Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI SISTEM PERADILAN PIDANA

A. FUNGSI SISTEM PERADILAN PIDANA


Beberapa fungsi dari sistem peradilan pidana adalah :
- Pencegahan kejahatan yang dimana agar masyarakat tidak melakukan suatu delik
atau pidana
- Menindak pelaku yang dimana artinya proses yang dilakukan untuk menindak
pelaku dari proses awal hingga sampai penjatuhan pidana.
- Kemudian setelah itu memberikan putusan
- Dan yang terakhir mendisposisikan kepada mereka yang telah dijatuhi hukuman.

B. SEJARAH SISTEM PERADILAN PIDANA


Sejarah sistem peradilan Indonesia dapat dibagi dalam beberapa tahap:
1. Masa Kerajaan
Sistem peradilan dikuasai sepenuhnya oleh raja karena konsep Trias Politica belum
dikenal (kekuasaan raja masih absolut) dengan hukum adat daerah masing-masing
sebagai hukum yang berlaku. Perubahan terhadap sistem peradilan terjadi pada abad
VII hingga abad XIV dimana penggunaan hukum adat juga ditambah dengan hukum
agama Hindu. Pada masa ini mulai dikenal suatu bentuk pemisahan di antara
peradilan raja dengan peradilan yang dilakukan oleh pejabat tertentu. Peradilan yang
dilakukan oleh pejabat tertentu itu meliputi perkara pradata (perkara yang menjadi
urusan raja) dan perkara padu (bukan urusan raja).
Perubahan berikutnya terjadi pada abad XIV dimana hukum di Indonesia mendapat
pengaruh dari hukum Islam. Hukum Islam pada masa itu mulai menggantikan
kedudukan hukum Hindu. Tempat pengadilan pada masa ini adalah di serambi Mesjid
Agung. Perkara pada urusan pengadilan ini disebut kisas. Pimpinan pengadilan pada
masa ini beralih dari raja pada penghulu sebagai perpanjangan tangan raja dengan
dibantu oleh beberapa alim ulama sebagai anggotanya. Penyelesaian masalah
dilakukan dengan cara musyawarahmmufakat pada masa ini dan raja akan mengambil
keputusan sesuai dengan usulan dari pengadilan.
2.Masa Kolonial Belanda
Dibagi dalam 2 daerah :
a. Daerah langsung : Merupakan daerah yang diperintah langsung oleh Belanda.
Peradilan itu meliputi :
1. Landraad
2. Raad van Justitie--> peradilan tingkat banding (tingkat pertama untuk orang Eropa)
3. Hooggerechtshof-->peradilan tingkat kasasi

b. Daerah tidak langsung : Merupakan daerah pemerintahan tidak langsung Belanda


yang diwakili oleh raja-raja. Lembaga peradilannya meliputi:
1.Peradilan gubernemen
2.Peradilan swapraja Terhadap orang Indonesia, ada tiga peradilan pemerintah
meliputi:
1.Peradilan distrik : Untuk perkara ringan
2.Peradilan kabupaten : Untuk perkara yang lebih besar
3.Landraad : Ada suatu dualisme sistem peradilan.

3.Masa pendudukan Jepang


Berdasarkan pada UU No. 14 tahun 1942, pemerintahan pendudukan Jepang
mendirikan pengadilan-pengadilan sipil yang mengadili perkara pidana dan perdata.
Pengadilan-pengadilan sipil itu antara lain:
1. Gunsei Hooin (pengadilan pemerintahan balatentara). Berlaku untuk semua
penduduk Hindia Belanda
2.Semua badan pengadilan dan pengadilan dari pemerintah Hindia Belanda kecuali
beberapa diantaranya yang diubah, seperti:
- Landraad menjadi Tihoo Hooin (Pengadilan Negeri)
- Landgerecht menjadi Keizai Hooin (Hakim kepolisian)
- Regentscahgerecht menjadi Ken Hooin (pengadilan kabupaten)
Dan berdasarkan UU No.34 tahun 1942 (Osamu Seirei), dibentuk pula
1. Kootoo Hooin (Pengadilan Tinggi)
2. Saikoo Hooin (pengadilan Agung) Akan tetapi sistem peradilan pada saat itu tidak
dapat berlangsung dengan sebagaimana mestinya karena kebanyakan orang yang
ditangkap oleh pemerintah pendudukan Jepang saat itu tidak pernah melalui proses
pengadilan.
4.Masa Kemerdekaan
Wilayah peradilan terbagi 3, yaitu:
- Daerah yang dikuasai Republik
Berdasarkan UU No.19 tahun 1948, peradilan Indonesia terdiri dari:
a. Peradilan umum
b. Peradilan TUN
c. Peradilan ketentaraan
Dilengkapi dengan kejaksaan dalam peradilan umum yang terdiri dari:
a. Kejaksaan negeri
b. Kejaksaan tinggi
c. Kejaksaan agung
- Daerah yang dikuasai Belanda
Lembaga pengadilan yang dibentuk adalah berupa Landrechter- landrechter untuk
menangani masalah-masalah perkara pidana sipil
- Daerah negara-negara bagian:
a. Negara Pasundan
(Lembaga peradilannya terdiri dari Pengadilan Negara dan Mahkamah Negara )
b.Negara Sumatra Timur
Lembaga peradilannya terdiri dari Pengadilan Negara dan Mahkamah negara
c. Negara Indonesia Timur
Lembaga peradilannya terdiri dari :
- Negorijrechtbanken
- Districtsgerechten
- Pengadilan Negara
- Mahkamah Justitie

