Terje Mahan
Terje Mahan
ABSTRAK
Tujuan
Untuk menentukan prevalensi Low Back Pain (LBP), mengetahui
karakteristik sosiodemografi pasien dengan LBP, dan memeriksa hubungan antara
LBP dengan tekanan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan somatisasi
Subyek dan Metode
Dari 2.742 pasien yang sesuai dengan kriteria, 2180 pasien setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini yang menggunakan metode cross-sectional
(nilai respon 79,5%). Survei ini dilakukan pada pasien di pelayanan kesehatan
primer dari bulan Maret sampai Oktober 2012 dan didapatkan hasil
sosiodemografi dan karakteristik LBP. General Health Questionnaire-12
digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan kasus. Kecemasan dinilai dengan
Generalized Anxiety Disorder-7, depresi dinilai dengan Patient Health
Questionnaire-9, dan somatisasi dinilai dengan Patient Health Questionnaire-15.
Hasil
Sampel penelitian terdiri dari 52,9% laki-laki dan 47,1% perempuan. Prevalensi
LBP adalah 59,2%, yang terdiri dari 46,1% laki-laki dan 53,9% perempuan. LBP
secara signifikan lebih tinggi di Qatar (57,9%), perempuan (53,9%), ibu rumah
tangga (40,1%), dan individu dengan pendapatan bulanan yang lebih tinggi
(53,9%). Pada pasien LBP dengan somatisasi (14,9%), diikuti oleh depresi
(13,7%) dan gangguan kecemasan (9,5%). Gejala yang paling sering dilaporkan
pada pasien LBP dengan somatisasi adalah "sakit kepala" (41,1%) dan "rasa sakit
di lengan, kaki, atau sendi" (38,5%). Gejala yang paling sering di antara pasien
LBP dengan depresi antara lain "berpikir bunuh diri atau ingin menyakiti diri
sendiri" (51,4%) dan "merasa sedih, tertekan, atau putus asa" (49,2%). Gejala
kecemasan yang paling umum pada pasien LBP yakni "Tidak bisa menghentikan
atau mengendalikan mengkhawatirkan" (40,2%), "khawatir terlalu banyak tentang
hal-hal yang berbeda" (40,2%), dan "merasa takut seolah-olah sesuatu yang
mengerikan akan terjadi" (40,2%). Tekanan psikologis seperti kecemasan (9,5%
vs 6,2%), depresi (13,7% vs 8,5%), dan somatisasi (14,9% vs 8,3%) secara
signifikan lebih tinggi pada pasien LBP
Kesimpulan
Prevalensi LBP dalam sampel penelitian ini adalah sebanding dengan
penelitian lain. Selain itu, tekanan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan
somatisasi lebih umum pada pasien LBP dibandingkan dengan pasien tanpa LBP.
Kata Kunci
Somatisasi, kecemasan, depresi, Low Back Pain, Pelayanan Kesehatan
Primer.
PENDAHULUAN
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah dari keadaan ekonomi
dan masalah kesehatan yang mempengaruhi hampir 80% dari masyarakat. LBP,
penyebab utama dari terjadinya kecacatan, memiliki dampak ekonomi yang
signifikan tidak hanya pada kehilangan produktivitas, tetapi juga untuk perawatan
kesehatan. LBP termasuk kedalam peringkat pertama sebagai penyebab kecacatan
dan ketidakmampuan untuk bekerja, dan dapat mempengaruhi sebagian besar dari
kehidupan orang dewasa. Hal ini merupakan gejala umum yang akan ditemukan
oleh dokter umum. LBP adalah salah satu hal terpenting dalam masalah kesehatan
klinis dan masalah kesehatan masyarakat, dan merupakan penyakit yang paling
umum setelah flu biasa. LBP merupakan bentuk paling umum dari nyeri
muskuloskeletal kronis di seluruh dunia, yang sering menimbulkan kecacatan. Di
Eropa, telah ditetapkan bahwa LBP adalah penyebab paling sering kedua
kecacatan pada populasi orang dewasa. Delapan dari setiap sepuluh orang dewasa
mengalami LBP di beberapa titik dalam hidup mereka.
