Anda di halaman 1dari 8

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan

Volume XIII No.1 April 2013

KONSEP DASAR SELF DISCLOSURE DAN PENTINGNYA BAGI


MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh: Ifdil
Universitas Negeri Padang

Abstract

Self-disclosure is one important aspect of interpersonal communication, which


needs to have counseling students as prospective counselor. The ability of the
students to perform self-disclosure has an important contribution in achieving
academic success and the success of their social interactions. A person who has
high self-disclosure tends to express the views, ideas, or ideas clearly without
hurting the feelings of others. Based on the account of the phenomenon of self
disclosure neglected by students Counseling. This article tries to describe about
the urgency of self-disclosure on student guidance and counseling. Furthermore,
this article will describe matters related to the sense of self-disclosure, the
benefits of self-disclosure, the characteristics and dimensions of self-disclosure,
the factors that influence self-disclosure and urgency for counseling students.

Keyword: Self Disclosure, mahasiswa BK, pelayanan konseling.

PENDAHULUAN bahagia dan memiliki rasa aman (Hurlock, 1997;


Manusia adalah makhluk sosial (Anderson, Rini, Hardjajani, & Nugroho, 2012). Individu yang
Reder, & Simon, 1997; Breazeal, 2000; Ewick, memiliki rasa aman pada umumnya memiliki
2013; Levy, Foulsham, & Kingstone, 2013; kepercayaan diri yang tinggi dan merasa bebas
Yohanan & MacLean, 2012) saling berinteraksi untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan kreatif.
dan membutuhkan sesama dimana ia berada Sedangkan individu yang memiliki keterampilan
(Brown, Grootjans, Ritchie, Townsend, & sosial rendah menunjukkan ciri-ciri kurang percaya
Verrinder, 2012; Wahl, Iwarsson, & Oswald, diri, merasa tidak aman, tidak dapat
2012). Dalam kehidupannya tidak lepas dari mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara
menjalin hubungan dengan sesama. (Knowles, bebas (Calhoun, 1995) bila individu ingin berhasil
Swanson, & Holton III, 2011) Misalnya dengan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
anggota keluarga, masyarakat dan lain sebagainya. sosialnya diperlukan keterampilan sosial.
Untuk menciptakan hubungan yang Salah satu indikator penguasaan
harmonis, individu memerlukan kemampuan untuk keterampilan sosial yang baik dalam menjalin
menyesuaikan diri (Burdick, et al., 2010; Rajaram hubungan dengan seseorang adalah dapat
& Bordia, 2013). Penyesuaian diri yaitu bagaimana melakukan komunikasi yang efektif. Komunikasi
individu dapat berada pada lingkungan sosial dan akan lebih efektif dan menyenangkan jika
berinteraksi secara harmonis. Penyesuaian sosial seseorang mampu dan berani mengungkapkan
perlu dikembangkan dalam individu, untuk dapat pikiran dan perasaan secara terbuka dan lancar.
mengembangkannya di perlukan keterampilan Kemampuan seseorang mengungkapkan pikiran
social sehingga dapat menunjang keberhasilan dan perasaannya secara terbuka terhadap orang lain
individu dalam berinteraksi. di sebut self disclosure.
Individu yang memiliki keterampilan sosial
Dalam penyelenggaraan sesi konseling self
yang tinggi cenderung mendapat penerimaan sosial
disclosure konselor sangat diperlukan. Beberapa
yang baik menunjukkan ciri-ciri menyenangkan,
110

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

penelitian terdahulu mengungkapkan betapa Pistrang, Barker, & Worrell, 2010; Hendrick, 1988;
pentingnya self disclosure Konselor dalam Henretty & Levitt, 2010). Oleh karena mahasiswa
penyelenggaraan konseling dan psikoterapi. jurusan BK perlu tahu, pentingnya, menyadari dan
Penelitian terhadap video rekaman konseling mempersiapkan diri agar memiliki self disclosure
terhadap 120 mahasiswa dan 120 mahasiswi yang tinggi.
mengungkapkan bahwa konselor yang
Berangkat dari hal tersebut, artikel ini akan
mengungkapkan diri secara signifikan lebih baik
mencoba untuk memaparkan tentang pentingnya
dari konselor yang tidak (Nilsson, Strassberg, &
self disclosure pada mahasiswa bimbingan dan
Bannon, 1979) seterusnya (Andersen & Anderson,
konseling.Lebih lanjut artikel ini akan memaparkan
1989) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
hal terkait dengan pengertian self disclosure,
sembilan puluh enam konselor menggunakan 11
manfaat self disclosure, karakteristik dan dimensi
jenis self-disclosure, yang bervariasi dalam
self disclosure, faktor-faktor yang mempengaruhi
keintiman dari informasi insidental (usia, ras) dan
self disclosure dan pentingnya bagi mahasiswa BK.
yang paling sering digunakan adalah self-disclosure
dalam hal pengungkapan emosional yang positif
Pengertian Self Disclosure
kepada klien. Lebih lanjut (Edwards & Murdock,
Menurut wheeles ( dalam Gainau, 2009;
1994) dalam sebuah survei kepada konselor
Permatasari Novianna, 2012). “Self disclosure
(terapis) untuk menyelidiki kegunaan dari self-
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
disclosure dalam konseling dan psikoterapi,
mengungkapkan informasi tentang diri sendiri
sebagian besar menunjukkan bahwa mereka
kepada orang lain. Lebih lanjut “Person (dalam
menggunakan setidaknya beberapa self disclosure
Gainau, 2009) mengartikan self disclosure sebagai
dalam pekerjaan mereka dengan klien. Secara
tindakan seseorang dalam memberikan informasi
keseluruhan, responden melaporkan
yang bersifat pribadi pada orang lain secara
mengungkapkan tentang kualifikasi profesional dan
sukarela dan disengaja untuk maksud memberi
pengalaman yang paling sering dan menunjukkan
informasi yang akurat tentang dirinya”. Seterusnya
bahwa mereka diungkapkan terutama untuk
self disclosure merupakan kemampuan dalam
meningkatkan kesamaan antara dirinya dan klien.
memberikan informasi (Devito, 1996). Secara luas
Kemudian peneliti lain juga mengungkapkan
dan dalam (Taddei & Contena, 2013). Lebih lanjut
(Paine, et al., 2010) bahwa konselor non self
Gainau (2009) menyebutkan bahwa “Informasi
disclosure secara signifikan lebih rendah
yang akan disampaikan terdiri atas 5 aspek, yaitu
dibandingkan konselor dengan self disclosure, dan
perilaku, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide
pelayanan konselinya kurang memuaskan daripada
yang sesuai dengan diri orang yang bersangkutan”.
konselor dengan self disclosure. Lebih lanjut
Selain itu, Devito (dalam Gainau, 2009)
Hariko (2012) mengungkapkan bahwa klien
mengemukakan bahwa:
cenderung memilih konselor yang lebih terbuka
“self disclosure mempunyai beberapa
tentang informasi dirinya untuk sesi konseling.
karakteristik umum antara lain: (1)
Memiliki self disclosure seyogyanya sudah keterbukaan diri adalah suatu tipe
disiapkan saat menempuh pendidikan sebagai calon komunikasi tentang informasi diri
konselor (mahasiswa). Kenyataan menunjukkan yang pada umumnya tersimpan, yang
mahasiswa cendung lebih banyak memiliki self dikomunikasikan kepada orang lain,
disclosure pada katagori sedang dan rendah. (2) keterbukaan diri adalah informasi
(Nurlita, I. W. 2012 ). Lebih lanjut Mahasiswa diri yang seseorang berikan
jurusan bimbingan dan konseling akan ditempa merupakan pengetahuan yang
untuk menjadi calon konselor yang nantinya bisa sebelumnya tidak diketahui oleh orang
berkerja pada setting sekolah dan/atau masyarakat. lain dengan demikian harus
Secara spesifik berkerja untuk mengentaskan dikomunikasikan, (3) keterbukaan diri
masalah klien dan mengembangkan potensinya. adalah informasi tentang diri sendiri
Dalam menjalankan peran sebagai Konselor yakni tentang pikiran, perasaan dan
kondisi Self-Disclosure Konselor akan sikap, (4) keterbukaan diri dapat
mempengaruhi konselor (terapis) akan bersifat informasi secara khusus.
mempengaruhi Self-Disclosure klien. (Bottrill, Informasi secara khusus adalah
111

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

rahasia yang diungkapkan kepada jika individu tidak sadar akan norma-
orang lain secara pribadi yang tidak norma tersebut. Individu harus
semua orang ketahui, dan (5) bertanggung jawab terhadap
keterbukaan diri melibatkan sekurang- resikonya, meskipun bertentangan
kurangnya seorang individu lain, oleh dengan norma. Self-disclosure yang
karena itu keterbukaan diri tepat dan sesuai meningkatkan reaksi
merupakan informasi yang harus yang positif dari partisipan atau
diterima dan dimengerti oleh individu pendengar. Pernyataan negatif
lain.” berkaitan dengan penilaian diri yang
Lebih lanjut Altman dan Taylor sifatnya menyalahkan diri, sedangkan
(dalam Gainau, 2009) juga pernyataan positif merupakan
mengemukakan bahwa : pernyataan yang termasuk kategori
“Self disclosure merupakan pujian. (2) Motivasi; Motivasi
kemampuan seseorang untuk berkaitan dengan apa yang menjadi
mengungkapkan informasi diri kepada dorongan seseorang untuk
orang lain yang bertujuan untuk mengungkapkan dirinya kepada orang
mencapai hubungan yang akrab. lain. Dorongan tersebut berasal dari
Proses untuk mencapai hubungan dalam diri maupun dari luar.
yang akrab disebut model Penetrasi Dorongan dari dalam berkaitan
social (Deci & Ryan, 2010). Ada dua dengan apa yang menjadi keinginan
dimensi self disclosure seseorang atau tujuan seseorang melakukan self
yaitu keluasan dan kedalaman. disclosure. Sedangkan dari luar,
Keluasan berkaitan dengan siapa dipengaruhi lingkungan keluarga,
seseorang mengungkapkan dirinya sekolah, dan pekerjaan. (3) Waktu :
(target person) seperti orang yang Waktu yang digunakan dengan
baru dikenal, teman biasa, orang seseorang akan cenderung
tua/saudara dan teman dekat. meningkatkan kemungkinan terjadinya
Kedalaman berkaitan dengan topik self disclosure. Pemilihan waktu yang
umum dan topik khusus. Lebih lanjut tepat sangat penting untuk
(Rahardjo, Saut Hatoguan Hutahaean, menentukan apakah seseorang dapat
& Mufattahah, 2006) mengatakan self terbuka atau tidak. Dalam
disclosure Suatu keterbukaan diri keterbukaan diri individu perlu
yang dilakukan individu secara suka memperhatikan kondisi orang lain.
rela dan diinginkan kepada orang lain Bila waktunya kurang tepat yaitu
mengenai hal-hal yang pribadi dan kondisinya capek serta dalam keadaan
akurat dari dirinya seperti pikiran, sedih maka orang tersebut cenderung
perasaan dan pengalamannya” kurang terbuka dengan orang lain.
Altman & Taylor (dalam Gainau, 2009) Sedangkan waktunya tepat yaitu
menyemukan 5 aspek dalam sef disclosure yaitu: bahagia atau senang maka ia
ketepatan, motivasi, waktu, keintensifan, cenderung untuk terbuka dengan
kedalaman dan keluasan. orang lain. (4) Keintensifan;
" (1) Ketepatan ; Ketepatan mengacu Keintensifan seseorang dalam
pada apakah seorang individu keterbukaan diri (self disclosure)
mengungkapkan informasi pribadinya tergantung kepada siapa seseorang
dengan relevan dan untuk peristiwa di mengungkapkan diri, apakah teman
mana individu terlibat atau tidak dekat, orangtua, teman biasa, orang
(sekarang dan disini). Self-disclosure yang baru dikenal. (5) Kedalaman dan
sering sekali tidak tepat atau tidak Keluasan : terbagi atas dua dimensi
sesuai ketika menyimpang dari yakni self disclosure yang dangkal dan
norma-norma. Sebuah self-disclosure yang dalam. Self disclosure yang
mungkin akan menyimpang dari dangkal biasanya diungkapkan
norma dalam hubungan yang spesifik kepada orang yang baru dikenal.
112

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

Kepada orang tersebut biasanya Berdasarkan pemaparan yang telah


diceritakan aspek-aspek geografis dikemukakan dapat disimpulkan bahwa inti dari
tentang diri misalnya nama, daerah pengertian self disclosure berkaitan dengan
asal dan alamat. Self disclosure yang kemampuan seseorang dalam mengungkapkan diri
dalam, diceritakan kepada orang- melalui informasi yang diberikan kepada orang
orang yang memiliki kedekatan lain, sehingga dapat meningkatkan keakraban,
hubungan (intimacy). Seseorang kepercayaan diri, dan kekeluargaan.
dalam menginformasikan dirinya
secara mendalam dilakukan kepada Manfaat Self Disclosure
orang yang betul – betul dipercaya Ada beberapa keuntungan yang akan
dan biasanya hanya dilakukan kepada diperoleh seseorang jika mau mengungkap
orang yang betul-betul akrab dengan informasi diri kepada orang lain (Gainau, 2009;
dirinya, misalnya orang tua, teman Purwadi, 2012) antara lain:
dekat, teman sejenis dan pacar. 1). Mengenal diri sendiri. Seseorang dapat lebih
Pendek kata, dangkal dalamnya mengenal diri sendiri melalui self disclosure,
seorang menceritakan dirinya karena dengan mengungkapkan dirinya akan
ditentukan oleh yang hendak diajak diperoleh gambaran baru tentang dirinya, dan
berbagi cerita atau target person mengerti lebih dalam perilakunya.
(Pearson,1987). Semakin akrab 2). Adanya kemampuan menanggulangi masalah :
hubungan seseorang dengan orang Seseorang dapat mengatasi masalah, karena
lain, semakin terbuka ia kepada orang ada dukungan dan bukan penolakan, sehingga
tersebut. dapat menyelesaikan atau mengurangi bahkan
menghilangkan masalahnya.
Lebih lanjut Jourard (Quek & Fitzpatrick, 3). Mengurangi Beban: Jika individu menyimpan
2013) mengemukakan bahwa seseorang dalam rahasia dan tidak mengungkapkannya kepada
mengungkapkan diri perlu mengetahui isu/topik orang lain, maka akan terasa berat sekali
dari self disclosure yang akan disampaikan. Jourard memikulnya. Dengan adanya keterbukaan diri,
(Gainau, 2009; Jourard, 2011) mengembangkan 6 individu akan merasakan beban itu terkurangi,
aspek self disclosure disebut Jourard self disclosure sehingga orang tersebut ringan beban masalah
(JSDQ) meliputi : yang dihadapinya.
1. Sikap atau opini mencakup pendapat/sikap Seterusnya Calhoun dalam (Gainau, 2009)
mengenai keagamaan dan pergaulan remaja mengungkapkan tiga mnfaat self disclosure yaitu:
2. Selera dan minat mencakup selera dalam “(1) keterbukaan diri mempererat
pakaian, selera makanan dan minuman, kasih sayang, (2) dapat melepaskan
kegemaran akan hobi yang disukai. perasaan bersalah dan kecemasan.
3. Pekerjaan atau pendidikan mencakup keadaan Makin lama individu menyembunyikan
lingkungan sekolah dan pergaulan sekolah. sesuatu dalam dirinya maka akan
4. Keuangan mencakup keadaan keuangan seperti semakin tertekan; makin terus
sumber keuangan, pengeluaran yang bergejolak di pikiran. Sekali
dibutuhkan, cara mengatur keuangan. disingkapkan, hal tersebut dirasa
5. Kepribadian hal-hal yang mencakup keadaan tidak lagi mengancam, dan (3)
diri, seperti marah, cemas, sedih serta hal-hal menjadi sarana eksistensi manusia
yang berhubungan dengan lawan jenis yang selalu membutuhkan wadah
6. Fisik mencakup keadaan fisik dan kesehatan untuk bercerita.
fisik. Keterampilan self disclosure sangat penting
Bila seseorang menceritakan sesuatu tentang bagi siswa (Gainau, 2009; Saam, 2012) yang
dirinya kepada orang lain secara rinci, maka orang mengalami kesulitan dalam keterbukaan dirinya
lainpun cenderung untuk mengungkapkan secara karena sangat mempengaruhi hubungan
rinci pula. Tetapi bila ia menceritakan kepada interpersonal seseorang. Johnson (1990)
orang lain sebagian kecil saja atau tidak rinci maka menyatakan bahwa self disclosure berpengaruh
orang lainpun cenderung untuk mengungkapkan besar terhadap hubungan sosial karena (1) self
secara tidak rinci pula. disclosure merupakan dasar bagi hubungan yang
113

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

sehat antara dua orang, (2) semakin terbuka sering mengungkapkan diri pada orang tua
seseorang kepada orang lain, semakin orang mereka, namun semakin mereka menuju
tersebut menyukai dirinya, (3) orang yang rela dewasa mereka lebih sering
mengungkapkan diri kepada orang lain cenderung mengungkapkan diri pada teman sebaya
memiliki sifat-sifat kompeten, adaptif, dan terbuka, atau lawan jenis
(4) mengungkapkan diri pada orang lain
merupakan dasar yang memungkinkan komunikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self
yang intim baik bagi diri sendiri maupun orang Disclosure
lain, dan (5) mengungkapkan diri berarti bersikap a. Budaya(culture)
realistik, sehingga keterbukaan diri bersikap jujur, Nilai-nilai dan budaya yang dipahami
tulus, dan autentik”. seseorang mempengaruhi tingkat self
disclosure.Begitu pula kedekatan budaya
Karakteristik dan Dimensi Self Disclosure antar individu. Baik budaya yang dibangun
Menurut Jourard (1964) self disclosure dalam keluarga, pertemanan, daerah,
memiliki tiga karakteristik, antara lain : negara memainkan peranan penting dalam
a) Keluasan (breadth) mengembangkan self disclosure seseorang.
Dimensi ini berkaitan dengan materi yang b. Gender
diungkapkan atau topik pembicaraanya. Laki-laki lebih tertutup dibandingkan
Ada enam kategori informasi tentang diri perempuan (Pearson, 1987). Wanita lebih
sendiri yang biasanya diungkapkan, yaitu: terbuka, intim dan penuh emosi. Dalam hal
(1)sikap dan pendapat, (2) rasa dan minat, pengungkapan diri. “Wanita maskulin”,
(3) pekerjaan atau kuliah, (4)uang, relatif “kurang membuka diri ketimbang
(5)kepribadian dan (6)tubuh. Penelitian wanita yang nilai dalam skala
Mulcahey (Jourard 1971), mengenai maskulinitasnya lebih rendah”. “Pria
perbedaan topik pada laki-laki dan feminin” membuka diri lebih besar
perempuan menunjukan bahwa topik yang ketimbang pria yag nilai dalam skala
sering dibicarakan perempuan adalah feminitasnya lebih rendah.
seputar selera dan kegemaran, serta c. Besar kelompok
kepribadian. Sedangkan laki-laki lebih Self disclosure lebih banyak terjadi dalam
suka mengungkapkan seputar selera dan kelompok kecil ketimbang kelompok
kegemaran, pelajaran, juga sikap dan besar. Hal ini karena sejumlah ketakutan
pendapat. yang dirasakan oleh individu dalam
b) Kedalaman (depth) mengungkapkan cerita tentang diri sendiri,
Dimensi ini berkaitang dengan kedalaman lebih sering terjadi dalam kelompok yang
pengungkapan diri atau seberapa terbuka kecil daripada kelompok yang besar.
seseorang dalam mengungkapkan dirinya Dengan pendengar lebih dari satu seperti
pada orang lain. Ada empat tingkatan: (1) monitoring sangatlah tidak mungkin karena
tidak pernah bercerita kepada orang lain respon yang nantinya bervariasi antara
tentang aspek diri, (2)berbicara secara pendengar. Alasan lain adalah jika
umum, (3)bercerita secara penuh dan kelompoknya lebih besar dari dua,
sangat mendetail, (4)berbohong atau pengungkapan diri akan dianggap
memberikan gambaran diri yang salah dipamerkan dan terjadinya pemberitaan
pada orang lain. publik. Kemudian akan dianggap hal yang
c) Target/sasaran umum karena sudah banyak orang yang
Dimensi ini berkaitan dengan orang yang tahu.
menjadi sasaran seseorang dalam d. Perasaan menyukai/mempercayai
melakukan pengungkapan diri. Ada lima Seseorang lebih membuka diri kepada
target/sasaran yang biasanya menjadi objek orang-orang yang disukai/dicintai,
pengungkapan diri yaitu: (1)ayah, (2)ibu, begitupula sebaliknya (Derlega, dkk.,
(3)teman pria, (4)teman wanita, dan 1987).
(5)pasangan. Biasanya pada masa kanak-
kanak hingga remaja awal remaja lebih
114

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

e. Kepribadian (Bottrill, Pistrang, Barker, & Worrell, 2010;


Orang yang pandai bergaul (sociable) dan Hendrick, 1988; Henretty & Levitt, 2010).
ekstrovet melakukan pengungkapan diri Lebih lanjut (Anderson & Andersen, 1985)
lebih banyak dibandingkan mereka yang menyatakan bahwa Self-Disclosure Konselor dapat
kurang pandai bergaul dan lebih introvet. menjadi sarana yang berguna untuk memunculkan
f. Usia Self-Disclosure klien. Selain itu, pengungkapan diri
Terdapat perbedaan frekuensi dapat digunakan untuk membantu klien belajar
pengungkapan diri dalam grup usia yang bagaimana ia dapat mempengaruhi orang lain, dan
berbeda. Pengungkapan diri pada teman untuk menormalkan dan mendukung perilaku atau
dengan gender berbeda meningkat dari usia perasaan klien ketika merasa tidak dapat diterima.
17-50 tahun dan menurun kembali. Beberapa penelitian terdahulu
mengungkapkan betapa pentingnya self disclosure
Pentingnya Self Disclosure bagi Bimbingan dan Konselor dalam penyelenggaraan konseling dan
Konseling psikoterapi. Penelitian terhadap video rekaman
Self disclosure merupakan aspek penting konseling terhadap 120 mahasiswa dan 120
dalam komunikasi interpersonal (Chow, Ruhl, & mahasiswi mengungkapkan bahwa konselor yang
Buhrmester, 2012) juga perlu bagi calon konselor mengungkapkan diri secara signifikan lebih baik
(mahasiswa) (Balcom, Veach, Bemmels, dari konselor yang tidak (Nilsson, Strassberg, &
Redlinger-Grosse, & Leroy, 2012; Kang, et al., Bannon, 1979) seterusnya (Andersen & Anderson,
2012). Hal ini dikarenakan kemampuan para 1989) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
mahasiswa dalam melakukan self disclosure sembilan puluh enam konselor menggunakan 11
mempunyai konstribusi penting dalam mencapai jenis self-disclosure, yang bervariasi dalam
kesuksesan akademik dan keberhasilan dalam keintiman dari informasi insidental (usia, ras) dan
interaksi sosialnya. Seseorang yang memiliki self yang paling sering digunakan adalah self-disclosure
disclosure tinggi cenderung dapat mengemukakan dalam hal pengungkapan emosional yang positif
pandangan, ide-ide, atau gagasan secara jelas tanpa kepada klien. Lebih lanjut (Edwards & Murdock,
menyakiti perasaan orang lain. Hal ini senada 1994) dalam sebuah survei kepada konselor
dengan apa yang diungkapkan Gainau (2009) Self (terapis) untuk menyelidiki kegunaan dari self-
disclosure sangat penting dalam hubungan sosial disclosure dalam konseling dan psikoterapi,
sehingga individu dapat mengungkapkan diri sebagian besar menunjukkan bahwa mereka
secara tepat, mampu menyesuaikan diri, lebih menggunakan setidaknya beberapa self disclosure
percaya diri, lebih kompeten, dapat diandalkan, dalam pekerjaan mereka dengan klien. Secara
lebih mampu bersikap positif, percaya terhadap keseluruhan, responden melaporkan
orang lain, lebih objektif, dan terbuka. Sebaliknya mengungkapkan tentang kualifikasi profesional dan
apabila mahasiswa kurang memiliki ketrampilan pengalaman yang paling sering dan menunjukkan
self disclosure, dapat mengakibatkan kesulitan bahwa mereka diungkapkan terutama untuk
dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan meningkatkan kesamaan antara dirinya dan klien.
sesame yang akan berdampak pada kegiatan Kemudian peneliti lain juga mengungkapkan
akademik. Disamping itu kemampuan self (Paine, et al., 2010) bahwa konselor non self
disclosure ini juga akan digunakan mahasiswa disclosure secara signifikan lebih rendah
dalam menjalankan tugasnya kelak. dibandingkan konselor dengan self disclosure, dan
Lebih lanjut mahasiswa jurusan bimbingan pelayanan konselinya kurang memuaskan daripada
dan konseling akan ditempa untuk menjadi calon konselor dengan self disclosure.
konselor yang nantinya bisa berkerja pada setting Dari beberapa rujukan di atas bahwa self
sekolah dan/atau masyarakat. Secara spesifik disclosure yang baik harus dimiliki oleh seorang
Konselor berkerja untuk mengentaskan masalah Konselor, karena secara signifikan dapat
klien dan mengembangkan potensinya. Dalam mempengaruhi self disclosure klien. Self
menjalankan peran sebagai Konselor kondisi Self- Disclosure yang rendah dapat mengakibatkan klien
Disclosure Konselor akan mempengaruhi konselor menjadi tertutup. Sehingga self disclosure ini perlu
(terapis) akan mempengaruhi Self-Disclosure klien. menjadi tumpuan untuk ditingkatkan oleh Konselor
secara berkesinambungan dan perlu penyiapan
serta upaya peningkatan yang dilakukan pada masa
115

