Anda di halaman 1dari 8

Nama : Reza Cahya Eka Suci

NIM : 12030119120010
Kelas :D
Jawaban UAS Perpajakan 2

1. Faktur Pajak adalah suatu bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
karena adanya penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa kena Pajak.
Informasi pokok yang harus ada di dalam faktur pajak :
a. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP dan/atau JKP
b. Nama, alamat, NPWP yang membeli BKP dan/atau JKP
c. Jenis barang atau jasa
d. PPN yang dipungut
e. PPnBM yang dipungut (jika ada)
f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak
g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Faktur Pajak cacat adalah faktur pajak yang tidak lengkap informasinya (sesuai
dengan informasi standar yang harus dimiliki oleh faktur pajak). Akibatnya adalah
perusahaan atau pengusaha tidak bisa mengkreditkan PPN masukan mereka.

Potensi risiko yang dapat terjadi atas faktur pajak sehingga perusahaan harus
menanggung tambahan biaya, yaitu perusahaan terlambat mengeluarkan faktur
pajak. Akibat keterlambatan ini perusahaan yang bertanggung jawab mengeluarkan
Faktur Pajak akan dikenakan denda dengan nominal tertentu (sesuai dengan
peraturan perpajakan).

Pengendalian internal yang dapat dilakukan oleh perusahaan terkait dengan


Faktur Pajak agar administrasi pajak menjadi efisien dan efektif adalah membuat
Faktur Pajak ditanggal paling awal ( saat penyerahan atau pembayaran lebih dulu
terjadi) dan memastikan bahwa di setiap transaksi pembelian perusahaan
mendapatkan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan bukti
pengkreditan. Karena tanpa adanya Faktur Pajak ini perusahaan tidak bisa
mengkreditkan PPN masukan yang telah mereka bayarkan. Selain itu, agar lebih
efektif dan efisien perusahaan juga bisa membuat term of payment yang tepat agar
perusahaan tidak perlu membayar terlebih dahulu pajak yang seharusnya ditanggung
oleh pihak lain. Term of payment yang paling baik adalh end of month.
2. Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut adalah penyerahan Barang Kena Pajak atau
Jasa kena Pajak kepada bendaharawan negara.Mekanisme PPNnya adalah pajak
keluaran yang harus kita bayar itu akan dipungut langsung oleh bendaharawan negara
yang bersangkutan.
Menurut saya, secara akuntansi PPN kepada pemungut tidak harus dicatat sebagai pajak
keluaran. Mengapa? Karena, pajak tersebut telah dipungut langsung oleh bendaharawan
negara sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan atau membayarkan apa-apa. Uang
yang diterima oleh perusahaan sudah dalam jumlah neto sehingga tidak perlu ada
pencatatan Pajak Keluaran atas PPN yang dipungut oleh bendaharawan negara.

3. Saran atas kebijakan perusahaan adalah untuk tidak memberlakukan penjualan kredit.
agar tetap sesuai aturan perpajakan dan tidak mengganggu cash flow perusahaan.

Penjelasan:

karena secara pajak, faktur pajak tergantung apa yang terlebih dahulu terjadi yaitu
penyerahan barang terlebih dahulu atau penerimaan pembayaran terlebih dahulu. Jika
perusahaan menerapkan sistem :

1. Penjualan tunai, tidak akan menjadi masalah jika faktur pajak diterbitkan saat
pembayaran karena akan sesuai aturan pajak

2. Penjualan kredit terbatas maksimal satu bulan, ini tidak menjadi masalah karena
pelaporan PPN maksimal tanggal 30 bulan berikutnya, hanya saja tanggal faktur pajak
harus sesuai dengan tanggal penyerahan barang agar tetap sesuai aturan pajak

3. Penjualan kredit jangka waktu 2-3 bulan dan piutang tak tertagih tidak dibuatkan faktur
pajak, ini tidak sesuai aturan pajak karena penyerahan barang sudah dilakukan terlebih
dahulu. dimana aturannya harus dilihat terlebih dahulu mana yg terjadi penyerahan
barang atau pembayaran terlebuh dahulu. sarannya adalah faktur pajak tetap harus dibuat
saat tanggal penyerahan barang. namun jika perusahaan ingin tetap sehat maka harus
diterapkan tidak menerima penjualan kredit lebih dari 1 bulan

