Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Problematika Kurikulum PAI Kontemporer

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah

Manajemen Pendidikan

Disusun oleh kelompok 11 :

Rizki Rahmad 2119022

Rivaldo Febrian 2119007

Nia Putri 2119019

Dosen Pembimbing

Dr. Sitto Rahmana, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TABIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, nikmat
dan karunia-Nya sehingga kami telah dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam tak lupa pula dikirimkan buat arwah junjungan kita yaitunya Nabi Muhammad
SAW.

Dalam penulisan makalah ini banyak rintangan yang telah kami lewati. Oleh karena
itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan hanya kemampuan kami semata.
Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.

Sehubung dengan hal demikian, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sitto
Rahmana., MA sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan yang
telah memberikan arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bukittinggi, 2 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
A. Defenisi Problematika Kurikulum Pendidikan Islam.................................................2
B. Komponen Kurikulum...................................................................................................2
C. Problematikan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.................................................3
BAB III........................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan pendidikan untuk menjadikan seorang menjadi
muslim yang lebih baik ,mengoptimalkan seluruh potensi manusia baik berbentuk
jasmani maupun rohani,menumbuhkan hubungan yang lebih dekat setiap manusia
dengan Allah SWT ,manusia dan seluruh alam semesta ini.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam, harus memerlukan rencana
pendidikan yang terdiri dari : (1) Lembagaan, (2) Kurikulum, (3) Manajemen, (4)
Pendidikan, (5) Peserta didik, (6) alat dan fasilitas, (7) kebijakan pemerintah
Kurikulum dalam proses pendidikan adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.Karena berkaitan dengan penentuan arah,isi dan proses pendidikan,yang
akhirnya menjadi penentu layak nya suatu lembaga pendidikan.Kurikulum sangat
penting untuk mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dikembangkannya kurikulum itu berdasarkan prinsip bahwa peserta didik itu
mempunyai posisi sentral untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah yang Maha Esa,
mempunyai akhlak yang baik, sehat jasmani maupun rohani, mempunyai ilmu yang
bermanfaat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab kepada negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi dari Problematika dan Kurikulum Pendidikan Islam ?
2. Apa Komponen Kurikulum ?
3. Apa Problematika Kurikulum Pendidikan Agama Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Defenisi dari Problematika dan Kurikulum Pendidikan Islam
2. Mengetahui Komponen Kurikulum
3. Mengetahui Problematika Kurikulum Pendidikan Agama Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Problematika Kurikulum Pendidikan Islam


1. Problematika
Menurut bahasa problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problem”
yang artinya masalah, soal, ketidaktentuan, dan teka-teki.
Sedangkan menurut istilah problematika adalah suatu permasalahan yang
masih belum bisa dipecahkan atau diselesaikan sehingga terhambatnya atau
tidak maksimalnya suatu proses untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa problematika adalah berbagai persoalan-
persoalan sulit baik yang datang dari faktor internal maupun eksternal yang
dihadapi dalam proses pemberdayaan.
2. Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut bahasa kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu “curere” yang
berarti tempat berpacu dan bisa juga disebut dengan “curir” yang berarti pelari.
Dari kata tersebut dapat diambil arti dari kurikulum adalah jarak yang ditempuh
oleh pelari.
Menurut istilah kurikulum adalah seperangkat materi pendidikan dan
pengajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
akan dicapai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sebuah program atau suatu
bahan yang digunakan oleh guru atau dosen sebagai tenaga pendidik dalam
mengajar dan mendidik siswa atau mahasiswa sebagai peserta didik dengan
tujuan pendidikan yang telah direncanakan dengan baik.
Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu rancangan yang berhubungan
dengan Islam baik itu berupa materi, tujuan, proses pembelajaran, metode dan
pendekatan, serta evaluasinya.

B. Komponen Kurikulum
1. Komponen Tujuan

2
Komponen tujuan ini mempunyai tingkatan-tingkatan tujuan, antara yang satu
dengan yang lainnya merupakan suatu kesatuan. Kurikulum sekolah mempunyai
dua tujuan:
a. Tujuan yang harus dicapai secara keseluruhan
b. Tujuan yang dicapai dalam setiap bidangnya
2. Komponen Materi (isi dan struktur program)
Isi kurikulum yang berlaku saat ini berupa pencapaian target yang jelas, materi
standar, standar hasil belajar, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan struktur program pendidikannya terdiri dari program inti, kelas,
ekstrakurikuler dan kepribadian.
3. Komponen Strategi
Strategi pelaksanaan sebuah kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh
untuk melaksanakan pengajaran, cara untuk mengadakan penilaian, untuk
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan serta cara mengatur kegiatan sekolah
secara keseluruhan. Cara melakukan pengajaran mencakup cara yang berlaku
dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara atau metode mengajar dan
alat pelajaran yang digunakan.
4. Komponen Evaluasi
Kurikulum sebagai bahan yang diberikan kepada peserta didik dan sekaligus
kepada masyarakat, maka penilaian harus dilakukan secara terus menerus serta
menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran. Di samping itu penilaian
terhadap kurikulum dimaksudkan juga sebagai umpan balik terhadap berbagai
tujuan, materi, sarana dan prasarana, dalam rangka mengembangkan dan
membina kurikulum secara lebih lanjut.

