Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit akibat kerja merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat. Upaya pembangunan kesehatan yang meliputi pencegahan,
pemeliharaan, pengobatan dan rehabilitasi juga berlaku terhadap
penanggulangan penyakit akibat kerja baik pada pekerja formal maupun
informal. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor yaitu fisik,
kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial. Contoh faktor fisik adalah akibat
tekanan panas yang berlebihan, suhu yang tinggi, kelembaban, cahaya,
benturan. Contoh faktor kimia yaitu penggunaan bahan-bahan kimia atau
paparan bahan kimia di atas ambang batas seperti natrium, aluminium dan
penggunaan bahan-bahan kimia lainnya. Contoh faktor biologis adalah
parasit, paparan jamur dan lain sebagainya. Contoh faktor ergonomi yaitu
angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitif,
penerangan, visual display terminal (VDT), dan lain-lain. Contoh faktor
psikososial adalah beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja
monoton, hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja, dan lain-lain.1
Produktivitas pekerja yang menurun disebabkan oleh banyak faktor.
Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah adanya penyakit akibat kerja.
Data dari World Health Organization (WHO) menemukan bahwa kasus
penyakit akibat kerja yang paling banyak adalah penyakit muskuloskeletal
(48%), penyakit paru obstruksi kronis (11%), gangguan kesehatan mental
(10%), tuli akibat bising (9%) dan keracunan pestisida (3%). Perlindungan
tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama. Tenaga kerja harus memperoleh
perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya yang dapat menimpa dan
1
mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. 2 Upaya mencegah
timbulnya penyakit khususnya pada tenaga kerja, dapat dilakukan dengan
berbagai cara pengendalian yaitu pengendalian secara teknik, administrasi dan
pemakaian alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri merupakan
syarat terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja.
Macam alat pelindung diri di antaranya alat pelindung kepala, pelindung
tangan, pelindung kaki, tali, dan sabuk pengaman. Pelindung hidung dan
mulut (masker) merupakan alat pelindung pernapasan dari penghisapan
(inhalasi) debu, gas, uap, kabut, asap, sehingga masker ini sangat diperlukan
oleh tenaga kerja.2
Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi
yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut
International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian
yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar
300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah
kematian karena penyakit akibat kerja di mana diperkirakan terjadi 160 juta
penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.2
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya
perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Tujuan K3 adalah mencegah,
mengurangi bahkan menghilangkan risiko penyakit dan kecelakaan akibat
kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para tenaga medis
sehingga produktivitas kerja meningkat.3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga medis
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh bahaya penyakit di rumah sakit sehingga sudah
seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di

2
rumah sakit. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di
dalam akreditasi rumah sakit, di samping standar pelayanan lainnya.3
Salah satu tempat kerja pada pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan
salah satu pelayanan di rumah sakit yang mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan keperawatan sementara serta
pelayanan gawat darurat bagi pasien yang datang dengan kegawatdaruratan
medis. Pelayanan ini bersifat penting (emergency) sehingga diwajibkan untuk
melayanani pasien 24 jam sehari secara terus menerus. Instalasi ini terdiri dari
Dokter jaga, Dokter ahli, perawat yang telah mendapatkan pelatihan
penanganan kegawatdaruratan. Di IGD dokter dan perawat merupakan suatu
tim kesehatan garis depan yang menghadapi masalah pasien dalam 24 jam
secara terus menerus sehingga kondisi ini dapat menyebabkan kejenuhan kerja
dan beban kerja yang tinggi. IGD juga memiliki risiko pekerjaan yang
ditimbulkan dari pasien atau bahaya yang dapat timbul dari ruang IGD itu
sendiri. Hal ini dapat menyebabkan bahaya bagi petugas IGD dan penurunan
kinerja petugas IGD jika tidak dilakukan penanganan untuk mengatasi bahaya
kerja tersebut.3
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Roemani Muhammadiyah Semarang
merupakan salah satu tempat pelayanan gawat darurat yang juga dapat
menyebabkan bahaya kerja sehingga dapat menyebabkan penyakit akibat
pekerjaan. Berdasarkan alasan tersebut, penilaian bahaya potensial di tempat
kerja dan faktor risiko ergonomi yang dapat terjadi di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) digunakan untuk dasar penelitian ini.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
3
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi faktor-faktor risiko yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja atau
perusahaan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa bahaya potensial di suatu
perusahaan atau tempat kerja
b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa risiko kesehatan atau
keselamatan yang dapat ditimbulkan oleh bahaya potensial di suatu
perusahaan atau tempat kerja
c. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa faktor risiko ergonomi di
tempat kerja
d. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa risiko kesehatan atau
keselamatan yang dapat ditimbulkan oleh faktor risiko ergonomi di
suatu perusahaan atau tempat kerja
e. Mampu mengidentifikasi dan memberikan masukan terkait langkah-
langkah pengendalian untuk mencegah risiko kesehatan atau
keselamatan

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan dan pengalaman
mengenai manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Bagi Perusahaan atau Tempat Kerja
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk proses
evaluasi berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja
atau perusahaan
3. Bagi Fakultas Kedokteran UNIMUS
Dapat digunakan sebagai kepustakaan yang digunakan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran okupasi
4
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai acuan dan referensi pada penelitian berikutnya mengenai
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Anda mungkin juga menyukai