6074 15881 1 SM
6074 15881 1 SM
adanya perkembangan teknologi informasi dalam kelas) dengan materi yang diberikan
yang demikian pesat. Student Centered secara online.
Learning adalah suatu model pembelajaran Blended learning tidak sepenuhnya
yang menempatkan mahasiswa sebagai pusat pembelajaran dilakukan secara online yang
dari proses belajar, mahasiswa diharapkan menggantikan pembelajaran tatap muka
aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, di kelas, tetapi untuk melengkapi dan
yang bertanggung jawab dan berinisiatif mengatasi materi yang belum tersampaikan
untuk mengenali kebutuhan belajarnya, pada pembelajaran saat mahasiswa belajar
menemukan sumber-sumber informasi untuk di kelas. Menurut Bonk dan Graham (2006,
dapat menjawab kebutuhannya, membangun p.5) mendefinikan kombinasi dari e-Learning
serta mempresentasikan pengetahuannya dan pembelajaran tatap muka dikelas sebagai
berdasarkan kebutuhan dan sumber-sumber berikut :
yang ditemukannya. Disisi lain, para dosen Blended learning is the combination of
beralih fungsi dari pengajar menjadi mitra instruction from two historically separate
pembelajaran maupun sebagai fasilitator (from models of teaching and learning: Tradi-
mentor in the center to guide on the side). tional learning systems and distributed
Dalam proses pendidikan khususnya proses learning systems. It emphasizes the cen-
belajar mengajar, dosen melakukan proses tral role of computer- based technologies
pembelajaran dengan mempertimbangkan in blended learning.
penggunaan model pembelajaran yang sesuai
Dosen menggunakan teknologi komputer
dengan karakteristik mata kuliah. Pemilihan
dengan akses internet dalam menyediakan
model pembelajaran yang digunakan
informasi, bahan bacaan, dan materi
berpengaruh terhadap kualitas dan hasil
kuliah untuk mahasiswa. Beberapa dosen
pembelajaran. Sistem pembelajaran yang baik
memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi
menuntut adanya pengembangan, perbaikan
satu sama lain dengan menggunakan teknologi
dan perubahan sepanjang masa.
komunikasi asynchronous dan synchronous.
Seiring dengan perkembangan teknologi Komunikasi asynchronous didefinisikan
yang ada, implementasi dari pemanfaatan sebagai instruksi atau komunikasi yang
internet untuk pembelajaran salah satunya berlangsung diwaktu yang berbeda dan lokasi
adalah e-learning. E-learning atau Internet yang berbeda (Fenton & Watkins, 2010, p.233).
enable learning menggabungkan metode Komunikasi synchronous didefinisikan sebagai
pengajaran dan teknologi sebagai sarana dalam instruksi atau komunikasi yang terjadi secara
belajar. Definisi e-learning adalah proses real time, dimana mahasiswa dan dosen berada
belajar secara efektif yang dihasilkan dengan pada waktu yang sama serta kemungkinan
cara menggabungkan penyampaian materi besar dari berbagai lokasi (Fenton & Watkins,
secara digital yang terdiri dari dukungan 2010, p.240).
dan layanan dalam belajar (Barbara, et al, Beberapa studi penelitian telah
2008, p.4). Pendapat lain juga dikemukan menemukan bahwa blended learning dapat
oleh Seok (2008, p.5) menyatakan bahwa meningkatkan hasil belajar sama dengan
“e-learning is a new form of pedagogy for atau lebih tinggi dari mahasiswa yang belajar
learning in the 21 st century. E-Teachers are secara konvensional atau sepenuhnya online,
e-learning instructional designer, facilitator meskipun tingkat keberhasilan bervariasi
of interaction and subject matter experts”. antara disiplin ilmu (Heinze, 2008, p.35). Oleh
Kelebihan e-learning dapat memberikan karena itu tidak mengherankan bahwa banyak
fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan dan sekolah-sekolah ataupun perguruan tinggi
visualisasi melalui berbagai kelebihan dari telah menerapkan atau mempertimbangkan
masing-masing teknologi. Selanjutnya dikenal model blended learning. Hal tersebut juga
pula istilah blended learning (hybrid learning) didukung oleh pendapat Graham (2006,
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai p.7) yang mengemukakan: “we can be
perpaduan metode belajar tatap muka (di pretty certain that the trend toward blended
learning systems will increase”. Namun, harus Berdasarkan pengamatan terhadap proses
diperhatikan bahwa keberhasilan blended belajar mengajar di Program Studi Pendidikan
learning tidak terjadi secara otomatis, faktor Teknologi Informasi dan Komputer Sekolah
utama dalam keberhasialan blended learning Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
yaitu mempertimbangkan pedagogi dan desain PGRI Pontianak, proses belajar mengajar
instruksional terkait dengan cara terbaik untuk pada mata kuliah algoritma dan pemrograman
memanfaatkan alat-alat teknologi, bagaimana menggunakan pola-pola konvensional antara
memfasilitasi interaksi antara mahasiswa, cara dosen dan mahasiswa dalam jumlah tertentu,
memotivasi mahasiswa, serta mangatur materi ujian tertulis, serta kehadiran siswa dalam kelas
yang terbaik disampaikan melalui Internet masih dianggap sebagai pemicu keberhasilan
dibandingkan tatap muka. pembelajaran. Partisipasi mahasiswa relatif
Penerapan blended learning dapat rendah, dalam proses pembelajaran dosen
memberikan minat belajar mandiri mahasiswa kurang melibatkan mahasiswa sehingga
karena banyak informasi mutakhir yang interaksi yang terjadi kurang dinamis, sebagian
dapat diperoleh melalui internet, metode ini besar mahasiswa hanya mampu meniru apa
sangat efisien karena selain mahasiswa bisa yang dikerjakan dosen. Mahasiswa cenderung
mendapatkan perkuliahan tatap muka dengan tidak menunjukkan minat yang baik terhadap
dosen di dalam kelas, mereka juga bisa matakuliah Algoritma dan Pemrograman.
mengakses materi yang diberikan secara online Motivasi belajar mahasiswa dalam mengikuti
di manapun mereka berada. Blended Learning proses belajar mengajar juga terlihat kurang,
sangat bermanfaat untuk mengembangkan dan hal ini dapat dilihat dari (1) konsentrasi
menanamkan keterlibatan mahasiswa akan mahasiswa yang tidak fokus sebab siswa
perkuliahan yang diadakan karena mahasiswa banyak melakukan aktifitas diluar kegiatan
harus aktif mengikuti perkembangan yang belajar dan (2) waktu belajar efektif yang
terjadi di dalam kampusnya. cenderung rendah, sebab mahasiswa dan dosen
Perubahan tingkah laku yang timbul terlihat tidak memiliki ikatan kuat dalam upaya
akibat proses belajar adalah sebagai bentuk pencapain tujuan belajar.
dari perubahan pemahaman perilaku, persepsi, Hasil rekapitulasi perhitungan angket
motivasi, atau gabungan dari semuanya dan monitoring evaluasi kinerja dosen pada
kualitas belajar seseorang ditentukan oleh program studi Pendidikan Teknologi
pengalaman-pengalaman yang diperolehnya
Informasi dan Komputer semester genap tahun
saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
ajaran 2012/2013 yang di peroleh dari unit
(Winataputra, 2008, p.5).
penjaminan mutu STKIP PGRI Pontianak
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan menunjukkan bahwa penilaian tentang media
internal dan eksternal pada pembelajar untuk pembelajaran yang digunakan oleh dosen
mengadakan perubahan tingkah laku yang masih tergolong cukup. Dalam menyampaikan
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam materi kuliah dosen menggunakan media
belajar. Motivasi sendiri mempunyai peranan pembelajaran berbasis multimedia dengan
dalam membantu memahami dan menjelaskan program komputer yang di tampilkan melalui
perilaku individu dalam belajar. Peranan layar LCD proyektor. Keterbatasan peralatan
penting motivasi dalam belajar antara lain yang dimiliki dan banyaknya materi yang
menentukan hal-hal yang dianggap dapat harus disampaikan, menyebabkan metode
menguatkan kegiatan belajar dan memperjelas
pembelajaran kuliah di kelas menggunakan
tujuan belajar. Tujuan dari pembelajaran adalah
media pembelajaran ini sering kali tidak dapat
membantu pembelajar agar memperoleh
dilakukan dengan baik. Dosen cenderung lebih
berbagai pengalaman sehingga pengetahuan,
memfokuskan pada pencapaian materi yang
keterampilan, dan nilai atau norma yang
dibebankan pada silabus dan SAP.
mengendalikan sikap dan perilaku siswa
mengalami perubahan secara positif baik Hal ini didukung oleh data hasil nilai
kualitas maupun kuantitas (Uno, 2013, p.27). tengah semester matakuliah Algoritma dan
secara mental makna dan filosofinya, maksud Waktu dan Tempat Penelitian
dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, Tempat penelitian berlokasi di Program
sehingga menyebabkan mahasiswa memahami Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan
suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi Komputer Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
mahasiswa yang belajar adalah memahami Pendidikan (STKIP) PGRI Pontianak Provinsi
tujuan akhir setiap pembelajaran. Pemahaman Kalimantan Barat. Penelitian ini dilakukan
memiliki arti sangat mendasar yang meletakkan pada bulan Maret sampai dengan April Tahun
bagian-bagian belajar pada porsinya. Tanpa Pelajaran 2013/2014.
pemahaman, maka pengetahuan, keterampilan,
dan sikap tidak akan bermakna. Target/Subjek Penelitian
Menurut Usman (2002, p.35) melibatkan Populasi dalam penelitian ini adalah
pemahaman sebagai bagian dari domain mahasiswa semester 2 program studi
kognitif hasil belajar. Pemahaman mengacu pendidikan teknologi informasi dan komputer
kepada kemampuan memahami makna materi. tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah
Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan 270 mahasiswa, kemudian penentuan sampel
dan merupakan tingkat berpikir yang rendah. dilakukan dengan teknik purposive sampling
Selanjutnya, Sudjana (2010, p.24) membagi adalah teknik penentuan sampel dengan
pemahaman ke dalam tiga kategori, yakni pertimbangan tertentu, pada penentuan
sebagai berikut: (a) tingkat pertama atau tingkat sampel ini dengan pertimbangan kesesuaian
terendah, yaitu pemahaman terjemahan, mulai jadwal perkuliahan. Sampel yang digunakan
dari terjemahan dalam arti sebenarnya; (b) dalam penelitian ini yaitu 4 kelas dengan total
tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, mahasiswa 156 orang yang terdiri dari kelas B
yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu Pagi (34 orang) dan A Sore (44 orang) sebagai
dengan yang diketahui berikutnya, atau kelas Eksperimen sedangkan kelas C Pagi (32
menghubungkan beberapa bagian dari grafik orang) dan C sore (46 orang) sebagai kelas
dengan kejadian, membedakan yang pokok dan kontrol.
yang bukan pokok; dan (c) pemahaman tingkat
ketiga atau tingkat tertinggi, yakni pemahaman Prosedur
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan Proses penelitian diawali dengan terlebih
mampu melihat di balik yang tertulis, dapat dahulu menentukan kelompok mahasiswa
membuat ramalan tentang konsekuensi atau yang terlibat di dalamnya. Kelompok yang
dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, digunakan dalam penelitian kuasi eksperimen
dimensi, kasus, ataupun masalahnya. mengacu pada kelas yang sudah ada terbentuk
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka sebelumya baik sebagai kelompok kontrol
dapat diketahui bahwa pemahaman marupakan maupun kelompok eksperimen (Creswell,
salah satu bentuk pernyataan hasil belajar. 2012:309).
Pemahaman setingkat lebih tinggi dari Pada penelitian ini kelompok eksperimen
pengetahuan atau ingatan. Oleh karena itu, menggunakan model blended learning
untuk meningkatkan pemahaman diperlukan (X1) sedangkan kelompok kontrol diberi
proses belajar yang baik dan benar. Pemahaman pembelajaran menggunakan konvensional
mahasiswa akan dapat berkembang bila proses (X2). Semua kelompok sebelumnya diberi
pembelajaran berlangsung dengan efektif dan pretest untuk membantu menetapkan ekui-
efisien. valensi mereka, sebelum adanya perlakuan
bersifat eksperimen.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
eksperimen semu (quasi-experiment) dengan Gambar 1. Desain penelitian
non-equivalent control group design.
Tabel 1. Output Independent Samples Test Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan kelas kontrol
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Mean Std. Error Interval of the
t Df Difference
(2-tailed) Difference Difference
Lower Upper
motiv_akhir Equal variances 3,732 154 ,000 5,78205 1,54941 2,72122 8,84289
assumed
Equal variances 3,732 149,099 ,000 5,78205 1,54941 2,72042 8,84368
not assumed
Tabel 2. Output Independent Samples Test Tingkat Pemahaman Kelas Eksperimen dan kelas kontrol
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Mean Std. Error Interval of the
t Df Difference
(2-tailed) Difference Difference
Lower Upper
motiv_akhir Equal variances 4,782 154 ,000 9,93590 2,07786 5,83111 14,04069
assumed
Equal variances 4,782 144,056 ,000 9,93590 2,07786 5,82886 14,04293
not assumed
Ga
Rata-rata skor tingkat pemahaman yang mahasiswa mahasiswa pada mata kuliah
diukur sebelum pembelajaran blended learning algoritma dan pemrograman antara mahasiswa
sebesar 28,462. Kemudian setelah diberikan setelah mengikuti pembelajaran model
pembelajaran dengan memanfaatkan blended blended learning dengan pembelajaran model
learning sebanyak tujuh kali pertemuan, konvensional, dimana nilai signifikansi sebesar
tingkat pemahaman diukur lagi dan diperoleh 0,000 lebih kecil dari 0,05. Rata-rata tingkat
rata-rata motivasi belajar 58,750 yang artinya pemahaman (posttest) pada kelas eksperimen
ada peningkatan rata-rata sebesar 30,288 adalah 58,750 dan rata-rata tingkat pemahaman
point. Gambaran peningkatan rata-rata tingkat (posttest) pada kelas kontrol adalah 48,814
pemahaman disajikan pada gambar 5. sehingga terdapat perbedaan rata-rata tingkat
pemahaman (posttest) antara kelas eksperimen
dan kontrol sebesar 9,936. Perbedaan tingkat
PEMBAHASAN
pemahaman mahasiswa tersebut terlihat pada
Mengacu pada tujuan penelitian analisis rata-rata peningkatan tingkat pemahaman
data diarahkan untuk menguji hipotesis agar pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
didapat fakta empiris yang valid. Hipotesis 1 kelas kontrol. Pada pembelajaran blended
dan 2 secara esensi bertujuan untuk memberi learning melengkapi dan mengatasi materi
dasar yang kuat pada pengambilan keputusan yang belum tersampaikan pada pembelajaran
hipotesis 3 dan 4. Hal itu disebabkan karena saat mahasiswa belajar di kelas, bermanfaat
perbedaan signifikan pada motivasi dan tingkat untuk mengembangkan dan menanamkan
pemahaman mahasiswa di kedua kelas akibat keterlibatan mahasiswa akan perkuliahan
pengaruh penerapan pembelajaran blended yang diadakan karena mahasiswa harus aktif
learning dibanding konvensional. Berdasarkan mengikuti perkembangan yang terjadi di dalam
hasil analisis dilakukan pembahasan sebagai kampus. Penggunaan media online berbasis
berikut : web menyediakan latihan soal dan kuis yang
Pertama, berdasarkan hasil hipotesis I dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa karena
bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar feedback berupa skor yang diperoleh dapat
mahasiswa pada mata kuliah algoritma dan langsung diketahui termasuk jawaban soal
pemrograman antara mahasiswa setelah yang benar dan salah, hal ini dapat membantu
mengikuti pembelajaran model blended mahasiswa untuk mengetahui kesulitan materi
learning dengan pembelajaran model yang mereka hadapi sehingga memacu untuk
konvensional, dimana nilai signifikansi belajar lebih giat lagi dalam meningkatkan
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Rata – kualitas pembelajaran.
rata skor motivasi belajar mahasiswa kelas Ketiga, berdasarkan hasil hipotesis III
eksperimen sebesar 132,153. Rata – rata skor bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar
motivasi belajar mahasiswa kelas kontrol mahasiswa pada mata kuliah algoritma dan
sebesar 126,371. Perbedaan rata-rata motivasi pemrograman akibat penerapan pembelajaran
akhir antara kelas eksperimen dan kelas blended learning, dimana nilai signifikansi
kontrol sebesar 5,782. Perbedaan peningkatan sebesar 0,000 < 0,05. Rata-rata skor
motivasi belajar mahasiswa pada model motivasi awal sebelum pembelajaran blended
pembelajaran blended learning ini terlihat learning sebesar 120,449, kemudian setelah
dari keaktifan mahasiswa yang terindikasi diterapkan pembelajaran model blended
dengan meningkatnya partisipasi dan perhatian learning sebanyak tujuh kali pertemuan rata-
mahasiswa dalam proses pembelajaran. rata skor motivasi belajar sebesar 132,154,
Pengaturan eksternal dari sisi pembelajaran terdapat peningkatan rata-rata sebesar
seperti media, bahan, wacana yang disiapkan 11,705. Secara umum penggunaan model
dapat menarik minat dan potensi mahasiswa blended learning pada proses pembelajaran
untuk belajar yang menunjang munculnya atau berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
tumbuhnya motivasi internal. motivasi belajar mahasiswa. Pembelajaran
Kedua, berdasarkan hasil hipotesis II dengan blended learning ini memberikan
bahwa terdapat perbedaan tingkat pemahaman ruang yang lebih luas kepada mahasiswa
untuk melakukan eksplorasi kemampuan dan e-learning antar mahasiswa dan dosen.
kemandirian yang selama ini terpusat pada Mahasiswa akan belajar sesuai dengan gaya
kegiatan pembelajaran dalam kelas. Blended belajar dan kecepatan masing-masing dibawah
learning memadukan pembelajaran tatap muka bimbingan dosen yang berperan mendorong
dengan online learning yang menimbulkan dan melengkapi seluruh rangkaian proses
interaksi dinamis antara mahasiswa dengan pembelajaran.
dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa
serta pennggunaan metode pembelajaran yang
SIMPULAN DAN SARAN
variatif dan disukai oleh mahasiswa akan
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Simpulan
Keempat, berdasarkan hasil hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
IV bahwa terdapat peningkatan tingkat
dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat
pemahaman mahasiswa pada mata kuliah
disimpulkan sebagai berikut:
algoritma dan pemrograman akibat penerapan
pembelajaran blended learning, dimana Pertama, motivasi belajar mahasiswa
nilai signifikansi 0,000 < (α) 0,05. Rata- Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi
rata skor tingkat pemahaman yang diukur dan Komputer STKIP PGRI Pontianak untuk
sebelum pembelajaran blended learning mata kuliah Algoritma dan Pemrograman
sebesar 28,462. Kemudian setelah diberikan memiliki perbedaan signifikan antara kelas
pembelajaran dengan memanfaatkan blended yang menggunakan model blended learning
learning sebanyak tujuh kali pertemuan, dengan kelas yang menggunakan model
tingkat pemahaman diukur lagi dan diperoleh konvensional.
rata-rata motivasi belajar 58,750 yang artinya Kedua, tingkat pemahaman mahasiswa
ada peningkatan rata-rata sebesar 30,288. Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi
Model pembelajaran blended learning dan Komputer STKIP PGRI Pontianak untuk
merujuk pada penggunaan internet untuk mata kuliah Algoritma dan Pemrograman
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat memiliki perbedaan signifikan antara kelas
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. yang menggunakan model blended learning
Mengoptimalkan peran komputer sebagai dengan kelas yang menggunakan model
sarana untuk menampilkan dan merekayasa konvensional.
teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan Ketiga, motivasi belajar mahasiswa
yang terintegrasi. Pemanfaatan teknologi Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi
informasi dapat melatih mahasiswa untuk dan Komputer STKIP PGRI Pontianak untuk
belajar bagaimana belajar (learn how to learn). mata kuliah Algoritma dan Pemrograman
Dalam pembelajaran blended learning akan mengalami peningkatan secara signifikan
banyak sumber belajar yang harus di akses oleh disebabkan penerapan model blended learning.
mahasiswa, karena sumber-sumber tersebut
Keempat, tingkat pemahaman mahasiswa
tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang
Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi
dimiliki oleh dosen. Hal tersebut juga harus
dan Komputer STKIP PGRI Pontianak untuk
di dukung oleh kemampuan dosen dalam
mata kuliah Algoritma dan Pemrograman
merancang sumber-sumber belajar mana saja
mengalami peningkatan secara signifikan
yang dapat diakses untuk mengkombinasikan
disebabkan penerapan model blended learning
dengan buku, multimedia dan sumber belajar
lain. Pelaksanaan pembelajaran juga efisien Saran
dari segi waktu karena pemberian materi
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
yang sifatnya mandiri bagi mahasiswa akan
telah diuraikan sebelumnya, ada beberapa hal
dialokasikan waktunya pada e-learning,
yang dapat disarankan diantaranya adalah:
sementara materi yang memerlukan penjelasan
khusus akan dialokasikan waktu tatap muka. Pertama, model pembelajaran blended
Pembelajaran tatap muka juga digunakan learning telah terbukti dapat meningkatkan
untuk melakukan refleksi pembelajaran motivasi dan tingkat pemahaman mahasiswa.
Oleh karena itu pihak kampus senantiasa Driscoll, M., & Carliner, S. (2005). Advanced
perlu mendorong penerapan model ini lewat web-based training strategies:
pelatihan dosen dan menyediakan fasilitas yang
menunjang terlaksananya model pembelajaran UnlockingInstructionally sound online
tersebut. learning. San Francisco: John Wiley &
Sons, Inc.
Kedua, kebutuhan akan teknologi
informasi merupakan keharusan dalam Fenton, D. & Watkins, B. W. (2010). Fluency
pembelajaran modern. Oleh karena itu berbagai in distance learning. Charlotte, NC:
upaya peningkatan pembelajaran khusus Information age publishing, Inc
nya mahasiswa Studi Pendidikan Teknologi
Informasi dan Komputer yang dilakukan oleh Fyans, Leslie J., & Jr., Martin L. Maehr. (1990).
seluruh pihak terkait. School Culture, Student Ethnicity,
and Motivation ED327 947 . Urbana,
Illinois: The National Center for School
DAFTAR PUSTAKA Leadership
Abdul, K. (2012). Algoritma dan pemrograman Graham, C. R. (2006). Blended learning
menggunakan java. Yogyakarta: Andi systems: Definition, current trends, and
offset. future directions. Dalam C. J. Bonk &
C. R. Graham (Eds), The Handbook of
Ahmed, et.al. (2008). Blended e-learning
blended learning: Global perspectives,
design : Discussion of cultural issues.
local designs (pp. 3-21). San Francisco,
Journal of Cyber Society and Education.
CA: John Wiley & Sons, Inc.
17-32
Hadjerrouit, S. (2007). A Blended learning
Antonius, R.C. (2010). Algoritma dan
model in java programming: A design-
pemrograman dengan bahasa c.
based research approach. Proceeding
Yogyakarta: Andi offset.
of the 2007 computer science and IT
Barbara, S., et al. (2008). Vienna E-Lecturing education conference, 283-308.
(VEL): Learning how to learn selft-
Hadjerrouit, S. (2008). Towards a Blended
regulated in an internet-based blanded
Learning Model for Teaching and
learning setting. International journal
Learning Computer Programming: A
on e-learning.
Case,Study,( Informatics in Education:
Bishop, G. (1989). Alternative Strategies foe Institute of Mathematics and Informatics,
Education, London, Mc Millan Publisher Vilnius, Vol. 7, No. 2, 181–210), Journal.
Ltd, dalam Menyemai benih teknologi
Hamzah B.Uno.(2013). Teori motivasi dan
pendidikan, Yusufhadi Miarso, Kencana,
pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Jakarta.
Harlen, W. and Crick, R.D. (2003). Testing
Dagdilelis, V., Satratzemi, M., and Evangelidis,
and motivation for learning. Graduate
G. (2004). Introducing secondary
School of Education, University of
education student to algoritms and.
Bristol, 35 Berkeley Square, Bristol BS8
Education and information technologies
1JA, UK, Assessment in Education, Vol.
9:2, 159-173. Kluwer academic publi-
10, No. 2.
shers. Manufactured in the Netherlands.
Heinze, A. (2008). Blended learning : An
Dankel, Muijs. (2004). Doing Quantitative
interpretive action reseach study.
Research in Education, British library.
Disertasi doktor, tidak diterbitkan,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. (2008). University of Salford, Salford, UK
Pengembangan Kurikulum Berbasis
Heinze, A. & Procter. (2006). Online
Kompetensi Pendidikan Tinggi.
communication and information
Kaye & Thorne. (2003). Blended learning : Schunk, D.H., Pintrich, P.R., & Meece, J.L.
how to integrate online and traditional (2012). Motivation in Education:
learning. Great Britain and the United Theory, Research, and application.
States: Kogan Page Limited. Third Edition, Pearson Education, Upper
Saddle River, New Jersey.
Margolis, H., & McCabe, P. (2004). Self-
efficacy: A key to improving the Slemer, S. (2005). Use blended learning to
motivation of struggling learners. The increase learner engagement and reduce
Clearing House, 77, 241–249. training cost
Moh, Sjukani. (2004). Algoritma & Struktur Seok, S. (2008). Teaching aspect on e-learning.
Data dengan C, C++, dan Java. Jakarta: International journal on e-learning.
Mitra Wacana Media.
Sharpe, Rhona et.al. (2006). The undergraduate
Moh. Usman, U. (2002). Menjadi guru experience of blended e-learning : A
profesional. Bandung: PT. Remaja review of Uk literature and practice.
Rosdakarya
Susilana, R. & Riyana. (2009). Media
Mortera-Gutierrez, F. (2005). Faculty best pembelajaran: hakikat, pengembangan,
practices using blended learning in pemanfaatan, dan penilaian. Bandung:
e-learning and face-to-face instruction. Wacana Prima.
20th Annual Conference on Distance
Teaching and Learning. The Board of Sutratinah, & Tirtonegoro. (2001). Penelitian
Regents of the University of Wisconsin Hasil Belajar Mengajar. Surabaya:
System. Usaha Nasional.
Nana, S. (2010). Evaluasi proses dan hasil Djamarah, Syaiful. Bahri.(1994). Prestasi
pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara belajar dan kompetensi guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Patron, H., & Lopez, S. (2011). Student effort,
consistency, and online performance. Tam, M. (2000). Constructivism, instructional
The Journal of Educator Online, Vol 8 design, and technology: Implication for
(2). transforming distance learning. Edu-
cation technology, Volume 3 number 2.
Prawiradilaga, Dewi Salma. (2007). Prinsip
disain pembelajaran : Instructional Team Schoology. (2013). Schoology instructor
Design Principles. Jakarta: Kencana. guide. Lake Mills High School.
Purwanto. (2013). Evaluasi hasil belajar. Thorne, K. (2003). Blended learning: How
Yogyakarta: Pustaka belajar. to integrate online and traditional
learning. London: Kogan Page.
Ruiz, J.G., Mintzer, M.J. and Leipzig, R.M.
(2006). The Impact of E-Learning in Walberg, H.J. & Tsai, S.L. (1983). Matthew
Medical Education. Academic Medicine, effects in education. American edu-
81(3), 207-212. cational research journal Vol. 20, No.
3, Pp. 359-373.
Wayne, H. & Ruth, D.C. (2003) Testing and Xiaojing Liu, Xiaoying Wang & Rui Wang.
Motivation for Learning, Graduate (2013). Application of blended learning
School of Education, Assessment in in data structures and algorithms course
Education, Journal Assessment in teaching. International conference on
Education, Vol.10, No.2. education technology and information
system. Department of computer
Winataputra, (2008), Teori belajar dan technology and application, Qinghai
pembelajaran, Universitas Terbuka, university, Xining, 810016, China.
Jakarta.
Zaenal, Abidin, “Motivasi dalam strategi
Winkel, W.S. (1999). Psikologi pengajaran. pembelajaran dengan pendekatan
Jakarta : PT. Grasindo. ARCS”,(Jurnal Fakultas Agama Islam
Wowo, S.K. (2013). Filsafat pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
teknologi vokasi dan kejuruan. Bandung: Vol.XVIII), 43.
Alfabeta.