C. Problematikan Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Cepatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi membawa dampak
yang cukup besar terhadap berbagai macam aspek kehidupan, termasuk terjadinya
pergeseran fungsi sekolah sebagai institusi pendidikan. Beban sekolah semakin berat
dan kompleks karena seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan
kehidupan. Selain dapat membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang cepat
dan berkembang, sekolah juga dituntut untuk dapat membentuk moral dan

3
kepribadian, mengembangkan minat dan bakat, bahkan dituntut agar peserta didik
dapat menguasai berbagai macam keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan
untuk memenuhi tuntutan dunia pekerjaan. Perubahan cepat ini memberikan beban
kepada pengembangan kurikulum karena harus memilih dan memutuskan apa yang
harus diajarkan kepada siapa.
Salah satu prinsip kurikulum adalah relevansi, yang dimaknai dengan
kesesuaian kurikulum dengan perkembangan zaman. Kurikulum Pendidikan Islam
juga perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang secara langsung akan mengubah sistem dan pandangan hidup
manusia, baik yang berkaitan dengan masalah dunia dan masalah akhirat. Dengan
demikian pendidikan Islam harus lebih membumi, disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan masyaratakat akan butuhnya agama tersebut, tanpa
harus mengubah ajaran yang bersifat esensial dalam Islam. krisis multidimensi yang
sedang dihadapi dan merosotnya moral anak bangsa Indonesia sekarang, dari hasil
kajian berbagai pendekatan dan disiplin, tampaknya ada kesamaan pandangan
bahwa segala macam krisis berpangkal dari krisis akhlak. Krisis ini oleh sementara
pihak dikarenakan kegagalan pendidikan agama Islam. Dipandang dari sudut
keberhasilan pendidikan agama ada tiga indikasi pokok yaitu:
Bagian pertama terkait dengan pengetahuan kognitif. Bagian kedua terkait dengan
nilai baik dan buruk, peserta didik diarahkan mencintai nilai-nilai kebaikan dan
membenci nilai-nilai keburukan. Bagian ketiga terkait dengan perbuatan nyata.
Berkaitan dengan reposisi madrasah di UUSPN No.20 tahun 2003, ada beberapa
problematika mendasar Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam (madrasah) antara
lain:
1. Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan Islam sebagai ajaran, dan
mewujudkan pribadi umat muslim yang maju dan sejahtera, dan mewujudkan
pendidikan Islam yang berpedoman dengan nilai-nilai Islami. Reputasi sebuah
madrasah dari lembaga pendidikan yang fokus pada penguasaan ilmu-ilmu
agama relatif sama dengan sekolah pada umumnya tetapi di madrasah
penguasaan ilmu-ilmu agama lebih mendalam (Radikal). Muatan kurikulum
madrasah dengan sekolah pada umumnya sama, hanya saja sedikit perbedaannya

4
yaitu madrasah masih menyisakan ciri khas keislamannya dengan mata pelajaran
agama walaupun tidak sekuat dan sedalam dahulu pada awal terbentuknya
sebuah madrasah.
2. Komponen Materi
Output (hasil yang dicapai dalam jangka pendek) madrasah didesain secara
terstruktur tidak hanya menguasai ilmu agama saja, tetapi harus mendalami mata
pelajaran umum dengan baik, sehingga output madrasah dianggap memiliki
keunggulan komparatif karena mampu mengantarkan peserta didik pada ranah
yang lebih komprehensif, meliputi aspek-aspek moral spiritual, intelektual
sekaligus keahlian ilmu modern . Problematika yang ditemukan di lapangan
adalah:
a. Materi pendidikan di madrasah masih terbatas pada masalah-masalah
keagamaan, dipandang belum membangun sikap kritis, belum memiliki
kepedulian terhadap perkembangan ilmu-ilmu umum, baik berupa ilmu
sosial maupun ilmu alam. Tetapi kita lihat pada masa sekarang sebuah
madrasah sudah bisa mengimbangi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu
pengetahuan agama.
b. Struktur kurikulum di madrasah yang tidak seimbang karena memuat mata
pelajaran umum yang jika dikalkulasikan yaitu sebesar 70% ditambah
dengan agama sebesar 30% saja sebagai ciri khas lembaga pendidikan Islam.
c. Kurikulum pendidikan berpedoman dengan materi tidak dengan nilai.
Kurikulum pendidikan dalam arti masih mengandung banyak kerancuan
tidak teratur, Implikasinya adalah daya ingat atau daya tangkap peserta didik
tidak optimal dan kelihatannya peserta didik cenderung belajar tentang
banyak hal, tetapi sebenarnya kurang dalam penguasaan pengetahuan dan
kemampuan keterampilan yang layak.
d. Kurangnya berorientasi pada kebutuhan peserta didik dan masa depan.
Kenyataannya proses pendidikan Islam kurang menarik dari sisi materi dan
metode penyampaian yang digunakan.
3. Komponen Strategi
Strategi pelaksanaan kurikulum pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan harus memerlukan pembelajaran active learning berpusat pada

5
peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Namun problematika yang
muncul dilapangan adalah:
a. Proses kegiatan belajar mengajar yang ada di madrasah berlangsung secara
monolog yaitu dengan posisi guru yang dominan, mengakibatkan murid
lebih banyak bersifat pasif dan tidak memiliki ruang untuk bertanya dan
mengembangkan wawasan intelektual.
b. Aspek kognitif lebih ditekankan daripada afeksi dan psikomotor. Apabila
memperhatikan desain prosgram kurikulum pendidikan Ilsam di tingkat
SD/MI sampai SAM/MAN, dirasakan belum mampu menjawab persoalan-
persoalan tantangan perubahan, karena kurikulum pendidikan Islam lebih
berpedoman pada aspek korespondensi-tekstual, yang lebih menekankan
untuk melakukan hafalan teks-teks keagamaan yang sudah ada.
c. Pendekatan kurikulum pendidikan Islam cenderung bersifat normatif. Dalam
arti pendidikan Islam peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian karena penyajikan norma-norma
yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu komponen dalam KTSP yang sekarang dilaksanakan
di setiap lembaga pendidikan. Evaluasi dilakukan untuk memberikan
keseimbangan pada tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
menggunakan berbagai alat, bentuk, sistem dan model penilaian yang dilakukan
secara bertahap sehingga dapat memperoleh gambaran secara utuh baik itu
prestasi maupun kemajuan dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
Kenyataan dilapangan adalah dari penilaian hasil belajar lebih ditujukan pada
penilaian individual yang lebih menekankan aspek konigtif yang hanya
menggunakan bentuk soal-soal ujian agama Islam yang lebih menunjukkan
prioritas utama pada aspek kognitif dan jarang pertanyaannya tersebut
fungsional dalam kehidupan sehari-hari.
5. Status Lembaga Pendidikan
Masuknya madrasah kedalam sub sistem pendidikan nasional yang termasuk
jenis pendidikan umum, madrasah dituntut untuk melaksanakan PP No.19 tahun
2005 Pasal 3 yaitu tentang standar nasional pendidikan sebagai dasar dalam

6
pelaksanaan, perencanaan, dan pengawasan pendidikan, dalam sebuah rangka
untuk mewujudkan suatu pendidikan nasional yang bermutu di indonesia, Pasal
4 tentang standar dari nasional pendidikan itu yang mempunyai tujuan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan juga membentuk watak serta suatu peradaban bangsa
yang bermartabat. Tetapi tuntutan tersebut bagi madrasah tidaklah sederhana,
karena sebagian besar madrasah dikelola oleh masyarakat (swasta) dengan
tingkat kualifikasi yang berbeda dalam berbagai segi, karena keterbatasan saran
dan prasaran yang dimiliki oleh madrasah.
6. Kesulitan Mempertanggungjawabkan dalam Mengembangkan Kurikululm
Pihak pemerintah dalam hal ini hanya memberikan standar kurikulum secara
nasional dan madrasah dapat melakukan pengembangan kurikulum yang bersifat
lokal/muatan lokal karena madrasah sebagai lembaga pendidikan diberi
kebebasan untuk mengembangkan kurikulum. selama ini pengembangan
kurikulum ternyata lebih dibebankan kepada kepala madrasah dan guru saja
dalam melakukan penyusunannya, sedangkan keterlibatan komite madrasah,
yayasan maupun masyarakat bisa dibilang masih relatif kecil, bahkan hampir
tidak terjadi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Problematika adalah berbagai persoalan-persoalan sulit baik yang datang dari
faktor internal maupun eksternal yang dihadapi dalam proses pemberdayaan.
Sementara Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu rancangan yang
berhubungan dengan Islam baik itu berupa materi, tujuan, proses pembelajaran,
metode dan pendekatan, serta evaluasinya.
Berbagai macam problematikan di madrasah yang terjadi dilapangan
1. Materi pendidikan di madrasah di pandang belum membangun sikap krisis,
masih terbatas pada masalah-masalah keagamaan,serta tidak memiliki
kepedulian terhadap perkembangan ilmu-ilmu umum, baik ilmu sosial maupun
ilmu alam.
2. Struktur kurikulum di madrasah yang tidak seimbang karena memuat mata
pelajaran umum yang jika dikalkulasikan yaitu sebesar 70% ditambah dengan
agama sebesar 30% saja sebagai ciri khas lembaga pendidikan Islam.
3. Kurikulum pendidikan berpedoman dengan materi tidak dengan nilai
4. Kurangnya berorientasi pada kebutuhan peserta didik di masa depan
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Manajemen Pendidikan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari harapan dan
sempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rohman, Mujibur. 2015. Problematika Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal Madaniyah


Edisi VIII.

Anda mungkin juga menyukai