Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alfin Aslichatul Ummah

NIM : 20181440060

A. Buatlah satu kalimat berisi pernyataan atas

1. Karakter Normatif Ilmu Hukum


Ilmu hukum memiliki karakter yang khas, yaitu sifatnya yang normatif. Ciri tersebut
menyebabkan sementara kalangan yang tidak memahami kalangan sementara kalangan yang
tidak memahami kepribadian ilmu hukum dan meragukan hakikat keilmuan hukum.
2. Terminologi Hukum
Ilmu hukum memiliki berbagai istilah recht swetenschap rechtheorie dalam bahasa Belanda
dan jurisprudence atau legal science dan jurisprudence, dalam kepustakaan Indonesia tidak
tajam dalam penggunaan istilah. Istilah Ilmu Hukum di Indonesia di sejajarkan dengan bahasa
bahasa lainnya.
3. Jenis jenis Ilmu Hukum
Ilmu hukum (dari segi obyek) dapat dibedakan atas ilmu hukum dalam arti sempit, yang
dikenal dengan ilmu hukum dogmatic (Ilmu Hukum Normatif) dan ilmu hukum dalam arti
luas.
4. Lapisan Ilmu Hukum
Lapisan Ilmu Hukum terdiri dari dogmatic, teori dan filsafat.

Ilmu hukum memiliki karakter yang khas, yaitu sifatnya yang normatif. Ciri tersebut
menyebabkan sementara kalangan yang tidak memahami kalangan sementara kalangan yang
tidak memahami kepribadian ilmu hukum dan meragukan hakikat keilmuan hukum. Ilmu
hukum memiliki berbagai istilah recht swetenschap rechtheorie dalam bahasa Belanda dan
jurisprudence atau legal science dan jurisprudence, dalam kepustakaan Indonesia tidak tajam
dalam penggunaan istilah. Istilah Ilmu Hukum di Indonesia di sejajarkan dengan bahasa
bahasa lainnya. Ilmu hukum (dari segi obyek) dapat dibedakan atas ilmu hukum dalam arti
sempit, yang dikenal dengan ilmu hukum dogmatic (Ilmu Hukum Normatif) dan ilmu hukum
dalam arti luas. Lapisan Ilmu Hukum terdiri dari dogmatic, teori dan filsafat.

B. Outsourcing dari segi dogmatika hukum

Secara eksplisit, ketentuan tentang outsourcing dapat ditemukan pada Pasal 64 sampai dengan
Pasal 66 jo Pasal 1 angka 15 jo Pasal 59 UU Ketenagakerjaan (UU No 13 Th 2003). Pasal 64
UU Ketenagakerjaan menyatakan bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan/penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis, selanjutnya Pasal 65 UU
Ketenagakerjaan menentukan bahwa pekerjaan yang dapat diserahkan pada perusahaan lain
harus memenuhi syarat. Rumusan Pasal 66 UU 13/2003 merupakan rumusan yang kabur,
tidak menimbulkan kepastian hukum.

Outsourcing dari segi teori hukum

Outsourcing merupakan salah satu bentuk dari hubungan kerja. Dari sudut pandang teori,
outsourcing ialah konsep ekonomi, tepatnya pengelolaan managemen suatu perusahaan untuk
mengalihkan sebagian pekerjaan yang bukan inti. Dalam strategi bisnis, selalu ada pemikiran
untuk berusaha mencapai hasil yang optimal. Strategic thinking menjadi parameter dari
bagian proses produksi yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, harus dikerjakan sendiri.
Istilah outsourcing disebut sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya. Ketentuan Pasal 64 –Pasal 66 UU 13/2003 dijabarkan lebih lanjut dalam
Kepmenakertrans Nomor KEP.100/MEN/VI/2004, tentang PKWT jo. Kepmenakertrans No.
Kep-101/Men/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa pekerja/Buruh
jo.Kepmenakertrans No. KEP.220/MEN/X/2004 tentang syarat-syarat penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain.

Outsourcing dari segi filsafat hukum

Dari ketentuan Pasal 64 dapat diinterpretasikan ada dua jenis outsourcing yaitu outsourcing
pekerjaan yang mendasar pada perjanjian pemborongan pekerjaan (berdasarkan pasal 65 UU
13/2003) dan outsourcing pekerja yang didasar pada adanya perjanjian penyediaan jasa
pekerja (berdasarkan Pasal 66 UU 13/2003). Di dalam kontrak outsourcing tetap berlaku
ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa sebuah perjanjian sah apabila
memenuhi syarat sebagai berikut :

- Adanya kesepakatan kedua belah pihak (syarat subjektif)

- Adanya kecakapan hukum untuk melakukan perikatan/perjanjian (syarat subjektif)

- Adanya suatu hal/obyek yang diperjanjikan (syarat objektif)

- Adanya suatu sebab yang diperbolehkan/tidak diperbolehkan dengan peraturan


perundang-undangan (syarat objektif). Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan juga
berlaku syarat subjektif dan objektif maka principal dan vendor har us memperhatikan
dan memenuhi syarat” outsourcing dalam ketentuan Pasal 64, Pasal 65 UU No 13 Th
2003

Bagi perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, legalitas operasionalnya disamping


harus berbadan hukum juga harus mendapat izin operasional dari instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai