Muh. Fadryansah (190202018) Mk. Profesi Pendidikan
Muh. Fadryansah (190202018) Mk. Profesi Pendidikan
MUH. FADRYANSAH
(190202018)
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberi
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca serta
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang baik demi perbaikan
tugas makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
Sengkang, 30 September
Muh. Fadryansah
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi..........................................................................................3
D. Karakteristik Profes........................................................................................8
A. Kesimpulan ...................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan budaya serta profesi
keguruan sering kali dihadapkan pada suatu dilema. Disatu pihak,
penggunaan jasa kependidikan menuntut kualitas dan kuantitas pendidikan,
tetapi disisi lain pemandang profesi kependidikan dihadapkan kepada
keterbatasan individu. terkadang profesi keguruan disalah artikan oleh
kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan baik lahir maupun batin
seperti yang sering kita lihat, kita dengar dan kita baca di media sering sekali
terdapat kasus yang seharusnya tidak dilakukan oleh penyandang profesi
keguruan.
Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa
pendidikan maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam
kebodohan dan kevakuman sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang
berguna demi meningkatkan kualitas diri. Pendidikan bisa dilakukan oleh
lembaga formal dan informal. Lembaga formal penyelenggara pendidikan
meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga informal
dimulai dri pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal.
Pendidikan formal akan sangat berperan penting dalam membentuk
kepribadian dan kualitas individu. Seorang tenaga pendidik yang melatih dan
mendidik individu harus benar-benar terlatih. Dengan kata lain seorang
pendidik harus profesional. Guru sebagai profesi menjadi tenaga pendidik
yang diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi tertentu seperti
kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan
kompetensi sosial. Semua kompetensi itu berkaitan dengan upaya
peningkatan kualitas dan keprofesionalan guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka di rumuskan beberapa masalah
antara lain sebagai berikut:
1
1. Jelaskan pengertian profesi?
2. Apa itu profesi guru dan uraikan ciri pokok profesi?
3. Uraikan kode etik profesi?
4. Jelaskan karakteristik profesi ?
5. Apa saja syarat profesi kependidikan?
6. Bagaimana pengembangan profesi kependidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan dan mengetahui pengertian profesi
2. Dapat mengetahui apa itu profesi guru dan dapat menguraikan ciri pokok
profesi
3. Dapat menguraikan dan mengetahui kode etik profesi
4. Dapat menjelaskan dan mengetahui karakteristik profesi
5. Dapat mengetahui apa saja syarat profesi kependidikan
6. Dapat menjelaskan bagaimana pengembangan profesi kependidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka
yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu
jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu. Istilah profesi, menurut Everest Hughes (dalam Piet
A Sahartian, 1994) merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya
menjadi pekerjaan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Profesi yaitu salah satu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Menurut ornstein dan levine (1984) bahwa suatu pekerjaan atau jabatan
dapat disebut profesi bila pekerjaan atau jabatan itu dilakukan dengan :
3
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori praktik (teori baru
dikembangkandari hasil penelitian).
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan mempunyai persyaratan masuk
(untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentuatau ada
persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).
6. Otonomi dalam mebuat keputusan tentang ruang lingkup kerja
tertentu(tidak diatur oleh orang lain).
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan tampilan
untuk kerjanya berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung
bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya,tidak dipindahkan
keatasan instansi yang lebih tinggi).Mempunyai sekumpulan unjuk kerja
yang baku.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan
terhadap layanan yang akan diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesi,relatif bebas dari
super vise dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi
untuk mendata klien,sementara tidak ada supervise dari luar terhadap
pekerjaan dokter sendiri).
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
4
6. proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dicontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat,anggota profesi otonom bebas
dari campur tangan orang lain.
10. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat oleh
karenanya memperoleh imbalan tinggi pula.
Selain profesi, banyak istilah istilah lain yang berkaitan dengan profesi.
Menurut Sanusi ( 1991) menjelaskan ada 5 konsep mengenai hal tersebut:
1. Profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
para anggotanya. Artinya, ia tidak bias dilakukan oleh sembarang orang
yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan
pekerjaan itu. keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi,
yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu
(pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi
(in-service training).
2. Professional
Professional adalah penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini,
professional dikontraskan dengan “ non-profesional” atau “ amatir”.
3. Profesionalisme
Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-
menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
4. Profesionalitas
5
Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap
profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
dalam rangka melakukan pekerjaannya.
5. Profesionalisasi
Profesionalisasi menunjukkan pada proses peningkatan kualifikasi
maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan professional baik dilakukan melalui pendidikan/latihan
“pra-jabatan” maupun “dalam-jabatan”
6
4. Batang tubuh ilmu, suatu profesi didasarkan pada suatu disiplin ilmu yang
jelas, sistematis dan ekplisit.
5. Masa pendidikan, upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu
danketerampilan-keterampilan tersebut membutuhkan masa latihan yang
sama, bertahun-tahun, dan tidak cukup hanya beberapa minggu atau bulan.
Hal inidilakukan sampai tingkat perguruan tinggi.
6. Sosialisasi nilai-nilai profesional, proses pendidikan tersebut juga
merupakanwahana untuk sosialisasi nilai-nilai profesional dikalangan para
siswa/mahasiswa.
7. Kode etik, dalam memberikan pelayanan kepada client, seorang
profesional berpegang teguh kepada kode etik yang pelaksanaannya
dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap pelanggaran taerhadap kode etik
dapat dikenakan sanksi
C. Kode Etik Profesi
Kode etik yaitu norma yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat
kerja. Menurut UU No. 8 (Pokok-Pokok Kepegawaian), Kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki.
Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang
berisikan nilai-nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis
mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk
dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat
lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah
bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik
akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.
Kode etik profesi memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
7
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Adapun fungsi dari kode etik profesi menurut Isnanto (2017) adalah :
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah
dibutuhkan dlam berbagai bidang.
D. Karakteristik Profesi
Lieberman (1956), Mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau di
cermati secara seksama. sebagai berikut:
1. A unique, definite, and essential service (Unik,terbatas, dan jasa penting)
Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik
(Khas), dalam arti berbeda dari jenis perKerjaan atau pelayanan apapun
yang lainnya. Disamping itu profesi juga bersifat definite (Terbatas) dalam
arti cakupan bidang garapannya (Meskipun Mungkin Sampai batas dan
derajattertentu ada kontigensinya dengan bidang lainnya ). Profesi juga
suatu essential service (Jasa penting) dalam arti hal itu amat dibutuhkan
oleh pihak penerima jasanya sementara pihaknya sendiri tidak memiliki
pengetahuan keterampilan dan kemampuan untuk melakuknnya sendiri.
2. An emphasis upon intellectual technique in performing its service
(Penekanan pada teknik intelektual dalam melakukan pelayanan)
Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intelektual yang
berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan rumah dengan keterampilan
8
atau pekerjaan manual semata mata .pelayanan profesi juga terkadang
mempergunakan peralatan layanan profesi juga terkadang mempergunakan
peralatan manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter
bedah misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaanya
dibimbing oleh suatu teori dan wawasan intelektual.
3. A long period of specialized training (Suatu periode panjang pelatihan
khusus)
Perolahan penguasaan dan kemampuan intelektual (Wawasan atau visi
dan kemampuan atau kompotensi serta kemahiran atau skills ) serta sikap
profesianal tersebut, seseorang akan memerlukan waktu yang cukup lama .
untuk mencapai kualifikasi keprofesian sempurna lazimnya tidak kurang
darin 5 tahun lamanya , di tampa dengan pengalaaman praktek terbimbing
hingga tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh dalam
menjalankan profesinya . pendidikan keprofesian termasuk lazimnya di
selengarakan pada jenjang pendidikan tinggi , dengan proses
pemagangannya sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para
seniornya.
4. A broad range off autonomy for both the individual practitioners and the
occupational group as a whole (Berbagai luas dari otonomi untuk kedua
praktisi individu dan kelompok kerja secara keseluruhan)
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga
kelompok (Asosiasi) profesi yang bersangkutanh sudah memberikan
jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukannya
sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan
bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogianya memberikan izin dan
lisensi untuk melaksanakan kinerja itu. Individu individu dalam kerangka
kelompok asosiasinya pada dasarnya relative bebas dari pengawasan, dan
secara lansung mereka menangani prakteknya. Dalam ham menjumpai
suatu kasus yang berada di luar kemampuannya, mereka membuat rujukan
referall kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau membawanya
kedalam suatu panel atau konforensi kasus (Case conference).
9
5. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for
judgments made and acts performed within the scope of professional
auotonomi (Penerimaan oleh praktisi tanggung jawab pribadi yang luas
untuk penilaian dibuat dan tindakan yang dilakukan dalam lingkup
auotonomy profesional)
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang tenaga
praktisi professional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung jawab
pribadinya harus secara penuh. Apapun yang terjadi, seperti dokter keliru
melakukan diagnosis atau memberikan perlakuan terhadap pasiennya atau
seorang guru yang keliru menangani permasalahan siswanya, maka
kesemuanya itu harus di pertanggung jawabkannya, serta tidak selayaknya
menudingkan atau melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain.
6. An acceptance upon the service to be rendered, rather then the economic
gain to the practitioners, as the basis for the organization and
performance of the social service delegated to the occupational group
(Penerimaan atas jasa yang akan diberikan, ketimbang keuntungan
ekonomi kepada para praktisi, sebagai dasar bagi organisasi dan kinerja
pelayanan sosial didelegasikan kepada kelompok kerja)
Mengingat pelayanan professional itu merupakan hal yang amat
essencial (Diapandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya) maka
hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan
pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk kepentingan
perolehan imbalan ekonomis yang akan diterimanya. Hal itu bukan berarti
pelayanan professional tidak boleh memperoleh imbalan yang
selayaknya.Bahkan seandainya kondisi dan situasi menuntut atau
memanggilnya, seeorang professional itu hendaknya bersedia memberikan
pelayanan sekalipun tanpa imbalan sekalipun.
10
memerlukan latihan umum belaka);jabatan yang memerlukan latihan dalam
jabatan yang berkesinambungan;yang menjanjikan karir hidup dan
keanggotaan yang permanen;jabtatan yang menentukan baku
(standarnya)sendiri;jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas
keutungan pribadi;dan jabatan yang mempunyai organisasi yang kuat dan
terjalin erat.
Gambaran rinci tentang syarat-syarat jabatan kependidikan tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
4. Jabatan yang memerluka latiha dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dalam keanggotaan yang
permanen.
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya)sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Lebih khusus Sanusi ;dkk (1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi
perlunya profesionalisasi dalam pendidikan,yakni sebagai berikut:
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan,
emosi,dan perasaan.
2. Tenaga semiprofesional,merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D3 atau setara telah
berwenang mengajar secara mandiri tetapi masih harus melakukan
konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang
profesionalnya,baik dalam hal perencanaan,pelaksanaan,penilaian,maupun
pengendalian pengajaran.
3. Tenaga para profesional,merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidikan,tenaga kependidikan D2 kebawah,yang
11
memerlukan pembinaan dalam perencanaan,penilaian,dan pengenndalian
pengajaran.
F. Pengembangan Profesi Kependidikan
1. Kompetensi Profesional Kependidikan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan dengan jelas bahwa
tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan (Pasal 39 Ayat 1).
Pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,menilai hasil
pembelajaran,melakukan pembimbingan dan pelatihan,serta melalukan
segala potensinya,sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
2. Pendidikan Profesioanl Kependidikan
Pada umumnya pendidikan yang dilakukan untuk mengembangkan
profesi guru terdiri dari 2 jenis,yaitu pendidikan prajabatan (Pre-service
Educations) dan pendidikan dalam jabatan (In-service Educations).Dua
jenis pendidikan itu berbeda esensi dalam sistem pengelolahannya
meskipun diarahkan pada tujuan yang sama,yaitu meningkatkan mutu
layanan atau kinerja guru.
Pendidikan prajabatan merupakan pendidikan yang ditempuh
sebelum seseorang menjadi guru.Jenis pendidikan ini bertujuan untuk
menyiapkan calon guru dalam meniti karir dalam bidang pengajaran.Di
Indonesia,lembaga pendidikan prajabatan guru dilaksanakan pada tingkat
perguruan tinggi yang disebut dengan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK).
Pendidikan dalam jabatan adalah jenis pendidikan yang ditempuh
oleh guru dalam melaksanakan jabatan dan dimaksudkan untuk
mengembangkan kompetensi profesional dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian para
anggotanya. Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat sayarat profesi.
Antara lain standar untuk kerja, lembaga pendidikan, akademik yang
bertanggung jawab, organisasi profesi, etika dan kode etik profesi, sistem
imbalan, pengakuan masyarakat
National Education Association (NEA) (1948) menyarankan ciri-ciri
antaralain jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, jabatan yang
menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus, jabatan yang memerlukan
persiapan profesional yang lama, jabatan yang memerlukan latihan dalam
jabatan yang berkesinambungan, jabatan yang menjanjikan karier hidup dan
keanggotaan yang permanen, jabatan yang menentukan standarnya sendir,
jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi, jabatan
yang mempuyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Syarat-syarat profesi guru antara lain harus memiliki kompetensi
profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial, kemampuan untuk
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai
kemanusiaan daripada nilai benda material
B. Saran
Sudah seharusnya profesionalitas dimiliki oleh para pelaku profesi
terutama seorang pendidik. Karena akan menunjang keberhasilan yang lebih
maksimal dalam proses belajar mengajar demi mutu pendidikan yang lebih
baik lagi
13