4. Diketahui:
- Besaran kontrak = Rp130.000.000
- PPN (t) = 10%
- PPnBM (t) = 20%
Ditanya: besar PPN dan PPnBM terhutang
Jawaban:
a. PPN terhutang = t x nilai kontrak
(110+20)
= 10 x Rp 130.000.000
(110+20)
= Rp 10.000.000

b. PPnBM terhutang = t x nilai kontrak


(110+20)
= 20 x Rp 130.000.000
(110+20)
= Rp 20.000.000

5. Diketahui:
- Tanah 1000m, NJOP Rp1.000.000
- Bangunan 400m, NJOP Rp2.000.000
- NJOP-TKP daerah Semarang Rp10.000.000

Ditanya: PBB terhutang tahun 2020

Jawab:
- NJOP tanah = 1000 x Rp1.000.000 = Rp1.000.000.000
- NJOP bangunan = 400 x Rp2.000.000 = Rp 800.000.000 +
- Total NJOP tanah dan bangunan = Rp1.800.000.000
- NJOP-TKP = Rp 10.000.000 -
- NJOP-KP = Rp1.790.000.000
PBB terhutang = tarif x NJKP
= 0,2% x Rp1.790.000.000
= Rp3.580.000

6. Diketahui
- Harga perolehan = Rp400.000.000
- NJOP = Rp500.000.000
- NPOP-TKP = Rp 60.000.000
-
Ditanya: BPHTB terhutang

Jawab:
Dikarenakan Nilai perolehan < NJOP, Maka
Nilai Perolehan Objek Pajak = Rp500.000.000
NPOP-TKP = Rp 60.000.000 -
NPOP-KP = Rp440.000.000
Pajak yang terhutang = 5% x Rp440.000.000
= Rp 22.000.000

7. Dokumen yang dikenakan materai:

- Surat perjanjian dan surat-surat  lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat
perdata.

- Akta-akta notaris sebagai salinannya.


- Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya.

- Surat yang memuat jumlah Uang, yaitu;


a. Yang menyebutkan penerimaan uang;

b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di


bank;

c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;

d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah
dilunasi atau diperhitungkan.
- Surat berharga seperti wesel, promes, aksep , dan cek.

- Efek dalam nama dan bentuk apapun.

Dokumen yang tidak dikenakan materai berupa :


o Surat Penyimpanan Barang;
o Konosemen;
o Surat angkutan penumpang dan barang;
o Keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen sebagaimana
dimaksud dlm huruf a, b & c;
o Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
o Surat Pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
o Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana
dimaksud dalam hurup a sampai hurup f.
Cara pelunasan:

- CARA PELUNASAN BEA METERAI DENGAN METERAI TEMPEL


Pasal 7 ayat (3) s/d (6) UU No. 13 Tahun 19985
 METERAI TEMPEL direkatkan seluruhnya dng utuh dan
tidak rusak di atas dokumen yang dikenakan BEA METERAI.
 METERAI TEMPEL direkatkan di tempat dimana tanda tangan
akan dibubuhkan.
 Pembubuhan tanda tangan disertai dgn pencantuman tanggal,
bulan, dan tahun dilakukan dgn tinta atau yang sejenis dgn
itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan
sebagian lagi di atas METERAI TEMPEL.
 Jika digunakan lebih dari satu METERAI TEMPEL ,
tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua
METERAI TEMPEL dan sebagian di atas kertas.

- CARA PELUNASAN METERAI DENGAN KERTAS METERAI


Pasal 7 UU No. 13 Tahun 1985
a. Kertas meterai yg sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi (ayat 7)
b. Jika isi dokumen yang dikenakan BEA METERAI terlalu Panjang untuk dimuat
seluruhnya di atas KERTAS METERAI yang digunakan (ayat 8), MAKA: Untuk
bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan Kertas tidak bermeterai.
c. Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan BEA METERAI tidak dipenuhi,
dokumen yang Bersangkutan dianggap TIDAK BERMETERAI (ayat 9)

- CARA PELUNASAN BEA METERAI DENGAN MESIN TERAAN METERAI


SE-11/PJ.3/1986
1. Pengusaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada direktur PPN dan
PTLL atau kepala KPP, untuk memperoleh izin menggunakan MESIN TERAAN
2. MESIN TERAAN yang digunakan adalah MESIN TERAAN yang tidak dapat
melampui jumlah angka pembilang sesuai dengan jumlah penyetoran BEA
METERAI.
3. Perusahaan harus menyetor dimuka BEA METERAI sebesar Rp. 5.000.000,-
sebelum dikeluarkan izin penggunaan MESIN TERAAN METERAI.
4. Sebelum MESIN TERAAN digunakan dilakukan pemasangan segel.

8. Menurut pendapat saya, kenaikan bea materai menjadi sebesar Rp 10.000 per dokumen
bisa memperluas objek bea materai yang mana UU Bea Materai sebelumnya belum ada
aturan penyematan materai pada dokumen elektronik (digital). Melihat keadaan sekarang
dimana dokumen elektronik banyak digunakan, maka dengan objek bea materai bukan
hanya berlaku untuk dokumen fisik. Dan juga kebijakan ini pro masyarakat dan pelaku
UMKM karena dengan diberlakukan bea materai Rp 10.000, batas nominal nilai uang
dalam dokumen berubah yang semula lebih dari Rp 1 juta menjadi lebih dari Rp 5 juta.
Penyesuaian tarif tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan pendapatan per
kapita, daya beli masyarakat, dan kebutuhan penerimaan negara.

9. Pengertian : Pajak ganda diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua
negara terhadap subjek pajak dan atas objek pajak yang sama, serta dalam periode yang
identik. Dapat pula diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua negara
terhadap subjek pajak yang berlainan atas objek pajak yang sama

Akibat : Memberikan tambahan beban ekonomi terhadap pengusaha,Dengan adanya


perluasan usaha ke mancanegara akan mengudang risiko terkenapemajakan
berganda,Memicu ekonomi global dengan biaya tinggi dan menghambat mobilitas
globalsumber daya ekonomis

Penyebab : Pajak berganda internasional dapat disebabkan oleh pengenaan pajak atas
penghasilan yang sama akibat perbedaan asas pengenaan pajak di berbagai negara:
1.Asas sumber vs asas sumber
2.Asas world-wide vs asas sumber
3.Asas world-wide vs asas worldwide

10. Pengertian: Transfer pricing merupakan kebijakan perusahaan dalam menentukan harga


transfer atas transaksi barang, jasa, harta tidak berwujud maupun transaksi finansial yang
menjadi aktivitas perusahaan. Dapat juga diartikan sebagai besaran harga yang
dibebankan satuan usaha individual pada perseroan multi satuan usaha atas transaksi yang
terjadi di antara mereka.

Akibat:
- Transfer pricing berpotensi mengurangi penerimaan pajak negara, karena perusahaan
multinational cenderung menggeser kewajiban perpajakannya dari negara yang
memiliki tarif pajak lebih tinggi ke negara yang menerapkan tarif pajak lebih rendah.

- transfer pricing dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau dasar


pengenaan pajak atau biaya dari satu wajib pajak ke wajib pajak lainnya yang dapat
direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terhutang atas para wajib pajak
yang mempunyai hubungan istimewa.

- Selain itu, praktik transfer pricing dapat terjadi antar wajib pajak dalam negeri atau
antara wajib pajak dalam negeri dengan luar negeri, terutama berkedudukan di tax
haven countries.

Cara menghidar:
- Melaksanaan kesepakatan harga transfer atau lazim dikenal dengan istilah Advance
Pricing Agreement(APA) yaitu merupakan pelaksanaan Pasal 18 ayat (3a) Undang-
Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya serta Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 7/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pelaksanaan
Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement).
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.03/2020 mengatur mengenai tata cara
pelaksanaan kesepakatan harga transfer dan penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha (PKKU).  Ia menambahkan bahwa setidaknya ada empat hal yang
diatur, yaitu:
o Pertama, permohonan APA melalui formal application tanpa didahului
prosedur pembicaraan awal (prelodgement) sehingga lebih sederhana.
o Kedua, kelengkapan dokumen disampaikan setelah adanya pemberitahuan
bahwa permohonan APA dapat ditindaklanjuti.
o Ketiga, pengujian material atas permohonan APA yang telah memenuhi
kelengkapan dilakukan dengan menerapkan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha (PKKU).
o Terakhir, PKKU dalam ketentuan ini berlaku juga bagi Wajib Pajak dalam
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajibannya terkait dengan transaksi yang
dipengaruhi hubungan istimewa

Anda mungkin juga menyukai