Anda di halaman 1dari 15

EMPAT SUMBER POKOK UNTUK KEHIDUPAN UMAT ISLAM

Rivaldo Febrian

IAIN Bukittinggi, Indonesia

czval403214@gmail.com

Abstract

In a religion, there must be various kinds of problems and problems, so that to solve these problems
must be guided by existing legal sources. In Islam, there are four main sources that function to guide
Muslims in the right path and to solve problems that exist in accordance with the era in which the
Muslim community is located.

The four sources of law in Islam are the Koran, Hadith, Ijma 'and Qiyas. Where the source of this
law is in sequence from the Koran to the Qiyas. al-Quran is the word of God that was sent down to
the Prophet. Hadith is everything that is in the Prophet, be it deeds, words, characteristics or takrir.
Ijma 'is the agreement of scholars in establishing law. Qiyas is a method of equating something with
something else.

Keywords: Legal Resources, Al-Quran, Hadith, Ijma '. Qiyas

Abstrak

Dalam suatu agama pasti ada berbagai macam persoalan dan permasalahan, sehingga untuk
menyelesaikan permasalahan itu harus berpedoman kepada sumber hukum yang ada. Di dalam
agama Islam ada empat sumber pokok yang berfungsi untuk menuntun umat Islam kejalan yang
benar dan untuk menyelesaikan permasalah-permasalah yang ada sesuai dengan zaman dimana umat
muslim itu berada.

Empat sumber hukum dalam agama Islam itu adalah al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Dimana
sumber hukum ini berurutan dari al-Quran sampai dengan Qiyas. al-Quran merupakan kalamullah
yang diturunkan kepada Rasulullah. Hadits merupakan segala hal yang ada pada Rasulullah baik itu
perbuatan, perkataan, sifat maupun takrir. Ijma’ merupakan kesepakan ulama dalam menetapkan
hukum. Qiyas adalah metode menyamakan sesuatu dengan sesuatu lainnya.

Kata Kunci: Sumber Hukum, Al-Quran, Hadits, Ijma’. Qiyas


I. PENDAHULUAN maka disimpulkan bahwa Studi Islam
ini adalah Upaya yang dilakukan untuk
Metodologi Studi Islam merupakan
mempelajari hal – hal yang berkaitan
mata kuliah yang mengkaji Islam
dengan Islam dan juga suatu
dengan ruang lingkup tentang materi
pembelajaran yang berkaitan atau
ajaran agama dan fenomena yang ada
dikaitkan dengan kajian – kajian atau
atau terjadi pada agama Islam.
pembahasan tentang Islam dan
Metodologi terdiri dari gabungan keagamaan.
dua kata yaitu metode dan logi / logos.
Bidang Studi Islam ini memiliki
Metode ini diartikan sebagai cara untuk
cakupan yang luas, bukan hanya
melakukan segala sesuatu dengan tepat,
sekedar kajian dalam bidang – bidang
sedangkan logos memiliki arti sebuah
keilmuan yang biasa dikenal dengan
pengetahuan atau sebuah ilmu. Jika
nama yang bersumber dari bahasa Arab,
digabungkan maka Metodologi
seperti Fiqih, Hadits, Akidah, Tasawuf,
memiliki arti yaitu sebuah cara yang
Tafsir, Akhlak, dan lain sebagainya.
dilakukan untuk mendapatkan ilmu atau
Akan tetapi seiring dengan pupusnya
pengetahuan dengan menggunakan
anggapan dikotomis, muncullah
pikiran untuk mendapatkan tujuan yang
pemahaman mengenai interkoneksi
tepat.
bidang – bidang keilmuan dan disitulah
Studi Islam merupakan gabungan Studi Islam mendapatkan makna baru.
dari dua kata yaitu Studi dan Islam,
Studi Islam ini memiliki arah yaitu
kedua kata ini mempunyai pengertian
fenomena agama dengan bermacam-
masing – masing. Studi adalah kegiatan
macam pandangan dan bertujuan bukan
yang dilakukan dengan sengaja oleh
untuk mempersempit makan agama
seseorang atau sekelompok orang demi
dalam persoalan ketuhanan, ibadah dan
mencapai tujuan untuk mendapatkan
kepercayaan. Disiplin keilmuan adalah
informasi, mendapatkan pemahaman
pendekatan yang digunakan oleh Studi
yang luas dan lebih besar, atau
Islam yang bersifat historis empiris
meningkatkan keterampilan yang
bukan bersifat doktrinal normatif-
dimiliki oleh seseorang. Sedangkan
historis. Munculnya cabang keilmuan
Islam berarti patuh atau taat, arti ini
keagamaan seperti psikologi agama,
diambil dari bahasa Arab Aslama. Dari
antropologi agama, sejarah agama
masing – masing arti Studi dan Islam
peluang perkembangan Studi Agama.
Menjamurnya aliran baru baik dari sasaran keilmuan Metodologi Studi
Islam maupun agama lain yang Islam memerlukan pendekatan yang
dianggap sesat karena lemahnya analitis, kritis, metadologis, historis dan
penguasaan Metodologi Studi Agama empiris.
dan lengahnya umat Islam.
Mata kuliah Pendidikan Agama
Mempelajari metodologi studi dikenal dalam sejarah pendidikan tinggi
islam yang seiring dengan di Indonesia, karena mayoritas
perkembangan zaman, diharapkan agar mahasiswa yang ada di Indonesia
kita diarahkan untuk memulai usaha adalah Muslim, maka karena sebab
pembaharuan dalam pemkiran tentang itulah mata kuliah itu diberi nama
ajaran – ajaran Islam yang dianggap Pendidikan Agama Islam. Mata kuliah
sudah menjadi warisan yang ini menjadi mata kuliah wajib pada
ketinggalan zaman. Dengan tetap semua fakultas, jurusan, dan program
berpegang teguh kepada sumber agama studi. Mata kuliah ini dikenal dengan
Islam yaitu al-Quran dan Hadits nama Islamologi pada tahun 1970-an,
menjadikan kita sebagai umat muslim kemudian pada tahun 1980-an diubah
yang memeluk agama Islam dapat menjadi Pengantar Agama Islam, dan
menjawab tuntutan dan tantangan pada 1990-an barulah dikenal dengan
zaman yang semakin maju. nama Pendidikan Agama Islam.
Sebutan Pendidikan Agama Islam ini
Metodologi Studi Islam ini
sendiri merupakan amanat dari Undang
mempunyai aspek sasaran yang harus
– Undang no 2 Tahun 1989 tentang
dicapai yaitu aspek saran keagamaan
Sistem Pendidikan Nasional yaitu
dan aspek sasaran keilmuan, jika kedua
terdapat di pasal 39 ayat 2 pada poin B,
aspek ini dapat terpenuhi maka
yang berisi kurikulum pada setiap jenis,
tercapailah tujuan dari Metodologi Studi
jenjang, dan jalur pendidikan harus
Islam. Aspek sasaran keagamaan dari
memuat pendidikan agama. Karena
Metodologi Studi Islam ini adalah agar
itulah Pendidikan Agama menjadi mata
kajian KeIslaman tidak tercerai dan
kuliah wajib yang harus ditempuh oleh
tidak keluar dari konteks dan teks
semua mahasiswa.
sehingga ajaran yang terdapat dalam al-
Quran dan Hadits tetap dijadikan Sumber – sumber hukum Islam
sandaran sentral oleh umat Islam. merupakan dalil yang menjadi tempat
Sedangkan untuk mencapai Aspek berpijak bagi setiap kebijakan hukum
Islam. Imam al-Amidiy berpendapat Secara bahasa berasal dari bahasa
bahwa sumber hukum Islam adalah dalil Arab yang mana kata itu adalah qara’a
yang merupakan bentuk tunggal dari al- – qira’atan-qur’anan. Yang mana
Adillah yang jika diartikan adalah artinya itu adalah bacaan atau sesuatu
pedoman yang bisa mengarahkan yang dibaca. Sedangkan secara istilah
kepada sesuatu baik secara implisit atau al-Quran itu merupakan Kalamullah
secara eksplisit. Secara istilah Imam al- yang dibawa turun oleh malaikat Jibril
Amidiy menyebutkan bahwa dalil untuk Nabi Muhammad SAW,
adalah sesuatu yang bisa menyampaikan disampaikan kepada kita umat muslim
kepada suatu kesimpulan hukum secara mutawatir, serta membaca al-
melalui serangkaian perangkat teori Quran itu merupakan suatu ibadah.
yang telah teruji.
Menurut Ash-Shabuni bahwa al-
Didalam Islam, dalil hukum Islam Quran itu bukan saja apa yang tertulis di
dibagi menjadi dua kategori yaitu: dalam mushaf, akan tetapi apa yang
dibaca secara lisan yang berdasarkan
Pertama, dalil yang disepakati oleh
kepada kemampuan dalam hafalan. Dan
mayoritas ulama, yaitu al-Quran, al-
bisa kita lihat juga pada masa sekarang
Hadits, al-Ijma’, dan al-Qiyas.
yang yang disebut era teknologi, al-
Kedua, dalil yang masih diperselisihkan Quran tidak hanya berbentuk mushaf
oleh para ulama tentang keabsahannya yang tertulis tetapi juga ada yang
untuk menjadi pijakan hukum umat berbentuk digital, dan ada yang juga
Islam. berbentuk audio.

Dalam artikel ini kita akan Al-Quran ini merupakan firman dan
membahas tentang dalil yang terdapat di juga mukjizat yang diberikan oleh Allah
kategori pertama yaitu dalil yang SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
disepakati oleh mayoritas ulama dan Mukjizat ini sendiri mempunyai arti
dalil yang menjadi pijakan oleh umat yaitu sesuatu yang melemahkan atau
Islam dari zaman dahulu sampai zaman perkara yang keluar dari sebuah
kita sekarang ini. kebiasaan. Kenapa dikatakan sebagai

II. PEMBAHASAN mukjizat, karena pada saat turunnya al-


Quran, masyarakat Arab Jahiliyah
Al-Quran
sangat ahli dalam membuat sebuah
1. Pengertian Al-Quran sastra Arab (syair), dan pada saat itu
sastra merupakan hal yang membuat memperbaiki umat manusia. Diantara
manusia berbondong-bondong dan tujuannya adalah sebagai seruan, kabar
berlomba-lomba untuk membuat sebuah gembira, penjelas, sanggahan terhadap
syair, yang mana syair yang terbaik musyrikin, dan juga teguran atau
akan diletakkan atau ditempelkan di ancaman. Ada beberapa pendapat dari
dinding Ka’bah yang membuat orang ulama-ulama mengenai proses turunnya
yang membuat sastra itu merasa al-Quran ini, ada ulama yang
sombong akan kemenangannya. mengatakan bahwasanya al-Quran
diturunkan pada malam hari (lailatul al-
Setelah al-Quran diturunkan kepada
qadar), ada juga ulama yang
Nabi Muhammad SAW. Banyak
berpendapat bahwa al-Quran ini turun
masyarakat Arab yang terpukau dan
melalui tiga tahapan. Tahap pertama
takjub akan lantunan yang terdapat di
yaitu al-Quran diturunkan di Lauh al-
dalam al-Quran, dan mereka
Mahfuz, kemudian diturunkan ke Bait
mengatakan bahwa al-Quran itu
al-Izzah di langit pertama, dan tahapan
merupakan hal yang dibuat oleh Nabi
terakhir itu diturunkan kepada Nabi
saw, bukan firman yang datang dari
Muhammad dengan cara berangsur-
Allah SWT. Akan tetapi hal itu semua
angsur yang sesuai dengan peristiwa
tidak benar karena Nabi adalah orang
yang sedang terjadi atau peristiwa yang
yang tidak dapat menulis dan membaca
dihadapi oleh Nabi saw.
dan hal ini dibantah oleh al-Quran. Jika
al-Quran adalah syair yang dibuat oleh Meskipun ada beberapa perbedaan
manusia (Muhammad saw) maka orang- pandangan tentang proses turunnya al-
orang jahiliyah pada masa itu dituntut Quran, tetapi pada intinya al-Quran
untuk membuat syair yang sama denga diturunkan dengan cara berangsur-
al-Quran, seindah seperti al-Quran, dan angsur. Turunnya secara berangsur-
orang-orang Jahiliyah tidak sanggup angsur mempunyai tujuan yaitu
membuat sebuah syair seperti al-Quran. diantaranya untuk memenuhi kebutuhan
nabi dan umat muslim, bentuk
Al-Quran ini turun bukan sekali
keperluan yang dibutuhkan oleh nabi
saja dalam bentuk mushaf seperi yang
muhammad dalam proses turunya al-
kita jumpai pada saat ini, tetapi al-
Quran dengan cara berangsur-angsur
Quran itu turun secara bertahap atau
adalah untuk meneguhkan hati nabi
secara periodik. Turunnya secara
karena turunnya ayat al-Quran itu
bertahap ini bertujuan untuk
disertai dengan suatu peristiwa penting sebagaimana arti dari kata al-Quran
dan supaya mudah untuk dihafal. itu sendiri. Q.s Al-Isra’ ayat 9
Menurut ahli yang bernama Ahmad von ‫ َو ُم‬HH‫إِ َّن ٰهَ َذا ۡٱلقُ ۡر َءانَ يَ ۡه ِدي لِلَّتِي ِه َي أَ ۡق‬
Denfer, dalam proses turunnya al-
ۡ ‫ ُر ۡٱل ُم‬HHHH‫َويُبَ ِّش‬
َ‫ون‬HHHHُ‫ؤ ِمنِينَ ٱلَّ ِذينَ يَ ۡع َمل‬HHHH
Quran adalah untuk masalah sulit yang
dihadapi oleh nabi, supaya apapun ٗ ِ‫ت أَ َّن لَهُمۡ أَ ۡج ٗرا َكب‬
‫يرا‬ َّ ٰ ‫ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬
perintah Allah dapat diterapkan dan
lebih mudah untuk dipahami dengan b. Al-Furqan
cara bertahap, mudah diingat atau Penamaan al-Furqan menandakan
dihafal oleh para pengikut Rasulullah, bahwa al-Quran ini memiliki fungsi
dan bisa diterapkan secara bertahap. sebagai pembeda antara yang haq
dan yang bathil, atau pembeda
2. Nama dan Sifat al-Quran
antara yang benar dan yang salah.
Dalam kitab yang dikarang oleh al- Q.s Al-Furqan ayat 1
Zarkasyi dalam kitab al-Burhan fi
Ulum al-Quran yang dikutip oleh
‫ ِد ِهۦ‬H‫انَ َعلَ ٰى ع َۡب‬HHَ‫اركَ ٱلَّ ِذي نَ َّز َل ۡٱلفُ ۡرق‬ َ َ‫تَب‬
Amroeni Drajat dimana beliau
menyebutkan terdapat 54 nama selain ‫لِيَ ُكونَ لِ ۡل ٰ َعلَ ِمينَ نَ ِذيرًا‬
dari penamaan al-Quran diantaranya
adalah al-Kalam, Furqan, Rahman, c. Al-Kitab
Huda, al-Adl, Mubin, Zabur, al-Kitab, Arti kata al-Kitab adalah
Mutasyabiha, Muthaharah, Basyira wa mengumpulkan (al-Jam’u), yang
Nadzira, dll. Dari banyak nama yang mana penamaan ini berdasarkan
disebutkan diatas ada beberapa nama kepada al-Quran yang banyak
yang dirasa paling populer di kalangan mengandung berbagai macam ilmu,
para ulama: berita, dan kisah-kisah. Al-Kitab
memiliki maksud bahwa al-Quran
a. Al-Quran
tidak hanya dipelihara melalui lisan
Penamaan al-Quran ini
saja tetapi juga dipelihara secara
berlandaskan kepada kitab terakhir
tulisan. Q.s Al-Baqarah ayat 2
yang diturunkan oleh Allah swt
yang mana al-Quran ini diturunkan َ ۛ ‫ٰ َذلِكَ ۡٱل ِك ٰتَبُ اَل َر ۡي‬
َ‫ب فِي ۛ ِه هُ ٗدى لِّ ۡل ُمتَّقِين‬
kepada nabi Muhammada saw.
Yang mana gunanya menjadi bacaan d. Al-Dzikru
Penamaan kata al-Dzikru berasal
dari bahasa arab yang mana artinya 3. Kandungan Hukum dalam Al-
itu kemuliaan. Ada makna lain dari Quran
kata al-Dzikru yaitu mengingatkan
Sebagian dari para ulama membagi
atau ingatan. Maksudnya ialah
hukum yang ada di dalam al-Quran
didalam kitab al-Quran terdapat
menjadi tiga, yang mana hal ini terdapat
berbagai macam kandungan tentang
dalam kitab Ushul al-Fiqh al-Islamiyi
pelajaran, kisah tentang umat
merupakan pernyataan Wahbah Zuhaili
terdahulu dan juga nasehat. Q.s Al-
yang dikutip oleh Ernawati, yaitu:
Hijr ayat 9
a. Hukum Akidah (I’tiqadiyah)
َ‫إِنَّا ن َۡح ُن نَ َّز ۡلنَا ٱل ِّذ ۡك َر َوإِنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬
Ialah sesuatu yang berhubungan
ataupun berkaitan dengan suatu
e. Al-Tanzil
keyakin manusia terhadap Allah
Kata al-Tanzil berarti sesuatu yang
swt, dan juga keyakinan manusia
diturunkan, yaitu mengisyarakatkan
terhadap para Malaikat, Kitab suci,
bahwasanya al-Quran merupakan
25 Rasul, serta hari pembalasan.
sebuah wahyu yang diturunkan oleh
b. Hukum Etika (Khuluqiyyah)
Allah SWT kepada nabi Muhammad
Adalah suatu perbuatana atau
saw yang mana al-Quran ini turun
perilaku manusia yang berkaitan
dengan perantara dari malaikat
dengan kepribadiannya. Diantara
Jibril. Q.s Ash Shu’ara ayat 192-193
kepribadian itu ialah jujur, rendah
‫ ِه‬HHHِ‫ َز َل ب‬HHHَ‫ ُل َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمينَ ن‬HHH‫َنزي‬
ِ ‫َوإِنَّهۥُ لَت‬ hati, menghindari diri dari sifat-sifat
ُ ‫ٱلرُّ و ُح ٱأۡل َ ِم‬
‫ين‬ yang bersifat buruk pada dirinya
baik itu berupa sombong, iri dan
dengki.
Itulan nama-nama al-Quran yang dirasa
c. Hukum Amaliyah (Amaliya)
populer di kalangan ulama-ulama.
Ialah suatu perbuatan atau perilaku
Selain nama ada juga sifat-sifat al-
dalam kehidupan sehari-hari yang
Quran yaitu :
mempunyai hubungan dengan
a. An-Nur sesama manusia. Hukum Amaliyah
b. Huda-Syifa-Rahmah-Mauizahah ini dibagi kedalam dua bagian
c. Basyir-Nadzir yaitu :
d.
1) Perbuatan manusia dengan hal – Ada tiga cara secara garis besar untuk
hal yang berhubungan dengan menjelaskan hukum oleh al-Quran:
sang pencipta yaitu Allah SWT,
a. Ijmali (global)
seperti mengerjakan sholat,
Penjelasana yang ada di dalam al-
bersedekah, membayar zakat,
Quran itu bersifat umum,
berpuasa baik itu puasa
sebagaimana perintah bagi umat
ramadhan maupun puasa
muslim untuk melaksanakan sholat,
sunnah.
dan penjelasan dari lafadz nya itu
2) Perbuatan yang berhubungan
tidak jelas secara makna. Seperti
antar sesama manusia baik itu
dalam Q.s al-Baqarah ayat 43 yang
secara pribadi ataupun secara
artinya adalah “Dirikanlah Sholat”.
berkelompok, seperti kontrak
Dimana diayat ini adalah perintah
kerja, hukum pidana, menikah.
untuk melaksanakan sholat, di ayat
Hasbullah Thalib berpendapat bahwa ini hanya perintah melaksanakan
secara umum kandungan yang ada sholat, tidak ada penjelasan-
dalam al-Quran terdiri dari lima bagian, penjelasan mengenai bagaiman cara
diantaranya yaitu: melaksanakannya dan juga kapan
waktu mengerjakannya. Maka
a. Hukum yang berorientasi pada hal
disinilah peran Sunnah yaitu sebagai
keyakinan dan keimanan
penjelas mengenai perintah yang
b. Hukum yang berkenaan dengan
ada dalam al-Quran.
akhlak, baik itu akhlak baik maupun
b. Tafshili (terperinci)
akhlak buruk
Di dalam al-Quran terpapar hukum
c. Hukum yang berkenaan dengan hal-
yang terperinci, dimana hukum itu
hal yang membahas alam semesta
disertai dengan sebuah penjelasan
d. Hukum yang membahas tentang
yang mendetail, dan sunnah pun
kejadian atau peristiwa yang terjadi
menjadi penguat terhadap
pada masa lalu yang mana bisa
penjelasan al-Quran tersebut.
diambil pelajarannya
Contohnya seperti hukum warisan,
e. Hukum yang mengatur tata cara
tata cara li’an antara suami dan istri,
perilaku dan perkataan mukallaf
dan juga penetapan hukuman dalam
4. Cara Al-Quran Menjelaskan
kasus pidana uhud.
ayat-ayat Hukum
c. Isyarah (Isyarat)
Terkadang al-Quran hanya Defenisi Al-Ghouri tentang hadits
menjelaskan sebatas pokok hukum, ialah hadits itu merupakan segala
baik itu berupa isyarat maupun sesuatu yang disandarkan kepada nabi
secara ungkapa secara langsung. muhammad saw, mulai dari perbuatan,
Dan Sunnah akan memberikan perkataan, sifat, ataupun taqrir.
penjelasan mengenai hukum yang
Istilah hadits ini seringkali disamakan
terkandung dalam pokok
oleh kebanyakan orang dengan
pembahasan tersebut dengan
beberapa istilah baik itu istilah Sunnah,
terperinci.
Khabar, dan Atsar.
Hadits
a. Sunnah
1. Pengertian Hadits Sunnah ini sendiri mempunyai arti
jalan yang terpuji. Sunnah
Secara bahasa kata Hadits ini
merupakan segala sesuatu yang
berasal dari bahasa Arab yang artinya
ditinggalkan oleh Rasulullah untuk
adalah sesuatu yang baru (al-jadid) atau
umatnya, baik itu berupa perbuatan,
kabar (khabar). Maksud dari sesuatu
perkataan, sifat fisik, atau akhlak.
yang baru disini adalah lawan dari kata
Menurut para ulama Fiqh, sunnah
lama (al-qadim), yang seakan-akan hal
merupakan segala hal atau segala
ini dimaksudkan untuk membedakan
sesuatu yang datangnya dari Nabi
dengan al-Quran yang mempunyai sifat
yang bukan fardlu dan tidak wajib.
qadim.
b. Khabar
Sedangkan kabar yang maksudnya Menurut bahasa Khabar ini berarti
itu berupa ungkapan ataupun berita berita. Dan khabar juga berarti
adalah pemberitahuan yang mana hadits, sebenarnya khabar berbeda
diungkapkan oleh perawi-perawi hadits dengan hadits, dengan defenisi
dan sanadnya itu bersambung yang hadits adalah segala sesuatu yang
selalu menggunakan kalimat datangnya dari Nabi, sedangkan
memberitakan kepada kami. khabar itu adalah berita yang

Secara Istilah, pengertian hadits ini datangnya selain dari Nabi. Dan

berbeda-beda dari para ahli hadits, khabar ini sifatnya lebih umum

namun dari perbedaan pengertian yang daripada Hadits

mereka kemukakan, makna yang c. Atsar

dimaksud dari pengertian itu sama.


Secara bahasa atsar ini berarti suatu a. Al-Quran dengan sifat yang
peninggalan atau sisa peninggalan. keberadaannya itu pasti dan
Atsar merupakan sinonim dari kata diyakini, sehingga sudah seharusnya
hadits, yang artinya ia mempunyai kedudukannya itu lebih tinggi
makna dan arti yang sama. Atsar itu daripada kedudukan hadits. Dimana
adalah segala sesuatu yang status hadits ini sendiri adalah
disandarkan kepada para sahabt dan zhanni al-wurud kecuali hadits yang
juga kepada para tabi’in, yang mutawatir.
berupa perkataan maupun b. Hadits berfungsi menjadi penjelas
perbuatan. tentang hal-hal yang ada di dalam
al-Quran. Maksudnya ialah yang
2. Kedudukan Hadits terhadap al- dijelaskan oleh hadits itu adalah al-
Quran Quran yang mempuyai kedudukan
lebih tinggi. Sehingga eksistensi dan
Kedudukan Hadits dalam Islam
keberadaan hadits ini sebagai
mempunyai posisi yang dibilang sakral
bayyan yang tergantung kepada
dimana Hadits ini merupakan sumber
eksistensi al-Quran.
hukum setelah al-Quran. Maka kita
c. Para sahabat bersikap terlebih
sebagai umat Islam untuk memahami
dahulu selalu merujuk kepada al-
ajaran dan hukum Islam, kita harus
Quran terlebih dahulu untuk
mengetahui tentang pengetahuan
mencari jalan keluar atau untuk
tentang hadits. Sebagai mana yang kita
menyelesaikan suatu permasalahan.
ketahui bahwasanya Rasulullah saw
Jika tidak ditemukan didalam al-
adalah orang yang diberikan oleh Allah
Quran jalan keluarnya maka mereka
swt sebuah amanah untuk
akan merujuk kepada Hadits yang
menyempaikan syariat yang diturunkan-
mereka ketahui, atau mereka akan
Nya untuk seluruh umat manusia, dan
menanyakan kepada sahabat yang
Rasulullah tidak akan menyampaikan
lain.
suatu hal terutama yang berhubungan
dalam bidang agama, keculi hal itu
3. Fungsi Hadits terhadap al-Quran
bersumber dari wahyu yang diterima
Pada dasarnya hadits Nabi
oleh beliau.
mempunyai jalan yang sama atau
Ada beberapa pendapat ulama tentang sejalan dengan al-Quran karena
kedudukan Hadits terhadap al-Quran: kedua sumber hukum ini bersumber
dari wahyu. Akan tetapi kebanyakan Ijma’ merupakan salah satu sumber
atau mayoritas hadits sifatnya itu hukum atau dalil syara’ yang memiliki
adalah operasional, karena hadits tingkatan dibawah al-Quran dan Hadits.
memiliki fungsi utama dimana Dari segi bahasa Ijma’ ini mempunyai
hadits berfungsi sebagai penjelas arti sepakat, sependapat dan setuju,
atas al-Quran. Ada tiga fungsi hadits sedangkan menurut istilah Ijma’ ini
terhadap al-Quran berarti suatu kesepakatan dari seluruh
a. Menegakkan kembali mengenai ulama mutjahidin dari kaum muslim
keterangan ataupun perintah pada suatu masa dimana masa tersebut
yang ada atau yang terdapat di sesudah wafatnya Rasulullah dan
dalam al-Quran. Dimana dalam kesepakatan itu atas suatu hukum Syar’i
hal ini hadits datang dengan .
sebuah keterangan ataupun
Ada beberapa pendapat ahli
perintah yang sejalan atau searah
mengenai pengertian Ijma’ ini, menurut
dengan al-Quran.
Khallaf Ijma’ itu adalah suatu
b. Menjelaskan dan menafsirkan
kesepakan oleh semua mujtahidin di
tentang ayat-ayat al-Quran yang
antara umat Islam di suatu masa dimana
bersifat global. Dalam hal ini
masa itu setelah kewafatan Rasulullah
ada tiga kaitannya yaitu
saw tentang hukum syar’I mengenai
1) Menafsirkan al-Quran serta
suatu kejadian atau suatu permasalahan.
merincikan ayat-ayat yang
sifatnya umum Dari berbagai macam pendapat

2) Mengkhususkan ayat al- mengenai defenisi atau pengertian Ijma’

Quran yang bersifat umum ini, para ulama pada prinsipnya

tersebut berpendapat bahwa:

3) Menetapkan hukum yang a. Ijma’ akan dapat terjadi jika dengan


mana hukum tersebut tidak kesepakatan Mujtahidin, berarti jika
1
ditetapkan oleh al-Quran. tidak ada kesepakan antara ulama-

Ijma’ ulama Mujtahidin maka hukum


ijma’ tidak terlaksana dan tidak bisa
1. Pengertian Ijma’
dibuat.
b. Adanya permasalahan yang tidak
1
Septi Aji Fitra Java, Al-Quran dan Hadits
dapat diselesaikan atau tidak
Sebagai Sumber Hukum Islam, Jurnal INDO-
ISLAMIKA, Volume 9 No 2, 2019, hal 205-214
ditemukannya solusi dari suatu dimana pada waktu terjadinya itu
permasalahan hukum melulai al- tidak memandang kebangsaannya
Quran dan Hadits. atau kelompoknya.
d. Kesepakatan mereka itu ditampilkan
2. Pokok-Pokok Ijma’ dipandang secara transparan dan tidak
tidak sah direkayasa sedikitpun sehingga jelas
mengenai suatu kejadian baik dalam
Dengan dua prinsip diatas maka ada
bentuk ucapan maupun perbuatan.
beberapa pokok yang membuat Ijma’
itu dipandang tidak sah:

a. Adanya ulama yang tidak 4. Sudut Pandang Ijma’


menyetujui pembentukan hukum itu
Adapun Ijma’ itu dipandang dari sudut
b. Hanya ada seorang Mutjahidin
cara menghasilkannya, maka ijma’ itu
dalam pembentukan hukum
terdiri dari dua macam:
c. Tidak adanya kebulatan suara para
ulama Mutjahidin tentang suatu a. Ijma’ Shorih, yaitu ijma’ yang

hukum kesepakatan para mujtahid pada

d. Hukum yang dibahas sudah ada suatu masa dan atas hukum suatu

dalam al-Quran dan Hadits peristiwa yang terjadi dengan


menampilkan pendapat dari masing-

3. Rukun Ijma’ masingg secara jelas dengan


menggunakan sistem fatwa atau
Ijma’ itu sendiri akan dipandang sah
qodho’. Artinya semua mujtahid
jika rukun dari Ijma’ itu terpenuhi:
atau setiap mujtahid menyampaikan
a. Pada saat peristiwa itu terjadi dan pendapatnya itu dengan ucapan
jumlah dari Mujtahidin itu lebih dari ataupun perbuatan secara jelas dan
seorang. Dan seluruhnya setuju atau dipahami oleh mujtahid yang lain.
sependapat terhadap keputusan yang b. Ijma’ Sukuti, yaitu hanya beberapa
dibuat atau keputusan yang diambil. atau separoh mujtahid saja pada saat
b. Seluruh ulama sepakat atas suatu itu menampilkan pendapatnya
hukum itu dapat direalisasikan. dengan jelas mengenai suatu
c. Adanya kesepakatan dari semua peristiwa dengan menggunakan
mujtahid umat Islam atas hukum sistem fatwa dan qodho. Sedangkan
syar’i tentang suatu hal peristiwa sebagian ulama lainnya tidak
memberikan tanggapan apa-apa mujtahidin tetapi bukan
terhadap pendapatnya tersebut keseluruhan.2
mengenai cocok atau tidaknya
Qiyas
pendapat itu.
1. Pengertian Qiyas
Dan jika Ijma’ ditinjau dari segi
dalalahnya juga terbagi kedalam dua Secara bahasa Qiyas berasal dari

macam : bahasa arab yang berarti


membandingkan, mengukur
a. Ijma’ yang qoth’i dalalahnya atas
menyamakan dan juga menganalogikan.
suatu hukum yang dihasilkan, yaitu
Dengan defenisi bahasa ini dapat
ijma shorih, yang dengan artian
diambil pendapat bahwa qiyas itu
bahwa hukum dari ijma’ itu telah
adalah mengukur sesuatu hal denga
dipastikan atau ditetapkan, dan
suatu hal lain.
untuk mengeluarkan hukum lain
yang bertentangan tidak akan bisa Sedangkan secara istilah qiyas ini

