Bridgeton Industries Automotive Component and Fabrication Plant 1 PDF Free
Bridgeton Industries Automotive Component and Fabrication Plant 1 PDF Free
FABRICATION PLANT
I. Kasus
The Automotive and Fabricant Plant (ACF) merupakan asal mula dari
Bridgeton Industries, pemasok utama dari industry otomotif domestik. Sejarah
bermula dari sekitar tahun 1840-an saat mereka menemukan sumber yang kaya pada
suatu area. Situs ini berkembang dalam beberapa pengguna industry, termasuk
pekerjaan awal wagon, sampai pada akhirnya dibeli oleh pendiri Bridgeton. Dia
membuka kantor pertama kali di sana pada awal tahun 1900.
ACF jatuh pertama kali akibat kerugian dari pangsa pasar saham domestic
pada tahun 1985. Setelah kejadian pertama “oil crunch” pada pertengahan 1970,
Bridgeton membangun 2 pabrik untuk perakitan mesin diesel- hemat bahan bakar
dalam mengantisipasi pertumbuhan pasar yang terus- menerus. Salah satu dari pabrik
tersebut merupakan fasilitas ACF. Saat pertumbuhan mobil bertenaga diesel tidak
dapat dipertahankan, salah satu operasi harus diberhentikan.
1
Pembelajaran khusus dibuat dalam biaya relative dalam 2 perusahaan, dan
fasilitas milik ACF adalah salah satu yang dipilih untuk ditutup. Ketika para pekerja
industry di ACF dianggap tidak kompetitif, mereka mengambil tindakan untuk
mengurangi biaya unit produksi, kedalam beberapa “cents” pada tingkat pesaing.
Meskipun telah melakukan beberapa usaha, fasilitas milik ACF tetap ditutup.
“Manajemen mengatakan bahwa biaya kami tidak kompetitif. Kami telah bekerja dan
mengurangi biaya unit, dan tetap kehilangan bisnis” kata Ronald Peters, pekerja
produksi yang telah lama bekerja di fasilitas mesin lama.
Ketika pabrik mesin ditutup pada akhir 1985/6, semua yang berhubungan
dengan pekerjaan produksi dihapuskan. Kemungkinan semua orang yang memiliki
keahlian diberhentikan. Akan tetapi, orang- orang yang memiliki kemampuan unik
tetap dibutuhkan di area lain direkrut kembali.
Strategic Analysis
(a) kualitas
2
Untuk mengevaluasi kualitas pelayanan pelanggan, ditambahkan wawancara,
meneliti persentase pada jadwal produksi dan pengiriman, variasi persentase dalam
jadwal ini, waktu untuk merespon permintaan akan informasi, waktu untuk
menanggapi keluhan pelanggan, waktu yang unggul dari konsep rancangan untuk
produksi sebuah produk, dan derajat fleksibilitas kegiatan manufaktur.
Product Outsourcing
Pada akhir 1987/8 dilakukan outsourcing pada oil pans dan muffler-exhaust
system. Outsourcing ini mengakibatkan hilangnya 60 tenaga kerja (produksi)
pekerjaan langsung dan tidak langsung 30 (terampil) pekerjaan. Ini 90 orang
dipindahkan ke pelatihan pekerjaan, yang diadministrasikan dan dibayar oleh serikat.
Pekerjaan biaya penuh bukan bagian dari biaya beban pabrik.
Dengan pengurangan besar ini kedua, manajemen dan tenaga kerja pabrik
bergerak menuju kerjasama yang lebih dan keterbukaan dalam upaya
mempertahankan bisnis yang tersisa. Beberapa program yang memperkenalkan untuk
meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan produktivitas. Program ini
membentang batas-batas serikat / manajemen tradisional karena kedua belah pihak
bekerja menuju solusi kreatif untuk memenuhi tantangan ini.
Salah satu upaya tersebut, yang dipimpin oleh Fred Simmond, pembuat
keputusan berpengalaman, pembentukan serikat terlibat tim untuk menurunkan waktu
yang dibutuhkan, kendala utama dalam proses produksi. Dengan menggabungkan
kelas serikat buruh dan tingkat keterampilan dalam tim , ACF menurunkan waktu
yang diperlukan untuk mengubah dari 12 jam sampai 90 menit. Ini adalah yang
terbaik di Bridgeton. Lokasi lainnya rata-rata antara empat dan lima jam.
3
dengan waktu pribadi, peralatan dan perlengkapan, atau startup.Pengetahuan personil
Production proses dan pengalaman on line mengakibatkan aktivitas kali sangat akurat
untuk operasi mereka amati. Pelaporan mereka menekankan sisi positif dari informasi
menggunakan laporan uptime menunjukkan kemajuan menuju tujuan kelas dunia dari
80% uptime ditetapkan oleh Jepang. Melalui mengidentifikasi area masalah dan
bekerja dengan insinyur industri, mereka meningkatkan uptime mereka dari rata-rata
30% hingga 65%, yang terbaik di Bridgeton.
4
Penyebab utama dari kekalahan Bridgetone dalam persaingan harga produk
dengan para kompetitor yang menyebabkan perusahaan sedikit demi sedikit
kehilangan bisnisnya adalah adanya kesalahan penghitungan biaya overhead yang
dibebankan ke produk, dimana biaya overhead sangatlah tinggi mencapai 435% biaya
direct labor. Terlalu besarnya biaya overhead ini disebabkan oleh perusahaan yang
masih menggunakan traditional costing atau activity-based management system,
dimana pada traditional costing biaya produksi tidak langsung dibebankan ke
production cost center. Jika kita menghitung biaya produksi tidak langsung
dibandingkan dengan biaya langsung tenaga kerja pada tahun 1986/87 – 1989/90
maka hasil yang didapatkan adalah peningkatan persentase perbandingan kedua biaya
tersebut dari tahun ke tahun. Hal itu disebabkan oleh penurunan biaya tenaga kerja
langsung, sebagai imbas dari outsource yang dilakukan perusahaan dimulai tahun
1988/99, namun tidak diimbangi dengan penurunan indirect cost yang signifikan.
Dengan penggunaan traditional costing yang jauh lebih mudah dan hemat
biaya pembebanan indirect cost menjadi tidak tepat, karena pada sistem traditional
costing yang diterapkan di perusahaan penghitungan indirect cost menggunakan
ukuran tenaga kerja langsung. Dapat dilihat di tahun 1988/89 biaya direct labor
mengalami penurunan tetapi presentase indirect cost terhadap direct labor sebaliknya
menunjukkan kenaikan. Hal tersebut memacu permasalahan kedua yaitu outsourcing
yang dilakukan perusahaan menyebabkan biaya produk lain yang diproduksi sendiri
meningkat karena beberapa biaya overhead terkait dengan produk outsource tetap
5
ada. Kenaikan biaya produksi produk non-outsource menyebabkan harga produk di
pasar terus meningkat dan tidak dapat bersaing dengan kompetitor lain sehingga
terjadi penurunan .
6
Bridgetone sendiri sebaiknya menggunakan ABC berdampingan dengan
traditional costing agar produktivitas meningkat dan efisiensi tetap terjaga atau
bahkan dapat meningkat juga. Dengan penggunaan sistem traditional costing
berdampingan dengan sistem ABC diharapkan Bridgetone dapat mengklasifikasikan
aktivitas produksinya mulai dari yang paling menguntungkan hingga pada produk
yang tidak dapat memberikan profit yang maksimal kemudian membuat strategi
untuk melakukan pengefisienan produk yang kurang menguntungkan.