Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana titrasi
pengendapan dan aplikasinya dalam menentukan kadar NaCl ?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah mempelajari salah satu bentuk
titrasi pengendapan dan aplikasinya dalam menentukan kadar NaCl.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Dasar Teori


Titrasi pengendapan merupakan salah satu titrasi yang hasil dari reaksi
titrasinya berupa garam atau endapan yang sulit larut. Prinsip dasarnya adalah
reaksi pengendapan yang secara cepat mencapai kesetimbangan pada penambahan
titran dengan tanpa gangguan pengotor serta titik akhir titrasinya diketahui dengan
bantuan indikator. Titrasi hanya menggunakan reaksi pengendapan. Endapan yang
terbentuk dari titrasi ini dikarenakan beberapa faktor. Faktor tersebut antar lain
adalah kelarutan hasil reaksi kecil, adanya efek ion senama, dan larutan saat
pencampuran kelewat titik jenuh (Khopkar, 2008).
Argentometri berasal dari bahasa latin yaitu argentum yang memiliki arti
perak. Argentometri adalah salah satu cara yang digunakan dalam menentukan
kadar dari suatu zat dalam larutan dengan titrasi dengan pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Titrasi argentometri ini dilakukan dengan menambahkan
indikator pada zat yang ditentukan kemudian ditambahkan larutan standar perak
nitrat (AgNO3). Kadar garam yang dicari dapat ditentukan dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan hingga seluruh ion Ag + dapat mengendap
(Day dan Underwood, 2002).
Argentometri adalah metode yang umum digunakan dalam menetapkan
kadar halogenida dan senyawa yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada keadaan tertentu. Titrasi argentometri juga disebut sebagai titrasi
pengendapan karena pembentukannya membutuhkan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan. Reaksi yang terjadi pada titrasi argentometri adalah sebagai
berikut,
AgNO3 + Cl → AgCl + NO3 (2.1)
(Gandjar, 2007).
Metode dalam argentometri ada tiga yaitu metode Mohr, metode Volhard,
dan metode Fajans. Metode Mohr merupakan metode yang paling baik dalam
argentometri yang digunakan dalam menentukan kadar klorida pada suatu larutan.
Indikator yang digunakan adalah indikator K2CrO4 dengan titran yang digunakan
adalah AgNO3. Indikator berguna dalam menunjukkan titik akhir titrasi tercapai.
Indikator K2CrO4 dalam larutan yang dicampurkan akan membentuk endapan
merah bata (Fritz, 2013).
Metode Mohr digunakan pada titrasi halida dengan titran AgNO3 dan
indikator K2CrO4 yang akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Ion Ag+ yang
berlebih pada titik akhir titrasi diendapkan berupa endapan Ag 2CrO4 dengan
warna merah bata. Larutan dalam metode Mohr ini harus dalam keadaan netral
atau tidak terlalu basa dengan tujuan mengendapkan Ag menjadi Ag(OH) 2.
Larutan yang terlalu asam menyebabkan konsentrasi CrO4- berkurang sehingga
titik akhir titrasi tidak dapat diamati (Khopkar, 2002).
Metode Volhard digunakan untuk menentukan ion klorida dengan suasana
asam apabila dalam suasana basa akan menyebabkan Fe3+ terhidrolisis. Larutan
AgNO3 yang berlebih tidak akan bereaksi dengan larutan klorida ketika
ditambahkan. Larutan ini dititrasi balik dengan menambahkan indikator Fe(III).
Contoh penggunaan metode Volhard adalah titrasi Ag dengan NH4SCN dan
indikator Fe(III). AgSCN terbentuk selama titrasi dan titik akhir titrasi tercapai
apabila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) dan membentuk
[FeSCN]2+ berwarna merah gelap (Khopkar, 2002).
Metode Fajans digunakan dengan indikator adsorpsi yaitu zat yang dapat
diserap oleh permukaan endapan sehingga warna terlihat. Penyerapan dalam
metode ini dikontrol supaya terjadi pada titik ekuivalen dengan memilih indikator
dan pH yang sesuai. Indikator yang dipilih merupakan asam atau basa lemah
organik yang dengan ion perak dapat membentuk endapan. Ion dari indikator ini
diserap oleh endapan AgX yang kemudian akan mengubah warna endapan
(Harjadi, 1993).
Endapan merupakan zat yang terbentuk dari suatu larutan dalam fase
padat. Endapan dapat terbentuk apabila larutan berada dalam keadaan lewat jenuh.
Kelarutan dari endapan sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Larutan jenuh dapat diperoleh dengan menambahkan zat ke dalam pelarut hingga
tidak dapat larut lagi dan dinaikkan konsentrasi ion hingga endapan terbentuk.
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut merupakan jumlah zat terbanyak yang
dapat larut pada pelarut dengan kesetimbangan volume tertentu. Kelarutan dari
suatu zat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah temperatur,
pH, jenis pelarut, tekanan, konsentrasi bahan (Svehla, 2010).
Pada Q>Ksp terjadi pengendapan, Q<Ksp tidak terjadi pengendapan,
Q=Ksp larutan tepat jenuh. Q merupakan nilai dari hasil kali ion pada larutan
sedangkan Ksp adalah tetapan hasil kali kelarutan. Tetapan hasil kali kelarutan
yang besar menandakan bahwa garam mudah larut, sedangkan tetapan hasil kali
kelarutan yang kecil menandakan bahwa garam tidak mudah larut. Nilai dari
tetapan hasil kali larutan garam dapat dipengaruhi perubahan temperatur sehingga
nilainya akan berubah. Kelarutan garam yang semakin larut dipengaruhi oleh
adanya kenaikan temperatur sehingga nilai tetapan hasil kali larutan semakin
besar (Petrucci, 2011).
Titik ekuivalen yang terlihat bergantung pada kelarutan endapan yang
terbentuk oleh reaksi analit dan titrannya. Titik ekuivalen mudah ditentukan
apabila endapan memiliki kelarutan yang kecil yang kurva titrasinya memiliki
kecuraman yang tinggi. Titik ekuivalen akan sulit ditentukan apabila endapan
memiliki kelarutan yang rendah dengan kurva titrasinya yang landai (Harjadi,
1993). Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya endapan putih yang terbentuk
dan permanen. Titik akhir sulit ditentukan karena perak sianida yang diendapkan
dari berlebihnya ion perak lebih dulu dari titik ekuivalen akan sangat lama larut
dan membutuhkan waktu yang lama (Day dan Underwood, 2002).
Larutan yang memiliki Ag ketika ditambahkan NaCl akan membentuk
suspensi yang selanjutnya akan membeku atau terkoagulasi yang menyatakan
mendekatnya titik ekuivalen. NaCl ditambahkan hingga tercapainya titik akhir
titrasi namun tidak terbentuk endapan AgCl. Penentuan Ag pada AgCl dilakukan
dengan pengukuran turbidimetri dengan pembauran sinar (Day dan Underwood,
2002). AgNO3 apabila ditambahkan dengan NaCl, pada titik akhir akan berwarna
merah jingga dari yang sebelumnya berwarna kuning. Larutan jika didiamkan
akan terlihat tidak berwarna akibat adsorpsi indikator pada endapan AgCl pada
permukaan (Khopkar, 2008).
Indikator adsorpsi merupakan indikator asam basa dan reduksi oksidasi.
Indikator ini bersifat ionik, pada suasana asam akan berwarna merah dan pada
suasana basa akan berwarna kuning. Indikator ini digunakan dalam titrasi ion Ag+
(Khopkar, 2008). Perubahan warna akibat adsorpsi indikator biasanya tajam.
Endapan yang luas permukaannya besar akan menyebabkan adsorpsi berjalan
dengan baik. Warna adsorpsi tidak terlihat jelas apabila endapan terkoagulasi atau
membeku. Indikator akan bekerja pada batasan daerah pH tertentu dan konsentrasi
tertentu saja (Svehla, 2010).
Penetapan dari titik akhir reaksi pengendapan ada tiga cara yaitu
pembentukan endapan yang berwarna, senyawaan berwarna yang dapat larut dan
penggunaan indikator adsorpsi. Pada masing-masing cara ini dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pembentukan endapan berwarna
Ilustrasi dengan metode Mohr dalam penetapan klorida dan bromida.
Titrasi larutan netral pada ion kloridan dengan larutan perak nitrat serta
penambahan kalium kromat sebagai indikator. Titik akhir titrasi akan membentuk
perak kromat berwarna merah dari penggabungan ion kromat dan ion perak yang
hanya dapat sedikit larut. Titrasi ini dilakukan dalam keadaan sedikit basa atau
netral sekitar pH 6,59 (Basset, 1994).
b. Pembentukan senyawaan berwarna dapat larut
Contoh pada metode Volhard dalam titrasi perak dengan larutan kalium
atau ammonium tiosianat standar dan indikator besi(III) ammonium sulfat. Hasil
penambahan larutan tiosianat adalah endapan perak klorida. Tiosianat yang
berlebih akan menghasilkan warna coklat kemerahan yang disebabkan
terbentuknya ion kompleks. Metode ini dapat digunakan dalam penentuan klorida,
bromine, dan idodida dalam larutan asam (Basset, 1994).
c. Penggunaan indikator adsorpsi
Indikator adsorpsi pada titik ekuivalen diadsorpsi oleh endapan dan terjadi
perubahan warna yang berbeda pada zatnya. Zat yang digunakan berupa zat asam
seperti flouresein dan eosin sebagai garam natriumnya. Flouresein dapat
digunakan pada titrasi klorida. Larutan perak klorida yang dititrasi dengan larutan
perak nitrat akan mengadsorpsi ion klorida dengan perak klorida yang
mengendap. Ion flouresein membentuk kompleks dengan perak yang berwarna
merah jambu (Basset, 1994).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah labu ukur, gelas beaker,
pipet volume, pipet tetes, neraca, set alat titrasi, dan kaca arloji.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah akuades, larutan AgNO3,
indikator kromat, indikator Fe(III), larutan KSCN, NaCl, dan larutan
nitrobenzena.

3.2 Diagram Alir


3.2.1 Metode Mohr
a. Standarisasi

NaCl 0,585 gram Akuades 100 mL

 dilarutkan
Larutan NaCl 10 mL Indikator kromat 3 tetes

 ditambahkan
Larutan AgNO3
 dititrasi
 diulangi 3 kali pengulangan
 dihitung konsentrasi AgNO3
Hasil
b. Penentuan kadar NaCl

Sampel NaCl Akuades 100 mL

 dilarutkan
Larutan NaCl 10 mL Indikator kromat 3 tetes

 ditambahkan
Larutan AgNO3 standar
 dititrasi
 diulangi 3 kali pengulangan
 dihitung kadar NaCl pada sampel
Hasil
3.2.2 Metode Volhard
a. Standarisasi

Larutan NaCl Larutan AgNO3 Larutan nitrobenzena


10 mL 20 mL 2 mL

 dikocok
Indikator Fe(III)
 ditambahkan
Larutan KSCN
 dititrasi
 diulangi 3 kali pengulangan
 dihitung konsentrasi AgNO3 dan NaCl
Hasil
b. Penentuan kadar sampel

Larutan sampel Larutan AgNO3 Larutan nitrobenzena


10 mL 20 mL 2 mL

 dikocok
Indikator Fe(III)
 ditambahkan
Larutan KSCN
 dititrasi
 diulangi 3 kali pengulangan
 dihitung kadar NaCl dalam sampel
Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC.

Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga.

Frits, G.J. 2013. Introduction Plant Physiology, Second Edition. New Jersey:
Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.

Gandjar, I. G. Dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta:


Pustaka Belajar.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Petrucci, Ralph H. 2011. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.

Shehla, G. 2010. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Edisi ke 5. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Sinaga, Eskdoany. 2016. Penetapan Kadar Klorida pada Air Minum Isi Ulang
dengan Metode Argentometri (Metode Mohr). Tugas Akhir. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai