Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK U
OLEH
NIDYA SARI , S.Kep
NIM: 1941312058
2. Etiologi
a. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di
sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa warnanya putih susu, kental, berbau agak
keras, disertai rasa gatal pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi
kemerahan dan meradang. Biasanya terjadi pada saat kehamilan, penyakit kencing
manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi
yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan
tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
b. Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan seks ditularkan lewat
hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjammeninjam pakaian dalam, atau bibir
kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan
dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang
vagina nyeri bila ditekan.
c. Bakteri
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial vaginosis. Infeksi ini
menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih,
dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit
kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud .
d. Virus Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin,
seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil
yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil.
Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka
melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa
panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker
3. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis.
Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam vagina sebenarnya
bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu. Flora normal didalam
vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal. PH vagina
seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya karena pemakaian
antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan
tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya flora
normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur.
Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan mudah akan
tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan keputihan
yang berbau, gatal dan menimbulkan ketidaknyamanan
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
b. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
c. Sitologi vagina
d. Kultur sekret vagina
e. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
f. Ultrasonografi (USG) abdomen
g. Vaginoskopi
h. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
i. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
j. Pemeriksaan PH vagina.
k. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % .
l. Pulasan dengan pewarnaan gram .
m. Pap smear.
n. Biopsi.
o. Test biru metilen
6. Komplikasi
Sesungguhnya, pemberian antibiotik maupun antijamur sangat efektif untuk mengatasi
keputihan akibat infeksi. Akan tetapi, bila infeksi tidak teratasi (misalnya karena
terlambat berobat, pengobatan yang tidak tuntas, maupun infeksi ulang akibat pasangan
seks tidak diobati bersama), akan timbul berbagai komplikasi keputihan sebagai berikut:
a. Penyebaran infeksi ke daerah organ kewanitaan lain
Sebut saja infeksi mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi belum diatasi,
maka infeksi dapat menyebar ke mulut rahim dan menyebabkan radang mulut rahim
sehingga menimbulkan komplikasi keputihan.
b. Infertilitas
Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi berlanjut lagi ke rahim,
saluran telur atau mencapai indung telur hingga menimbulkan kemungkinan
terjadinya infertilitas.
c. Gagal ginjal
Pada kasus rembetan infeksi yang agak ekstreme, infeksi dapat menyebar ke ginjal
hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi gagal ginjal.
d. Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease [PID]) Pada trikomoniasis
dan klamidia, sering kali tejadi perluasan infeksi ke daerah panggul. Perluasan
infeksi ini dikenal dengan nama
e. penyakit radang panggul (PID).
PID dapat menyebabkan kerusakan pada indung telur, saluran telur, dan struktur
organ reproduksi lainnya. Kerusakan ini dapat mengakibatkan terjadinya nyeri
panggul kronis, kehamilan ektopik, hingga infertilitas.
f. Sepsis
Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi seluruh tubuh apabila
kuman berhasil masuk hingga sistem peredaran darah atau kelenjar getah bening.
g. Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan suami atau
pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi penularan infeksi kepada
pasangannya
h. Depresi dan masalah seksual
Karena keputihan akibat infeksi biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada
daerah kewanitaan, beberapa perempuan akan merasa malu, menyalahkan diri sendiri
dan berujung pada depresi. Masalah seksual juga dapat terjadi akibat depresi maupun
hilangnya minat pasangan akibat adanya keputihan maupun bau tidak sedap yang
biasa menyertai adanya keputihan ini. Oleh karena itu, setiap keputihan patologis
hendaknya diobati hingga tuntas sebagai bentuk pencegahan keputihan dan dengan
mengenali gejala keputihan, perluasan infeksi dapat dihindari.
7. Penatalaksanaan
a. Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga
memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk
b. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri
atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari
golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol
untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral
(tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan
seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk
selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus
mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan
Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
c. Tujuan Pengobatan
Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabrnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang
Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
Candida albicans
- Topikal
1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
- Sistemik
1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal
4. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
5. Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Chlamidia trachomatis
1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
4. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
5. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
6. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari 1
Gardnerella vaginalis
1. Metronidazole 2 x 500 mg
2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi.
Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan
estrogen.
8. WOC
B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai kondisinya, pengaruh
budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau
perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai
pengobatan rumah dan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku, fisik, pola diet, pola latihan
dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang bermanfaat (Lowdermilk, 2013).
a. Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual
muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
b. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang–ulang
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas
nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan
berapa lama
5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
6) Integumen : kaji turgor kulit
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul (Nanda, 2018- 2020).
a. Nyeri akut b/d agen cidera
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
c. Risiko Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
d. Ansietas b/d ancaman status kesehatan
3. NOC-NIC
Analgesic administration
a) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
e) Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
h) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala (efek samping)
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi penting untuk memastikan bahwa ini untuk meningkatkan keseimbangan
cairan dan elektrolit optimum, mencegah komplikasi ketidakseimbangan dan
meningkatkan pengetahuan yang diterima klien. Evaluasi keperawatan merupakan
tindakan untuk melihat seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
implementasi yang ditulis dalam bentuk SOAP.
5.
DAFTAR PUSTAKA