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

menempuh pendidikan atau saat menjadi and health: supporting global ecological
mahasiswa BK. Selain itu self disclosure juga akan integrity in public health: Allen & Unwin.
menunjang optimalisasi peran mahasiswa dalam Burdick, D. B., Cavnor, C. C., Handcock, J.,
menjalankan proses perkuliahan. Killcoyne, S., Lin, J., Marzolf, B., et al.
(2010). SEQADAPT: an adaptable system
SIMPULAN for the tracking, storage and analysis of
Diakui bahwa self disclosure bukan hal baru high throughput sequencing experiments.
dalam keilmuan konseling, namun upaya intensif BMC bioinformatics, 11(1), 377.
untuk peningkatan, pemfokusan dalam membangun
dan pengembangan self disclosure mahasiswa Calhoun, James. 1995. Psikologi Tentang
seperti tidak banyak dilakukan di Indonesia. Penyesuaian Dan Hubungan
Kondisi ini terlihat dari tidak banyaknya penelitian Kemanusiaan. Alih bahasa. RS, Satmoko.
tentang self disclosure dan belum optimal self Semarang: IKIP Semarang Press
disclosure mahasiswa. Kondisi ini diduga Chow, C. M., Ruhl, H., & Buhrmester, D. (2012).
disebabkan salah satunya belum disadari The mediating role of interpersonal
sepenuhnya arti penting optimalisasli self competence between adolescents' empathy
disclosure pada mahasiswa bimbingan dan and friendship quality: A dyadic approach.
konseling. Journal of Adolescence.
Semoga kedepannya peningkatan, Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2010). SELF-
pengembangan dan optimalisasi self disclosure DISCLOSURE. The Corsini Encyclopedia
dapat terselenggara, karena kemampuan para of Psychology, 4, 1532.
mahasiswa dalam melakukan self disclosure
mempunyai konstribusi penting dalam mencapai Derlega, V.J. & Berg,J.H. 1987. Self Disclosure .
kesuksesan akademik, keberhasilan interaksi London : Plenum Press.
sosialnya dan menjadi penunjang saat menjadi Devito, J.A. 1996. The Interpersonal
Konselor nantinya. Communication Book. New York: Herper
Collins College Publisher
DAFTAR PUSTAKA Edwards, C. E., & Murdock, N. L. (1994).
Characteristics of Therapist Self-
Andersen, B., & Anderson, W. (1989). Counselors' Disclosure in the Counseling Process.
reports of their use of self-disclosure with Journal of Counseling & Development,
clients. Journal of Clinical Psychology, 72(4), 384-389.
45(2), 302-308. Ewick, P. (2013). Principles, Passions, and the
Anderson, J. R., Reder, L. M., & Simon, H. A. Paradox of Modern Law: A Comment on
(1997). Rejoinder: Situative versus Bybee. Law & Social Inquiry, 38(1), 196-
cognitive perspectives: Form versus 205.
substance. Educational Researcher, 18-21. Gainau, M. B. (2009). Keterbukaan diri (self
Anderson, W., & Andersen, B. (1985). Counselor disclosure) siswa dalam perspektif budaya
Self-Disclosure. dan implikasinya bagi konseling. Jurnal
Bottrill, S., Pistrang, N., Barker, C., & Worrell, M. Ilmiah Widya Warta, 33(1), 95-112.
(2010). The use of therapist self-disclosure: Hendrick, S. S. (1988). Counselor Self-Disclosure.
Clinical psychology trainees' experiences. Journal of Counseling & Development,
[Article]. Psychotherapy Research, 20(2), 66(9), 419-424.
165-180. Henretty, J. R., & Levitt, H. M. (2010). The role of
Breazeal, C. L. (2000). Sociable machines: therapist self-disclosure in psychotherapy:
Expressive social exchange between A qualitative review. [Review]. Clinical
humans and robots. Massachusetts Institute Psychology Review, 30(1), 63-77.
of Technology. Johnson.W. David. 1990. Reaching Out;
Brown, V., Grootjans, J., Ritchie, J., Townsend, Interpersonal Effectivenss and Self
M., & Verrinder, G. (2012). Sustainability
116

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

Actualization. Printice Internasionalin Quek, K. M.-T., & Fitzpatrick, J. (2013). Cultural


Jersey. Values, Self-Disclosure, and Conflict
Jourad. S,M. 1964. The Transprarent Self. New Tactics as Predictors of Marital
York : Van Nostrand Reinhold Company Satisfaction Among Singaporean Husbands
and Wives. The Family Journal.
Jourard, S. M. (2011). An Exploratory Study of
Body‐Accessibility1. British Journal of Rahardjo, W., Saut Hatoguan Hutahaean, E., &
Social and Clinical Psychology, 5(3), 221- Mufattahah, S. (2006). Kontribusi
231. Kebutuhan Afiliasi Ndan Privasi Terhadap
Self-Disclosure Pada Pengguna Internet
Knowles, M. S., Swanson, R. A., & Holton III, E. Relay Chat (IRC).
F. (2011). The adult learner: The definitive
classic in adult education and human Rajaram, K., & Bordia, S. (2013). East versus west:
resource development: Butterworth- effectiveness of knowledge acquisition and
Heinemann. impact of cultural dislocation issues for
mainland chinese students across ten
Levy, J., Foulsham, T., & Kingstone, A. (2013). commonly used instructional techniques.
Monsters are people too. Biology letters, International Journal for the Scholarship
9(1). of Teaching and Learning, 7(1).
Nilsson, D. E., Strassberg, D. S., & Bannon, J. Rini, I. K., Hardjajani, T., & Nugroho, A. A.
(1979). Perceptions of counselor self- (2012). Kenakalan Remaja ditinjau dari
disclosure: An analogue study. Journal of Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri
Counseling Psychology, 26(5), 399. pada Siswa SMAN Se-Surakarta. Jurnal
Nurlita, I. W. (2012). Korelasi antara self Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 1(3).
disclosure dengan kemampuan hubungan Saam, Z. (2012). Penerapam Psikologi Dalam
interpersonal pada remaja. Skripsi Jurusan Bidang Pendidikan.
Psikologi-Fakultas Pendidikan Psikologi
UM. Taddei, S., & Contena, B. (2013). Privacy, trust
and control: Which relationships with
Paine, A. L., Veach, P. M., MacFarlane, I. M., online self-disclosure? Computers in
Thomas, B., Ahrens, M., & LeRoy, B. S. Human Behavior, 29(3), 821-826.
(2010). “What would you do if you were
me?” Effects of counselor self-disclosure Wahl, H.-W., Iwarsson, S., & Oswald, F. (2012).
versus non-disclosure in a hypothetical Aging well and the environment: toward an
genetic counseling session. Journal of integrative model and research agenda for
genetic counseling, 19(6), 570-584. the future. The Gerontologist, 52(3), 306-
316.
Person, J.C. 1987. Interpersonal Communication.
New Jersey: E.M.C Brown Publisher Yohanan, S., & MacLean, K. E. (2012). The role of
affective touch in human-robot
Purwadi, P. (2012). Peroses Pembentukan Identitas interaction: Human intent and
Diri Remaja. Humanitas (Jurnal Psikologi expectations in touching the haptic
Indonesia), 1(1), 43-52. creature. International Journal of Social
Robotics, 1-18.

117

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Anda mungkin juga menyukai