LBP merupakan kondisi yang kompleks yang dihasilkan oleh beberapa
faktor. Ada bukti bahwa kesulitan psikososial dan faktor psikologis mungkin
terkait dengan terjadinya LBP. Meskipun pengakuan bahwa keluhan nyeri yang
berlebihan berhubungan dengan masalah psikologis, hubungan yang tepat antara
perilaku nyeri dan faktor psikologis terus menjadi tidak jelas. Dilaporkan bahwa
LBP dapat memiliki dampak negatif yang cukup besar pada kualitas hidup dan
tekanan psikologis yang muncul pada pasien dengan LBP. Hipotesisnya adalah
bahwa subjek menunjukkan keluhan nyeri yang berlebihan akan lebih tertekan
daripada mereka yang tidak menunjukkan tingkat yang berlebihan terhadap
keluhan nyeri. Karena pentingnya kesehatan, sosial, dan keuangan, LBP menjadi
perhatian penting dari dunia medis. Dilaporkan bahwa risiko LBP meningkat
pesat dengan jumlah yang lebih besar dari pekerjaan fisik dan tekanan psikologis.
Studi pencegahan primer penting untuk mengidentifikasi faktor risiko prediktif
LBP sebelum intervensi tambahan dapat dikembangkan.
Sebuah studi sebelumnya oleh Bener et al melaporkan bahwa depresi dan
somatisasi sangat umum pada pasien LBP. Pada penelitian baru-baru ini
mengamati tingginya komorbiditas somatisasi, depresi, kecemasan, dan stres
dalam populasi yang diteliti dan menunjukkan hubungan yang kuat antaragejala
dengan gangguan psikologis pada pasien. Mengingat hasil dua studi ini, para
penulis memahami pentingnya fokus pada isu-isu LBP dalam populasi umum di
Qatar dan menjelajahi perbedaan psikologis potensial antara pasien dengan dan
tanpa LBP. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
prevalensi LBP dan karakteristik sosiodemografi pasien LBP dan memeriksa
hubungannya dengan tekanan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan
somatisasi.
HASIL
Tabel 1 menunjukkan karakteristik sosiodemografi dari subyek yang diteliti
sesuai dengan status LBP mereka. Prevalensi LBP adalah 59,2% dalam populasi
yang diteliti terdiri dari 52,9% laki-laki dan 47,1% perempuan. Mayoritas subyek
yang berusia 45-54 tahun (36,9%). LBP secara signifikan lebih tinggi di Qatar
(57,9%; P<0,001),perempuan (53,9%; P <0,001), ibu rumah tangga (40,1%; P
<0,001), dan individu dengan pendapatan bulanan yang lebih tinggi (53,9%; P =
0,002). Perokok (20,5%; P = 0,003), individu kelebihan berat badan (45,4%; P
<0,001), dan pasien yang menggunakan kasur spons untuk tidur (47,8%; P =
0.020). Memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi dari LBP
Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata dari gangguan somatisasi, depresi, dan
kecemasan pada subyek dengan dan tanpa LBP. Rerata skor kecemasan (8,1 ± 2,9
vs 6,4 ± 3,3; P <0,001), depresi (10,1 ± 3,3 vs 9,0 ± 3,5; P = 0,001), dan gangguan
somatisasi (16,1 ± 4,3 vs 14,2 ± 5,6; P <0,001) adalah secara signifikan lebih
tinggi pada pasien dengan LBP dibandingkan dengan pasien tanpa LBP.
Tabel 3 meneliti frekuensi gejala kecemasan, depresi, dan somatisasi antara
pasien dengan LBP. Gejala yang paling sering dilaporkan adalah "sakit kepala"
(41,1%), diikuti oleh "rasa sakit di lengan dan kaki atau sendi" (38,5%). Untuk
pasien LBP dengan depresi, gejala yang paling sering adalah "berpikir bunuh diri
atau ingin menyakiti diri sendiri" (51,4%) dan "merasa sedih, tertekan, atau putus
asa" (49,2%). Pada Gejala kecemasan yang sering terlihat antara lain "Tidak bisa
menghentikan atau mengendalikan mengkhawatirkan" (40,2%), "khawatir terlalu
banyak tentang hal-hal yang berbeda" (40,2%), dan "merasa takut seolah-olah
sesuatu yang mengerikan akan terjadi" (40,2%). Jarang dilaporkan gejala
somatisasi pada pasien LBP adalah "sesak napas" (17,2%), sedangkan "merasa
lelah atau memiliki sedikit energi" (16,4%) adalah yang paling sering dilaporkan
dengan gejala depresi pada pasien LBP dengan depresi. "Masalah relax" (20,5%)
adalah gejala yang paling dilaporkan pada pasien kecemasan.
Gambar 1 menunjukkan distribusi dari gangguan kejiwaan pada subjek
dengan dan tanpa LBP. Prevalensi kecemasan berat (9,5% vs 6,2%; P = 0,007),
depresi (13,7% berbanding 8,5%; P = 0,002), dan gejala somatisasi (14,9%
berbanding 8,3%; P <0,001) secara signifikan lebih tinggi pada pasien LBP
dibandingkan pasien tanpa LBP
Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi pada populasi penelitian denganLow
Back Pain (LBP)
Catatan: data merupakan n (%); dua sisi P-values didasarkan pada uji Pearson
Chi-squared.
Tabel 2. Skor rata-rata dari kecemasan, depresi, dan somatisasi antara
subyek dengan dan tanpa LBP
Catatan
Data mewakili data ± standar dua sisi P-values didasarkan pada Student T-Test
dan uji Pearson’s Chi-squared;
a) Pada depresi berat ditandai dengan skor ≥15;
b) Pada gejala somatisasi ditunjukkan oleh skor ≥15;
c) Pada kecemasan yang ditunjukkan oleh skor ≥11
Singkatan
GAD-7 (tujuh-item Generalized Anxiety Disorder Scale); LBP (Low Back Pain);
PHQ-9, (Sembilan item Patient Health Questionnaire) pada depresi; PHQ-15 (15
item Patient Health Questionnaire) pada gejala somatik.
Tabel 3. Distribusi gejala somatisasi, depresi, dan kecemasan pada pasien
Low Back Pain (n = 1290)
PEMBAHASAN
LBP secara luas dianggap sebagai masalah biopsikososial. Stres fisik dan
psikologis diketahui meningkatkan risiko LBP. Penelitian cross-sectional ini
menemukan bahwa faktor psikososial dikaitkan dengan episode LBP. Data
mengungkapkan hubungan yang signifikan antara prevalensi tekanan psikologis
dan LBP, yang sesuai dengan pengamatan sebelumnya. Prevalensi gejala
somatisasi (14,9% berbanding 8,3%; P <0,001), depresi (13,7% berbanding 8,5%;
P = 0,002), dan gangguan kecemasan (9,5% vs 6,2%; P = 0,007) lebih tinggi pada
sampel penelitian dari pasien LBP dibandingkan dengan mereka yang sehat.
Sebaliknya, Dickens et al menunjukkan bahwa pasien dengan dan tanpa perilaku
nyeri yang berlebihan memiliki tingkat yang sama dari kecemasan dan depresi,
terutama pada wanita.
Prevalensi LBP dalam studi sampel (59,2%) adalah dalam rentang yang
dilaporkan (50% -80% ) dari produk dalam masyarakat industri modern yang akan
mengalami LBP lebih dari sekali dalam seumur hidup mereka. Dalam studi lain
oleh Manchikanti et al, prevalensi seumur hidup dari LBP dilaporkan 69% - 80%.
Tingkat prevalensi dalam penelitian ini adalah dekat dengan tingkat yang diamati
di negara-negara tetangga seperti Uni Emirat Arab (64,7%) dan Arab Saudi
(51,6%). Hal itu dilaporkan dalam bahwa baru-baru ini menyatakan prevalensi
LBP bisa setinggi 60% - 80% di AS dan populasi orang dewasa di Eropa.
Meskipun peneliti setuju dengan tingkat prevalensi pada penelitian yang
dilakukan di wilayah Teluk, itu lebih tinggi dari prevalensi yang diamati di
negara-negara maju seperti Inggris (49%) dan Kanada (47%).
Variabel sosiodemografi memainkan peran penting dalam pengembangan
LBP. Dalam sampel penelitian, terjadinya peningkatan LBP dengan bertambahnya
umur hingga 55 tahun dan kemudian terjadi penurunan secara bertahap dan
konsisten. Setelah itu, studi oleh Kostova dan Koleva, ditemukan bahwa gejala
LBP secara konsisten lebih umum di kalangan perempuan (53,9%) dibandingkan
dengan laki-laki (46,1%). Penelitian lain juga melaporkan temuan serupa yakni
perempuan lebih mungkin untuk terkena LBP dibandingkan laki-laki. Tingkat
stres yang lebih tinggi di kalangan perempuan karena kombinasi dari stres yang
berhubungan dengan pekerjaan dan stres yang berhubungan dengan tanggung
jawab untuk keluarga mungkin menjadi pemicu peningkatan insidensi dari LBP.
Merokok menunjukkan hasil yang signifikan pada pasien yang diteliti dengan
LBP (20,5% vs 15,5%; P = 0,003), yang sejalan dengan studi oleh Kaila-Kangas
et al yang menerangkan hubungan antara merokok dengan LBP. Subjek dengan
tingkat pendidikan pendidikan menengah (23,6%) memiliki risiko lebih tinggi
terkena LBP dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Temuan
serupa diamati dalam studi terbaru oleh Kwon et al. Dalam sampel penelitian ini,
subyek dengan kurangnya tingkat pendidikan memiliki risiko tinggiterkena LBP
dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi.
Penelitian ini mengidentifikasi bahwa tekanan psikologis dikaitkan dengan
peningkatan risiko LBP. Hubungan yang signifikan diamati pada subyek yang
diteliti dengan LBP dengan skor rata-rata yang lebih tinggi pada gangguan
kecemasan (8,1 ± 2,9 vs 6,4 ± 3,3; P <0,001), depresi (10,1 ± 3,3 vs 9,0 ± 3,5; P =
0,001), dan gangguan somatisasi (16.1 ± 4.3 vs 14,2 ± 5,6; P <0,001). Analisis
studi lain menunjukkan bahwa orang-orang dengan LBP secara signifikan lebih
tinggi pada depresi dibandingkan mereka yang tidak. Di antara jenis tekanan
psikologis, somatisasi lebih lazim pada pasien LBP, diikuti oleh depresi dan
kemudian kecemasan. Dalam studi lain, kecemasan disajikan dengan prevalensi
tertinggi, diikuti oleh somatisasi dan kemudian depresi.
Studi penelitian menggambarkan masalah psikologis antara pasien LBP dan
menunjukkan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan LBP. Pasien LBP di
Iran memiliki peningkatan pada tekanan psikologis hidup berdampingan, seperti
yang telah ditunjukkan dalam populasi LBP pasien saat ini. Dalam sebuah
penelitian di Australia, depresi dikaitkan dengan LBP. Faktor-faktor psikologis
yang terkait dengan LBP menunjukkan bahwa tekanan dapat memperburuk rasa
sakit.
Sebaliknya, dalam sebuah studi difokuskan pada dampak dari kecemasan
atau somatisasi pada terjadinya LBP, tidak ada hubungan yang ditemukan terkait
Namun, somatisasi ditemukan dapat mengakibatkan kecacatan. Tekanan
psikologis diamati lebih sering pada pasien LBP di sebagian besar studi. Gejala
somatik yang paling umum adalah "sakit kepala" (41,1%) dan sebagian besar
pasien depresi yakni "merasa sedih, tertekan, atau putus asa" (49,2%). Hampir
setengah dari pasien LBP dengan gejala kecemasan (41,8%) adalah "merasa
gugup dan cemas atau tegang." Pasien cenderung memiliki LBP tekanan
psikologis lebih besar dan signifikan dimana keadaan ini merupakan salah satu
masalah yang paling menonjol yang dihadapi pasien serta penyedia layanan
kesehatan.
Manifestasi klinis pada pasien LBP bersamaan dengan penyakit jiwa, paling
sering depresi dan somatisasi. Penelitian ini memberikan bukti epidemiologi
untuk frekuensi yang lebih tinggi dan tingkat keparahan somatisasi, depresi, dan
gejala kecemasan pada pasien dengan LBP dibandingkan dengan pasien tanpa
LBP. Temuan saat ini pada LBP dan faktor psikososial yang terkait mendesak
tenaga kesehatan untuk mempertimbangkan dan mengidentifikasi hambatan
psikologis untuk pemulihan. Memahami pentingnya jalur psikososial dalam
pengembangan LBP tidak hanya terletak pada kemajuan pengetahuan dalam
fenomena, tetapi juga dalam merancang intervensi pencegahan.
KESIMPULAN
Penelitian ini mengungkapkan bahwa LBP adalah masalah umum pada
populasi umum. Data menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan diamati
antara tekanan psikologis dan prevalensi LBP. Somatisasi adalah keadaan umum
pada LBP, diikuti oleh depresi. Selain itu, faktor sosiodemografi seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, kelebihan berat badan, dan merokok dikaitkan sebagai faktor
risiko dari LBP.