lagi, dan tidak diperkenankan pula diartikan oleh beberapa ahli yaitu

untuk mengadakan ijtihad mengenai a. Sadr al-Syari’ah


suatu peristiwa atau kejadian setelah Menurutnya bahwa qiyas ini adalah
ijma’ shorih terjadi atas hukum memberlakukan suatu hukum asal
syara’ mengenai kejadian itu. kepada hukum furu’ yang
b. Ijma’ yang dalalahnya atas hukum disebabkan oleh kesatuan illat yang
yang dihasilan yang disebut juga jika dengan pendekatan bahasa
dengan ijma’ dhonny, yang mana maka tidak akan tecapai.
ijma’ itu adalah Ijma’ sukuti, b. Al-Ghazali
dimana ijma’ ini dengan artian Dia mendefenisikan Qiyas yaitu
bahwa hukum itu diduga menurut hukum yang belum diketahui
dugaan yang terbilang kuat, dan bila dibawa kepada hukum yang sudah
kejadian itu terlepas dari usaha diketahui yaitu dalam rangka
ijtihad maka hukum tidak bisa menetapkan hukum bagi kedua
dilepaskan lagi. Karena ini adalah persoalan, atau meniadakan hukum
hasil dari cerminan pendapat jamaah bagi keduanya, hal ini disebabkan
oleh sesuatu yang menyatukan
2
Zakaria Syafe’I, Ijma’ sebagai sumber hukum
Islam, Jurnal Al-Qalam, No 67/XIII, 1997, hal 29-
35
keduanya baik itu berupa sifat minuman khamar. Didalam al-
maupun hukum. Maidah : 903

Dari beberapa defenisi diatas dapat


III. PENUTUP
disimpulkan bahwa Qiyas ini adalah
suatu upaya menghubungkan sebuah Dalam menyelesaikan suatu peristiwa
peristiwa oleh seorang mutjahid yang atau permasalahan yang ada didalam
tidak ada nash tentang hukumnya agama Islam, tentunya tidak terlepas
dengan peristiwa yang sudah ada nash dari sumber-sumber hukum yang ada
hukumnya, karena keduanya memiliki baik itu al-Quran, Hadits, Ijma’ maupun
kesamaan illat. Qiyas. yang mana ketika permasalah
tidak ada jalan keluarnya pada sumber
2. Macam-Macam Qiyas
hukum al-Quran, maka akan dicari jalan
Menurut Wahbah az-Zuhaili Qiyas ini keluarnya melalui sumber hukum
terbagi kedalam tiga macam: Hadits, dan begitu juga tidak dalam

a. Qiyas Awla, yaitu qiyas yang illat Hadits maka akan dicari solusinya pada

pada cabangnya lebih diutamakan Ijma’ dan begitu juga dengan Qiyas.

daripada illat yang ada pada Sebagai umat muslim kita harus
ashalnya. Misalnya mengqiyaskan mempelajari keempat sumber hukum ini
bahwa memukul orang tua itu haram karena keempat sumber ini merupakan
kepada hukum yang tidak boleh dasar yang penting dalam agama Islam
mengatakan ah kepada orang tua
didalam Q.s al-Isra’ : 23
b. Qiyas Musawi, yaitu dimana illat
yang ada di cabang sama dengan
illat yang ada diasalnya. Misalnya,
illat membakar harta anak yatim
terdapat. Didalam Q.s an-Nisa : 10
c. Qiyas al-Adna, yang mana illat yang
terdapat pada cabang dominan kecil
daripada illah yang ada pada
asalnya. Misalnya, memabukkan
pada minuman keras bir lebih 3
Farid Naya, Membincang Qiyas sebagai
rendah daripada memabukkan pada Metode Penetapan Hukum Islam, Jurnal Tahkim
vol XI No 1 Juni 2015, hal 172-180
DAFTAR PUSTAKA

Jaya Septi Aji Fitra. 2019. Al-Quran


dan Hadits sebagai Sumber Hukum
Islam. Jurnal INDO-ISLAMIKA
Volume 9, No 2

Syafe’I Zakaria. 1997. Ijma sebagai


sumber hukum Islam (Kajian tentang
Kehujjahan Ijma’ dan
Pengingkarannya). Jurnal Al-Qalam No
67/XIII/1997

Naya Farid. 2015. Membincang Qiyas


sebagai metode penetapan hukum
Islam. Jurnal Tahkim Vol. XI No. 1,
Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai