Nim : 711490120004
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
A. Definisi
Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang
(Feigin, 2006). Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi
500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan
hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia
muda dan produktif hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat,
seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak
diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan
stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang
disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan berbagai gangguan
kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Secara ekonomi, dampak dari
insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena stroke akan memberikan
pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat
dan bangsa (Yastroki, 2009).
Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak atas maupun
bawah pada salah satu sisi anggota tubuh. Untuk itu penderita stroke perlu
mendapatkan penanganan yang sedini mungkin agar pengembalian fungsi dari
anggota gerak serta gangguan lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat
beraktifitas kembali mendekati normal serta mengurangi tingkat kecacatan.
Stroke dapat menyebabkan problematika pada tingkat impairment berupa
gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan
koordinasi dan keseimbangan. Pada tingkat functional limitation berupa gangguan
dalam melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer
dan ambulasi. Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan dalam
melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.
1. Klasifikasi stroke
a. Stroke hemoragik
Pecahnya pembuluh darah serebral diotak dan terjadinya pendarahan diotak
disaat seseorang sedang melakukan aktifitas.
Stoke hemoragik dapat dibagi 2 :
1) Perdarahan intra serebral (PIS)
Pendarahan intra serebral mempunyai gejala prodromal,kecuali nyeri
kepala pada hipertensi. Serangan sering kali pada siang hari.mual dan
muntah sering terdapat pada serangan permulaan serangan
hemiparesis/hemiplegi terjadi pada sejak kesadaran menurun dan cepat
coma (65% terjadi kurang dari setengah jam dan 12% terjadi setelah 2
jam sampai 19 hari.
3. Etiologi
a. pecahnya arteri serebral
b. .hipertensi pencetus stroke
c. Molfarmasi arterio venolis
d. Penyalahan gunaan obat
4. Patofisiologi
Hipertemsi kronik menyebakan pembuluh darah arteriole mengalmi perubahan
perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis,
nekrosis, fibrinoid, serta timbulnya Anuerisma tipe bouchard. Kenaikan darah yang
atau dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah
terutama pada sore dan pagi hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah maka perdarahabn dapat berlanjut sampai
dengan 6 jam dan jika volumenya berserakan merusak struktur anatomi otak dan
menimbulkan gejala klinik. Jika perdarahan yang terjadi kecil ukuranya maka masa
darah hanya dapat merusak dan menyela diatara selaput akson, masa putih tanpa
merusaknya, pada keadaaan ini absorbsi darah kan diikuti dengan pulihnya fungsi
neurologi. Sedangkan pada perdarahn yang luas terjadi destruksi masa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat menyebabkan herniasi otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang kelauar serta iskemik akibat menurunnya tekanan
perfusi, menyebabkan neuron di daerqah yang terkena darahdan disekitarnya tertekan
lagi, jumlah darah yang keluar menetukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari
60 cc maka resiko kematain sebasar 93 % , pada perdarahan lebar perdarahan serebral
dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 73 %
tetapi volume 5 cc pada pons sudah berakibat vatal (Jusuf Misbah 1999)
WOC
Faktor yang dapat dimodifikasi : Faktor yang tidak dapat dimodifikasi :
( Kolesterol, perokok,obesitas,Stress,life style) (usia, penyakit bawaan, jenis kelamin)
Arterisklerosis
Pembuluh darah pecah Suplai darah tidak adekuat di otak nyeri kepala (vertigo)
volume intracranial
Hipoksia/iskemia
jaringan otak G. Rasa nyaman nyeri
tidak efektif
PO2 PCO2
TIK meningkat
Penekanan batang otak G.pernafasan Perubahan kesadaran
Perubahan pupil
Perubahan TTV
G. kardiovaskuler Pola nafas meningkat
tidak efektif
PO2 PCO2
8. Komplikasi
a) Fisik Dan Biologis
Bahu kaku, dekubitus, mengalmi gangguan bicara, gangguan mobilitas fisik
b) Psikologi
Biasanya mengalami gangguan jiawa diakibatkan karena ketegangan akibat
kematian jaringan otak.
c) Sosial
Akan mengalmi gangguan komunikasi dengan orang lain, diatara pembicaraan
susah dimengaerti.
9. Pencegahan
a. Primer
o Memasyaraktakan gaya hidup sehat bebas stroke dengan menghindari
rokok, stress mental, alkohol, kegemukan/obesitas, obat-obatan
o Mengurangi konsumsi maknanan tinggi kolesterol dan lemak
o Mengendalikan hipertensi, Diabetes melitus, penyakit jantung
b. Sekunder
o Memodifikasi gaya hidup yang beresiko stroke
o Melibatkan peran keluarga seoptimal mungkin
o Melakukan perawatan sebaik mungkin
c.batang otak
d.medula spinalis
2. Fungsi Otak
Sebagai Pusat Reflek yang mengoordinasi dan mempertahankan gerakan otot, mengubah
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimabangan.
B. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
b. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
c. Pungsi Lumbal
o menunjukan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
d. MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG:
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
C. Asuhan Keperawatan Teoritis
I. Pengkajaian
1. Identitas Klien
Mengcakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, No Mr, pendidikan,
status pekawinan, diangnosa medis dll.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada klien ini mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemi, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, pengunaan obat-obat antikoagulan, aspirin dan
kegemukan/obesitas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasnya klien sakit kepala, mual muntah bahkan kejang sampai tak
sadarkan diri, kleumpuhan separoh badan dan gangguan fungsi otak.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang menderita atau mengalami penyakit
seperti : hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit jantung.
d. Riwayat Psikososial
Biasanya masalah perawatan dan biaya pengobatan dapat membuat emosi
dan pikiran klein dan juga keluarga sehingga baik klien maupun keluarga
sering meerasakn sterss dan cemas.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut dan hygiene kepala
b. Mata:buta,kehilangan daya lihat
c. Hidung,simetris ki-ka adanya gangguan
d. Leher,
e. Dada
I :simetris ki-ka
P :premitus
P :sonor
A :ronchi
f. Abdomen
I :perut acites
P :hepart dan lien tidak teraba
P :Thympani
A :Bising usus (+)
H. Genito urinaria :dekontaminasi,anuria
I.Ekstramitas :kelemahan,kelumpuhan.
4. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologis
a. Tingkat Kesadaran
1. Kualitatif
Adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat kewasapadaan.
CMC → dasar akan diri dan punya orientasi penuh
APATIS → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
LATARGIE → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
DELIRIUM → penurunan kesadaran disertai pe ↑ abnormal
aktifitas psikomotor → gaduh gelisah
SAMNOLEN → keadaan pasien yang selalu mw tidur → diransang
bangun lalu tidur kembali
KOMA → kesadaran yang hilang sama sekali
2. Kuantitatif
Dengan Menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
a.Respon membuka mata ( E = Eye )
Spontan (4)
Dengan perintah (3)
Dengan nyeri (2)
Tidak berespon (1)
b.Respon Verbal ( V= Verbal )
Berorientasi (5)
Bicara membingungkan (4)
Kata-kata tidak tepat (3)
Suara tidak dapat dimengerti (2)
Tidak ada respons (1)
b.Reflek Patologis
o Babinski
Merupakan reflek yang paling penting.ia hanya dijumpai pada
penyakit traktus kortikospital.untuk melakukan tes ini,goreslah
kuat-kuatbagian lateral telapak kaki bagian lateraltelapak kaki dari
tumit ke arah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung
kaki. Respon babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan
dorsofleksi dan jari-jari lain menyebar,klau normalnya adalah fleksi
plantar pada semua jari kaki.
Cara lain untuk membangkitkan rangsangan babinski:
Cara chaddock
Rangsang diberikan dengan jalan menggores bagian lateral
maleolus hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan
gerakan abduksi dari jarijari lainnya.
Cara Gordon
Memencet ( mencubit) otot betis
Cara oppenheim
Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior arah
mengurut kebawah (distal)
Cara Gonda
Memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian
melepaskannya sekonyong koyong.
5. Rangsangan Meningeal
Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis)dilakukan
pemeriksaan :
a. Kaku kuduk
Bila leher di tekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada --- Kaku kuduk positif (+)
b. Tanda Brudzunsky I
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala klien dan tangan lain di dada klien
untuk mencegah badan tidak terangkat.Kemudian kepala klien di fleksikan kedada
secara pasif.Brudzinsky I positif (+)
c. Tanda Brudzinsky II
Tanda brudzinsky II positif (+) bila fleksi klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
d. Tanda kerniq
Fleksi tungkai atas tegak lurus,lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi
lutut normal-,bila tungkai membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kerniq + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit tebila ekstensi lutut
pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
e. Test lasegue
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang
Mischiadicus.
6. Data Penunjang
a. Laboratorium
o Hematologi
o Kimia klinik
b. Radiologi
o CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
o MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
o Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
II. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan perfusi jarinagan otak b/d perdarahan intra cranial
2. Gangguan mobilitas fisik b/d hemiparese / hemiplagia
3. Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan neuromoskuler.
4. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot.
III. Intervensi
1. Gangguan perfusi jarinagan otak b/d perdarahan intra cranial
Independen
a. Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan
b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nila standar
( GCS ).
c. Pantau TTV
d. Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil
e. Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )
f. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
g. Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan suara
tambahan yang abnormal
Kolaborasi :
a. Pantau analisa gas darah
b. Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid, antikonvulsan
c. Berikan oksigenasi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d hemiparese / hemiplagia
Independen
a. Rubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
b. Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
c. Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat
selama periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
d. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
e. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
f. Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau
menormalkan sirkulasi
g. Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaboratif
a. konsul kebagian fisioterapi
b. Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
c. Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
3. Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan neuromoskuler.
Independen
a. Bantu menentukan derajat disfungsi
b. Bedakan antara afasia denga disartria
c. Sediakan bel khusus jika diperlukan
d. Sediakan metode komunikasi alternative
e. Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
f. Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
4. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Intervensi:
a. Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4)
untuk melakukan kebutuhan ssehari-hari
b. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan
pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
c. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk
menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
d. Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan
pola nornal tersebut. Kadar makanan yang berserat,anjurkan untuk minum
banyak dan tingkatkan aktivitas.
e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.
IV. Implementasi
Merupakan aplikasi dari intervensi yang telah ditetapkan pada tahap intervensi.
V. Evaluasi
Penilaian terhadap implementasi yang telah dilakukan sejauh mana masalah klien
teratasi.