Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah

Metodologi Studi Islam

Disusun Oleh Kelompok 2:

Putri Asia 2119004

Rima Handayani 2119005

Rivaldo Febrian 2119007

Dosen Pembimbing

M. Isnando Tamrin, S.SI, S.Pd.I, MA

INSTITUT AGAMA ISLAM BUKITTINGGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW
yang telah mengajarkan kepada umat manusia untuk menuntun pada kebenaran dan
membawa kita dari alam kegelapan menuju jalan terang benderang seperti saat sekarang
ini.

Adapun judul dari makalah ini yaitu “Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama”.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pemakalah sangat berterima kasih kepada bapak M. Isnando Tamrin,
S.SI, S.Pd.I, MA. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila isi makalah ini ada kekurangan
atau ada tulisan yang penulis buat kurang tepat.

Dengan ini penulis persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................I


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
A. Kebutuhan Manusia terhadap Agama ....................................................................... 2
B. Fungsi Agama dalam Kehidupan................................................................................ 5
C. Rasa Ingin Tahu Manusia ( Human Quest For Knowledge) ...................................... 6
D. Doktrin Kepercayaan Agama ..................................................................................... 8
1. Defenisi Doktrin ........................................................................................................ 8
2. Doktrin dalam agama Islam ....................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk – makhluk lain
mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan akal
yang dimilikinya. Namun disamping itu manusia juga mempunyai kecenderungan
untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam
benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan
kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionalitas.
Munculnya pemujaan terhadap benda – benda merupakan bukti adanya
keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak
diketahuinya.
Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat tergantung pada hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Ketakutan manusia jika hubungan baik manusia dengan kekuatan gaib
tersebut hilang, maka hilang pulalah kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari.
Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu
menjadi pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam diri manusia.
Ia merasa berhak untuk mengetahui dari mana ia berasal, untuk apa dia berada di
dunia, apa yang mesti ia lakukan demi kebahagiaannya di dunia dan alam akhirat
nanti yang merupakan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut adalah
agama.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang kebutuhan Manusia terhadap Agama ?
2. Jelaskan tentang Fungsi Agama dalam Kehidupan ?
3. Jelaskan Rasa Ingin Tahu Manusia (Human Quest For Knowledge) ?
4. Jelaskan tentang Doktrin Kepercayaan Agama ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan Kebutuhan Manusia terhadap Agama
2. Untuk mengetahui penjelasan Fungsi Agama dalam Kehidupan
3. Untuk mengetahui penjelasan Rasa Ingin Tahu Manusia
4. Untuk mengetahui penjelasan Doktrin Kepercayaan Agama

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Pengertian agama secara etimologis adalah Agama berasal dari bahasa
Sanskerta yang tersusun dari kata “a” yang berarti tidak dan “gam” yang
berarti pergi. Dalam bentuk harfiah yang terpadu, kata agama berarti tidak
pergi, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara terus menerus
dari satu generasi kepada generasi yang lainnya. 1
Pada umumnya kata “agama” diartikan tidak kacau, yang secara analitis
diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a” berarti tidak dan
“gama” berarti kacau. Maksudnya orang yang memeluk agama dan
mengamalkan ajaran – ajarannya dengan sungguh hidupnya tidak akan
mengalami kekacauan.2
Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah
fenomena yang sulit didefenisikan. WC Smith mengatakan “Tidak berlebihan
jika kita katakan bahwa hingg saat ini belum ada defenisi agama yang benar
dan dapat diterima”. Meski demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki
defenisi atau lebih tepatnya kita sebut dengan kesimpulan mereka tentang
fenomena agama. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut
1. Emile Durkheim mengartikan agama sebagai suatu kesatuan sistem
kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian
kepercayaan dan pengalaman tersebut menyatu ke dalam suatu komunitas
moral
2. Karl Mark berpendapat bahwa agama adalah keluh kesah dari makhluk
yang tertekan hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang
tidak berjiwa, bahkan menurut pendapatnya pula bahwa agama dijadikan
sebagai candu bagi masyarakat.
3. Spencer mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang
Maha mutlak.

1
Dr. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), Hal. 12
2
H. Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia), Hal. 19

2
4. Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita – cita
umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat
mengancam jiwanya, agama adalah pengenalan manusia terhadap
kekuatan gaib yang hebat.
5. Sebagian pemikir mengatakan bahwa apa saja yang memili tiga ciri khas
dibawah ini dapat disebut sebagai agama :
a. Keyakinan bahwa di balik alam materi ini ada alam yang lain
b. Penciptaan alam memiliki tujuan
c. Alam memiliki konsep etika

Pada semua defenisi diatas, ada satu hal yang menjadi kesepakan semua,
yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu yang agung di luar alam. Namun, lepas
dari semua defenisi yang ada di atas maupun defenisi lain yang dikemukakan
oleh para pemikir dunia lainnya, kita meyakini bahwa agama adalah
kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-
Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini,
kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak
terpisahkan, yaitu akidah (kepercayaan hati), syari’at (perintah – perintah dan
larangan Tuhan), dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia
untuk dekat kepada-Nya), Meskipun demikian, tidak bisa kita pungkiri bahwa
asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang
harus disembah.

Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar


dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah,
dan berbagai bencana. Ia mengelur dan meminta pertolongan kepada sesuatu
yang serba Maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluri ini
membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutukan Sang
Khaliknya.

Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan masalah


prinsip dasar kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia

3
terhadap agama sebagai kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya
manusia terhadap agama sebagai kebutuhan.

Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama, yaitu :

1. Faktor Kondisi Manusia


Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan
unsur rohani. Untuk menumbuhkan dan mengembalikan kedua unsur
tersebut harus mendapat perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani
membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan
tersebut adalah makan dan minum, bekerja, istirahat yang seimbang,
berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani
membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikir (mental) rohaniah.
Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan
kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
2. Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna. Jika dibandingkan dengan makhluk lain, Allah menciptakan
manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan
akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi
rohani manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah
satu – satunya yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang
mempunyai kata hati. Sehingga dengan kelengkapan itu Allah
menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis
horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui adanya
Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak
terlepas dari pengawasan dan ketentuan Allah dan dengan agamalah
manusia belajar mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara
berkomunikasi dengan sesamanya, dengan kehidupannya, dan
lingkungannya.
3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian
dengan tiga bagian, yaitu :

4
a. Aspek Das es yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang
orisinal dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami
dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan dunia objektif.
b. Aspek Das ich yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan
organisme untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
c. Aspek Das uber ich yaitu aspek sosiologi yang mewakili nilai – nilai
tradisional serta cita – cita masyarakat.3
B. Fungsi Agama dalam Kehidupan
1. Sebagai Pembimbing dalam Kehidupan
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsur pengalaman pendidikan dan keyakinan yang
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk
suatu kepribadian yang harmonis, dimana segala unsur pokoknya terdiri
dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi
dorongan yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu
menghadapi dengan tenang.
2. Penolong dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan
menghadapi cobaan / kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan
cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua
orang. Beda halnya dengan orang yang beragama teguh imannya, orang
yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan
keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian
dari Tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah
memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya.
3. Penentram Bathin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran Tuhan tak peduli orang itu
kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya
takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh

3
Hafidh Al-Kaf, Manusia dan Agama Hal. 3

5
orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan
cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang beriman,
orang kaya yang beriman tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaan.
Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang
didalamnya terdapat hak orang miskin dan anak yatim piatu. Begitu juga
dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram
karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan
yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya
melainkan keimanan dan ketakwaan.
4. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat
diperhatikan dan dijujunjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam
Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang
lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintahkan untuk meminta dihormati.
Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari
berpakaian, berperilaku, bertutur kata, hubungan manusia dengan manusia
lain. 4
C. Rasa Ingin Tahu Manusia ( Human Quest For Knowledge)

Rasa ingin tahu manusia adalah suatu kodrat bagi manusia untuk mencari
tahu apa yang belum di ketahui manusia itu sejak lahir. Anak kecil adalah
penanya sejati, dia ditanyakan semua apa yang disekitarnya, dia menganggap
segala sesuatu itu luar biasa, dia selalu ingin tahu, makanya banyak orang
beranggapan bahwa anak kecil adalah filosofi sejati.

Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri


atau keadaan sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana
ini bahkan terhadap hal – hal yang ghaib. Manusia berusaha mencari jawaban
atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha
mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan. Ilmu

4
Ahmad Asir, E-Jurnal Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan Umat Manusia (UIM
Pamekasan)

6
pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya,
baik alam besar (macro cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos).
Didalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu
essensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut
kebenaran.
Rasa keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa
manusia untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal
yang ada di alam serta kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian
manusia masih mempunyai keterbatasan misalnya keterbatasan manusia
melihat, mendengar, berpikir dan merasakan tentang apa yang terjadi
disekitarnya secara benar dan utuh.
Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) pikiran manusia berkembang
dari waktu ke waktu, rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu
bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan. Maka terjadilah
perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari
pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya
disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta
juga untuk mencapai cita – cita.
Semua hal yang ingin diketahui oleh manusia adalah realitas, beberapa sifat
realitas :
1. Bersifat statik sekaligus dinamik
Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti setiap realitas
diasumsikan terdapat hal – hal yang tetap (regular) dan hal – hal yang
berubah – ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang berubah dan apa
yang tetap itu menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang realitas.
2. Bersifat denotatif dan konotatif
Realitas bersifat denotatif, artinya realitas “harfiah” menyangkut simbol –
simbol terhadap benda – benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan
makna konotatif menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang
imagined (terbayang) atau “abstrak”.
3. Bersifat realitas yang disepakati (agreement reality) dan realitas yang
dialami (experiential reality)

7
Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang
tuanya bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang
anak terhadap hewan itu adalah hewan menjijikkan, sehingga dihindari,
namun kalau sang anak mengalami sendiri makan masakan yang bahan
utamanya daging cacing yang ternyata bergizi, dan bahkan menjadi
makanan favoritnya, maka pengalaman (experience) itu bertentangan
dengan kesepakatannya semula dengan orang tuanya (agreement).5
D. Doktrin Kepercayaan Agama
1. Defenisi Doktrin
Kata Doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine yang berarti
ajaran. Oleh karena itu doktrin lebih dikenal dengan ajaran – ajaran yang
bersifat absolute yang tidak boleh diganggu – gugat. Dalam kamus ilmiah
populer (Windi Novia, 2008), kata doktrin berarti dalil – dalil dari suatu
ajaran. Kesesuaian pengertian ini dapat kita temukan di lapangan bahwa suatu
ajaran dalam agama maupun yang lainnya pasti mempunyai dasar atau dalil –
dalil.
Pengertian yang sama juga dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yaitu “doktrin adalah ajaran atau asas suatu aliran politik,
keagamaan; pendirian segolong ahli ilmu pengetahuan, keagamaan,
ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalam penyusunan kebijakan
negara”. Dari penjelasan yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa doktrin
adalah ajaran – ajaran atau pendirian suatu agama atau aliran atau segolong
ahli yang tersusun dalam sebuah sistem yang tidak bisa terpisahkan antara
yang satu dengan yang lainnya.

2. Doktrin dalam agama Islam

Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat dikaji dari
berbagai aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin.
Agama Islam jika ditelaah dari aspek doktrin maka yang akan muncul adalah
ajaran – ajaran yang ada dalam agama Islam itu sendiri yang bisa saja ajaran

5
As-d_1_msi_11-sept.pdf, Resume Urgensi Metodologi Islam

8
tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dalam Islam, trilogi
doktrin (ajaran) Islam biasa dikenal dengan trilogi ajaran ilahi yakni : Iman,
Islam, Ihsan.

Iman yang akar katanya a – m – n (damai, aman, tidak menghadapi


bahaya), dapat dikembangkan dalam ilmu ketuhanan dan ilmu yang
menjelaskan tentang hakikat yang ada, yang biasanya dikenal dalam filsafat.
Islam, (syariah) yang menetapkan prinsip – prinsip ibadah dan muamalah
berasal dari kata s – l – m (selamat, menyeluruh, dan terpadu, tidak terpecah),
dapat dikembangkan dalam ilmu yang behubungan dengan manusia dan alam
yang biasanya dikenal sebagai ilmu sosial, kebudayaan dan iptek. Sementara
Ihsan yang berasal dari kata h – s – n (membawa, kebaikan, senang, puas,
indah, dan terpuji), dapat dikembangkan menjadi ilmu tasawuf. 6

Doktrin Iman terdiri dari bebarapa bagian yaitu :

a. Iman Kepada Allah


1) Argumen keberadaan Allah
Pengakuan tehadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan
tuhan – tuhan lainnya yang dianut oleh para pengikut agama lain.
Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang
mendukung keberadaan Tuhan. Pertama, paham yang menyatakan
bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan
sendirinya. Kedua, paham yang menyatakan bahwa alam semesta ini
berasal dari sel yang merupakan inti. Ketiga, paham yang
mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan.
2) Kemustahilan menemukan zat Allah
Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai
pembeda antara manusia dan makhluk lainnya, belum bisa
digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh akal yaitu menemukan zat Allah, karena pada

6
903100709-isroqiyatul-2013, Kristalisasi, Doktrin Islam, Islam Tradisional, Islam
Modern

9
hakekatnya manusia berada dalam dimensi yang berbeda dengan
Allah.
b. Iman Kepada Malaikat
Malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur (cahaya),
ia adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah dengan
bermacam – macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah
banyak, namun yang harus kita imani hanyalah 10 (nama) malaikat
beserta tugas – tugasnya.
c. Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah adalah wajib dan itu merupakan konsekuensi
logis dari pembenaran terhadap adanya Allah, oleh karena itu tidak
sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab – kitab Allah yaitu Al-
Quran, Injil, Taurat, dan Zabur.
d. Iman Kepada Rasul
Doktrin islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepada rasul
yang diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu dengan yang
lainnya. 7

7
Dr. Atang Abdul Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok, Metodologi Studi
Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), Hlm.190

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari ulasan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan
oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapa menjadi lebih
bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang
selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat
kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah
yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.
Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan
manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan
sempurna dan bahagia
B. Saran
Demikianlah makalah yang sederhana ini kami susun semoga dapat bermanfaat
bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya kami
merasa kerendahan hati sebagai manusia yang mempunyai banyak sekali
kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran –bahkan yang tidak membangun
sekalipun- kami tunggu demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga niat
baik kita diridloi oleh Allah SWT. Amin

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)

H. Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia)

Hafidh Al-Kaf, dalam makalah “Manusia dan Agama”

Dr. Atang Abdul Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok, Metodologi Studi
Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2009)

Ahmad Asir, E-Jurnal Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan Umat Manusia (UIM
Pamekasan)

903100709-isroqiyatul-2013, Kristalisasi, Doktrin Islam, Islam Tradisional, Islam


Modern

As-d_1_msi_11-sept.pdf, Resume Urgensi Metodologi Islam

12

Anda mungkin juga menyukai