Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

KONSEP KEPERAWATAN DENGAN PASIEN KEHILANGAN DAN


BERDUKA

Dosen Pengampu:
SRI MARTINI, S.Pd.,S.Kp.,M.Kes

Tingkat II B
Disusun Oleh Kelompok 3

1. PUTRI NABILLAH (PO7120119074)


2. PUTRI RAMADHANI (PO7120119075)
3. RAMA FERLA PUTRI (PO7120119076)
4. REGITA DWI CAHYA (PO7120119077)
5. REVIANA AYU RIWANDA (PO7120119078)
6. RIA NOVITA SARI (PO7120119079)
7. RIKO PUTRA (PO7120119080)
8. SELI MARSELINA (PO7120119081)
9. SEPTIA DEWI (PO7120119082)
10. SINDY APRILIA (PO7120119083)
11. SITI ARDIYANTI (PO7120119084)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
Konsep Keperawatan Dengan Pasien Kehilangan Dan Berduka

a. Pengertian kehilangan
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan
adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi
pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari
keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan


1. Faktor Perkembangan
a. Anak-anak
Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan,
Belum menghambat perkembangan.Bisa mengalami regresi.
b. Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup,
tujuan hidup.
Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa
dihindari.
c. Faktor Keluarga
Keluarga mempengaruhi respond an ekspresi kesedihan. Anak
terbesar biasanya menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan
sikap sedih secara terbuka.
d. Faktor Sosial Ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab
ekonomi keluarga, berarti kehilangan orang yang dicintai
sekaligus kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.
e. Faktor Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur barat
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi
sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain menganggap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan
menangis keras-keras.
f. Faktor Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.
Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar
agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan
kematian.
g. Faktor Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba
akan menyebabkan goncangan jiwa yang berat dan tahapan
kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa
kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan
kesialan.Kebutuhan keluarga yang kehilangan membutuhkan
hal-hal sebagai berikut.

c. Tipe kehilangan
a. Aktual dan nyata
Mudah dikenal dan diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti
b. Persepsi
c. Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dibuktikan

d. Jenis-jenis kehilangan
Ada 5 jenis konsep kehilangan, yaitu :

a. Kehilangan Objek Eksternal


Kehilangan ini mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang
hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap
benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
Contoh : kehilangan sepeda motor, kehilangan uang, kehilangan
rumah.

b. Kehilangan Lingkungan yang telah Dikenal


Kehilangan ini mencakup meninggalkan lingkungan yang telah
dikenal selama periode tertentu/kepindahan secara permanen.
Contoh : pindah rumah baru dan alamat baru atau yang ekstrim lagi
dirawat di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari
lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi melalui
situasi naturasional, misal : lansia pindah kerumah perawatan.
c. Kehilangan Orang Terdekat
Kehilangan yang terjadi pada orang-orang terdekat seperti
orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, dll.
Contoh : pindah rumah, pindah pekerjaan karena promosi atau
mutasi, melarikan diri, dan kematian.

d. Kehilangan Aspek Diri


Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Kehilangan ini dapat terjadi karena
penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan situasi.
Kehilangan seperti ini dapat menurunkan kesejahteraan individu,
mengalami kehilangan kedudukan, mengalami perubahan
permanen dalam citra tubuh dan konsep diri. Contoh : kehilangan
anggota tubuh dan harus diamputasi karena kecelakaan lalu lintas,
menderita kanker organ tubuh yang ganas, terkena penyakit HIV/
AIDS.

e. Kehilangan Hidup
Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan menghadapi
kematian sampai dengan terjadinya kematian. Hal ini sering
menyebabkan kehilangan kontrol terhadap diri sendiri, gelisah,
takut, bergantung pada orang lain, putus asa dan malu. Contoh :
pasien yang divonis menderita kanker otak, luekimia atau penyakit
langka lainnya yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter.

Rentang respon kehilangan

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi


pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti “tidak, tidak mungkin seperti itu!” atau “tidak
akan terjadi pada saya!” sangat umum dilontarkan.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien
sering kali mencari pendapat orang lain.
d. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan
untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan
masalah.
e. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-
Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.

2. Pengertian berduka
1. Berduka
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan,
perceraian maupun kematian.Bereavement adalah keadaan
berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.Berduka
merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
Dukacita adalah proses kompleks yang normal meliputi respon
dan perilaku emosional, fisik, spritual, sosial, dan intelektual
yakni individu, keluarga, dan komunitas, memasukan
kehilangan, yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam
kehidupan sehari – hari mereka.

2. Teori dari proses berduka


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani
proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang
dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional
seseorang dan keluarganya, serta rencana intervensi untuk
membantu mereka memahami kesedihan dan cara
mengatasinya. Berikut penjelasan teori proses berduka dari
beberapa pakar.
a. Teori Engels
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase
yang dapat diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka
maupun menjelang ajal. Berikut beberapa fase yang dilalui.
1. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi
secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan
2. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/ akut dan
mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
3. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang
hampa/ kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat
menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
4. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal
tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
5. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/
disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah
dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

3. Askep berduka disfungsional

Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

Diagnosa keperawatan berduka disfungsional


Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan
dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu
periode waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang normal menjadi
berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi kehidupan.

Kemungkinan etiologi yang berhubungan dengan


Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individu
Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple
yang belum terselesaikan) Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
Tidak adanya antisipasi proses berduka Perasaan bersalah yang disebabkan oleh
hubunganambivalendengankonsepkehilangan.

Batasan karakteristik (dibuktikan dengan) idealisasi kehilangan (konsep)


Idealisasi kehilangan (konsep)Mengingkari kehilangan
Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-basarkan tidak
sesuai dengan ukuran situasi.

Regresi perkembangan
Gangguan dalam konsentrasi
Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan
Afek yang labil
Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas, libido.

Sasaran/Tujuan

Sasaran jangka pendek


a. Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep kehilangan
dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang
a. Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang
berhubungan dengan tahap-tahap berduka yang normal. Pasien akan
mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia
mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.

Intervensi dengan Rasional Tertentu


a. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi
perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.
Rasional
Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan
keperawatan yang efektif bagi pasien yang berduka.
b. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan
empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji
Rasional
Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.
c. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara terbuka
Rasional
Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa
ia merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya
meningkat.
d. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi
defensif jika permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada
perawat atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasikan perasaan
marah sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung kepada
objek atau orang/pribadi yang dimaksud.
Rasional
Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang
tidak mengancam dapat membantu pasien sampai kepada hubungan
dengan persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.
e. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola
voli,dll)
Rasional
Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk
mengeluarkan kemarahan yang terpendam.
f. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa
perasaan seperti rasa bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan
adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.
Rasional
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan
dengan berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa
perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-respon ini.

Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan.


g. Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam
area-area dimana kesalahan presentasi diekspresikan.
Rasional
Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima
baik aspek positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum
proses berduka selesai seluruhnya.
h. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang
dapat diterima. Menggunakan sentuhan merupakan hal yang terapeutik
dan tepat untuk kebanyakan pasien.Bantu pasien dalam memecahkan
masalahnya sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda koping
yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan
balik positif untuk identifikasi strategi dan membuat keputusan.
Rasional
i. Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong
pengulangan perilaku yang diharapkan
j. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini
dalam bentuk apapun yang diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-
kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai kebutuhan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang


1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses
berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap
tahap.
2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses
berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang
berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.
3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-
perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka
dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara
mandiri.

Anda mungkin juga menyukai