Anda di halaman 1dari 14

PERNIKAHAN DINI 2 REMAJA DI BINUANG KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KASUS
Diajukan untuk pengganti Ujian Tengah Semester mata kuliah Psikologi Perkembangan II
Dengan Dosen Pengampu Ibu Fidia Hanan Zahara, M.Psi, Psikolog

Dibuat Oleh:

ASEP BUDIMAN

1176000031

3C

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2018/1440
Paparan Kasus

Dilansir dari berbagai media online ataupun cetak, pada tanggal 12 juli 2018 tepatnya kamis
malam telah terjadi pernikahan siri antara 2 remaja asal Desa Tungkap Kecamatan Binuang Kabupaten
Tapin Kalimantan Selatan yang berinisial ZA dan IB. Pernikahan ini terbilang fenomenal, bukan karena
resepsinya yang mewah menghabiskan milyaran rupiah tapi karena mempelai dari kedua pengantin ini
yang masih dibawah umur, dimana ZA sang mempelai lelaki masih berumur 14 tahun dan baru lulus SD,
sedangkan IB sang mempelai perempuan baru berumur 15 tahun dan masih berada di bangku kelas 2
SMP. Kedua ramaja ini dinikahkan secara siri oleh imam masjid ditempat sekitar atas permintaan dari
nenek pempelai laki-laki, dengan alasan untuk menghindari hal yang tak diinginkan.

ZA sendiri tinggal bersama neneknya semenjak ia berumur satu tahun, dikarenakan kedua
orangtuanya berpisah. Sedangkan IB tinggal dengan orangtua angkatnya dikarenakan orangtuanya yang
sudah meninggal. Sementara kedua orangtua ZA tinggal di Desa Cabe Kecamatan Simpang Kabupaten
Banjar Kalimatan selatan.

Menurut pemaparan beberapa sumber online, bahwasanya pernikahan kedua remaja ini
didasari oleh rasa cinta, tanpa ada paksaan ataupun perjodohan dari pihak ketiga. ZA menuturkan
bahwa ia sangat mencintai gadis manisnya dan tak mau kehilangannya. Kisah cinta mereka bermula
ketika mereka bertemu di pasar malam di dekat tempat tinggal mereka, setelah pertemuan tersebut
mereka mulai berkomunikasi via chat WhatsApp hingga menjalin hubungan sampai satu bulan sebelum
memutuskan untuk menikah. Selama mereka pacaran, mereka kerap menghabiskan waktu bersama,
pergi kemana-mana bersama dan terkadang mereka pulang sampai larut malam, hingga suatu ketika
neneknya memergoki mereka pulang larut malam ke rumah neneknya ZA dan di situ neneknya
menanyakan apakah ZA ada keinginan untuk menikah, dan lucunya ZA pun meng-iyakan. Dari situlah
awal mula pernikahan siri itu terjadi. Pernikahan siri tersebut tidak di hadiri oleh kedua orangtua ZA,
namun hanya dihadiri oleh keluarga dekat dari kedua keluarga, dan untuk maharnya pun hanya sebesar
100Ribu Rupiah.

Pernikahan 2 remaja ini tentunya sangat mengejutkan public. Karena dilihat dari wajah mereka
pun masih terbilang sangat polos sehingga terlalu menggelikan karena faktanya pernikahan ini benar
terjadi. Menurut sumber online disebutkan bahwa pada IB akan dipasang KB implant untuk menunda
kehamilan. Pihak KUA sendiri menyatakan bahwa pernikahan ini tidak sah, baik secara agama maupun
secara aturan hokum Negara, dan untuk peresmian pun baru bisa dilakukan sekitar 3 tahun lagi sampai
mereka mencapai usia 17 tahun dan keputusan ini pun sudah diberitahukan kepada pihak keluarga.
Lantas mengapa pernikahan ini bisa terjadi pada remaja yang baru lulus SD dan Remaja kelas 2 SMP?
Mari kita bahas lebih lanjut dilihat dari beberapa aspek yang bisa melatarbelakangi terjadinya
pernikahan ini.
INFORMASI TAMBAHAN

 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan batas usia


menikah ideal adalah 21 tahun, tetapi jika mendapatkan izin orang tua, batas usia bagi
perempuan adalah 16 tahun dan pria 19 tahun.

 Provinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu daerah di Indonesia dimana


pernikahan dini banyak terjadi. Salah satu langkah yang diambil pemerintah
untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendirikan Pusat Pembelajaran Keluarga
(Puspaga). "Karena KPPA punya mandat cukup kuat untuk bicara pengasuhan
dan keluarga, tahun 2016, dan menyadari bahwa belum banyak dampingan-
dampingan untuk keluarga yang berupa layanan yang dilakukan tenaga
profesional, psikolog, yang paham tentang pengasuhan anak dan diharapkan
keluarganya yang bisa kesetaraan gender dan hak anak. Di Kalimantan Selatan,
sejak setahun ini terdapat dua buah Puspaga, yaitu di kota Banjarmasin dan
kabupaten Hulu Sungai Utara. Pusat ini bekerja sama dengan pihak Kantor
Urusan Agama dan pengadilan agama disamping majelis taklim di masyarakat.

 Sementara kemampuan ekonomi dan kebiasaan masyarakat menjadi sejumlah


alasan utama terjadinya pernikahan dini, seperti di kabupaten Tapin. Menurut
Bupati Tapin, Gusti Syahrar bahwa "Banyak anak-anak, remaja, sudah bekerja
sendiri. Kemudian juga latar belakang keluarganya ternyata usia perkawinan
mereka rata-rata di antara 15 dan 16 tahun. Jadi cukup muda juga".

 Bahaya Pernikahan Dini menurut UNICEF:

 Wanita usia 10-14 tahun memiliki risiko lima kali lebih besar untuk meninggal
saat hamil dan persalinan daripada wanita usia 20-24 tahun.
 85% wanita mengakhiri pendidikan setelah menikah.
 Wanita yang menikah dini memiliki risiko tinggi untuk mengalami kecemasan,
depresi, dan pikiran bunuh diri.
 Mereka masih tidak mengerti hubungan seks aman, sehingga meningkatkan risiko
infeksi menular seksual seperti HIV.
 Pengantin anak memiliki peluang besar untuk mengalami kekerasan fisik,
psikologis, emosional, dan isolasi sosial.
 Pernikahan seharusnya dilakukan karena pasangan telah siap secara psikologis,
emosional, fisik, serta finansial.
ANALISIS

1. ASPEK FISIK

Pubertas

Pada tahap ini terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, saat dimana
kriteria kematangan seksual muncul haid pada anak perempuan dan pengalaman mimpi basah pada anak
laki-laki. Ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diprosduksi dalam organ-organ seks.

Yang menyebabkan munculnya pubertas. Proses ini melibatkan langkah-langkah berikut:

 Otak mulai memproses. Bagian otak membuat hormon yang disebut sebagai gonadotropin-releasing
hormone (Gn-RH).
 Kelenjar pituitari melepaskan lebih banyak hormon. Gn-RH menyebabkan kelenjar pituitari (kelenjar
berbentuk kacang kecil di dasar otak) untuk melepaskan hormon lagi. Hormon-hormon tersebut disebut
sebagai luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
 Hormon seks diproduksi. LH dan FSH menyebabkan ovarium untuk memproduksi hormon yang terlibat
dalam pertumbuhan dan perkembangan karakteristik seksual perempuan (estrogen) dan testis untuk
memproduksi hormon yang bertanggung jawab pada pertumbuhan dan perkembangan karakteristik seksual
laku-laki (testosteron).
 Perubahan fisik terjadi. Produksi estrogen dan testosteron menyebabkan perubahan fisik pubertas.

Pubertas pada anak perempuan

Perempuan biasanya sudah memasuki usia pubertas pada usia 8-13 tahun. Usia ini sangat
bervariasi, bahkan ada yang lebih dini sebelum usia 8 tahun atau lebih lambat setelah usia 13 tahun.

Tanda pertama pubertas

Tanda pertama pada anak perempuan pubertas biasanya adalah puting payudara yang mulai
muncul. Bagian payudara biasanya menjadi sangat lembut dan mulai membesar setelah beberapa bulan.
Selain itu, rambut pada kemaluan juga sudah mulai tumbuh, diikuti dengan pertumbuhan rambut pada
ketiak. Jika anak sudah mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut pada kemaluan dan
ketiak, tandanya sebentar lagi anak akan mencapai puncak pertumbuhannya dan juga akan mengalami
menarche.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Kurang lebih setelah 1-2 tahun tanda-tanda pertama pubertas tersebut muncul, kemudian tubuh
anak akan mulai membangun lemak, terutama di dada dan sekitar pinggul dan paha, mengarah seperti
perempuan dewasa. Tubuh anak akan mulai membesar, terutama pada lengan, paha, tangan, dan kaki anak.
Pada saat ini, berat badan anak perempuan akan bertambah. Selain tubuh anak yang mulai besar karena
terjadi peningkatan lemak dan berat badan, tinggi anak juga bertambah. Ingat, puncak pertumbuhan tinggi
badan pada perempuan terjadi sebelum anak perempuan mendapatkan menarche. Oleh karena itu, sebelum
anak perempuan mendapatkan menarche, penting bagi Anda untuk selalu mencukupi kebutuhan
nutrisinya untuk membantu memaksimalkan pertumbuhan tinggi badan anak. Banyak orang berpikir bahwa
tanda anak perempuan sudah memasuki usia pubertas adalah pada saat ia sudah mendapatkan menstruasi
pertamanya (menarche). Namun, jauh sebelum itu, ketika tubuh anak sudah menunjukkan berbagai
perubahan menuju ke bentuk tubuh seperti perempuan dewasa, sebenarnya anak sudah memasuki usia
puber. Menarche biasanya dimulai sekitar 18 bulan sampai 2 tahun setelah anak menunjukkan tanda-tanda
pubertas pertamanya. Pada umumnya, anak perempuan mendapatkan menstruasi pertamanya pada usia 13
tahun, tapi ini sangat bervariasi.

Pubertas pada anak laki-laki

Berbeda dengan anak perempuan, pubertas pada anak laki-laki biasanya mulai lebih lambat. Pada
umumnya, anak laki-laki akan menunjukkan tanda-tanda pubertas pertamanya pada usia 10-16 tahun, usia
ini juga sangat bervariasi antar anak.

Tanda pertama pubertas

Pada laki-laki, tanda pertama yang menunjukkan bahwa ia sudah mulai memasuki masa pubertas
adalah pembesaran ukuran testis. Umumnya, hal ini terjadi rata-rata pada usia 11 tahun. Setelah itu, diikuti
dengan pembesaran ukuran penis. Berikutnya, rambut keriting pada kemaluan mulai tumbuh, juga pada
ketiak anak.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Testis dan penis akan terus membesar sampai mencapai ukuran dewasa. Saat proses ini, anak laki-
laki sudah bisa mengalami ereksi dan juga ejakulasi. Ejakulasi pertama kali atau spermarche biasanya
menjadi tanda pubertas pada laki-laki yang paling mudah dikenali. Hal ini biasanya terjadi antara usia 12-
16 tahun, tapi juga bervariasi antar anak. Ejakulasi ini biasanya ditandai dengan mimpi basah, tapi ereksi
sendiri bisa secara spontan terjadi saat anak bangun tidur tanpa alasan yang jelas. Pada anak laki-laki,
puncak pertumbuhan akan terjadi sekitar 2 tahun setelah tanda-tanda pertama pubertas muncul. Pada saat
ini, anak laki-laki akan mengalami puncak pertumbuhan tinggi badan dan berat badannya secara bersama-
sama. Jika perempuan akan memiliki massa lemak yang lebih besar, maka laki-laki akan memiliki massa
otot yang lebih besar. Bentuk dada laki-laki juga akan lebih lebar, mengarah seperti lelaki dewasa. Beberapa
anak mungkin mengalami pembesaran jaringan payudara atau biasa disebut dengan ginekomastia. Namun,
jangan khawatir, biasanya hal tersebut akan hilang dalam waktu 6 bulan atau lebih dan ini hal yang normal
terjadi. Kumis atau jenggot mungkin akan tumbuh pada beberapa anak. Selain itu, juga terjadi perubahan
pada suara laki-laki menjadi lebih berat. Jerawat juga bisa bermunculan di wajah, ini adalah hal yang umum,
tidak hanya pada anak laki-laki tetapi juga pada anak perempuan. Jerawat bisa disebabkan oleh hormon
pubertas yang memicu kelenjar di bawah kulit untuk memproduksi minyak/ sebum lebih banyak, sehingga
bisa menyumbat pori-pori. (https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/ciri-puber-pada-anak/)

Jika dilihat dari usia ZA yaitu 14 tahun dan IB 15 tahun. Seharunya mereka sudah memasuki masa puber
dan ciri-ciri pubertas pun sudah terjadi pada mereka. IB harusnya sudah mengalami menstruasi dan ZA
sudah mengalami mimpi basah. Kelenjar-kelenjar sex pun sudah mulai berkembang pada diri mereka,
karena jika dilihat dari umur harusnya sudah pubertas. Hanya saja mungkin, pertumbuhan tubuhnya yang
relative kurang baik sehingga kesannya mereka masih terlihat polos seperti anak-anak. Karena masa puber
ini dan ciri-ciri fisik yang muncul dan juga kebiasaan dari daerah sekitar dimana umur belia sudah bekarja
dan usia pernikahan yang relative rendah bisa salah satu penyebab yang membuat ZA dan IB memilih untuk
menikah ketimbang berpacaran lama-lama.

OTAK

Masa remaja kurang lebih dimulai dari usia 11 – 20 tahun (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Dapat
dikatakan masa remaja merupakan kesempatan untuk mengembangkan otak yang lebih advanced, namun
dapat juga dikatakan sebagai masa yang rentan, terlebih jika terpapar oleh neurotoxins seperti rokok,
alkohol, dan narkoba (Chamberlain, n.d.). Menurut Elkind (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2007),
pemikiran remaja cenderung immature. Ketidakdewasaan ini muncul dalam enam karakteristik:

Idealism dan criticalness: Remaja memiliki pandangan bahwa dunia mereka adalah dunia ideal. Seiring
dengan perkembangan verbal reasoning dan berbagai informasi yang mereka serap, mereka meyakini
bahwa mereka lebih tahu dibandingkan individu dewasa. Argumentativeness: Remaja pada umumnya selalu
mencari kesempatan untuk mencari dan menunjukkan kemampuan mereka, mereka menjadi argumentatif.
Indecisiveness: Remaja dapat memiliki berbagai alternatif di saat yang bersamaan namun belum memiliki
strategi yang efektif untuk memilih. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk memutuskan hal-hal yang
sederhana. Apparent hypocrisy: Remaja cenderung tidak dapat membedakan cara mengekspresikan
idealisme dengan melakukan pengorbanan yang sesuai dengan idealismenya. Self-consciousness: Pada
masa ini remaja dapat berpikir mengenai pikiran mereka sendiri. Mereka sering berasumsi bahwa semua
orang memiliki pikiran yang sama dengan dirinya, berpusat pada dirinya. Specialness dan invulnerability:
Remaja pada umumnya memiliki keyakinan bahwa dirinya spesial dan pengalaman mereka sangat unik.
Menurut Elkind pola pemikiran ini merupakan bentuk egosentrisme yang mendasari tingkah laku yang
berisiko dan berbahaya.
Berikut ini merupakan beberapa fakta mengenai otak remaja (Chamberlain, n.d.):

1. Otak berkembang dari area paling belakang ke depan (bottom-up)

Brain-stem & mid-brain merupakan area yang berkembang lebih dulu. Area ini mengatur fungsi
tubuh yang mendasar seperti tekanan darah dan suhu tubuh. Berikutnya area limbic dan cerebral
cortex. Limbic system merupakan area utama yang mengatur emosi, sedangkan cerebral cortex bertanggung
jawab atas proses reasoning, logika, dan pengambilan keputusan. Dapat dikatakan cerebral
cortex merupakan CEO dari otak.

Pada saat remaja menjadi dewasa, otak mereka menjadi lebih cepat, tajam, dan terspesialisasi.
Mereka mengembangkan kemampuan menalar, kapasitas untuk berpikir abstrak dan kritis, mereka
memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa, mampu menganalisis isu yang kompleks, dan
mengevaluasi alternatif solusi. Walaupun remaja memiliki kapasitas untuk belajar dan mengingat informasi
yang sangat berkembang, pada masa ini mereka cenderung kesulitan untuk membuat prioritas dan
mengorganisasikan tugas. Karena itu remaja membutuhkan arahan dari orang dewasa saat mengembangkan
keterampilan ini.

2. Transisi pada “otak emosi”


Masa remaja merupakan masa yang penuh “drama”. Yang perlu dipahami adalah pada masa ini
remaja mengandalkan amygdala yang mengontrol aspek emosi. Karena itu aspek emosi dirasakan lebih
intens, nyata, dan mereka cenderung menggunakan aspek emosi dalam merespon situasi. Mereka juga
masih dalam proses belajar untuk mengenal dan merespon aspek emosi tersebut. Karena itu, otak remaja
yang masih berkembang rentan terhadap stres. Mereka cenderung over-reaktif, meledak-ledak, dan
mungkin sampai melanggar aturan. Mereka dapat marah dan menangis tanpa mengerti alasannya. Walau
demikian, seiring berkembangnya cerebral cortex, proses menalar dan menilai menjadi lebih terarah.
3. Otak laki-laki vs perempuan
Otak laki-laki Lebih banyak white matter (sel penghubung) Membantu dalam mentransfer
informasi ke seluruh area otak, meningkatkan kemampuan spasial, Amygdala & hypothalamus Kedua
struktur ini bertanggung jawab atas respon tubuh. Menjelaskan minat laki-laki terhadap olahraga fisik,
dorongan seksual yang lebih besar, serta kebutuhan untuk lebih banyak bergerak, Ritme perkembangan
lebih lambat dibanding perempuan. Sedangkan otak perempuan Lebih banyak gray matter (inti sel) Efisien
dalam memproses informasi, baik dalam kemampuan verbal, Hippocampus Bagian ini membantu proses
transfer informasi ke long-term memory, dipercaya menjelaskan keterampilan sosial pada perempuan,
Ritme perkembangan lebih cepat.
Jika dilihat dari pemaparan di atas bahwa perkembangan otak pada diri ZA dan IB sangat berpengaruh
dalam pengambilan keputusan mereka untuk menikah dini. Salah Dari 6 ciri ketidakdewasaan yang
disebutkan yaitu Self-consciousness, dari pengertian Self-consciousness itu sendiri yang merujuk pada
memiliki pemikiran yang sama dengannya, bisa jadi ZA dan IB berasumsi bahwa orang lain pun akan setuju
akan sepemikiran jika mereka berdua melakukan pernikahan dini ketimbang berpacaran lama-lama terlepas
dari umur mereka yang masih belia, karena dari frame otak mereka sudah terdapat Self-consciousness ini.
jika dilihat dari fakta mengenai otak itu sendiri, bisa dilihat bahwa ZA dan IB ini karena masih remaja awal
dan juga di asuh bukan oleh orangtua aslinya bisa jadi orangtua yang mengasuh mereka belum mampu
mengarahkan ketrampilan mereka khususnya dalam mengambil keputusan, sehingga terciptalah keputusan
akhir untuk menikah dini, Karena kerja otak dalam pengambilan keputusan belum berkembang dengan
baik. Dan juga bisa dipengaruhi dari amygdala yang berkembang pada mereka yang membuat mereka nekat
untuk menikah dini karena pemikiran akan masa depannya belum tersusun utuh. Jika dilihat dari
perkembangan otak, dimana IB ini lebih aktif dalam komunikasi. Dalam tayangan salah satu acara televise
bahwa IB lah yang memulai komunikasi dengan ZA, dan juga bisa dilihat bahwa IB lebih aktif dalam
menjawab pertanyaan presenter terhadap pernikahan mereka, ini sesuai dengan salah satu ciri otak dari
perempuan yang menyebutkan bahwa otak perempuan Lebih banyak gray matter (inti sel) Efisien dalam
memproses informasi, baik dalam kemampuan verbal.

HORMON
Androgen adalah hormone seks yang biasanya diproduksi ole testis pria. Androgen membantu
memulai perkembangan testis dan penis pada janin laki-laki. Setelah pubertas hormone androgen khususnya
testosterone memainkan peran dalam pengaturan gairah seks. Sedangkan estrogen adalah hormone seks
yang umumnya diproduksi oleh Rahim wanita yang merangsang pertumbuhan seks anak perempuan, seperti
halnya payudara dan rambut kelamin yang dikenal sebagai karakteristik seks sekunder. Estrogen ini juga
berpengaruh dalam mengatur siklus menstruasi. Selain dua hormone tadi ada juga hormone lain Adrenalin
merupakan hormone tahap awal bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, hormon dopamin yang
berpengaruh pada rasa menyenangkan dari jatuh cinta, gembira, motivasi, dan rasa percaya diri. Meski
demikian, jika hal tersebut berlangsung berlebihan bisa berbahaya.

Jika dilihat dari segi hormone yang sudah di paparkan diatas, untuk kasus ini menurut saya hormone jatuh
dopaminlah yang paling sangat berpengaruh, mengingat bahwa pernikahan ini didasari oleh rasa cinta
taknpa paksaan. Di berita disebutkan bahwa ZA dan IB setelah mereka pacaran terus kemana-mana berdua
seperti yang ta mau dipisahkan, hal tersebut bisa terjadi karena pengaruh hormone adrenalin dan dopamine.
Hormone dopamine yang memicu kebahagiaan sangat berpangaruh besar dalam pembentukan keputusan
ZA dan IB. mereka tak mampu membendung hantaman dari hormone dopamine ini.

DNA

DNA adalah suatu asam nukleat yang menyimpan segala informasi biologis yang unik dari setiap makhluk
hidup dan beberapa virus. Struktur kimianya berupa makromolekul kompleks yang terdiri atas 3 macam
molekul, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), asam fosfat, dan basa nitrogen. Segmen DNA yang membawa
informasi genetik ini disebut gen, tetapi urutan DNA lain yang memiliki tujuan struktural, atau terlibat
dalam mengatur penggunaan informasi genetik.
Jika dilihat dari sudut pandang DNA, mangapa ZA dan IB bisa memutuskan menikah dini karena bisa jadi
pengaruh genetika dari orangtuanya juga. Bisa dilihat menurut berita bahwa nenek dari ZA berumur 45
tahun sedangkan ZA sendiri berumur 14 tahun, selisih antara umur mereka adalah 31 tahun. Dari
perhitungan usia tersebut saya simpulkan bahwa ibu dan nenek dari ZA juga melakukan pernikahan dini.
Karena jika dilihat dari usia, nenek ZA ini mempunyai cucu sekitar usia 31-32 tahun. Hal tersebut bisa
berpengaruh terhadap keputusan ZA untuk menikah muda.

ANALISIS ASPEK FISIK

Jika melihat semua teori dari mulai pubertas, otak, hormone dan DNA. Alasan mengapa Z dan IB
memutuskan untuk menikah mudah bisa muncul alasan tersendiri. Dari segi fisik sendiri seperti yang diatas
sudah dijelaskan bahwa mereka sudah masuk masa pubertas dimana hormone seks pun sudah mulai
berkembang, dan juga dari perkembangan otak nya pun, jelas keputusan mereka sangat dipengaruhi oleh
amygdala yang mengatur emosi mereka, salah satunya emosi bahagia mereka. Dan yang terpenting adalah
factor dari hormone dopamine yang membuat mereka memutuskan menikah muda, karena rasa cinta yang
terlalu besar dan rasa takut kehilangan yang besar pula yang belum bisa mereka control. Faktor DNA pun
memainkan perannya, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, bahwa keputusan ZA dan IB untuk
menikah muda karena factor keturunan yang memengaruhi, dimana nenek ZA ini juga terbilang masih
muda sebagai seorang nenek dengan usia ZA yang saat ini jalan 14 tahun.

2. ASPEK KOGNITIF

PEMIKIRAN, PENALARAN, PROBLEM SOLVING


Pada pandangan Piaget (1952) kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari
hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu
individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara
genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-
sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia
mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-
kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun). Yang akan kita
bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu, sedangkan dua tahap yang lain,
yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11/12-dewasa), akan kita bicarakan pada
masa awal pubertas dan masa remaja. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah
tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional.
Pada tahap Operasional Formal yaitu pada usia 12 tahun sampai dewasa, pada tahap ini anak
mulai Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial.
Dilihat dari pemaparan diatas bahwa ZA dan IB ini sudah masuk ke tahap operasional formal
dimana mereka harusnya sudah mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara
ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah. Dalam hal pemikiran sendiri, pada diri ZA dan IB ini sudah
mulai tumbuh pemikiran kearah depan, senada dengan yang di sebutkan dalam berita bahwa ZA dan IB
memutuskan untuk menikah dini karena mereka punya pemikiran takut untuk putus. Selanjutnya dari segi
penalaran, ZA berucap bahwa ia memilih menikah karena ia sudah siap, dan juga karena ia sudah bisa
untuk bekerja karena terbiasa membantu kakeknya. Ini berarti bahwa penalaran akan masa depannya
sudah mulai terbentuk pula namun belum sempurna. Untuk pemecahan masalah sendiri, dilihat dari
usianya seharusnya mereka sudah mampu untuk memcahkan masalah namun belum sempurna, dan
pilihan untuk menikah adalah pilihan yang tepat untuk menghindari perbuatan yang tidak diinginkan.
Namun, yang tidak bisa dibenarkan adalah bahwa umur mereka terbilang masih remaja awal, dimana pola
pikir dalam aspek penalaran, dan problem solving pun belum bisa terbentuk secara utuh masih pada tahap
belajar. Karena kemungkinan timbulnya masalah yang lebih komplek kedepannya sangat besar yang di
khawatirkan belum bisa mereka hadapi dan tangani dengan baik meski mereka sudah masuk tahap
operasional formal dari Piaget.

PEMAHAMAN BAHASA
Aspek kognitif sangat berperan penting dalam perkembangan bahasa. Keterkaitan bahasa dengan
kognitifnya terletak pada asumsi bahwa bahasa mempengaruhi pandangannya terhadap dunia, serta
mempengruhi pikiran individu yang menggunakan bahasa itu. Pemahaman seseorang terhadap bahasa
atau kata akan mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Seperti halnya orang jepang yang
mempunyai kognitif (pikiran) yang tinggi karena mereka mempunyai banyak kosa kata dalam
mengungkapkan realitas, mereka mempunyai pemahaman yang mendetail terhadap realitas. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Whorf. Bahasa atau kata-kata merupakan bentuk pemberian simbol pada
realita faktual. Pemberian simbol ini dipengaruhi oleh faktor subjeknitas kebudayaan dan individu.
Subjeknitas ini terlihat ketika manusia dari latar belakang yang memahami dengan kehendaknya sendiri.
Oleh karena itu apa yang ada dalam kognitif setiapa individu akan mempengaruhi penyebutan atau
pemberian nama terhadap suatu objek.
Dari perkembangan bahasa ini, jika melihat usia dari IB yang sudah berumur 15 tahun seharunya sudah
mempunyai pembendaharaan bahasa yang cukup baik. Bisa dilihat dari dialog di salah satu acara
televise bahwa IB sudah bisa untuk menjelaska alasannya untuk memilih menikah dini. Sedangkan ZA
yang sudah berumur hampir 14 tahun namun baru lulus SD, menurut saya ZA dalam pemahaman
bahasanya belum sebaik IB karena dilihat dari segi pendidikan pun berbeda. Jika dilihat dari
perkembangan pemahaman bahasa ZA dan IB ini sudah memasuki Masa kalimat majemuk : dua
tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat
yang lebih panjang dan sempurna,baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga
susunan bahasanya terdengar lebih sempurna. Bisa dilihat dari ZA saat ijab qabulnya, dan cara
mereka memberi alasan.
ANALISIS ASPEK KOGNITIF
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa ZA dan IB ini sudah memasuki tahap operasional formal dari
Piaget. Dimana pada tahap ini seharunya mereka sudah mampu untuk berpikir abstrak dan dapat
menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah. Menurut mereka bahwa
keputusan mereka untuk menikah muda adalah cara mereka menyelesaikan masalah. Seperti yang
dibahasa pada bagian otak bahwa amygdala mereka sangat aktif dalam menentukan keputusan mereka.
Padahal, dari keputusan mereka untuk menikah muda sebagai salah satu langkah unuk memecahkan
masalah justru bisa menimbulkan masalah lain yang jauh lebih rumit. Sedangkan dari segi pemahaman
bahasa. Jika dilihat dari usia mereka sudah masuk ke tahap masa kalimat majemuk dimana mereka sudah
mampu mengucapkan kalimat yang panjang dan sempurna baik berupa kalimat majemuk atau pun
pertanyaan. Bisa dilhat dari cara IB dan ZA memberikan alas an terhadap pernikahan mereka.

3. ASPEK PSIKOSOSIAL
EMOSI
Menurut Syamsudin (2004:114) “emosi dapat didefinisikan sebagai suatu suasana perasaan
yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya
perilaku”. Emosi menjadi isu menarik pada usia remaja. Masa remaja sering disebut sebagai masa
topan dan badai (Hurlock). Istilah tersebut muncul tidak lain karena gejolak emosi yang terjadi
pada masa remaja yang begitu dinamis. Masa remaja awal adalah masa dimana terjadinya fluktuasi
emosi (naik-turun) yang intensitas waktunya lebih sering. Remaja dapat menjadi manusia yang
paling bahagia suatu waktu dan kemudian menjadi manusia paling menyedihkan di saat lainnya.
Emosi yang terjadi pada masa remaja lebih dapat terpovokasi oleh lingkungan luarnya, misalnya
sewaktu-waktu mereka dapat sangat marah kepada orang tuanya dan memproyeksikan kemarahan
mereka kepada orang lain. Menurut Hurlock (1997:213) “meskipun emosi remaja seringkali sangat
kuat, tidak terkendali dan tampak irrasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi
perbaikan perilaku emosional”.

Dari pemaparan di atas jelas bahwa kenapa IB dan ZA memilih untuk menikah dini, karena emosi
mereka belum setabil, mereka belum mampu meregulasi emosi. Bisa jadi sekarang mereka sangat
bahagia karena pernikahannya dan bisa jadi pula pada hari berikutnya mereka malah merasa aneh
tentang pernikahan mereka. Karena emosi mereka masih terus berubah-ubah yang di pengaruhi
oleh factor dari eksternal misalnya gunjingan orang lain terhadap pernikahannya.

MORAL

Moral dapat diartikan sebagai tata cara atau adat istiadat, meneurut kbbi moral diartikan dengan
akhla, budi pekerti. Tahap perkembangan moral menurut Piaget ada dua yaitu tahap heteronomous
(<11-12 tahun) dimana pada tahap ini aturan dipandang sebagai paksaan dari orang lebih dewasa,
dan juga menilai perilaku moral berdasarkan konsekuensinya, hukuman di pandang sebagai
otomatis dari pelanggaran. Sedangkan pada tahap autonomous (> 11-12 tahun) aturan dipandang
sebagai kesepakatan bersama, menilai perilaku moral berdasakan pelakunya, hukum dipandang
sebagai hal yang tidak serta merta, namun dipengaruhi oleh niat pelakunya. Sedangkan tahapan
moral menurut Kohlberg terbagi menjadi tiga yaitu tahap prekonvensional (4-10 tahun), tahap
konvensional (10-13 tahun) dan tahap pascakonvensional (13-dewasa).

Jika dilihat dari tahapan moral menurut Piaget, ZA dan IB bisa dikategorikan ke dalam tahap
autonomous karena usia mereka lebih dari 12tahun. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa mereka
tentunya harus sudah mengetahui aturan-aturan yang ada dimasyarakat. Meskipun ZA baru lulus
SD tapi jika dilihat dari segi umur harusnya ia suda paham akan aturan. Sedangkan jika dilihat dari
tahapan moral menurut Kohlberg, ZA dan IB ini masuk pada tahap pascakonvensional, dimana
pada tahap ini harusnya mereka sudah mampu mandiri. Pada kasus ini mengenai moral dari ZA
dan IB ini sebenarnya tidak salah juga karena mereka tidak berbuat criminal. Karena kebanyakan
di daerahnya banyak yang melakukan pernikahan dini pula. Hanya saja jika dilihat menurut UU
usia mereka belum bisa untuk melakukan pernikahan yang sah.

POLA ASUH

Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsistensi dari
waktu ke waktu. Terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan permisif. Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam
mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya
pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh otoriter ini sebaliknya cenderung menetapkan standar
yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau
makan, maka tidak akan diajak bicara. Pola asuh permisif ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.

Jika dilihat dari pemaparan diatas, kasus ZA dan IB ini masuk ke dalam pola asuh yang demokratis. Dari
pola asuh demokratis bahwa nenek ZA dan orangtua dari IB ini memberikan kebebasan kepada mereka
untuk menentukan pilihan.

ATTACHMENT

Attachment adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang
bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu attachment yang bersifat kekal sepanjang waktu.
Attachment merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment
behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Attachment adalah ikatan
emosional yang mendalam dan abadi yang menghubungkan satu orang ke orang lain di waktu dan
ruang ( dalam Ainsworth, 1973; Bowlby, 1969). Attachment pada seseorang tidak harus timbal
balik, yaitu pada seseorang memiliki attachment dengan teman sebayanya sedangkan teman
sebayanya belum tentu memiliki attachment dengannya.

Dari paparan diatas, dapat dilihat bahwa ZA dan IB meski baru sebulan pacaran namun sudah
mempunyai kelekatan yang cukup kuat. Terlihat dari seringnya mereka jalan-jalan bersama,
menghabiskan waktu bersama sampai larut malam. Disini berarti Attacment mereka sudah
terbangun.
HUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN

Konformitas ialah keadaan dan pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan
tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang wujud. Pada penelitian Indonesia
menunjukkan bahwa orang menjurus melakukan konformitas, mendapati penilaian dari orang lain
karena tekanan kelompok yang dirasakan. Penelitian lain tentang konformitas pun dilakukan oleh
Muzafer Sherif pada tahun 1936. Asch menemukan yakni konformitas meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah anggota kelompok. Sebaliknya penelitian-penelitian terkini malahan
menunjukkan bahwa konformitas condong meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran
kelompok hingga delapan orang anggota tambahan / lebih.

Jika dilihat dari pemaparan diatas, bisa jadi bahwa ZA ini mempunyai pengetahuan tentang
kebiasaan yang ada di masyarakatnya yaitu nikah muda, karena hal tersebutlah ZA tergerak untuk
mengajak IB menikah karena pada lingkungan disekitarnya pun hal tersebut sudah terlalu lazim.

Mengenai hubungan dengan keluarga sendiri, diberita di sebutkan bahwa ZA ini sudah diasuh oleh
neneknya sejak ia berumur satu tahun. Orangtuanya harus berpisah karena alas an tertentu.
Sedangkan untuk IB sendiri, IB adalah anak yatim piatu sehinga diasuh oleh orangtua angkatnya.
Kaena hal tersebut, karena mereka tidak merasakan langsung kasih saying dari orangtuanya, dan
mereka bisa disebut bernasib sama sehingga, karena perasaan senasib tersebut bisa jadi yang
memicu mereka untuk melakukan pernikahn dini, Karena ingin sama-sama melengkapi berbagi
kasih saying.

ANALISIS ASPEK PSIKOSOSIAL

Dari semua aspek yanga ada di psikososial, seperti emosi,mora, pola asuh, attachment, dan
hubungan dengan lingkungan sangat berpengaruh besat terhadap keputusan ZA dan IB untuk
menikah dini. Salin itu kita juga tidak boleh mengenyampingkan aspek kebiasaan yang ada di
daerah setempat, dimana dari sebuah berita disebutkan bahwa Kalimantan selatan merupakan
provinsi dengan pernikahan dini yang lumayan banyak. Karena kebiasaan tersebutlah ZA dan IB
berani untuk menikah dini karena disekitanya pun sudah banyak yang melakukan. Hanya saja yang
kurang sesuainya usia mereka terlalu dini untuk melakukan hal tersebut.

4. ASPEK AGAMA

AYAT AL-QURAN

Dalam QS. Ar. Ruum (30):21 yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Dalam QS. Adz Dzariyaat (51):49 yang artinya: “Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-
pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
Dalam QS. Yaa Siin (36):36 yang artinya: Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.

Dalam QS. An-Nur (24): 32 yang artinya:“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendiri (
bujangan ) di antara kalian dan orang-orang shaleh diantara para hamba sahayamu yang laki-
laki dan perempuan. Jika mereka dalam keadaan miskin, Allah-lah yang akan menjadikan kaya
dengan karunia-Nya”.

HADIST

Dalam HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud yang artinya: Wahai generasi muda,
barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat
menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya
berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu.

Dalam HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a. yang artinya: Anjuran-anjuran Rasulullah untuk
Menikah: Rasulullah SAW bersabda: “Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan
golonganku !” .

Dari Aisyah, “Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan
mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu¡¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud)

Jika dilihat dari ayat al-quran dan hadist yang disebutkan diatas bahwa bisa jadi keputusan ZA dan
IB karena ingin halal dan menjauhi zinah. Karena menurut suatu hadist pun adanya larangan untuk
mendekati zinah. Meski keputusan ini berawal dari pertanyaan neneknya. Tapi bisa jadi bahwa
mereka pun mengetahui bahwa pacaran lama-lama itu kurang baik. Dari keputusannya bisa jadi
mereka sudah tahu bahwa Allah yang mengatur rezei sehingga mereka tidak takut untuk menikah
dini. Dalam islam sendiri sangat dianjurkan untuk menikah, jika sudah siap lahir batin. Bisa jadi
karena ZA dan IB masih remaja awal yang mempunyai pandangan bahwa oranglain pun bisa
sepaam dengan mereka, bisa jadi mereka menganggap bahwa diri mereka memang sudah siap lahir
batin. Dan kenapa mereka dinikahkan secara siri, bisa jadi karena mereka menyadari bahwa
mereka masih remaja awal, atau bisa jadi seperti yang dikatakan ole neneknya bahwa takutnya ZA
gugup dalam menjalani ijab qabul jika terlalu banyak disaksikan banyak orang.

5. KESIMPULAN

Dari semua aspek yang bisa melatarbelakangi keputusan ZA dan IB untuk menikah dini
kita tidak bisa menyalahkan mereka atas keputusannya. Karena tak ada yang salah dengan
pernikahan, karena di islam pun sangat dianjurkan untuk menikah kepada siapapun yang sudah
siap secara lahir dan batin. Kita pun tidak boleh mengenyampingkan pengaruh budaya ataupun
kebiasaa dari masyarakat setempat yang kerap melakukan nikah dini. Hanya saja karena usia dari
mereka yang relative teralalu muda dan ditakutkan mereka tidak mampu untuk menghadapi
kehidupan yang sebenarnya setelah menikah dan dampak negative yang bisa saja terjadi pada
mereka sehingga pemerintah menyatakan pernikahan tersebut tidak sah karena tidak sesuai dengan
aturan agama dan Negara.

Anda mungkin juga menyukai