Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV2). Penyakit ini ditularkan melalui manusia ke manusia dimana sebagian
besar orang yang terinfeksi akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga
sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Masa inkubasi rata-rata
5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada penderita usia lanjut dan
memiliki masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
penyakit pernapasan kronis, dan kanker, dapat memperberat penyakit tersebut.
Cara terbaik untuk mencegah dan memperlambat penularan adalah dengan
edukasi tentang COVID-19, pola hidup sehat dan melakukan kebersihan tangan
secara benar.
Pada tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China
Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. WHO sejak 11
Maret 2020 telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Indonesia
sendiri menetapkan penyakit COVID-19 sebagai bencana nasional sejak 14 Maret
2020.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke
berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO
melaporkan 11.84.266 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh
dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada
tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh
wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan
melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus meninggal
(CFR 4,8%).

1
Perkembangan kasus COVID-19 dari sumber data WHO dan Pos
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (Public Health Emergency Operating
Center/PHEOC) Kemenkes tanggal 13 Desember 2020 untuk total kasus
konfirmasi COVID-19 global adalah 70.461.926 kasus dengan 1.599.704
kematian (CFR 2,3%) di 219 negara terjangkit dan 180 negara transmisi lokal,
Indonesia termasuk salah satunya.

Gambar 1.Sebaran kasus Covid-19 di Indonesia

Di Indonesia total kasus konfirmasi 617.820 dengan 18.819 kematian (CFR


3,0%). Untuk wilayah daerah di Kalimantan Selatan juga termasuk dalam wilayah
dengan transmisi lokal. Data per provinsi sampai tanggal 13 Desember 2020 dapat
dilihat pada tabel berikut.

2
Tabel 1. Sebaran Kasus Covid-19 di Indonesia Per 7 Desember 2020

Total kasus konfirmasi akumulatif di Kalimantan Selatan per 14 Desember


2020 yaitu 14.120 kasus. Sembuh sebanyak 12.683 orang dan 555 meninggal. Di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah sendiri, total kasus positif sebanyak 711,
meninggal sebanyak 59 kasus, dan sembuh sebanyak 629 kasus.
Di wilayah kerja Puskesmas Barabai sendiri, kasus positif pertama
ditemukan pada bulan April sebanyak 1 kasus di kelurahan Mandingin. Hingga
bulan Desember 2020, telah terdapat kasus positif sebanyak 277 kasus dan kasus
meninggal sebanyak 18 kasus yang tersebar di 13 kelurahan.

3
Gambar 2. Laporan Hasil Swab Wilayah Puskesmas Barabai Tahun 2020

Pengetahuan masyarakat penting dalam pengaruhnya dengan perilaku


kehidupan sehari-hari dalam pencegahan penularan penyakit Covid-19 di wilayah
Puskesmas Barabai, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengetahuan dan penerapan perilaku masyarakat tentang protokol
kesehatan yang terdiri dari 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga
jarak) di masa pandemi Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini yaitu
bagaimana pengetahuan dan penerapan masyarakat cakupan Puskesmas Barabai
tentang protokol kesehatan (memakai masker dan mencuci tangan) di masa
pandemi Covid-19?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui gambaran pengetahuan dan penerapan masyarakat cakupan
Puskesmas Barabai tentang protokol kesehatan (memakai masker,mencuci tangan
dan menjaga jarak) di masa pandemi Covid-19

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bidang Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
gambaran pengetahuan dan penerapan masyarakat cakupan Puskesmas

4
Barabai tentang protokol kesehatan (memakai masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak) di masa pandemi Covid-19.
1.4.2 Bidang Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat
cakupan Puskesmas Barabai untuk mengetahui dan menerapkan protokol
kesehatan di masa pandemi Covid-19.
1.4.3 Bidang Pengembangan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendahuluan dan bahan
rujukan bila topik yang serupa ingin diteliti oleh peneliti-peneliti lainnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses pengindraan
terhadap objek tertentu.
Menurut Peter F. Drucker dalam The New Realities, pengetahuan adalah
informasi yang dapat mengubah seseorang atau sesuatu, dan pengetahuan tersebut
menjadi dasar sebuah tindakan, serta menjadikan seseorang (atau suatu institusi)
mampu melakukan tindakan yang berbeda dan lebih efektif.

2.1.2 Fungsi Pengetahuan


Pengetahuan memiliki dua fungsi utama, yaitu:
a. Sebagai latar belakang dalam menganalisa sesuatu, mempersesikan dan
menginterpretasi, kemudian dengan pengambilan keputusan untuk melakukan
suatu tindakan yang dianggap perlu.
b. Sebagai latar belakang untuk membentuk beberapa pilihan tindakan yang akan
dilakukan, serta memilih dan melaksanakan salah satu dari beberapa pilihan
tersebut.

2.1.3 Tingkatan Pengetahuan


Dalam teori kognitif, pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat, yaitu :
1. Tahu
Tahu adalah tingkat paling rendah dari pengetahuan. Tahu berarti dapat
mengingat, mendefinisikan dan mengulang kembali apa yang sudah pernah
diajarkan.
2. Memahami
Memahami berarti dapat menginterpretasikan dan menjelaskan suatu objek.
Memahami dapat dibuktikan dari kemampuan untuk menjelaskan, memberi
contoh, dan menyimpulkan.
3. Penerapan

6
Penerapan berarti adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari (metode, rumus, hukum, dan lain-lain) dalam situasi dan kondisi nyata.
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan suatu objek ke dalam
bagian-bagian lebih kecil tetapi masih dalam struktur utama. Seseorang yang
memiliki kemampuan analisis dapat menggambarkan, memisahkan, membuat
bagan proses adopsi perilaku, dan membedakan.
5. Sintesis
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun bagian-bagian
dalam suatu bentuk atau formulasi baru yang berawal dari bentuk atau formulasi
yang sudah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek, berdasarkan kriteria yang sudah ada atau kriteria baru.

2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu
tersebut.

2.2.2 Jenis Perilaku


Perilaku dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup merupakan respon terhadap suatu stimulus yang terjadi
dalam seorang individu dan tidak dapat diamati dengan jelas oleh orang lain dari
luar. Respon tertutup masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan, dan sikap seorang individu terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka

7
Perilaku terbuka merupakan respon terhadap suatu stimulus yang berupa
suatu tindakan yang dapat diamati orang lain.

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Perilaku


Faktor-faktor yang diduga memengaruhi perilaku adalah latar belakang
pendidikan, masa kerja, keterampilan, motivasi, alat kerja, sarana kerja, waktu
kerja, pedoman tertulis, dan kepatuhan terhadap pedoman serta faktor psikologis.

2.3 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)


2.3.1 Definisi COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen.

2.3.2 Etiologi COVID-19


Penyebab COVID-19 adalah coronavirus, yaitu virus RNA dengan strain
tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Coronavirus memiliki beragam
jenis, terbagi dalam empat genus utama yaitu : alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Coronavirus
merupakan patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada hewan dan manusia.
Coronavirus memiliki struktur protein utama berupa protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), dan protein E (selubung).
Struktur tersebut berbentuk menyerupai mahkota (crown) sehingga disebut
coronavirus.

8
COVID-19 diakibatkan oleh coronavirus jenis SARS-CoV-2 yang termasuk
dalam genus betacoronavirus. Betacoronavirus umumnya berbentuk bundar
dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60 – 140 nm. Melalui pemeriksaan
analisis filogenik dan full-genome sequencing, SARS-CoV-2 memiliki kemiripan
dengan SARS-CoV yang menimbulkan wabah SARS pada tahun 2002. SARS-
CoV-2 menggunakan reseptor yang sama dengan SARS-CoV untuk menginfeksi
sel, yaitu reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2).

Menurut penelitian, coronavirus dapat bertahan di luar sel inang, tetapi


durasi ketahanannya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis permukaan,
suhu, dan kelembaban lingkungan. SARS-CoV-2 diperkirakan dapat bertahan
selama 72 jam di permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada
tembaga, dan kurang dari 24 jam pada kardus.

9
Coronavirus memiliki sensitivitas terhadap sinar ultraviolet dan panas, serta
dapat nonaktif bila berkontak dengan pelarut lemak seperti eter, etanol 75%,
desinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan kloroform (kecuali
klorheksidin).

2.3.3 Patofisiologi COVID-19


Coronavirus merupakan zoonosis, yaitu patogen yang ditularkan antara
hewan dan manusia. COVID-19 dicurigai pada awalnya menular dari hewan
kelelelawar. Penularan COVID-19 dari manusia ke manusia lain adalah melalui
droplet. Droplet dapat berpindah melalui kontak langsung (batuk, bersin,
bersalaman, dan lain-lain) maupun tidak langsung (menyentuh barang yang telah
terkontaminasi droplet). Transmisi COVID-19 juga dapat terjadi secara aerosol
atau melalui udara pada kondisi khusus seperti tindakan intubasi endotrakeal,
bronkoskopi, suction terbuka, nebulisasi, ventilasi manual, trakeostomi, resusitasi
kardiopulmoner, dan lain-lain.
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata lima hingga enam hari, dengan rentang
waktu antara satu hingga empat belas hari. Risiko penularan tertinggi adalah pada

10
hari-hari pertama penyakit, karena tingginya konsentrasi virus pada sekret. Orang
yang terinfeksi dapat langsung menularkan penyakit hingga 48 jam sebelum onset
gejala dan hingga empat belas hari setelah onset gejala. Perlu diingat, pada
sebagian kasus konfirmasi, pasien tidak mengalami gejala apapun atau
asimptomatik, tetapi pasien tersebut dapat berpotensi menularkan penyakit.
Virus masuk ke dalam sel inang setelah protein S yang berada di kapsul
virus berikatan dengan reseptor ACE-2 sel inang yang terdapat di sel epitel
saluran pernapasan. Setelah virus masuk ke dalam sel inang, terjadi replikasi di sel
epitel pernapasan. Replikasi diawali dengan translasi RNA virus. Selanjutnya,
akan terjadi transkripsi dan translasi sel inang yang memperbanyak salinan RNA
virus dan memproduksi komponen penyusun virus. Terakhir, akan terjadi viral
shedding atau pelepasan virus dari sel inang ke sel sekitarnya. Seluruh proses ini
akan terus terjadi berulang.
Proses replikasi dan pelepasan virus akan memicu pengeluaran sitokin-
sitokin proinflamasi. Produksi sitokin pada akhirnya akan menyebabkan kondisi
badai sitokin, menyebabkan paru memadat dan mengalami fibrosis sehingga
terjadi gangguan oksigenasi hingga gawat napas dan memerlukan ventilator untuk
membantu proses pernapasan.

2.3.4 Diagnosis COVID-19


2.3.4.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis
Anamnesis yang teliti dapat membantu penegakkan diagnosis COVID-19.
Selain menanyakan gejala yang dialami pasien, penting untuk menanyakan
riwayat kontak dengan pasien yang dicurigai menderita COVID-19 selama 14 hari
terakhir, riwayat perjalanan selama 14 hari terakhir, kepatuhan pasien
menjalankan protokol kesehatan, serta penyakit komorbid yang diderita oleh
pasien.
Manifestasi klinis COVID-19 umumnya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Gejala COVID-19 yang umum dikeluhkan adalah batuk kering, demam
dengan suhu 38˚C, dan malaise. Selain itu pasien juga dapat mengalami nyeri
kepala, hidung tersumbat, pilek, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman, dan ruam kulit. Hingga saat ini, menurut statistik 80% kasus

11
menunjukkan gejala ringan sedang, 13.8% menunjukkan gejala sakit berat, dan
6.1% menunjukkan gejala kritis.

Umumnya, kasus dengan gejala ringan bersifat self-limiting dan sembuh


setelah satu minggu. Pada kasus berat, pasien dapat mengalami Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, bahkan gagal multiorgan,
sehingga dapat berujung pada kematian. Lansia dan orang dengan penyakit
komorbid seperti hipertensi, gangguan jantung, diabetes, serta keganasan,
memiliki risiko lebih besar mengalami gejala berat.

2.3.4.2 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal dapat mendukung penegakan diagnosis.
Pasien dapat diperiksakan darah perifer lengkap, hitung jenis, fungsi ginjal,
analisis gas darah terutama bagi pasien sesak, hemostasis, prokalsitonin (bila
terdapat kecurigaan mengarah ke infeksi bakteri), dan laktat. Terdapat hasil sesuai
dengan acuan berikut :

12
b. Pemeriksaan Radiologi2
Pencitraan terpilih untuk membantu penegakkan diagnosis adalah CT-
scan  dan foto polos toraks. Pada fase awal dapat ditemukan Ground Glass
Opacities (GGO) di area perifer, subpleural, dan lobus bawah. Selain itu, tampak
penebalan septal interlobular dan interstisial intralobular yang berbentuk crazy
paving pattern. Perjalanan klinis CT-scan pasien COVID-19 sebagai berikut:15,16
- Pasien asimtomatis: tampak GGO multifokal dan unilateral. Jarang ditemukan
penebalan septum interlobularis, efusi pleura, dan limfadenopati.
- Satu minggu setelah onset: tampak GGO lesi bilateral dan difus. Efusi pleura
ditemukan pada 5% kasus dan limfadenopati ditemukan pada 10%.
- Dua minggu setelah onset: tampak GGO predominan dan dapat terdeteksi
konsolidasi.

13
- Tiga minggu setelah onset: tampak GGO predominan disertai pola retikular.
Gambaran efusi pleura, limfadenopati, bronkiektasis, dan penebalan pleura
mulai ditemukan.

2.3.4.3 Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2


a. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Pemeriksaan ini merupakan yang dikenal masyarakat sebagai uji diagnostik
cepat atau rapid test. Pemeriksaan ini menguji keberadaan IgM dan IgA dalam
darah. Prosedurnya cukup mudah, yakni dengan mengambil darah perifer
kemudian memeriksanya dengan kit. Perlu diperhatikan onset paparan dan durasi
gejala saat pemeriksaan, karena IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari
ketiga hingga keeenam setelah onset gejala, sementara IgG mulai terdeteksi pada
hari ke-10 hingga 18 setelah onset gejala. Pemilihan waktu yang terlalu cepat
dapat menimbulkan terjadinya interpretasi negatif palsu. Selain itu, dapat pula

14
terjadi reaksi silang dengan antibodi virus Dengue sehingga menimbulkan positif
palsu. Karena alasan tersebut, pemeriksaan cepat tidak dianjurkan digunakan
sebagai baku emas dan pasien negatif perlu diobservasi dan diperiksa ulang bila
dianggap berisiko.
b. Pemeriksaan Virologi
Metode pemeriksaan virologi adalah dengan amplifikasi asam nukleat
dengan real-time reversetranscription polymerase chain reaction (rRT-PCR).
Sampel dikatakan positif (konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada
minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2;
ATAU RT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing
sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari
saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah
(sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal). Sampel
diambil selama 2 hari berturut turut untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel
tambahan bila ada perburukan klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel
diambil pada hari 1 dan hari 14.
Hasil negatif palsu pada tes virologi dapat terjadi bila kualitas pengambilan
atau manajemen spesimen buruk, spesimen diambil saat infeksi masih sangat dini,
atau gangguan teknis di laboratorium. Oleh karena itu, hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2, terutama pada pasien dengan
indeks kecurigaan yang tinggi.

2.3.5 Tatalaksana pasien COVID-19


a. Pada pasien kontak erat, pasien suspek dan probable COVID-19.
- Tanpa gejala
 Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki gejala harus
melakukan karantina mandiri di rumah selama maksimal 14 hari sejak
kontak terakhir
 Vitamin C 3x1 tablet

15
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dengan melihat klinis
pasien
- Derajat ringan
 Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri selama maksimal 14 hari dirumah
 Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring dilakukan pada hari 1
dan 2 dengan selang waktu > 24 jam serta bila ada perburukan.
 Pemantauan terhadap suspek dilakukan berkala selama menunggu hasil
pemeriksaan laboratorium
 Non Farmakologis
 Pemeriksaan Hematologi, , hitung jenis leukosit, dan laju endap darah.di
FKTP
 Foto toraks
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
 Pribadi :
o Pakai masker jika keluar
o Jaga jarak dengan keluarga
o Kamar tidur sendiri
o Menerapkan etika batuk
o Alat makan minum segera dicuci dengan air/sabun
o Berjemur sekitar 10-15 menit pada sebelum jam 9 pagi dan setelah
jam 3 sore
o Pakaian yg telah dipakai sebaiknya masukkan dalam kantong
plastik/wadah tertutup sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin
cuci
o Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam 19 malam
o Sedapatnya memberikan informasi ke petugas pemantau/FKTP atau
keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC
 Lingkungan/kamar:
o Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara

16
o Sebaiknya saat pagi membuka jendela kamar
o Saat membersihkan kamar pakai APD (masker dan goggles)
o Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektasn lainnya
 Keluarga :
o Kontak erat sebaiknya memeriksakan diri
o Anggota keluarga senanitasa pakai masker
o Jaga jarak minimal 1 meter
o Senantiasa ingat cuci tangan
o Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
o Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
o Bersihkan sesering mungkindaerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dll
 Farmakologis
 Vitamin C, 3 x 1 tablet
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dengan
melihat klinis pasien
 Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 3 hari) kalau tidak ada bisa pakai
Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari) sambil menunggu hasil swab
 Simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
- Derajat sedang, berat, kritis
 Isolasi dan Pemantauan
 Rawat di Rumah Sakit /Rumah Sakit Rujukan sampai memenuhi kriteria
untuk dipulangkan dari Rumah Sakit
 Pemeriksaan laboratorium PCR swab nasofaring hari 1 dan 2 dengan
selang waktu > 24 jam
 Non Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen

17
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal,
fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial
 Farmakologi
 Bila ditemukan pneumonia, tatalaksana sebagai pneumonia yang dirawat
di Rumah Sakit.
 Kasus pasien suspek dan probable yang dicurigai sebagai COVID-19 dan
memenuhi kriteria beratnya penyakit dalam kategori sedang atau berat
atau kritis (lihat bab definisi kasus) ditatalaksana seperti pasien
terkonfirmasi COVID-19 sampai terbukti bukan.

Catatan :

- Untuk anak dosis harap disesuaikan


- Vitamin C diberikan dengan dosis tertinggi sesuai dengan ketersediaan di
rumah sakit
- Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang
merencanakan kehamilan
- Penggunaan klorokuin dan azitromisin harus dalam pengawasan ketat 
BELUM TERBUKTI EFEKTIF
- Pemberian steroid pada pasien Covid  TERAPI PASIEN KONFIRMASI ,
BUKAN UNTUK PENCEGAHAN

2.3.6 Pencegahan COVID-19


2.3.6.1 Pencegahan secara umum
- Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir  40-60 detik /penggunaan
antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer)  20 – 30 detik.
- Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
- Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut
- Catatan : Pada anak <5 tahun tidak diperkenankan menggunakan masker 
KEMANDIRIAN BELUM BAIK

18
- Menjaga jarak minimal 1 meter
- Membatasi diri terhadap interaksi
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat (PHBS)
- Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
- Bila sakit BEROBAT
- Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
- Menerapkan adaptasi kebiasaan baru

2.3.6.2 Pencegahan setelah berpergian


- Buka sepatu/ sandal sebelum masuk ke dalam rumah
- Semprot disinfektan pada alas kaki maupun pada peralatan yang digunakan
seperti pakaian, ponsel, pulpen, laptop, dll
- Buang semua yang dipegang dan yang tidak dibutuhkan lagi seperti kuitansi,
kertas, dll
- Jangan menyentuh apapun di dalam rumah, lakukan cuci tangan selama 20
detik
- Lepaskan pakaian yang dipakai dan masukkan ke dalam tempat cucian yang
tertutup
- Langsung mandi sebelum bersantai dan berkumpul dengan keluarga

2.3.6.3 Pencegahan komunitas


- Upaya pencegahan (prevent)
 Kegiatan promosi kesehatan (promote)
 Kegiatan perlindungan (protect)
- Upaya penemuan kasus (detect)
 Deteksi dini
 Melakukan pemantauan kondisi kesehatan
- Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
 Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial
 Penerapan Etika Batuk dan Bersin
 Isolasi Mandiri/Perawatan di Rumah

19
 Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Populasi Berisiko

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu
dengan melakukan pembagian kuesioner penelitian berisi 10 poin pertanyaan
mengenai pengetahuan terhadap Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan
masyarakat cakupan puskesmas Barabai terhadap Covid-19.

3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember tahun 2020 di
wilayah cakupan puskesmas Barabai.

3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini yaitu mencakup seluruh masyarakat di wilayah
cakupan puskesmas Barabai. Adapun sampel penelitian ditetapkan berdasarkan
teknik consecutive sampling yaitu teknik yang dilakukan secara sengaja dan telah
sesuai dengan semua persyaratan. Dengan demikian jumlah sampel yang
digunakan adalah Ayuang 90 KK.

3. 4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner.
Kuesioner berisi 10 poin pertanyaan tertutup. Setiap pertanyaan memiliki 3
hingga 4 pilihan jawaban dan partisipan diwajibkan memilih hanya 1 jawaban
yang dianggap paling benar atau sesuai. Hasil penelitian akan dideskripsikan
dalam bentuk grafik dan data mengenai pengetahuan terhadap Covid-19 dan
penerapan protokol kesehatan masyarakat cakupan puskesmas Barabai terhadap
Covid-19.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

DESA AYUANG RT 03--------------------------------------------------------------------


Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan 63 responden (70%), 54 responden berusia ≥40 tahun (60%),
dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu SD (37,7%) dan pekerjaan sebagian
besar adalah petani sebanyak 45 responden (50%).
Karakteristik F (n=90) %
Jenis Kelamin
Perempuan 63 70%
Laki-Laki 27 30%
Usia
<40 tahun 36 40%
≥40 tahun 54 60%
Tingkat Pendidikan
SMA 4 4,4%
SMP 20 22,2%
SD 34 37,7%
Tidak Sekolah 32 35,5%
Pekerjaan
Petani 45 50%
Ibu Rumah Tangga 20 22,2%
PNS/Pekerja Swasta 12 13,3%
Pelajar/Mahasiswa 8 8,8%
Pensiunan/Tidak bekerja 5 5,5%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat tergolong


memiliki risiko rendah untuk terpapar infeksi virus Covid-19. Oleh karena
didapatkan dari penelitian ini jumlah responden dominan berusia diatas 40 tahun,
dengan presentase perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Adapun faktor
risiko paparan Covid-19 yang dideskripsikan dalam penelitian ini antara lain
meliputi usia dan jenis kelamin pasien, pengetahuan serta pola perilaku
masyarakat terhadap pencegahan Covid-19.

21
Ditinjau usia dan jenis kelamin pasien, diketahui bahwa usia lanjut menjadi
salah satu faktor risiko perburukan gejala Covid-19 (Zhou,2020), namun tidak
menjadi parameter seseorang berisiko terpapar Covid kecuali didapatkan adanya
penyakit comorbid yang seringkali menyerang usia diatas 40 tahun. Dari sebuah
penelitian menyebutkan rerata usia rentan terpapar Covid-19 dan mengalami
perburukan gejala yaitu diatas 58 tahun, dibandingkan dengan pasien yang
mengalami gejala ringan yaitu memiliki rereta usia kurang dari 48 tahun (Zaki,
2020). Menurut WHO dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan
memiliki prevalensi yang hampir sama terkait infeksi Covid-19, kecuali pada laki-
laki diketahui lebih banyak yang mengalami gejala berat oleh karena penyakit
comorbid seperti hipertensi dan diabetes mellitus. (Jin, 2020).

No Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah Tidak tahu


. Mengenai Covid-19 f % f % f %
Covid-19 adalah penyakit yang
1. 32 35.56% 15 16.67% 43 47.78%
disebabkan oleh: Virus
Covid-19 dapat menyebabkan
2. gagal napas hingga kematian: 55 61.11% 5 5.56% 30 33.33%
Benar
Covid-19 menular melalui:
3. 30 33.33% 0 0.00% 60 77.78%
Percikan liur
Gejala paling khas yang muncul
4. pada Covid-19 adalah: Hilang 15 16.67% 10 11.11% 65 72.22%
penciuman
Cara untuk mencegah penularan
Covid-19 yang benar, kecuali:
5. 60 66.67% 30 33.33% - -
Berkontak fisik erat dengan
orang lain
Rata-rata skor pengetahuan: 42.6
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
Penerapan Protokol Kesehatan
f % f % f %
Saya memakai masker saat
berada di tempat umum (pasar,
6. 10 11.11% 75 83.33% 5 5.56%
terminal, tempat sembahyang,
dan lain-lain)
7. Saya mencuci tangan dengan 25 27.78% 55 61.11% 10 11.11%
sabun cuci tangan dan air
mengalir setelah bersentuhan
dengan benda-benda di tempat

22
umum
Saya menjaga jarak setidaknya 1
meter dari orang lain saat berada
8. 33 36.67% 49 54.44% 8 8.89%
di luar rumah dan di tempat
umum
Saya menghindari hadir di acara
9. yang mengumpulkan banyak 15 16.67% 70 77.78% 5 5.56%
orang
Saya memeriksakan diri ke
puskesmas atau dokter saat
10. 20 22.22% 60 66.67% 10 11.11%
mengalami gejala batuk, demam,
ataupun sesak

Berdasarkan pada tabel kuesioner tersebut, didapatkan bahwa tingkat


pengetahuan masyarakat Desa Ayuang RT 03 mengenai Covid-19 masih sangat
rendah. Ini dibuktikan dengan rata-rata skor pengetahuan masyarakat senilai 42.6
dimana pada responden rata-rata hanya dapat menjawab dengan benar 2
pertanyaan dari total 5 pertanyaan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari kuesioner, didapatkan bahwa
77.78% masyarakat tidak mengetahui metode penularan Covid-19. Hal ini tentu
saja merupakan faktor risiko tinggi penularan Covid-19. Bila masyarakat tidak
mengetahui bahwa penularan berdasarkan percikan air liur, masyarakat tentu saja
juga tidak atau kurang sadar dalam memakai masker sebagai tindakan pencegahan
penularan. Ketidaktahuan responden terhadap gejala khas Covid-19 juga
merupakan salah satu faktor yang mempersulit pencegahan penularan. Hal ini
dapat menyebabkan masyarakat yang memiliki gejala khas tersebut tidak sadar
akan kemungkinan terinfeksi Covid-19 dan tidak berpikir untuk memeriksakan
diri ke tenaga kesehatan. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan keterlambatan
penanganan maupun isolasi mandiri yang menyebabkan penularan tetap
meningkat. Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah
pertanyaan nomor 5, dimana 66,67% responden mengetahui bahwa berkontak
fisik erat dengan orang lain bukan cara yang tepat untuk mencegah penularan
Covid-19.

23
Memakai Masker di Tempat Umum
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

6% 11%

83%

Telah diketahui bahwa prinsip pencegahan penularan Covid-19 di era “new


normal” adalah 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Pada pertanyaan mengenai penggunaan masker, didapatkan mayoritas (sebesar
83%) responden kadang-kadang memakai masker di tempat umum, 11%
responden selalu memakai masker, dan masih terdapat 6% responden yang tidak
pernah memakai masker di tempat umum.

Mencuci Tangan
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

11%

28%

61%

Berdasarkan data mengenai mencuci tangan, mayoritas responden (sebesar


61%) kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dan air mengalir

24
setelah bersentuhan dengan benda-benda di tempat umum. Sebesar 28%
responden sudah sangat baik menerapkan salah satu komponen 3M yaitu dengan
selalu mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dan air mengalir setelah
bersentuhan dengan benda-benda di tempat umum, sedangkan di sisi lain masih
terdapat 11% responden yang masih memiliki kebiasaan hygiene yang buruk
karena tidak pernah mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dan air mengalir
setelah bersentuhan dengan benda-benda di tempat umum.

Menjaga Jarak
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

9%

37%

54%

Berdasarkan data mengenai menjaga jarak, mayoritas responden (sebesar


54%) mengakui bahwa kadang-kadang mereka menjaga jarak setidaknya 1 meter
dari orang lain saat berada di luar rumah dan di tempat umum. Sebesar 37%
responden lainnya mengakui bahwa mereka selalu menjaga jarak dan masih
terdapat 9% responden yang mengakui bahwa mereka tidak pernah menjaga jarak
sama sekali, padahal seperti yang kita ketahui bahwa menjaga jarak merupakan
salah satu komponen dalam 3M yang ditujukan untuk meminimalkan angka
penularan dengan menciptakan jarak yang cukup untuk menghindari terpajannya
droplet dari orang yang mungkin saja sudah terinfeksi Covid-19.

25
Menghindari Kerumunan
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

6%
17%

78%

Menghindari kerumunan juga berkaitan dengan poin sebelumnya, yaitu


menjaga jarak. Adanya kerumunan semakin meningkatkan risiko penularan dari 1
orang ke banyak orang yang lainnya, terutama dalam lingkungan yang tertutup
dan dalam suatu acara yang banyak mengandalkan interaksi. Berdasarkan data
yang diperoleh dari kuesioner, didapatkan 78% responden kadang-kadang
menghindari hadir di acara yang mengumpulkan banyak orang, sedangkan 17%
responden selalu menghindari, dan masih terdapat 5% responden yang tidak
pernah menghindari kerumunan.

Memeriksakan Diri Saat Ada Keluhan


Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

11%
22%

67%

26
Berdasarkan data di atas, didapatkan bahwa tingkat kesadaran responden
cukup baik, dimana 67% kadang-kadang memeriksakan dirinya ke puskesmas
atau dokter saat mengalami gejala batuk, demam, ataupun sesak, diikuti oleh 22%
yang selalu memeriksakan dirinya ke puskesmas atau dokter saat mengalami
gejala. Di sisi lain, masih terdapat 11% responden yang memiliki tingkat
kesadaran rendah yang tidak pernah memeriksakan diri ke puskesmas atau dokter
saat memiliki keluhan, dan ini merupakan hal yang berbahaya dan meningkatkan
penularan karena bila tidak berobat, responden tidak akan menyadari
kemungkinan telah terinfeksi Covid-19 dan tentu saja masih mungkin untuk
berinteraksi dengan orang-orang lain yang belum terinfeksi.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan dalam penelitian ini:
1. Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Ayuang masih rendah. Hal ini
dibuktikan dengan rata-rata skor pengetahuan yang hanya berkisar Desa
Ayuang 42.6.
2. Meskipun memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah, rata-rata
masyarakat Desa Ayuang sudah memiliki perilaku penerapan protokol
kesehatan yang cukup baik dalam menerapkan protokol kesehatan seperti
memakai masker dan mencuci tangan. Meskipun begitu, perilaku penerapan
protokol kesehatan masih belum mencapai 100% sesuai dengan yang
direkomendasikan WHO.

5.2 Saran
1. Diharapkan ini dapat menjadi masukan kepada instansi pemerintah,
terutama dalam bidang kesehatan, dan juga aparat desa, tokoh masyarakat
(ulama, Kepala RT, Kepala RW), Kader, upaya untuk mendukung dan
memberikan wadah agar dapat dilakukan penyuluhan dan penerapan
mengenai COVID-19 lebih menyeluruh, terutama dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai Covid-19 dengan tujuan untuk
memperketat penerapan protokol kesehatan.
2. Diharapkan kepada para peneliti selanjutnya agar mengembangkan
penelitian yang kami lakukan agar memberikan dampak dan efek lebih baik
kepada masyarakat

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Petunjuk teknis alat pelindung diri (APD) dalam menghadapi wabah


COVID-19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2020; 2020.
2. Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (Covid-19)
Revisi 5. Kementerian Kesehatan RI; 2020.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Kementerian
Kesehatan RI; 2020.
4. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-19) .
Kementerian Kesehatan RI. 2020 [cited 2020 Nov 1]. Available
from: https://Covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-
virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-Covid-19-1-
september-2020/#.X047xZYza00
5. Informasi Penanggulangan Covid-19 Pemerintah Kota Makassar. Info
Penanganan Covid -19 di Makassar. 2020 [cited 2020 Nov 1]. Available
from: https://infocorona.makassar.go.id/
6. Drucker P. The New Realities. Routledge; 2012. 282 p.
7. Achterbergh J, Vriens D. Organizations: Social Systems Conducting
Experiments. Springer Science & Business Media; 2010. 394 p.
8. Psikologi. EGC; 2017. 322 p.
9. Sarwono SW. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka; 2002.
10. Notoatmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset; 2005.
11. Indar I, Naiem MF. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Rekam
Medis di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar. J AKK. 2013
May;2(2):10–8.

29
12. COVID-19 SP. Peta Sebaran | Satgas Penanganan COVID-19 [Internet].
Covid19.go.id. 2020 [cited on 2020 Oct 18]. Available from:
https://Covid19.go.id/peta-sebaran
13. Coronavirus disease (COVID-19) [Internet]. 2020 [cited on 2020 Oct 18].
Available from: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronaviruse-
disease-Covid-19
14. Gluck MA, Mercado E, Myers CE. Learning and Memory : From Brain to
Behavior. New York: Worth Publisher; 2008. 83–169 p.
15. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M,
Herikurniawan H, et al. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. J Penyakit Dalam Indones; 2020 Apr 1;7(1):45–67.
16. COVID-19 SP. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian CORONAVIRUS
DISEASE (COVID-19) Revisi ke-5 - Protokol | Satgas Penanganan
COVID-19 [Internet]. Covid19.go.id. 2020 [cited on 2020 Nov 8].
Available from: https://Covid19.go.id/p/protokol/pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-coronavirus-disease-Covid-19-revisi-ke-5

30
LAMPIRAN 1

Kuesioner Penelitian
Pengetahuan dan Penerapan Masyarakat Tentang
Protokol Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19

I. Identitas
 Nama : ____________________________________________
 Jenis kelamin : ____________________________________________
 Usia : ______tahun
 Pendidikan terakhir : ____________________________________________
 Pekerjaan : ____________________________________________

II. Pengetahuan Mengenai Covid-19


(Berikan tanda () pada jawaban yang anda anggap benar)
1. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh:
□ Bakteri □ Virus □ Jamur
□ Tidak tahu
2. Covid-19 dapat menyebabkan gagal napas hingga kematian.
□ Benar □ Salah □ Tidak tahu
3. Covid-19 menular melalui:
□ Air seni □ Gigitan serangga □ Percikan liur
□ Tidak tahu
4. Gejala paling khas yang muncul pada Covid-19 adalah:
□ Hilang penciuman □ Diare berlendir □ Nyeri tenggorokan
□ Tidak tahu
5. Cara untuk mencegah penularan Covid-19 yang benar, kecuali:
□ Bepergian menggunakan masker □ Menerapkan pola hidup
bersih dan sehat
□ Menghindari kerumunan □ Berkontak fisik erat dengan
orang lain

31
III. Penerapan Protokol Kesehatan
(Berikan tanda () sesuai dengan kebiasaan yang Anda lakukan sehari-hari)
6. Saya memakai masker saat berada di tempat umum (pasar,
terminal, tempat sembahyang, dan lain-lain)
□ Selalu □ Kadang-kadang □ Tidak pernah
7. Saya mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dan air mengalir
setelah bersentuhan dengan benda-benda di tempat umum
□ Selalu □ Kadang-kadang □ Tidak pernah

8. Saya menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain saat berada
di luar rumah dan di tempat umum
□ Selalu □ Kadang-kadang □ Tidak pernah
9. Saya menghindari hadir di acara yang mengumpulkan banyak
orang
□ Selalu □ Kadang-kadang □ Tidak pernah
10. Saya memeriksakan diri ke puskesmas atau dokter saat mengalami
gejala batuk, demam, ataupun sesak
□ Selalu □ Kadang-kadang □ Tidak pernah

Terima kasih atas partisipasi Anda.

32

Anda mungkin juga menyukai