk memperole
h keun-tungan, bersifat umum dan bukan agamis dalam pelaksanaannya.
Sedangkan dalam bisnis non konvensional,
kesepakatan untuk memperoleh keuntungan dan pelaksanaan itu bersifat agamis atau sesuai d
engan aturan Islam.

B.            Saran
Dari beberapa buku referensi yang kami baca, kami
dapat menemukan materi mengenai hal-hal yang dibahas dalam makalah ini, Namun kami
yakin makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan kami
juga yakin dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan, baik isi, tata bahasa,
maupun penyusunannya, maka kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Maka dari itu masukan atau saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis tuntutan dan relevansinya, Jakarta PT Gramedia, 2006
Agus Arujanto, Etika bisnis bagi pelaku bisnis, Jakarta, PT. Raja Pindo Persada, 2011
Angsa Hamasaah, “Prisip Etika Bisnis Konvensional” dalam http://angsahamasaahblogspot. com
07/13/02/2010 /prinsip-etika-bisnis-konvensional.html (diakses, 05 Oktober 2016)
Budi Untung,  Hukum dan Etika Bisnis, Yogyakarta, ANDI, 2012
Indriyo Gitosudarmo, Pengantar Bisnis, Yogyakarta, BPFE, 1996
Mohammad Edris dan Panca Winahyuningsih, Bisnis Pengantar, Yogyakarta, UGM, 2002
9

Anda mungkin juga menyukai