C. PROSES BEKERJANYA SISTEM PERADILAN PIDANA

Proses Peradilan Pidana yang merupakan proses bekerjanya organisasi-


organisasi terutama Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan,
menggunakankonsep penyelenggaraan dan pengelolaan peradilan menurut sistem yang
dikenal dengan sistem pendekatan yaitu penanganan secara sistemik terhadap
administrasi peradilan.Pembagian tugas dan wewenang diantara masing - masing
organisasi merupakan prinsip diferensial fungsional. Hal ini dimaksudkan untuk
secara tegas menghindari adanya tumpang tindih dikarenakan telah adanya
pembagian tugas dan wewenang yang jelas, artinya, berdasarkan prinsip diferensial
fungsional ini ditegaskan pembagian tugas dan wewenang antara aparat penegak hukum
secara instansional, dimana KUHAP meletakan suatu asas penjernihan dan
modifikasi fungsi dan wewenang antara setiap instansi penegak hukum
Pada pengelolaan sistem peradilan secara sistemik ini proses peradilan pidana
diselenggarakan secara terpadu. Dimulai dari adanya kejahatan baik yang dilaporkan
oleh masyarakat maupun yang diketahui oleh Polisi sendiri. Tindakan yang
dilakukan oleh Polisi selaku aparat penyidik adalah melakukan penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan serta serangkaian tindakan penyidikan lainnya.
Apabila proses tersebut sudah selesai, ada dua tindakan yang dapat dilakukan
oleh Polisi, pertama, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) akan diserahkan kepada
Kejaksaan apabila bukti-bukti sudah dianggap cukup, kedua,mendeponir perkara
dengan alasan karena perkara tersebut adalah perkara kecil dan tidak membahayakan
masyarakat, atau dengan alasan tidak cukup bukti-bukti yang dibutuhkan. Pasal 8
ayat (1) KUHAP menentukan bahwa Penyidik membuat berita acara tentang
pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dengan tidak
mengurangi ketentuan lain dalam undang-undang ini.Pihak Kejaksaan setelah
menerima BAP dari Polisi, melakukan tindakan-tindakansebagai berikut : pertama
apabila Penuntut Umum menganggap perkara itu patut untuk diajukan ke
Pengadilan, makaakan dibuat Surat Dakwaan, proses pelimpahan perkara dari
Kejaksaan kePengadilan ini disebut Penuntutan; kedua Penuntut Umum dapat
menghentikan penuntutan dengan alasan tidak terdapat cukup bukti atau ternyata
bukan tindak pidana atau menutupperkara demi hukum.

D. TOLAK UKUR SISTEM DIKATAKAN ATAU DIKATEGORIKAN SEBAGAI


SUATU SISTEM

Biasanya orang hanya melihat dan bahkan terlalu sering mengidentikan hukum dengan
peraturan hukum atau/bahkan lebih sempit lagi, hanya dengan undang – undang
saja.Padahal, peraturan hukum hanya merupakan salah satu unsu saja dari keseluruhan
sistem hukum, yang terdiri dari 7 (tujuh) unsur sebagai berikut :
a. asas-asas hukum (filsafah hukum)
b.     peraturan atau norma hukum, yang terdiri dari :
1.     Undang-undang
2.     peraturan-peraturan pelaksanaan undang-undang
3.     yurisprudensi tetap (case law)
4.     hukum kebiasaan
5.     konvensi-konvensi internasional
6.     asas-asas hukum internasional
c.     sumber daya manusia yang profesional, bertanggung jawab dan sadar hukum
d.     pranata-pranata hukum
e.     lembaga-lembaga hukum termasuk :
1.     struktur organisasinya
2.     kewenangannya
3.     proses dan prosedur
4.     mekanisme kerja
f.      sarana dan prasarana hukum, seperti ;
1.     furnitur dan lain-lain alat perkantoran, termasuk komputer dan system
manajemen perkantoran
2.     senjata dan lain-lain peralatan (terutama untuk polisi)
3.     kendaraan
4.     gaji
5.     kesejahteraan pegawai/karyawan
6.     anggaran pembangunan, dan lain-lain
g.    budaya hukum, yang tercermin oleh perilaku para pejabat (eksekutif, legislative
maupun yudikatif), tetapi juga perilaku masyarakat (termasuk pers), yang di Indonesia
cenderung menghakimi sendiri sebelum benar-benar dibuktikan seorang tersangka atau
tergugat benar-benar bersalah melakukan suatu kejahatan atau perbuatan tercela.
Maka sistem hukum terbentuk oleh sistem interaksi antara ketujuh unsur di atas itu,
sehingga apabila salah satu unsurnya saja tidak memenuhi syarat, tentu seluruh sistem
hukum tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Atau apabila salah satu unsurnya
berubah, maka seluruh sistem dan unsur-unsur lain juga harus berubah. Dengan kata lain :
perubahan undang-undang saja tidak akan membawa perbaikan, apabila tidak disertai oleh
perubahan yang searah di dalam bidang peradilan, rekruitmen dan pendidikan umum,
reorganisasi birokrasi, penyelarasan proses dan mekanisme kerja, modernisasi segala sarana
dan prasarana serta pengembangan budaya dan perilaku hukum masyarakat yang mengakui
hukum sebagai sesuatu yang sangat diperlukan bagi pergaulan dan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang damai, tertib dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai